BUKU PANDUAN
PENULISAN KARYA ILMIAH
2023
ISBN 978-979-8972-50-8
Tidak ada bagian dari buku ini dapat direproduksi dalam bentuk stensil, fotokopi, mikro film
atau cara lain tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Dr. Parulian Paidi Aritonang, S.H., LL.M., MPP.
Tim Penyusun
Prof. Dr. Andri Gunawan Wibisana, S.H., LL.M.
Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H.
Prof. Dr. Rosa Agustina, S.H., M.H.
Prof. Kurnia Toha, S.H., LL.M., Ph.D.
Sri Mamudji, S.H., M.Law Lib.
Dr. Ratih Lestarini, S.H., M.H.
Dr. Dian Puji Simatupang, S.H., M.H.
Heru Susetyo, S.H., LL.M., M.Si., M.Ag., Ph.D.
Dr. Lidwina Inge Nurtjahyo, S.H., M.Si.
Dr. Yeni Salma Barlinti, S.H., S.Hum., M.H.
Dr. Yuli Indrawati, S.H., LL.M.
Dr. Febby Mutiara Nelson, S.H., M.H.
Tiurma M. Pitta Allagan, S.H., M.H., Ph.D.
Arie Afriansyah, S.H., MIL., Ph.D.
Wahyu Andrianto, S.H., M.H.
Alif Nurfakhri Muhammad, S.H., LL.M.
Djarot Dimas Achmad Andaru, S.H., M.H.
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Jl. Prof. Mr. Djokosoetono, Kampus UI Depok 16424
Fakultas Hukum Gedung D Lantai 4 Ruang D.402
Telepon +61 21 727 0003, Ext. 173, Faksimile. +62 21 727 0052
E-mail: law.publisher@ui.ac.id
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, Puji syukur kami panjatkan atas berkah dan rahmat Allah SWT,
penyusunan pembaharuan Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah telah selesai dilaksanakan.
Pimpinan Fakultas Hukum Universitas Indonesia mengucapkan selamat serta mengapresiasi
setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun Buku ini, atas dedikasi, semangat, serta kerja
kerasnya dalam menyusun buku ini.
Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah ini merupakan versi pembaharuan dari yang sebelumnya
terbit pada tahun 2022. Pembaharuan ini diperlukan guna mengakomodir hal-hal teknis yang
perlu diatur secara lebih terperinci sehingga memberikan gambaran kepada civitas akademika
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dalam proses penyusunan karya ilmiah. Mahasiswa
diharapkan selalu memerhatikan pedoman ini dalam penyusunan penulisan tugas akhir sehigga
menghasilkan karya yang berkualitas.
Akhir kata, semoga buku ini dapat membantu para mahasiswa dalam menyusun penulisan karya
ilmiah di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Dekan,
Rasa syukur kepada Allah swt kami panjatkan atas selesainya penulisan buku pedoman
karya tulis ilmiah, yang prosesnya telah dimulai cukup lama. Buku ini disusun untuk
memberikan pedoman bagi mahasiswa dalam membuat karya ilmiah, mulai dari proposal tugas
akhir sampai dengan artikel ilmiah, dari strata sarjana sampai dengan doktor.
Buku ini kami susun dengan semangat kebersamaan. Sedapat mungkin semua penyusun
menyepakati hasil tulisan. Suasana ketika tulisan dibuat sangat menyenangkan. Banyak
bercandanya, tertawa-tawa, dan tentu saja gossip—yang ternyata cukup sering juga lebih
“berbobot, mendalam, dan penuh semangat,” ketimbang pembahasan tulisan… Mungkin
karena itu pula, penyusunan pedoman ini menjadi agak lama. Yang pasti, akhirnya tulisan ini
selesai, dan ini sangat patut kami syukuri. Kami bersyukur atas keguyuban para penulis dalam
buku ini, atas semangat mereka untuk memberi pedoman yang baik dan jelas bagi para
mahasiswa.
Sepanjang proses penulisan, kami menyadari bahwa terdapat banyak kebiasaan dalam
penulisan karya ilmiah. Dalam beberapa kasus, tidak jarang kebiasaan itu menjadi persoalan
ketika mahasiswa menulis atau menghadapi ujian tugas akhir. Untuk menghindarkan
mahasiswa dari banyak kesulitan yang tidak perlu, buku pedoman ini disusun dengan semangat
inklusif. Hal ini misalnya tampak pada tidak dibatasinya metode penelitian pada metode
tertentu saja, sepanjang metode yang dipilih mampu menjawab pertanyaan penelitian.
Semangat inklusif juga tampak pada format penyusunan bagian-bagian proposal, tugas akhir,
dan artikel, yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
dipilih. Untuk bagian proposal dan tugas akhir, kami bahkan menyepakati beberapa bentuk
format yang kami bayangkan akan muncul dalam penyusunan tugas akhir.
Hal lain yang mendapat sorotan adalah tentang panduan penulisan referensi. Terkait hal
ini kami tidak memberikan pilihan, karena kami menginginkan agar penulisan referensi hukum
di FHUI memiliki keseragaman yaitu menggunakan “Gaya FHUI”, bukan dengan gaya lainnya.
Lebih dari itu, buku ini kami harapkan dapat menjadi langkah awal bagi penyusunan pedoman
baku penulisan referensi hukum di Indonesia, termasuk penulisan untuk putusan-putusan
pengadilan, peraturan, keputusan, dan sumber-sumber dari media sosial.
Buku ini juga memuat pedoman etis dalam melakukan penelitian dan penulisan karya
ilmiah. Dengan pedoman seperti ini, kami mengharapkan penelitian dan penulisan karya ilmiah
dapat terlepas dari persoalan pelanggaran hukum, termasuk dalam kaitannya dengan hak privasi
seseorang.
Tim Penyusun
2.3. Penyebutan Nama dalam Hasil Wawancara dan Dokumen Bukan Putusan
Pengadilan ....................................................................................................................................... 31
5.1. Skripsi................................................................................................................................... 77
5.1.1. Sistematika Proposal Skripsi ....................................................................................................................... 77
5.1.2. Sistematika Skripsi ............................................................................................................................................. 77
DAFTAR LAMPIRAN
1
David Sternberg, How to Complete and Survive a Doctoral Dissertation (New York: St. Martin’s Press,
1981), hlm. 48-51.
1.1.2. Judul
Judul yang dirumuskan harus relevan dengan masalah yang dibahas. Penulisan judul
tidak terlalu panjang (maksimal dua puluh kata). Judul dapat memuat judul utama dan sub-
judul.
Pada penulisan yang menggambarkan hubungan sebab akibat, judul harus memuat
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Judul yang
memuat kedua variable ini dapat dilihat pada contoh berikut: “Tingkat Kejahatan Dipengaruhi
oleh Tingkat Pendidikan.” Independent variable dari contoh ini adalah tingkat pendidikan,
sedangkan dependent variable adalah tingkat kejahatan.
Sebagai tambahan, judul dapat dibuat sedemikian rupa untuk menarik perhatian
pembaca. Misalnya dapat dilihat dari judul berikut: “Tangan Tuhan di Pengadilan: Dalih
Bencana Alam dan Pertanggungjawaban Perdata dalam Kasus Lingkungan.”2
1.1.3. Abstrak
Abstrak dibuat untuk memudahkan pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir atau
artikel, sehingga ia dapat memutuskan apakah perlu membaca lebih lanjut atau tidak. Abstrak
adalah intisari dari tugas akhir yang setidaknya memuat pertanyaan penelitian, hasil penelitian,
dan simpulan. Abstrak terdiri dari satu alinea dan hanya menggunakan kalimat aktif.
2
Andri G. Wibisana, “Tangan Tuhan di Pengadilan: Dalih Bencana Alam dan Pertanggungjawaban
Perdata dalam Kasus Lingkungan,” Jurnal Hukum dan Pembangunan 41, No. 1 (2011), hlm. 101-149.
3
Misalnya judul tugas akhir adalah: “Kewajiban Pengawasan Equity Crowdfunding untuk Mendukung
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.” Untuk judul di atas, kata kunci yang
bersifat umum “pencucian uang” dan “tindak pidana terorisme”. Sedangkan kata kunci yang bersifat khusus
adalah “equity crowdfunding,” dan “pendanaan terorisme.”
