c. Analisis kualitas fisik makanan atau minuman (keasaman, padatan terlarut, warna).
Analisis kualitas fisik makanan atau minuman melibatkan pengukuran berbagai
parameter fisik, seperti keasaman (pH), padatan terlarut, dan warna. Setiap parameter
ini memberikan informasi tentang sifat fisik produk tersebut. Berikut adalah
penjelasan singkat tentang masing-masing parameter:
1. Keasaman (pH)
Definisi: Keasaman adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Skala pH berkisar dari 0 hingga 14, di mana 7 adalah netral,
kurang dari 7 adalah asam, dan lebih dari 7 adalah basa.
Signifikansi: pH dapat memengaruhi rasa, tekstur, dan keamanan pangan.
Banyak mikroorganisme hanya tumbuh dalam kisaran pH tertentu,
sehingga pengukuran pH penting untuk menjamin keamanan pangan.
2. Padatan Terlarut
Definisi: Padatan terlarut mencakup segala zat yang terlarut dalam suatu
larutan, seperti gula, garam, atau senyawa lainnya.
Signifikansi: Kadar padatan terlarut dapat mempengaruhi rasa, tekstur,
dan konsistensi produk. Pengukuran padatan terlarut juga dapat
memberikan informasi tentang keasaman relatif dan kestabilan produk.
3. Warna
Definisi: Warna adalah sifat yang terlihat oleh mata manusia dan dapat
diukur dalam berbagai sistem warna. Beberapa parameter warna
melibatkan parameter seperti kecerahan (brightness), kejenuhan
(saturation), dan nuansa (hue).
Signifikansi: Warna adalah salah satu aspek yang sangat diperhatikan
oleh konsumen. Perubahan warna dapat mengindikasikan perubahan
dalam komposisi kimia atau kondisi produk yang mungkin memengaruhi
daya tarik konsumen.
d. Analisi kualitas kimia makanan atau minuman (kadar protein, lemak, karbohidrat,
kadar adu,kadar borak).
Analisis kualitas kimia makanan atau minuman melibatkan pengukuran berbagai
komponen penting seperti kadar protein, lemak, karbohidrat, kadar asam, dan kadar
boraks. Berikut adalah beberapa metode umum yang digunakan untuk melakukan
analisis kimia pada makanan atau minuman:
1. Kadar Protein
Metode Kjeldahl: Metode ini melibatkan pencernaan sampel dengan asam
sulfat dan pemanasan, diikuti dengan destilasi amonia. Amonia yang
terbentuk kemudian direaksikan dengan larutan asam untuk menghasilkan
senyawa amonia yang diukur untuk menentukan kadar protein.
2. Kadar Lemak
Ekstraksi Soxhlet: Metode ini melibatkan ekstraksi lemak dari sampel
menggunakan pelarut organik seperti heksana. Lemak diekstraksi secara
berulang hingga mencapai kadar yang memadai.
3. Kadar Karbohidrat
Metode Antrone atau Fenol-Sulfat: Metode ini melibatkan reaksi
karbohidrat dengan reagen tertentu, seperti antrone atau fenol-sulfat, yang
menghasilkan warna yang dapat diukur spektrofotometri.
4. Kadar Asam (asam lemak bebas)
Metode Titrimetri: Asam lemak bebas dapat diukur dengan menitrasi
sampel dengan larutan basa untuk menentukan jumlah asam yang hadir.
5. Kadar Boraks
Spektrofotometri atau Metode Elektrokimia: Kadar boraks dapat diukur
menggunakan spektrofotometri atau metode elektrokimia, yang melibatkan
reaksi boraks dengan zat tertentu untuk menghasilkan respons yang dapat
diukur.