Anda di halaman 1dari 52

JURNAL

MOOC PPPK 2022


(Massive Open Online Course)
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

Disusun Oleh :

: Suroyya Jamil, S.Pd.I


Nama Guru
: 19900116 2022212023
NIP
: Brebes, 16 Januari 1990
Tempat, Tanggal lahir
: IX
Golongan
: Ahli Pertama – Guru Matematika
Jabatan
: SMP Negeri 1 Ketanggungan Kec.
Instansi
Ketanggungan, Kab. Brebes

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


(LAN)

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UNIT PELAKSANA TEKNIS SATUAN PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 KETANGGUNGAN
TERAKREDITASI A – NPSN 20326571
Jalan Pesantren 39  (0283) 881307 & Fax (0283) 881305 Ketanggungan – Brebes 52263
E-mail:smpn1ketanggungan_028@yahoo.com, website:http//www.smpn1ketanggungan.sch.id

0
MATERI I
Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi Suryanto, M.Si

Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry 4.0 menuntut kita
supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pondasi penting mewujudkan
Smart ASN melalui Latsar sebagai bekal menghadapi tantangan dunia yang semakin
kompleks. MOOC dapat dimanfaatkan untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi
fisik. Namun dapat dilakukan secara mandiri dan dikembangkan dalam skama
pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan penguatan secara klasikal. MOOC diharapkan
dapat menjadi learning platform bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN yang
unggul dan kompeten untuk menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia
Emas 2045.

MATERI II

Sambutan Deputi Bidang Kebijakan BANGKOM ASN LAN RI DR. Muhammad


Taufiq DEA Kebanggaan sebagai ASN karena dapat melayani Bangsa Indonesia.
Penguasaan Core Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan singkatan
BerAKHKLAK :
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif
Kata kunci : Kempuan berinovasi
Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN)
Selamat belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi ASN yang
ungguldan mendukung daya saing bangsa

MATERI III
Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan
KompetensiASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.
Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan
PPPK P3K dituntut belajar mandiri pada
materi MOOC.Pembelajaran dibagi 3
1. Sikap perilaku Bela Negara
2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan

1
JURNAL AGENDA 1

MODUL 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA
NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN

1. SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

a) Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat, terutama


rakyat kecil. Tanggal 20 Mei 1908, ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional dengan dilatar belakangi terbentuknya organisasi Boedi Oetomo
b) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional
yang awal mulanya bernama Indonesische Vereeniging.
c) Sumpah pemuda : sebagai Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 Oktober
ditetapkan menjadi hari Sumpah Pemuda dengan dilatarbelakangi
Konggres pemuda II.
d) Penggunaan bahasa Melayu atas usulan Muhamad Yamin menjadi
kontroversi yang akhirnya disepakati menjadi Bahasa Indonesia pada
konggres Pemuda II.
e) Detik detik Proklamasi Kemerdekaan RI diawali dengan menyerahnya
Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Tanggal 15 Agustus
1945 Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Soebarjo menemui Laksamana
Muda Maeda tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Tanggal 16
Agustus terjadi peristiwa Rengasdengklok, dan tanggal 17 Agustus Bung
karno dan Bung Hatta membacakan Teks Proklamasi.

2. Pengertian Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

3. 4 Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara


a) Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di
depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno
dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu
fundamen, filsafaat,pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau
dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan.

2
Fungsi Pancasila:

1. Pancasila dijadikan sebagai landasan bersama bagi fondasi dan cita-cita


berdirinya negara Indonesia merdeka
2. Pancasila sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi
nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita nasional.
3. Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif
sesuai denganpandangan hidup bangsa Indonesia

b) Undang-Undang Dasar 1945


Naskah UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh
BPUPKI. Selanjutnya rancangan tersebut diajukan ke PPKI untuk diperiksa
ulang. Terdapat perubahan dalam pembukaan yang semula hasil panitia 9
terdapat rumusan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk- pemeluknya, dihilangkandengan digantikan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
c) Bhinneka Tunggal Ika
Makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu. Semboyan tersebut berasal dari kitab Sutasoma karangan
MpuTantular.
d) Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 dan tujuan NKRI telah tertulis
dalampembukaan UUD 1945 alenia ke IV.

4. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


a) Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.
b) Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
c) Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
d) Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah
Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

3
B. NILAI-NILAI BELA NEGARA

1) Sejarah Bela Negara


Sebelum meninggalkan Istana Negara, Panglima Besar Jenderal
Soedirman masih sempat mengeluarkan Perintah Kilat No.1. Perintah
Kilat No.1 itu secara langsung kepada seluruh Angkatan Perang RI untuk
melaksanakan siasat yang telah ditentukan sebelumnya, yakni Perintah
Siasat No.1 Panglima Besar. Bunyi Perintah Kilat No.1 Panglima Besar
sebagaimana sebagai berikut :

a) Kita telah diserang.

b) Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda


menyerangYogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.

c) Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.

d) Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah


ditetapkan untukmenghadapi serangan Belanda.

Perintah itu dikeluarkan di tempat, artinya di Istana Negara Yogyakarta


pada 19 Desember 1948 pukul 08.00 WIB. Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara pemerintahan
Republik Indonesia periode 22 Desember 1948-13 Juli 1949, dipimpin
oleh . Mr. Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet
Darurat. Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Ir. Soekarno dan
Drs. Mohammad Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19 Desember
1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat
kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan
sementara. Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia
Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember
sebagai Hari Bela Negara. Dengan pertimbangan bahwa tanggal 19
Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena
pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Ancaman
Ancaman adalah sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiahatau
hasil suatu rekayasa, berbentuk fisikatau non fisik, berasal dari dalam
atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung, diperkirakan atau
diduga atau yang sudah nyatadapat membahayakan tatananserta
kelangsungan hidup bangsadan negara dalam rangka pencapaian tujuan
nasionalnya.

3) Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga negara terhadap

4
setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan
kesadaran temu dan lapor cepat (Tepat Lapat) yang mengandung unsur
5W+1H (When, What, Why, Who, Where dan How) kepada aparat
yang berwenang.

4) Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara yang dijiwai olehkecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dariberbagai
Ancaman”.

5) Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai
dasar Bela Negara meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
f.
6) Pembinaan kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
Pembinaan kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan,
pendidikan, pelatihankepada warga negara guna menumbuhkembangkan
sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar bela negara.

7) Indikator Nilai Dasar Bela negara


a) Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
1) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang
wilayahIndonesia.
2) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
3) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
4) Menjaga nama baik bangsa dan negara.
5) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
6) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia

b) Indikator kesadaran berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya


denganadanya sikap :
1) Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupunpolitik.

5
2) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara
sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ikut serta dalam pemilihan umum.
4) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
5) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

c) Indikator setia pada pancasila sebagai ideologi


negara.Ditunjukkannyadengan sikap :
1) Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
4) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
5) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara

d) Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara.


Ditunjukkannyadengan sikap :
1) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuanbangsa dan negara.
2) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
3) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa
dannegara
4) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami
kesulitan.
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranyatidak sia-sia.

e) Indikator kemampuan awal bela negara. Ditunjukkannya dengan


sikap :
1) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
2) Senantiasa memelihara jiwa dan raga
3) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikanTuhan Yang Maha Esa.
4) Gemar berolahraga.
5) Senantiasa menjaga kesehatannya.

8) Aktualisasi Kesadaran Bela negara bagi ASN

Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan


kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi :
1. Cinta tanah air bagi ASN,
diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain :
a) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c) Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga

6
seluruh ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun
udara dari berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan
lingkungan, ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman
penyalahgunaan tata ruang, ancaman pelanggaran batas negara
dan lain-lain.
d) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di
tengah- tengah masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan
sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

e) Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan


mengambil pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan
serta berusaha untuk selalu menunjukkan sikap kepahlawanan
dengan mengabdi tanpa pamrih kepada Negara dan bangsa.
f) Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap
tindakan dan tidak merendahkan atau selalu membandingkan
Bangsa IndonesiaMdari sisi negatif dengan bangsa-bangsa
lainnya di dunia.
g) Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan
bangsa dan Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna
mewujudkan kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitas masing- masing.
h) Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai
ASN Penggunaan produk- produk asing hanya akan dilakukan
apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh Bangsa
Indonesia.
i) Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-
putri terbaik bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni
dan lain-lain) baik perorangan maupun kelompok yang bertugas
membawa nama Indonesia di kancah internasional.
j) Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan
tanah air sebagai pilihan pertama dan mendukung
perkembangannnya

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN


diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku,
antara lain :
a) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c) Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi
politik, baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d) Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan
Republik IndonesiaSadar berbangsa dan bernegara; serta menjadi
pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di
tengahtenagh masyarakat.