Bagian pendahuluan pada sebuah tugas akhir berfungsi sebagai gambaran yang
menunjukkan atau menjelaskan topik yang dipilih dapat diteliti/dikerjakan. Pendahuluan
merupakan uraian yang lengkap dan sistematik dari topik yang dipilih. Bagian ini memuat
proses perumusan masalah, metode yang digunakan, pendekatan yang digunakan dan teori
sebagai landasan untuk menjawab rumusan masalah. Pendahuluan disarankan maksimal 10%
dari keseluruhan tulisan; tidak termasuk Daftar Isi, Daftar Rujukan, dan Lampiran.
4
James E. Mauch dan Jack W. Birch, Guide to the Successful Thesis and Dissertation: A Handbook for
Students and Faculty, ed. 3, (New York: Marcel Dekker, 1993), hlm. 96.
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 99-107.
6
Kjell Erik Rudestam dan Rae R. Newton, Surviving Your Dissertation: A Comprehensive Guide to Content
and Process, (Los Angeles: Sage Publication, 2015), hlm. 82.
7
Eugene Volokh, Academic Legal Writing: Law Review Articles, Student Notes, Seminar Papers, and
Getting on Law Review, ed. 3, (New York: Foundation Press, 2007), hlm. 9.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa tinjauan pustaka merupakan sebuah interpretasi penulis
terhadap literatur yang dibacanya. Hal ini juga merupakan upaya penulis untuk menunjukkan
sejauh mana ia mengetahui literatur yang relevan dengan penelitian yang ia lakukan.
Sementara itu, sebagaimana dikutip dalam Hutchinson, Walter mendefinisikan tinjauan
pustaka sebagai analisa kritis terhadap literatur terkait penelitian yang ada. Melalui tinjauan
pustaka ini penulis akan mendapatkan pengetahuan mengenai apa yang telah diketahui dan apa
yang belum diketahui dari penelitian terkait yang sebelumnya telah dilakukan. 9 Dengan
demikian, tujuan terpenting dari tinjauan pustaka adalah menunjukkan state of the art,
kekosongan yang ada dalam literatur terdahulu, dan kebaruan dari penelitian yang penulis
lakukan.
Murray mengemukakan bahwa tinjauan pustaka dapat didefinisikan baik sebagai proses
maupun sebagai produk. Sebagai proses, tinjauan pustaka merupakan suatu upaya dari penulis
untuk mengeksplorasi literatur yang ada, memformulasikan masalah dalam penelitian,
menjelaskan arah penelitian yang dilakukan, atau untuk membandingkan gagasan dari
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan. 10 Terkait fungsi tinjauan pustaka
sebagai proses ini, dapat pula diperhatikan pandangan Mauch dan Birch yang menyatakan
bahwa tinjauan pustaka berguna untuk: a) membantu penulis dalam memperoleh pengetahuan
awal yang cukup tentang bidang yang diteliti, b) memperoleh pengetahuan tentang metodologi
yang biasa digunakan dalam penelitian di bidang terkait, serta gambaran bagaimana fungsi dari
metodologi tersebut sesuai dengan kajian yang dilakukan, c) membangun argumen untuk
menegaskan bahwa penelitian yang diteliti memang bermanfaat dan perlu dilakukan, d)
mempersempit rumusan masalah, e) menghasilkan hipotesis atau pertanyaan yang berguna bagi
penelitian yang dilakukan, dan f) memperlihatkan perkembangan literatur terkait topik sampai
8
Rowena Murray, How to Write a Thesis, ed. 2, (Berkshire: Open University Press, 2006), hlm. 108.
9
Terry Hutchinson, Researching and Writing in Law, ed. 4, (Pyrmont, NSW: Thomson Reuters, 2018),
hlm. 52.
10
Murray, How to Write…, hlm. 108-109.
11
Mauch dan Birch, Guide to the Successful…, hlm. 107-110. Perlu diperhatikan bahwa penelitian hukum
seringkali tidak menggunakan hipotesis.
12
Menurut Mauch dan Birch, tinjauan pustaka harus memberikan informasi mengenai perkembangan dan
kondisi terbaru dari topik yang hendak diteliti. Dengan tinjauan pustaka, penulis menunjukkan bagaimana
penelitian yang akan dilakukan mampu berkontribusi pada pengetahuan yang telah ada. Untuk itu, maka di dalam
tinjauan pustaka, penulis juga harus mampu memperlihatkan dengan sangat jelas adanya beberapa hal yang masih
kosong/kurang dari penelitian yang telah dilakukan, apa saja yang menjadi kekurangan itu, dan bagaimana
penelitian yang akan dilakukan akan mengisi kekosongan/kekurangan tersebut. Mauch dan Birch, Guide to the
Successful…, hlm. 111.
13
Murray, How to Write…, hlm. 108-109.
14
Selain itu, Stenberg mengungkapkan beberapa manfaat lain dari kajian literatur. Kajian ini berguna untuk
memperlihatkan keterkaitan antara riset yang akan dilakukan dengan bidang ilmu yang menaunginya. Dengan ini,
kajian pustaka berguna untuk menempatkan topik penelitian yang akan dilakukan di dalam gambar besar tema
dan bidang ilmu. Kajian juga bermanfaat dalam memberikan petunjuk mengenai orisinalitas tulisan. Terakhir,
kajian juga berguna untuk melahirkan bibliografi, yang akan sangat berguna terutama dalam hal proposal
penelitian. Namun perlu disampaikan bahwa bibliografi yang terlalu banyak dapat menurunkan penilaian pembaca
terhadap penelitian, terutama jika memuat bibliografi yang tidak relevan dengan penelitian. Sedangkan di sisi lain,
bibliografi yang terlalu singkat juga bermasalah bagi peneliti karena akan menimbulkan kesan bagi pembaca
bahwa proposal/penelitian tidak disusun secara serius dan baik. Sternberg, How to Complete…, hlm. 92-96.
_____________________
1
Murray, How to Write a Thesis, ed. 2, (Berkshire: Open University Press, 2006),
hlm. 108.
2
Murray (2006), How to Write… hlm 103; Mauch & Birch (1993), Guide to the
Successful…, hlm. 107-110; Soerjono Soekanto (1986), Pengantar Penelitian Hukum…
Tinjauan pustaka tidak selamanya harus ditulis dalam satu subbab sendiri, atau bahkan
di dalam satu bab tersendiri. Cara penulisan tinjauan pustaka sangat tergantung dari bagaimana
penulis mengarahkan tinjauan pustakanya. Dengan demikian, tinjauan pustaka dapat saja
terlihat dalam beberapa bagian, subbagian, atau bahkan bab. Tulisan Cooper di bawah ini
menjelaskan jenis-jenis (taksonomi) tinjauan pustaka berdasarkan karakternya. Menurut
Cooper, taksonomi tinjauan pustaka dapat dibedakan berdasarkan fokus, tujuan, perspektif,
cakupan (coverage), penyusunan (organisasi) tinjauan pustaka, dan target pembaca (audience).
15
Murray, How to Write…, hlm. 115.
16
Misalnya, “Murray menguraikan bahwa …”,
1.3.1. Fokus
Fokus dalam tinjauan pustaka terkait dengan bahan yang menjadi perhatian utama dari
penulis. Cooper membagi fokus tinjauan pustaka ke dalam:
a. hasil penelitian;
b. metode penelitian;
c. teori; dan
d. praktik atau aplikasi.
17
Harris M. Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses: A Taxonomy of Literature Reviews,” Knowledge
in Society 1 (1988), hlm. 108.
18
Justus Randolph, “A Guide to Writing the Dissertation Literature Review,” Practical Assessment,
Research, and Evaluation 14, No. 13 (2009), hlm. 2.
19
Ibid., hlm. 2-3.
20
Ibid., hlm. 3.
21
Ibid.
Kedua, tinjauan pustaka yang bertujuan untuk memuat analisis kritis. Meskipun
sebagian besar tinjauan pustaka memuat integrasi, sintesis, atau generalisasi, tinjauan pustaka
dapat memiliki tujuan berupa analisis kritis atas literatur yang ada. Tinjauan pustaka yang berisi
kritik ini dilakukan untuk memperlihatkan kelemahan hasil penelitian terdahulu. 23 Dengan
analisis kritis terhadap literatur yang sudah ada, tinjauan pustaka dapat memberikan
pembenaran bagi penelitian yang akan dilakukan dengan memperlihatkan bagaimana penulis
dapat memperbaiki kelemahan dari literatur sebelumnya.24
Ketiga, tinjauan pustaka dapat memiliki tujuan sebagai alat untuk identifikasi isu atau
argumen pokok dari suatu kajian. Isu atau argumen pokok dari suatu kajian ini dapat terkait
dengan pertanyaan yang telah mendominasi penelitian sebelumnya, pertanyaan yang mungkin
akan mendominasi penelitian di masa depan, atau persoalan metodologis yang menghambat
kemajuan suatu topik.
