Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azkadhia Alifah Izza

NIM : G1C119061
Dosen Pembimbing : Agung Iranda, S.Psi., M.A
Mata Kuliah : Psikologi Sosial

Resume Seminar Nasional dengan judul


“ Kesehatan Mental dan Ancaman Feminisme dan Komunisme ”
oleh Dr. Bagus Riyono (2020)

Sesungguhnya sejak awal mendengar kata Femnisime, saya tidak pernah bisa benar-benar
sejalan dengan ideologi atau gerakan ini. Saya tidak pernah menemukan kalimat yang tepat dan
ilmu yang cukup untuk mengutarakan alasan saya sendiri. Apakah mungkin nilai Feminsme yang
sebenarnya sudah tercampur baur dengan hal-hal yang tidak semestinya sehingga Feminisme
kehilangan “jati diri” sesungguhnya? Ataukah memang nilai hidup saya saja yang tidak sejalan
dengan ideologi dan gerakan ini? Setiap kali saya melakukan research mandiri, setiap orang,
golongan, tempat, menjelaskan makna dan cakupan yang berbeda-beda sehingga saya tidak
mampu menarik garis kesimpulan yang objektif tentang pengertian Feminisme sesungguhnya.
Alasan saya lebih menyorot tentang Feminisme pada resume ini adalah karena saya lebih sering
mendengar seruan Feminisme dimana-mana. Saya tidak perlu mencari Feminisme, itu akan
selalu memiliki cara untuk menemukan saya. Dr. Bagus Riyono memberikan insight baru kepada
saya terkait Feminisme, Komunisme, dan kaitannya dengan Kesehatan Mental melalui Seminar
Nasional ini.

Mental adalah suatu hal yang terkait dengan pikiran atau mindset. Sumber kesejahteraan
psikologis kita juga berasal dari pikiran kita. Mental adalah persepsi kita, cara kita
berargumentasi, hingga merasakan sesuatu. Mental yang sehat adalah pikiran yang jernih, lurus
dan koheren. Ketika terjadi suatu hal yang salah, maka dapat dikatakan bahwa didalam mental
kita terdapat sesuatu yang inkoheren.

Dalam perspektif Islam, mental merupakan konsep yang tercakup dalam “An-Nafs ” atau
Jiwa, merupakan hal yang berbeda dengan Hawa atau Nafsu. Jiwa manusia tidak hanya sebatas
pada perilaku, namun mencakup pola pikir dan spiritualitasnya pula. Jiwa yang sehat adalah jiwa
yang seluruh lapisannya berfungsi dengan baik, sejalan dengan pengertian “orang cerdas”
menurut KBBI adalah orang yang berkembang secara penuh atau utuh.

Terdapat 5 Relasi Jiwa, diantaranya :


1. Hubungan Jiwa dengan Tubuh kita (Sensing), terkait dengan material.
Contohnya menikmati makanan, pemandangan, aroma, dsb.
2. Hubungan Jiwa dengan Alam Semesta atau (Reasoning).
Contohnya kita tidak hanya tahu bentuk pohon, tetapi juga mempelajarinya
3. Relasi Jiwa dengan Jiwa yang lain (Empathy).
4. Relasi Jiwa dengan Maha Pencipta (Tawakal) dan sesuatu yang Gaib.
5. Relasi Jiwa dengan Diri Sendiri (Spiritual).

Ketika fungsi jiwa melemah, maka akan terasa seolah-olah ada yang hilang dari jiwa,
biasa dikenal dengan istilah kekosongan jiwa. Ketika diliputi perasaan tersebut, yang tersisa
hanya sensing karena sifatnya konkret. Di negara Barat yang lebih individualistik, terdapat
wabah loneliness dimana mereka merasakan kesepian meskipun berada di tempat yang ramai.

Komunisme percaya bahwa hidupnya hanyalah materi atau sebatas lapisan sensing.
Komunisme juga melawan filsafat idealisme dan menganggap bahwa idealisme hanyalah sebuah
ilusi. Komunisme adalah ideologi yang mengancam karena ia akan membawa kita kepada jiwa
yang hanya memiliki sensing mentality. Kita dapat menemukan inkoherensi pada komunisme
karena komunisme berorientasi pada materialisme namun menentang kapitalisme, padahal
keduanya sama-sama berorientasi materialistis.

Di lain sisi, Feminisme memiliki jargon “ MY BODY IS MINE ”. Sama halnya dengan
Komunisme yang hanya akan membuat jiwa kita terbatas pada sensing mentality, banyak anak
muda terkecoh dalam inkoherensi yang terdapat didalamnya. Di satu sisi mereka mengaku
bahwa mereka tidak anti terhadap laki-laki, tetapi kemudian mereka mengatakan bahwa undang-
undang yang dibuat oleh laki-laki selalu saja tidak adil. Contoh lainnya, mereka menolak
prostitusi dan mengatakan bahwa hal tersebut merendahkan nilai wainta, tapi kemudian
mengatakan setuju jika wanita tersebut bersedia dan dibayar dengan mahal.

Kondisi Jiwa Komunis dan Feminis hanya berfokus pada materiah atau sensing
mentality dan lapisan reasoning tidak bekerja dengan baik. Maka dari itu, banyak sekali para
Komunis dan Feminis hanya mengambil kasus-kasus sensasional dan memutar-mutar informasi
dan fakta hingga berbelit. Komunisme dan Feminisme adalah sumber dari kerancuan berpikir
yang akan mengganggu kesehatan mental seseorang, terutama seperti rasa kebingungan dan
kegelisahan.

Dari rangkuman materi yang telah dipaparkan oleh Dr. Bagus Riyono diatas, dapat
disimpulkan bahwa Feminisme dan Komunisme merupakan ideologi dan gerakan yang
inkoheren karena tidak melibatkan seluruh lapisan jiwa (sensing, reasoning, empathy, tawakal,
dan spiritual). Keduanya terbatas pada sensing mentality dan tidak melibatkan reasoning yang
utuh sehingga pada akhirnya malah menimbulkan kebingungan dan kegelisahan baru bagi
individu yang mencoba untuk memahaminya. Jika keadaan ini tidak disadari dan berlangsung
dalam jangka panjang, maka akan timbul dampak negatif berupa gangguan mental.

Anda mungkin juga menyukai