7
e) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung
terselenggaranya pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil,
berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional,
akuntabel, efektif dan efisien.
f) Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi
ASN.
g) Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut
berpartisipasimenjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratissebagai perangkat sistem karier

3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara


bagi ASN diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku, antara lain :
a) Memegang teguh ideologi Pancasila.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d) Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah
masyarakat.
e) Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan
nilai-nilaiPancasila di tengah kehidupan sehari-hari.
f) Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai
fungsiASN.
g) Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai
kesempatandalam konteks kekinian.
h) Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa
Pancasilamerupakan dasar Negara yang menjamin kelangsungan
hidup bangsa.
i) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negarabagi


ASN diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku,
antara lain :
a) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat,akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuanbangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-
masing.
c) Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari
berbagaimacam ancaman.
d) Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan
menjadipionir pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
nasional.
e) Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi

8
situasi dankondisi yang penuh dengan kesulitan.
f) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN
tidak akansia-sia.

5. Kemampuan awal Bela Negara bagi ASN


diaktualisasikan dengan sikap danperilaku
antara lain :
a) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
programpemerintah.
b) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
d) Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan
mengembangkanwawasan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e) Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola
hidupsehat serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan
sehari-hari.
f) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikanTuhan Yang Maha Esa.
g) Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri
darikebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu.

C. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

1. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun


1945 Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, “Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa Organisasi
Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun
dalam penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan

2. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat
mewujudkan sifatkekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain
sebagainya.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling
menonjolialah sebagai berikut:
1) Perasaan senasib.
2) Kebangkitan Nasional
3) Sumpah Pemuda
4) Proklamasi Kemerdekaan

3. Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Prinsip-prinsip Persatuan dan Kesatua Bangsa
1. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

9
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
4. Prinsip Wawasan Nusantara
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Citacita
Reformasi

4. Nasionalisme
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri, Hans
Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and History
Empat hal yang harus dihindari dalam memupuk nasionalisme :
1) Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
2) Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul
3) Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara
kalauperlu dengan kekerasan dan senjata.
4) Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.

Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia:
1) Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni
nusantara.
2) Mengembangkan sikap toleransi.
3) Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa
Indonesia.

Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk


nyawasekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara.
Ciri-ciri patriotisme adalah:
1) Cinta tanah air.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi dangolongan.
4) Berjiwa pembaharu.
5) Tidak kenal menyerah dan putus asa.

5. Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau


TindakanAdministrasi Pemerintahan
a. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam
pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi
Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun
penyelenggara negara lainnya;
b. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut
Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan Administrasi
Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

10
c. Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan;
d. Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang- undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi
pemerintahan.

6. Landasan idiil : pancasila


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun
filosofi bangsa
Rumusan nilainilai dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalampermusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

7. UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI


1. Kedudukan UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)
8. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun
2014Tentang ASN
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

11
Agenda 1 :
MODUL 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER

I. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dariperjalanan peradaban manusia. Berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS
perlu memahami dengan baik fungsi dantugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

B. Perubahan Lingkungan Strategis


Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) Ada
empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), danDunia.
Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua
bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut
akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah.

C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola
perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya.
2. Modal Emosional
adalah kemampuan dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh kecerdasan
emosional.
3. Modal Sosial
adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Khususnya
kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan masyarakat, yang terdiri atas:
a. Kesadaran Sosial (Social Awareness) yaitu Empati.
b. Kemampuan sosial (Social Skill) yaitu, kemampuan mempengaruhi orang
lain.

12
4. Modal ketabahan (adversity)
adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupunkehidupan sebuah organisasi birokrasi. Stoltz membedakan tiga tipe
manusia:
a. Quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih
untukmelarikan diri dari masalah.
b. Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati.
c. Climber yang memiliki stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan
masalah.

5. Modal etika/moral
Ada empat komponen modal moral/etika yakni:
a) Integritas (integrity) yaitu perilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah
yangberlaku.
b) Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang yang
bertanggungjawabatas tindakannya.
c) Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan
oranglain.
d) Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf.

6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani


Kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan
berpikir secara produktif

II. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari
eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan
pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya;

1. Korupsi
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh:
1) Membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang korupsi
dalamskala yang lebih besar dan lebih tinggi;
2) Lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan beberapa
diantaranyabersikap masa bodoh; dan
3) Terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan keuangan
dankepentingan bisnis asing.