Sebuah tinjauan pustaka biasanya memuat setidaknya satu di antara tujuan-tujuan di
atas. Meski demikian, setidaknya tinjauan pustaka memuat tujuan yang bersifat integratif,
karena tanpa integrasi, sintesis, atau generalisasi dari penelitian sebelumnya, seorang penulis
akan kesulitan untuk menentukan konteks dan kerangka dari penelitian yang akan
dilakukannya.
22
Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses…,” hlm. 108
23
Ibid., hlm. 108-109.
24
Randolph, “A Guide to Writing…,” hlm. 3.
1.3.4. Cakupan
Cakupan dalam tinjauan pustaka menggambarkan bagaimana penulis menemukan,
memilih, dan memasukkan literatur yang relevan ke dalam tulisannya. Cooper membagi
cakupan tinjauan pustaka ke dalam empat tipe, yaitu tinjauan yang lengkap (exhaustive
coverage), tinjauan lengkap dengan rujukan selektif (exhaustive coverage with selective
citation), tinjauan yang representatif (representative), dan tinjauan atas literatur utama
28
(central). Pada tipe tinjauan yang lengkap, tinjauan pustaka berisi tinjauan yang
komprehensif dan mendalam atas literatur yang ada. Penulis melakukan tinjauan atas seluruh
atau sebagian besar literatur yang ada, dan bukan hanya sampel atau seleksi sebagian dari
literatur tersebut.
Meskipun sama seperti pada tinjauan lengkap (exhaustive coverage), di mana penulis
mengumpulkan literatur selengkap mungkin, pada tinjauan lengkap dengan rujukan selektif
(exhaustive coverage with selective citation), penulis hanya memaparkan rujukan tertentu saja
dari literatur yang dikumpulkannya. Dengan demikian, perbedaan kedua tipe tinjauan pustaka
ini terletak pada kedalaman pembahasan. Pada tinjauan lengkap penulis memberikan paparan
25
Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses…,” hlm. 110.
26
Ibid.
27
Randolph, “A Guide to Writing…,” hlm. 4.
28
Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses…,” hlm. 110-111.
29
Randolph, “A Guide to Writing…,” hlm. 4.
30
Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses…,” hlm. 111-112.
31
Bandingkan: Randolph, “A Guide to Writing…,” hlm. hlm. 4.
32
Cooper, “Organizing Knowledge Syntheses…,” hlm. 112.
33
Jika mengikuti pandangan Van Hoecke maka penelitian hukum yang bersifat normatif bukan sekedar
penelitian yang menjelaskan atau mensistematisasi norma, tetapi lebih dari itu adalah penelitian yang menjelaskan
posisi normatif penulis atau pilihan penulis tentang nilai yang ada. Penelitian yang normatif dapat juga bertujuan
untuk menemukan hukum yang “lebih baik” (better law). Pada penelitian seperti ini penulis memerlukan informasi
di luar ilmu hukum, seperti filsafat, sejarah, sosiologi, ekonomi, dan politik. Mark van Hoecke, “Legal Doctrine:
Which Method(s) for What Kind of Discipline?” dalam Mark van Hoecke (ed.), Methodologies of Legal Research:
Which Kind of Method for What Kind of Discipline? (Oxford: Hart Publishing, 2011), hlm. 10.
34
P. Ishwara Bhat, Idea and Methods of Legal Research, (Oxford: Oxford University Press, 2019), hlm.
28. Hutchinson juga mengatakan bahwa penelitian doktrinal terdiri dari dua proses, yaitu proses menemukan
sumber hukum, serta proses menafsirkan dan menganalisis sumber hukum tersebut. Lihat: Hutchinson,
Researching and Writing…, hlm. 51-52.
35
Bhat, Idea and Methods…, hlm. 29.
36
Yaqin menggunakan istilah penelitian sosial untuk merujuk pada penelitian hukum non-doktrinal.
37
Bhat, Idea and Methods…, hlm. 29.
38
Ibid., hlm. 29-30.
39
Ibid., hlm. 30-31.
40
Hutchinson, Researching and Writing…, hlm. 51.
41
Banakar dan Travers menerangkan bahwa penelitian doktrinal “use interpretive methods to examine case,
statutes, and other sources of law in an attempt to seek out, discover, construct or reconstruct rules and
principles.” Reza Banakar dan Max Travers, Theory and Research in Socio-Legal Research, (Portland: Hart
Publishing, 2005), hlm. 7.
42
Contoh law in society adalah hukum adat dan law in action adalah efektivitas hukum.
43
Salah satu buku yang dapat dirujuk untuk menyusun metode penelitian survei menggunakan metode
pengambilan sampel yang baik secara purposive ataupun random adalah: John W. Creswell, Research Design:
Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, (Thousand Oaks, CA: Sage Publications, 2003).
Hutchinson memberikan gambaran singkat mengenai ciri dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurutnya,
penelitian kuantitatif biasanya merupakan penelitian yang: (1) didasarkan pada prinsip positivisme yang
menganggap bahwa penelitian yang obyektif dan rasional sebagai sesuatu yang mungkin dilakukan; (2)
menggunakan sampel dari populasi tertentu; (3) menyelidiki “fakta” sosial; (4) secara ketat menggunakan desain
penelitian yang disusun sebelum penelitian dilakukan; (5) menggunakan hipotesa yang terus-menerus diuji
sebagai dasar penelitian; (6) menggunakan alat ukur kuantitatif seperti statistik; (7) menggunakan hasil penelitian
untuk memprediksi hasil di masa yang akan datang; dan (8) biasanya dituangkan dengan gaya bahasa seobyektif
mungkin.
Sementara penelitian kualitatif biasanya: (1) berangkat dari gagasan yang mengakui adanya subyektivitas
individu; (2) bertujuan mengeksplorasi hubungan sosial; (3) menggambarkan realitas yang dialami oleh para
responden sehingga memberikan gambaran internal (persepsi subyektif) terhadap sebuah keadaan sosial; (4) dapat
merupakan penelitian mendalam dari hasil data statistik yang telah diperoleh; (5) memungkinkan hipotesa
berkembang selama masa penelitian berlangsung; dan (6) hasil penelitian biasanya diungkapkan dalam gaya
naratif atau deskriptif yang menjadi sebuah kisah dari penelitian yang dilakukan. Penelitian kualitatif lebih
membuka diri terhadap kemungkinan adanya persepi yang bias dari subyek penelitian. Lihat: Hutchinson,
Research and Writing…, hlm. 135-136.
44
Hal ini tergantung pada konteks isu yang diangkat dalam penelitian tersebut. Apabila yang akan diteliti
merupakan komunitas adat yang terikat dengan wilayah geografisnya memang penting untuk meneliti masyarakat
itu dengan tetap terikat pada wilayah tempat tinggal aslinya. Akan tetapi pada konteks permasalahan yang hendak
melihat perbedaan tafsir terhadap aturan adat dari masyarakat tersebut ketika sudah berinteraksi dengan orang
luar, maka syarat geografis tidak lagi menjadi suatu keharusan. Untuk referensi dapat merujuk ke Franz von
Benda-Beckman dan Keebet von Benda-Beckman, Mobile People, Mobile Law: Expanding Legal Relations in A
Contracting World, ed. 2, (New York: Routledge, 2016).
45
Untuk informasi mengenai etika penelitian, dapat dilihat pada bagian Etika Penelitian dan Penulisan, Bab
II
46
Mark van Hoecke, “Legal Doctrine:…”, hlm. 14.
47
Ibid., hlm. 15.
48
Sanne Taekema, “Theoretical and Normative Frameworks For Legal Research: Putting Theory into
Practice,” Law and Method Journal, (2018), DOI: 10.5553/REM/.000031, hlm. 1-2.
49
Ibid., hlm. 7-8. Lihat pula Jan Smits, The Mind and Method of Legal Academic, (Cheltenham: Edward
Elgar, 2013), hlm. 44 et seq.
50
Taekema, “Theoretical and Normative…,” hlm. 4-5.
1.9. Pembahasan
Isi tugas akhir disampaikan dalam sejumlah bab. Jumlah bab pendahuluan sampai dengan
penutup ditentukan oleh pembimbing tugas akhir sesuai dengan alternatif yang dipilih. Bagian
1.10. Penutup
Bagian akhir dari tugas akhir berisi simpulan yang merupakan buah pikiran penulis
sendiri. Simpulan adalah jawaban dari rumusan masalah yang diuraikan pada bagian
pendahuluan serta beberapa penjelasan penting yang diuraikan di dalam pembahasan. Perlu
diperhatikan bahwa simpulan bukanlah ringkasan dari keseluruhan tugas akhir.
Penulis perlu memastikan adanya konsistensi antara latar belakang, rumusan masalah,
teori, metode, dan simpulan. Ia juga perlu memastikan adanya koherensi (kesinambungan) dan
kohesi (keterpaduan) antara pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Hal ini merupakan suatu
keharusan.
Pada bagian akhir dari tugas akhir penulis dapat memberikan saran. Namun perlu
ditegaskan bahwa saran bukanlah sebuah keharusan pada semua tugas akhir. Jumlah saran juga
tidak harus sama dengan jumlah rumusan masalah dan simpulan. Tidak semua rumusan
masalah harus diikuti dengan saran. Jika penelitian tidak mengungkapkan solusi untuk
menyelesaikan masalah, misalnya karena penelitian tidak ditujukan untuk mengatasi
permasalahan hukum melainkan untuk menghasilkan teori baru, saran tidaklah relevan. Namun
jika dari penelitian, penulis menemukan hal yang perlu diteliti lebih lanjut, penulis boleh
mengajukan saran bagi pihak lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.51
Saran kepada pembentuk hukum, seperti pemerintah, DPR, atau pengadilan,
sebenarnya kecil kemungkinannya untuk ditindaklanjuti. Karena itu, saran seperti ini biasanya
mubazir, sehingga lebih baik dihindari. Dalam dunia akademik, saran untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan penelitian lanjutan jauh lebih penting dan dibutuhkan dibandingkan
dengan saran kepada para pembentuk hukum.
51
Saran seperti ini disebut dengan “saran untuk penelitian selanjutnya” (suggestions for further research).
Tugas akhir dan artikel ilmiah merupakan hasil sebuah penelitian. Akan tetapi
seringkali tugas seorang penulis tidak selesai pada saat tugas akhir dipresentasikan dan
diserahkan kepada lembaga ataupun artikel ilmiah diterbitkan. Bukan tidak mungkin karya
ilmiah tersebut dianggap tidak sahih karena mencederai prinsip-prinsip etis baik pada saat
penelitian dilakukan maupun saat penulisan dilaksanakan.
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa hal terkait dengan etika yang harus diperhatikan
penulis. Terdapat empat hal terkait etika tersebut. Pertama, etika dalam hal berinteraksi dengan
individu atau komunitas yang menjadi subjek penelitian. Kedua, etika terkait penggunaan data
gambar, grafik, tabel milik pihak ketiga atau yang mengandung isu sensitif. Ketiga, etika dalam
pengungkapan identitas. Keempat, etika terkait penggunaan data putusan pengadilan.
2.2. Penggunaan Material Hasil Wawancara atau Pengamatan, Foto Gambar, dan
Grafik
Penulisan hasil penelitian dapat memuat data berupa gambar, grafik, maupun tabel.
Bentuk-bentuk data ini dapat dihasilkan oleh penulis sendiri sebagai intisari temuan lapangan
atau kajian kepustakaan. Penulis juga dapat menggunakan gambar, grafik, dan tabel dari
sumber lain. Misalnya, tabel dari laman Biro Pusat Statistik (BPS), infografis dari lembaga
penyedia layanan, atau grafik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penulis perlu
memberikan apresiasi kepada lembaga atau pihak yang menjadi sumber informasi, dengan cara
mencantumkan sumber tabel, gambar, dan grafik tersebut. Penulis perlu juga melakukan
konfirmasi dan memastikan bahwa gambar atau foto yang hendak dicantumkan tidak keliru.52
Tindakan ini diperlukan untuk mendukung keakuratan dan integritas data tulisan, sekaligus
mengurangi kemungkinan terjadinya gugatan di kemudian hari.
Terhadap grafik atau tabel terkait data sensitif, misalnya jumlah pengguna NAPZA,
angka korupsi di daerah tertentu, atau angka kekerasan seksual di kampus, penting untuk
dimintakan konfirmasi dari lembaga yang mengeluarkan data tersebut. Konfirmasi ini dapat
berupa pengecekan kebenaran data atau permohonan izin menggunakan atau mempublikasikan
data. Proses konfirmasi ini dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan menelusuri laporan
lengkap yang mendasari data tersebut.
Terhadap data, foto, gambar, grafik, atau tabel yang mengandung isu sensitif, misalnya
gambar yang memperlihatkan kasus kekerasan terhadap anak, atau gambar penangkapan pada
kasus prostitusi online, atau kasus perdagangan manusia, penulis dilarang menampilkan wajah
korban dan pelaku secara jelas. Foto proses mediasi atau proses pemberian keterangan saksi
52
Misalnya, foto dari dua kakak beradik di Vietnam sering disebut sebagai foto korban gempa bumi yang
terjadi di Nepal.
2.3. Penyebutan Nama dalam Hasil Wawancara dan Dokumen Bukan Putusan
Pengadilan
Nama informan, narasumber, dan responden hanya dapat dicantumkan apabila telah
disetujui oleh pihak yang bersangkutan. Apabila tidak disetujui oleh pihak yang bersangkutan,
nama tersebut ditulis dalam bentuk inisial atau nama fiktif. Hal ini juga berlaku untuk
penyebutan nama lembaga privat.
Nama-nama berikut hanya dapat dicantumkan inisialnya:
a. nama di dalam akta;
b. surat keterangan waris;
c. surat kematian;
d. nama para pihak dalam perjanjian;
e. nama para pihak dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan;
f. nama dalam dokumen yang bersifat rahasia atau mengandung informasi pribadi, termasuk
biometrik dan rekam medis;
g. nama perusahaan atau organisasi yang datanya mengandung rahasia perusahaan atau
organisasi tersebut;
Pada saat melakukan penelitian, penulis perlu terlebih dahulu menanyakan kesediaan
dari subjek yang diteliti terkait pencantuman identitas mereka di dalam tugas akhir. Apabila
pihak tersebut tidak keberatan maka penulis diperkenankan untuk mencantumkan identitas
subjek penelitian. Pada saatApabila subjek penelitian menyatakan keberatan ditampilkan data
diri mereka yang sebenarnya, maka dengan demikian identitas mereka harus disamarkan.
Penyamaran atau anonimitas di atas dilakukan untuk menjamin pelindungan keamanan diri
pribadi, properti, dan privasi dari subjek penelitian.
Nama-nama asli dan informasi pribadi yang tidak boleh dicantumkan atau hanya dapat
dicantumkan dalam bentuk inisial pada tugas akhir hanya dapat ditunjukkan pada saat sidang
tugas akhir dan terbatas untuk kepentingan sidang tersebut. Dokumen yang mengandung nama-
nama tersebut dilarang dilampirkan pada tugas akhir.
Contoh penulisan indensi yang sejajar dapat dilihat dari gambar di bawah.
Transkrip wawancara dan lampiran wajib diserahkan kepada pembimbing dan penguji
untuk kepentingan sidang ujian tugas akhir. Namun transkrip wawancara dan lampiran tersebut
tidak wajib dimasukkan ke dalam tugas akhir yang akan mendapatkan pengesahan dan
diserahkan kepada perpustakaan UI.
3.1.3.3. Lampiran
Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang
penulisan tugas akhir, tetapi tidak dicantumkan di dalam isi tugas akhir, karena akan
mengganggu kesinambungan pembacaan. Lampiran yang perlu disertakan dikelompokkan
3.2.1. Kertas
Spesifikasi kertas yang digunakan:
a. Jenis kertas : HVS
b. Warna : Putih polos
c. Berat : 60 gram
d. Ukuran : A4 (21,5 cm x 29,7 cm)
3.2.2. Pengetikan
Ketentuan pengetikan adalah sebagai berikut:
a. Posisi penempatan teks pada tepi kertas:
1) Batas kiri : 3 cm dari tepi kertas
2) Batas kanan : 3 cm dari tepi kertas
3) Batas atas : 3 cm dari tepi kertas
4) Batas bawah : 3 cm dari tepi kertas
53
Hanya untuk kepentingan pengujian Turnitin, bentuk word dari naskah Tugas Akhir jangan memasukkan
footer “Universitas Indonesia.”
________________
77
HL Bolton (Engineering) Co Ltd v TJ Graham & Sons Ltd [1957] dalam
James Gobert, “Corporate Criminality: Four Models of Fault,” Legal Studies 14, No.
3 (November 1994), hlm. 401.
Gambar 4. Contoh Pengutipan yang Salah
Lord Denning dalam HL Bolton (Engineering) Co Ltd v TJ Graham & Sons Ltd
[1957], sebagaimana dikutip oleh Gobert, berikut ini:
“A company may in many ways be likened to a human body. It has a brain and a nerve
centre which controls what it does. It also has hands which hold the tools and act in
accordance with directions from the centre. Some of the people in the company are
mere servants and agents who are nothing more than hands to do the work and cannot
be said to represent the mind or will. Others are directors and managers who
represent the directing mind and will of the company and control what it does.”77
________________
77
James Gobert, “Corporate Criminality: Four Models of Fault,” Legal Studies
14, No. 3 (November 1994), hlm. 401.
Gambar 5. Contoh Pengutipan yang Benar
Dari ketentuan di atas, terlihat bahwa tindakan plagiat tidaklah harus selalu dilakukan
secara sengaja, tetapi juga dapat dilakukan dengan tidak sengaja. Faktor ketidaksengajaan ini
seringkali terjadi karena penulis hanya menyalin ulang kalimat dari teks yang dirujuknya tanpa
perubahan yang cukup, karena menganggap dirinya telah mencantumkan sumber rujukan untuk
teks yang dikutipnya.
Penulisan sumber rujukan saja tidaklah cukup. Penulis masih harus menerapkan
beberapa teknik untuk menghindari plagiarisme. Teknik tersebut adalah: membuat parafrase
(paraphrasing), membuat ringkasan (summarizing), dan membuat kutipan langsung
(quotation).
4.1.1. Parafrase
Secara etimologi kata parafrase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang
lain tanpa mengubah pengertian.” 55 Parafrase merupakan teknik penyajian kembali sebuah
karya tulis yang menjadi sumber informasi dengan kata atau kalimat dari penulis sendiri,
namun tanpa mengubah maupun menghilangkan makna sesungguhnya dari karya tulis yang
dirujuk.
Parafrase digunakan ketika penulis menggunakan kutipan tidak langsung. Teknik
parafrase ini adalah penyusunan kalimat yang dibuat oleh penulis sendiri untuk menjelaskan
ide atau pendapat orang lain dari suatu rujukan dengan menyebutkan sumbernya. Tujuan utama
dari parafrase ini adalah untuk menyampaikan inti dari ide, pendapat, atau argumen orang lain,
54
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2021 tentang Integritas Akademik dalam Menghasilkan Karya Ilmiah, BN Tahun 2021 Nomor 1363, Ps. 10 ayat
3.
55
Kamus Besar Bahasa Indonesia, tersedia pada: https://kbbi.web.id/parafrasa, diakses pada 25 September
2022.
Dalam uji kemiripan naskah melalui tools, seperti piranti lunak Turnitin atau
Ithenticate, kalimat yang mirip atau sama dengan kalimat pada rujukan, akan ditandai dengan
warna khusus. Pemberian warna ini dapat menjadi indikasi adanya plagiarism. Dalam hal ini,
penulis wajib melakukan perubahan terhadap teks yang ditandai dengan warna khusus tersebut.
56
UNSW, "Paraphrasing, Summarising and Quoting," tersedia pada
https://www.student.unsw.edu.au/paraphrasing-summarising-and-quoting, diakses pada 25 September 2022.
57
Francisca Jungslager dan Wilma Maljaars, Kritisch Denken & Schrijven: Van Onderzoeksvraag naar
Wetenschappelijke Tekst, (Bussum: Uitgeverij Coutinho, 2018), hlm. 76.
Beberapa orang mencoba mengelabui piranti lunak penguji kemiripan dengan berbagai
cara. Pengelabuan ini sangat dilarang dan merupakan pelanggaran akademik yang serius.
Pengulas (reviewer) pasti mengetahui kecurangan ini, dan pelaku kecurangan akan mendapat
sanksi yang berat.
Ringkasan merupakan pandangan singkat atas sebuah teks rujukan. Tujuan dari
meringkas adalah untuk mempersingkat atau memadatkan teks rujukan ke dalam beberapa
gagasan yang paling penting dari teks tersebut. Membuat ringkasan memiliki persamaan dan
perbedaan dengan parafrase. Persamaannya adalah baik ringkasan dan parafrase menggunakan
kata yang berbeda dari kata yang digunakan dalam teks yang dirujuk. Perbedaannya adalah di
dalam ringkasan penulis menggunakan kalimat yang jauh lebih singkat dari teks rujukan, dan
hanya mengungkapkan gagasan penting dari teks tersebut. Dengan demikian, ringkasan akan
lebih singkat dibandingkan dengan parafrase atau kutipan langsung.
Ringkasan dilakukan ketika:
a. Penulis hendak menyingkat teks yang panjang, misalnya sebuah subbagian, alinea yang
panjang, atau bahkan sebuah bab;
b. Penulis hendak mengungkapkan gagasan penting dari teks yang dirujuk dengan
menggunakan kalimat sendiri tanpa menggunakan contoh atau keterangan mendetail yang
ada di dalam teks tersebut;
c. Penulis hendak menunjukkan bukti atau dukungan bagi pendapatnya.58
Panjang atau singkatnya ringkasan berbeda-beda, tergantung dari panjangnya teks yang
dirujuk, seberapa informasi yang hendak diungkapkan dari teks tersebut, dan seberapa selektif
penulis dalam melakukan ringkasan. Ringkasan ini dimulai dengan membaca teks yang
58
UNSW, "Paraphrasing, Summarising …."
Kutipan langsung dilakukan dengan membubuhkan tanda kutip pada awal dan akhir
kalimat yang dikutip (“...”). Di dalam melakukan kutipan langsung, penulis pada dasarnya tidak
dibenarkan melakukan perubahan apapun pada tulisan yang dirujuk. Apabila perubahan tetap
dilakukan, maka penulis harus mengindikasikan perubahan tersebut. Jika penulis menganggap
terdapat kesalahan penulisan (saltik/typo) pada sumber asli, penulis wajib menambahkan tanda
[sic!] pada kata yang dianggap salah tersebut. Jika penulis menambahkan penekanan pada
sumber asli, penulis menggunakan kata yang ditulis dengan “huruf miring/tebal dari penulis”62
pada akhir kutipan. Jika penulis ingin mengabaikan catatan kaki yang ada di dalam sumber asli,
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Jungslager dan Maljaars, Kritisch Denken…, hlm. 72.
62
Pilih cara penekanan dengan menulis miring (italic) atau tebal (bold).
Satu kutipan langsung tidak boleh melebihi dua alinea sumber asli. Panjang penjelasan
atau interpretasi penulis terhadap kutipan tersebut minimal satu alinea untuk setiap kutipan
langsung. Dengan cara seperti ini, akan terlihat bahwa kutipan langsung ini benar-benar dibuat
sesuai dengan tujuan dan fungsinya, dan bukan sebagai cara untuk mengakali piranti pendeteksi
kemiripan.
63
Jungslager dan Maljaars, Kritisch Denken…, hlm. 73.
64
Hutchinson, Researching and Writing…, hlm. 264
65
Ibid.
Sementara bentuk kutipan langsung yang mengambil hanya sebagian dari teks asli
dapat dilihat dalam contoh berikut ini:
“The larger segment of the village, above the kaum, is called the suku and many have regarded it as a
major lineage and an exogamous unit (Tanner 1969; Ng 1987; Krier 1995).[...] There have been practices
of men entering a new suku because they feel more associated to it and newcomers of the village will
have to choose which suku they wish to enter, with the permission of the penghulu (Bachtiar 2007).[…]
He has authority to make decisions, represent the suku in relation to outside parties and has the right to
be kept informed about everything that goes on in his suku or involving his suku members (Ng 1987;
Bachtiar 2007).”1
__________________________
1Ratih Lestarini, M. Dianwidhi Pranoto, dan Tirtawening. “The Fault in Traditional and Formal Approaches to Domestic
Violence: A Call for Reform in West Sumatra,” Journal of International Women's Studies 22, No. 1 (2021), hlm. 155.
Teknik penulisan catatan kaki dan daftar rujukan mengacu pada model The Chicago
Manual of Style edisi terakhir (Kate L. Turabian), dengan beberapa adaptasi dan perubahan
sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan di Indonesia. Dengan demikian, gaya sitasi dalam
panduan ini tidak dapat disebut dengan gaya Chicago Manual of Style/Turabian, tetapi lebih
tepat disebut adaptasi dari gaya tersebut, atau dapat disebut sebagai “gaya FHUI.”
Dalam penulisan sumber rujukan pada catatan kaki, penulis tidak lagi menggunakan op
cit dan loc cit, namun menggunakan kata terakhir nama pengarang atau nama keluarga dan
judul pendek satu sampai tiga kata yang diikuti dengan elipsis/tiga titik (“…”).66 Kata Ibid
tidak dapat digunakan untuk merujuk peraturan perundang-undangan, akta perjanjian, konvensi
internasional, peraturan perusahaan, keputusan, dan fatwa lembaga. Selain itu, penomoran
catatan kaki berurut dan berlanjut dari Bab 1 sampai dengan Bab terakhir.
Catatan kaki ditulis dengan jenis huruf Times New Roman 10 poin, rata kanan, dan
diketik dengan jarak satu spasi. Indensi baris pertama pada catatan kaki berjarak satu cm dari
marjin kiri. Catatan kaki untuk baris berikutnya ditulis dengan rata kiri dan kanan. Antar catatan
kaki tidak diberikan jarak.
Daftar Rujukan ditulis dengan jenis huruf Times New Roman 12 poin, diketik dengan
jarak satu spasi. Setiap sumber ditulis dengan model hanging indention, yaitu pada baris
pertama ditulis rata kiri dan kanan, dan pada baris selanjutnya ditulis rata kiri dan kanan
berjarak 1,5 cm dari marjin kiri. Antar sumber rujukan tidak diberikan jarak spasi.
Untuk penulisan rujukan dan Daftar Rujukan, perlu memperhatikan beberapa hal
berikut:
66
Jika diperlukan dapat lebih dari tiga kata.
Teknik penulisan catatan kaki dan Daftar Rujukan dapat dilihat pada penjabaran
sebagai berikut.
4.3.1.6. Terjemahan
1). Untuk Catatan Kaki
45
Hans Kelsen, Pure Theory of Law [Reine Rechtslehre], diterjemahkan oleh Max
Knight, (Clark, NJ: The Lawbook Exchange, Ltd., 2005), hlm. 320.
Contoh 1
Dalam catatan kaki:
3
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, jilid 1, (Damaskus:
Dar al-Fikr al-Islamiy, 2006), hlm. 92.
Contoh 2
Dalam catatan kaki:
4
Ibrahim Musthafa Al-Najjar, et al., Al-Mu’jam Al-Wasith, ed. kelima,
(Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dawliyah: 2011), hlm. 9.
Contoh 4:
Dalam Catatan Kaki:
6
Christian von Bar, The Common European Law of Torts Volume Two:
Damage and Damages, Liability for and without Personal Misconduct, Causality,
and Defences, (Oxford: Clarendon Press, 2000), hlm. 462-463.
Contoh 5:
Dalam Catatan Kaki:
7
Elizabeth van Schilfgaarde, “Negligence under the Netherlands Civil
Code: An Economic Analysis,” California Western International Law Journal
21 (1991), hlm. 272.
Contoh 7:
Dalam Catatan Kaki:
9
P.M. van den Brekel, E.M.J. Hardy, dan N.J.A.P.B. Niessen,
Bestuursrecht, (Den Haag: Boom Juridische uitgevers, 2007), hlm. 118.
Untuk pengarang Indonesia yang tidak memiliki nama keluarga, nama paling belakang
dianggap sebagai nama keluarga. Penulisan untuk nama ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Gambar 18. Contoh penulisan nama yang tidak memiliki nama keluarga
4.3.2. Artikel
4.3.2.1. Jurnal
1). Untuk Catatan Kaki
Penulisan artikel jurnal pada catatan kaki disusun sebagai berikut: [Nama pengarang],
[“judul artikel”], [judul jurnal] [volume jurnal], [nomor/issue] [(tahun terbitan)], [halaman
yang dirujuk]. Contoh penulisan ini dapat dilihat di bawah ini.
8
Lidwina Inge Nurtjahyo, “Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
di Dewan Adat Terkait dengan Penyelesaian Kasus-Kasus Kekerasan Terhadap
4.3.3.2. Tesis
1). Untuk Catatan Kaki
2
Djarot Dimas Achmad Andaru, “Analisis Penerapan Prinsip Siracusa dan
Pelaksanaan Ketentuan International Health Regulations 2005 terhadap Kebijakan
Indonesia dalam Penanganan dan Pencegahan Pandemi Covid-19.” (Tesis Magister
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2021), hlm. 25.
4.3.3.3. Disertasi
1). Untuk Catatan Kaki
6
Febby Mutiara Nelson, “Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan:
Menggagas Penanganan Tindak Pidana Korupsi Melalui Konsep Plea Bargaining dan
Pada bagian catatan kaki, putusan pengadilan pertama kali ditulis berdasarkan format:
[nama pengadilan], [jenis putusan] [nomor putusan], [pihak melawan pihak] [(tahun
dibacakannya putusan)], [halaman yang dirujuk]. Untuk selanjutnya putusan pengadilan ditulis
berdasarkan format: [pihak melawan pihak] [(nama pengadilan, tahun dibacakannya putusan)].
11
Pengadilan Negeri Manado, Putusan Nomor 284/Pid.B/2005/PN.Mdo., RI
melawan PT Newmont Minahasa Raya dan Richard Bruce Ness (2005), hlm. 1.
12
[tulisan lain]
13
RI melawan PT Newmont Minahasa Raya dan Richard Bruce Ness (PN
Manado, 2005), hlm. 57.
Gambar 20. Contoh rujukan putusan pengadilan di dalam catatan kak
Penulisan putusan pengadilan pada catatan kaki dan daftar rujukan dilakukan dengan
merujuk pada contoh di bawah ini.
4.3.4.1. Pengadilan Negeri
1). Putusan Pidana
a). Putusan Praperadilan
i). Untuk Catatan Kaki
12
Pengadilan Negeri Sintang, Putusan Praperadilan
No.01/Pid.Prap/2015/PN.Stg., Halimah binti Andut melawan RI (2015), hlm. 3.
67
Perlu diperhatikan bahwa putusan dalam pengadilan agama seringkali merupakan putusan yang tidak
terbuka untuk umum, sehingga nama para pihak harus ditulis dalam inisial.
68
Yang diminta pengujian adalah Perpres Nomor 18 Tahun 2016.
2). Fatwa
a). Untuk Catatan Kaki
10
Mahkamah Agung, Fatwa No.30/Tuaka.Pid/IX/2015, Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Pemohon) (2015), hlm. 7.
Pasal 109 ayat (5) UU No. 18 Tahun 2013 (UUP3H) menyatakan bahwa “Pidana
pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 82 sampai dengan Pasal 103.”
69
Dalam uji materil UU Nomor 36 Tahun 2014.
14
Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan,
UU Nomor 18 Tahun 2013, LN Tahun 2013 No. 130 TLN No. 5432, selanjutnya disebut
UUP3H, Pasal 109 ayat (5).
15
UUP3H, Pasal 110.
Untuk catatan kaki peraturan perundang-undangan yang telah diubah ditulis dengan
ketentuan berikut:
a. Kutipan pertama : [nama peraturan yang diubah], [nomor peraturan], [LN Tahun… No.
… TLN No. … peraturan yang diubah], [sebagaimana telah diubah oleh UU Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, [LN Tahun… No. … TLN No. …], [selanjutnya disebut
(singkatan nama peraturan yang diubah) sebagaimana diubah oleh UUCK, [Pasal].
b. Sedangkan untuk Kutipan selanjutnya : [Singkatan UU yang diubah], [sebagaimana diubah
dengan UUCK], [Pasal…].
50
Undang-Undang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU
Nomor 32 Tahun 2009, LN Tahun 2009 No. 140 TLN No. 5059, sebagaimana diubah oleh
UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, LN Tahun 2020 No. 245, TLN No. 6573,
selanjutnya disebut UUPPLH sebagaimana diubah oleh UUCK, Pasal 88.
51
UUPPLH sebagaimana diubah oleh UUCK, Pasal 87.
Proses pengangkatan hakim Pengadilan Agama, sebagaimana diatur dalam Pasal 13A
UUPA, dilakukan melalui seleksi secara transparan, akuntabel, dan partisipatif yang
dilakukan oleh MA dan KY.1 Tugas hakim adalah memeriksa, mengadili, dan memutus
suatu perkara. Berkenaan dengan kewajiban hakim ini, Pasal 19 ayat (1) UUPA perubahan
tahun 2009 menyatakan bahwa hakim diberhentikan tidak dengan hormat apabila ia
melalaikan kewajiban melaksanakan tugasnya selama tiga bulan terus menerus.2 Pasal ini
mengubah Pasal 19 UUPA perubahan tahun 2006 yang tidak menentukan jangka waktu
kelalaian menjalankan kewajiban tersebut.3
_______________
1
Undang-Undang Tentang Peradilan Agama, UU Nomor 7 Tahun 1989, LN Tahun 1989 No. 49 TLN
No. 3400, sebagaimana diubah terakhir oleh UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989, LN Tahun 2009 No. 159 TLN No. 5078, selanjutnya
disebut UUPA, Pasal 13A.
2
Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7
Tahun 1989, UU Nomor 50 Tahun 2009, LN Tahun 2009 No. 159 TLN No. 5078, selanjutnya disebut UUPA
perubahan tahun 2009, Pasal 19.
3
Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989,
UU Nomor 3 Tahun 2006, LN Tahun 2006 No. 22 TLN No. 4611, selanjutnya disebut UUPA perubahan tahun
2006, Pasal 19.
Zakat yang merupakan salah satu kewajiban umat Islam hanya dapat diterima oleh
delapan golongan sebagaimana ditentukan dalam Q.S. at-Taubah (9): 60 yaitu fakir,
miskin, amil, mualaf, riqab, gharimin, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
Tulisan yang mengutip atau merujuk langsung dari kitab suci al-Qur’an ditulis pada
catatan kaki dengan format: [nama kitab suci] [nomor surat]:[nomor ayat]. Pada daftar rujukan,
ditulis dengan format: [nama kitab suci]. Contohnya:
Tulisan yang mengutip atau merujuk pada terjemahan kitab suci al Qur’an ditulis pada
catatan kaki dengan format: [nama kitab suci] [nomor surat]:[nomor ayat] dalam [judul],
[diterjemahkan oleh nama atau lembaga penerjemah], [(nama kota penerbit: nama penerbit,
tahun terbitan)]. Pada daftar rujukan, ditulis dengan format: [judul]. [nama atau lembaga
penerjemah]. [nama kota penerbit]: [nama penerbit], [tahun terbitan]. Contohnya:
Tulisan yang mengutip atau merujuk pada tafsir kitab suci al Qur’an ditulis pada catatan
kaki dengan format: [nama], [judul], [(nama kota penerbit: nama penerbit, tahun terbitan)],
[halaman]. Pada daftar rujukan, ditulis dengan format: [nama]. [judul]. [nama kota penerbit]:
[nama penerbit], [tahun terbitan]. Contohnya:
Gambar 34. Contoh catatan kaki dan daftar rujukan kitab hadis
Dalam daftar rujukan, kitab suci ditulis dalam kategori khusus yaitu kitab suci.
Sedangkan, terjemahan kitab suci, tafsir kitab suci, dan kitab hadis ditulis dalam kategori buku.
4.3.7.3. E-Mail
1). Untuk Catatan Kaki
8
Michele Kirschenbaum, pesan elektronik kepada penulis, 18 Januari 2019.
4.3.7.4. Facebook
1). Untuk Catatan Kaki
9
International Criminal Court-ICC, “Unite to #EndMassCrimes,” Facebook 27
April 2022,
https://www.facebook.com/photo/?fbid=361470412684827&set=a.149440740554463
, diakses pada 25 September 2022.
5.1. Skripsi
Sistematika tulisan pada Skripsi untuk Sarjana Ilmu Hukum pada intinya harus terdiri dari
pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Skripsi ditulis sekurang-kurangnya 4 (empat) bab dan
minimal 18.000 kata tidak termasuk catatan kaki dan daftar rujukan.
Pada bagian Pendahuluan, sekurang-kurangnya terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional atau kerangka konsep, metode
penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bagian Pembahasan memuat hasil penelitian, dan
analisis data penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Bagian Penutup berisi
simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah penelitian dan saran. Susunan sistematika
penulisan proposal dan Skripsi ini dapat dilakukan dengan ketentuan berikut:
5.4. Disertasi
Sistematika tulisan pada disertasi untuk Doktor Ilmu Hukum pada intinya harus terdiri dari
pendahuluan, kebaruan penelitian, tinjauan pustaka atau landasan/kerangka teori, pembahasan,
dan penutup.
Topik tentang Indonesia sangat menarik untuk diangkat, tetapi dalam penulisan perlu
dijelaskan relevansi atau kaitannya dengan teori atau perbandingan, khususnya dikaitkan
dengan pembahasan dalam literatur secara global. Dalam menulis artikel perlu dihindari
penulisan yang hanya bersifat deskriptif. Artikel yang hanya bersifat deskriptif, yaitu hanya
menjelaskan isi peraturan tanpa analisis mendalam, seringkali tidak menarik di mata editor dan
mitra bestari sehingga sangat mungkin untuk ditolak. Contoh di bawah ini menunjukan
komentar negatif dari mitra bestari atas tulisan yang bersifat deskriptif, sehingga editor
memutuskan untuk menolak artikel.
6.2. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian kunci yang menjadi pertimbangan awal bagi editor (desk
review). Di dalam praktik penilaian artikel, editor maupun mitra bestari akan terlebih dahulu
membaca bagian abstrak dan pendahuluan (introduction).
Pendahuluan memuat latar belakang, thesis statement, pertanyaan penelitian yang
hendak dijawab, dan kerangka karangan (outline). Latar belakang berisi alasan atau penjelasan
mengapa tulisan dibuat, dan mengapa pertanyaan penelitian tertentu yang akan dibahas. Latar
belakang akan mengantar pada pertanyaan yang hendak dijawab (research question). Semakin
jauh dimulainya latar belakang dari pertanyaan penelitian, semakin panjang latar belakang
yang harus ditulis. Akibatnya pendahuluan pun akan semakin panjang. Artikel yang baik akan
dimulai dari hal yang dekat dengan rumusan masalah yang hendak dibahas.
Untuk latar belakang, perhatikan contoh latar belakang untuk judul tulisan “Litigasi
Perubahan Iklim di Indonesia.” Judul di atas memiliki setidaknya dua kemungkinan penulisan
latar belakang. Pertama, latar belakang dimulai dengan pembahasan mengenai apa itu
perubahan iklim. Kemudian disusul dengan pembahasan mengenai hukum perubahan iklim,
selanjutnya litigasi perubahan iklim, dan dilanjutkan dengan litigasi perubahan iklim di
Indonesia. Kedua, latar belakang langsung dimulai dengan pembahasan mengenai litigasi
perubahan iklim dan selanjutnya litigasi perubahan iklim di Indonesia. Kemungkinan yang
kedua akan menghasilkan latar belakang yang jauh lebih ringkas dan padat dibandingkan
dengan kemungkinan pertama. Mengingat artikel jurnal memiliki keterbatasan jumlah kata dan
halaman, kemungkinan kedua lebih baik untuk digunakan sebagai latar belakang sebuah
artikel.
Bagian pendahuluan juga harus memuat thesis statement, yaitu suatu ide utama, klaim,
alasan, atau topik inti dalam suatu artikel.71 Dalam sebuah artikel, thesis statement dapat pula
70
Volokh, Academic Legal Writing, hlm. 9-38. Lihat juga: Andri Gunawan Wibisana, “Menulis di Jurnal
Hukum: Gagasan, Struktur, dan Gaya,” Jurnal Hukum & Pembangunan 49, No. 2 (2019), hlm. 474-479.
71
Eugene Volokh, “Writing a Student Article,” Journal of Legal Education 48, No. 2 (1998), hlm. 254.
72
Disarikan dari Wibisana, “Menulis di Jurnal Hukum…,” hlm. 471-496.
Tidak
A. Peraturan
Peraturan Menteri Kebudayaan, Pendidikan dan Riset Tentang Intergritas Akademik dalam
Menghasilkan Karya Ilmiah, Nomor 39 Tahun 2021. BN Tahun 2021 Nomor 1363.
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Tentang Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir
Mahasiswa Universitas Indonesia, Nomor 2143/SK/R/UI/2017.
B. Buku
Banakar, Reza dan Max Travers. Theory and Research in Socio-Legal Research. Portland: Hart
Publishing, 2005.
Von Benda-Beckman, Franz dan Keebet von Benda-Beckman. Mobile People, Mobile Law:
Expanding Legal Relations in A Contracting World, ed. 2, (New York: Routledge,
2016).
Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, 2003.
Van Hoecke, Mark. Methodologies of Legal Research: Which Kind of Method for What Kind
of Discipline? (Oxford: Hart Publishing, 2011.
Hutchinson, Terry. Researching and Writing in Law. Ed. 4. Pyrmont, NSW: Thomson Reuters,
2018.
Jungslager, Francisca dan Wilma Maljaars. Kritisch Denken & Schrijven: Van
Onderzoeksvraag naar Wetenschappelijke Tekst. Bussum: Uitgeverij Coutinho, 2018.
Mauch, James E. Dan Jack W. Birch. Guide to the Successful Thesis and Dissertation: A
Handbook for Students and Faculty. Ed. 3. New York: Marcel Dekker, 1993.
Murray, Rowena. How to Write a Thesis. Ed. 2. Berkshire: Open University Press, 2006.
Rudestam, Kjell Erik dan Rae R. Newton. Surviving Your Dissertation: A Comprehensive
Guide to Content and Process. Los Angeles: Sage Publication, 2015.
Smits, Jan. The Mind and Method of Legal Academic. Cheltenham: Edward Elgar, 2013.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. 3. Jakarta: UI Press, 1986.
Sternberg, David. How to Complete and Survive a Doctoral Dissertation. New York: St.
Martin’s Press, 1981.
Volokh, Eugene. Academic Legal Writing: Law Review Articles, Student Notes, Seminar
Papers, and Getting on Law Review. Ed. 3. New York: Foundation Press, 2007.
C. Jurnal / Artikel
Cooper, Harris M. “Organizing Knowledge Syntheses: A Taxonomy of Literature Reviews.”
Knowledge in Society 1. (1988). Hlm. 104-126.
Randolph, Justus. “A Guide to Writing the Dissertation Literature Review.” Practical
Assessment, Research, and Evaluation 14. No. 13 (2009). Hlm. 1-13.
Taekema, Sanne. “Theoretical and Normative Frameworks For Legal Research : Putting
Theory into Practice.” Law and Method Journal. (2018), DOI:
10.5553/REM/.000031. Hlm. 1-17.
Volokh, Eugene. “Writing a Student Article.” Journal of Legal Education 48. No. 2 (1998).
Hlm. 247-272.
Wibisana, Andri Gunawan. “Menulis di Jurnal Hukum: Gagasan, Struktur, dan Gaya.” Jurnal
Hukum & Pembangunan 49. No. 2 (2019). Hlm. 471-496.
UNIVERSITAS INDONESIA
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
JUDUL
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM …………………………..
JAKARTA
TAHUN
(huruf kapital, ukuran 12, Times New Roman)
UNIVERSITAS INDONESIA
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
JUDUL
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
(huruf kapital, ukuran 14, Times New Roman)
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM …………………………..
PEMINATAN …………(jika ada)………………………….
JAKARTA
BULAN, TAHUN
(huruf kapital, ukuran 12, Times New Roman)
Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
Nama : ……………………………………….
NPM : ……………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : ……………..
Tanggal (tanggal yudisium) : ……………..
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magsiter ………. pada Program Studi
……….., Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : ……………..
Tanggal (tanggal yudisium) : ……………..
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : ……………..
Tanggal (tanggal yudisium) : ……………..
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………..………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………….…
…………………………………………………………………………..………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………….…
Tempat, tanggal
Penulis
(……………………………)
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……………………………………….
NPM : ……………………………………….
Program Studi : ……………………………………….
Fakultas : ……………………………………….
Jenis karya : Skripsi/Tesis/Disertasi/Karya ilmiah lainnya*……………..
Dibuat di : …………………
Pada tanggal: ………………
Yang menyatakan
(………………………………….)
*Karya ilmiah: karya akhir, makalah non-seminar, laporan kerja praktek, laporan magang,
karya profesi dan karya spesialis
ABSTRAK
Nama : ……………………………………….
Program Studi : ……………………………………….
Judul : ………………………………………………………………………...
………………………………………………………………...............
………………………………………………………………...............
Kata Kunci : hak asasi manusia, International Health Regulation 2005, pandemi global
Name : ……………………………………….
Study Program : ……………………………………….
Title : ………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………....
This paper analyzes how the Siracusa Principle is applied under the 2005 International
Health Regulation , in particular to Indonesia's policies in handling and preventing the COVID-
19 pandemic. This paper employs doctrinal legal research. The Siracusa principle is a principle
of international law that contains requirements and standard norms for states in making
exceptions and or restrictions on the implementation of human rights in an emergency. The
Siracusa principle is designed to answer the provisions of the state's right to make exceptions
and limitations on human rights as stated in Article 4 of the International Covenant on Civil
and Political Rights or ICCPR. However, in practice the Siracusa Principle has become a
general principle that is a requirement of broad international law guidelines. In the context of
a pandemic, the 2005 International Health Regulation as an international legal instrument that
regulates state cooperation and efforts in preventing and overcoming a pandemic, implicitly
adopts the Siracusa Principle. In practice, the implementation of the Siracusa Principle in
efforts to prevent and overcome global pandemics has proven important not only to protect
human rights but also to ensure the effectiveness and smoothness of epidemic prevention and
control efforts. This is obtained from the principle of necessity, and the need for effort contained
in the Siracusa Principle.
Key words : human rights, The 2005 International Health Regulation, global pandemic
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
telah membaca surat permohonan dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti :
Nama : …………………………………………………………………….
Tempat & Tanggal Lahir : …………………………………………………………………….
Alamat : …………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
Program Studi : Sarjana / MIH / MKn / Doktor*
NPM : …………………………………………………………………….
yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi/tesis/disertasi/hibah riset* dengan
judul : …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..
Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan memegang teguh hak-hak saya sebagai
informan/narasumber/responden* adalah sebagai berikut :
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur
paksaan/intervensi dari pihak manapun.
(……………………………)
Nama Informan/Narasumber/Responden
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan bahwa informasi, data, dan dokumen yang didapat hanya digunakan pada
penelitian ini saja dan apabila dipublikasikan akan tetap dijaga kerahasiaannya.
Menyatakan bahwa di dalam penulisan ini apabila ada transkrip wawancara, foto, gambar,
grafik, data, dan/atau dokumen yang mengandung unsur kesusilaan, mengandung isu sensitif
bagi masyarakat/daerah tertentu, atau memuat informasi pribadi hanyalah semata-mata untuk
keperluan ujian sidang/presentasi hasil riset secara terbatas.
Menyatakan bahwa seluruh informasi, hasil wawancara, foto, gambar, grafik, data, dokumen
berada dalam dokumentasi saya selaku peneliti.
Jakarta/Depok, …………………..
(Nama Peneliti)
NPM…………….
A. Judul Penelitian
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..
1. Lokasi Penelitian (Sebutkan nama tempat. Apabila lokasi penelitian lebih dari satu sebutkan
seluruhnya. Apabila lokasi perlu dirahasikan maka sebutkan lokasi propinsi dan kabupaten
saja): ……………………………………………………………………….
B. Identifikasi
1. Peneliti (Mohon CV Peneliti Utama dilampirkan)
Peneliti Utama (PI) : ……………………………………………..
Institusi : ……………………………………………..
2. Anggota Peneliti 1 :
Anggota Peneliti : ……………………………………………..
Institusi : ……………………………………………..
3. Anggota Peneliti 2 :
Anggota Peneliti : ……………………………………………..
Institusi : ……………………………………………..
Dst
4. Sponsor/donor
Nama institusi : ……………………………………………..
Alamat : ……………………………………………..
F. Penjagaan Kerahasiaan
1. Langkah-langkah proteksi kerahasiaan data pribadi, dan penghormatan privasi orang,
termasuk kehati-hatian untuk mencegah bocornya rahasia sensitif terkait isu keamanan
negara dan/atau urusan keluarga.
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
2. Informasi tentang bagaimana kode (bila ada) untuk identitas subjek dibuat.
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
G. Konflik Kepentingan
Pengaturan untuk mengatasi konflik finansial atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi
keputusan para peneliti atau personil lainya; menginformasikan pada komite lembaga tentang
adanya conflict of interest. Pembimbing dan sekretariat program studi harus
mengkomunikasikannya ke komite etik dan kemudian mengkomunikasikan pada para peneliti
tentang langkah langkah berikutnya yang harus dilakukan.
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..
H. Komitmen Etik
1. Pernyataan peneliti utama bahwa prinsip-prinsip yang tertuang dalam pedoman ini akan
dipatuhi.
“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa semua syarat sebagaimana
tercantum dalam form etik ini telah dipenuhi dan tidak dilanggar. Apabila di kemudian
hari terjadi pelanggaran yang terungkap maka sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab
saya sebagai peneliti dan penulis.”
“Apabila dikemudian hari ditemukan bukti adanya pemalsuan data, saya akan bersedia
menerima sanksi yang telah ditentukan.”
Jakarta/Depok, …………………..