A. Sejarah Korupsi di Indonesia


Korupsi di Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) fase, yaitu:
 Zaman Kerajaan, zaman ini kasus korupsi lebih banyak terkait aspek
politik/ kekuasaan dan usaha-usaha memperkaya diri sendiri dan kerabat
kaum bangsawan sehingga menjadi pemicu perpecahan.
 Zaman Penjajahan, adalah dengan mempraktikan hegemoni dan
dominasi,
sehingga atas kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki, mereka tak segan

13
menindas kaumnya sendiri melalui perilaku dan praktek korupsi
 Zaman Modern, korupsi di Indonesia yang pernah tercatat dilakukan sejak
periode pasca kemerdekaan (masa orde lama), masa orde baru, dan
masa
reformasi hingga saat ini.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana


korupsi beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.
Undang- undang ini juga dilengkapi dengan adanya pengaturan mengenai
peran serta masyarakat yang ditegaskan dengan Peraturan Pemerintah nomor
71 Tahun 2000 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nations Convention Against Corruption/UNCAC). Konvensi ini
dirumuskan pertama kali di Merida, Meksiko pada tanggal 9-11 Desember
2003, tepat pada 18 April 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
kemudian menandatangani UU No 7 Tahun 2006 sebagai tanda ratifikasi
UNCAC. Dalam hal pemberantasan korupsi Ratifikasi UNCAC memiliki arti
penting bagi Indonesia, yaitu:
1) Melacak, membekukan dan menyita aset hasil korupsi di luar negeri.
2) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
3) Perjanjian ekstradisi, bantuan hukum timbal balik
4) Pencegahan dan pemberantasan korupsi pada lingkup bilateral, regional,
danmultilateral.
5) Harmonisasi pencegahan dan pemberantasan korupsi.

B. Memahami Korupsi
Euben (1989), menggambarkan korupsi sebagai tindakan tunggal dengan asumsi
setiaporang merupakan individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:

1) Faktor Individu
a. sifat tamak
b. moral yang lemah menghadapi godaan
c. sifat hidup konsumtif
2) Faktor Lingkungan disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi.
b. Aspek Ekonomi.
c. Aspek Politis.
d. Aspek Organisasi
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2) Menyalahgunakan kewenangan karena
jabatan
/ kedudukan yang dapat merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / perekonomian Negara ( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)

14
SH Alatas dalam bukunya “korupsi” menjelaskan mengenai korupsi ditinjau dari
segitipologi, yaitu:
1) Korupsi transaktif; yaitu adanya suatu kesepakatan antara pihak pemberi dan
pihakpenerima demi keuntungan kedua belah pihak.
2) Korupsi yang memeras; adalah jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa
untukmenyuap guna mencegah kerugian.
3) Korupsi investif; adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada ikatan langsung
dengankeuntungan tertentu. 4) Korupsi perkerabatan; atau biasa disebut dengan
nepotisme.
5) Korupsi defensif; yaitu perilaku korban korupsi dengan pemerasan.
6) Korupsi dukungan.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Dasar hukum gratifikasiadalah
C. Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.
D. Membangun Sikap Antikorupsi
Tindakan membangun sikap anti korupsi sederhana, misalnya dengan cara:
1) Bersikap jujur dalam kehidupan dan menghindari perilaku korupsi.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan sosial.
4) Melaporkan apabila mengetahui perbuatan korupsi contoh.
2. Narkoba
1) Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Narkoba merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
Rinarustin Widiastuti_SDN Ketawangrejo saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. Terorisme dan Radikalisme
A. Terorisme
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun
2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategi yang berisi empat pilar
strategi global pemberantasan terorisme, yaitu:
1) Pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) Langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) Peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk
mencegah danmemberantas terorisme serta penguatan peran
sistem PBB;
4) Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule
of lawsebagai dasar pemberantasan terorisme.
Definisi dan Munculnya Terorisme Kata Terorisme yang artinya dalam
keadaan teror (under the terror), berasal dari bahasa latin ”terrere” yang
berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut. Dalam melakukan
kekerasan kaum minoritas menganut keyakinan, diantaranya:
1) Keyakinan bahwa sah bertindak agresif sebab sering perlakuan tidak adil.
2) Keberhasilan menebar rasa takut supaya tidak dipandang remeh lagi.
3) Kekerasan merupakan satu-satunya cara yang dianggap efektif.
4) Ditumbuhkannya harapan yang tinggi hidup dimasa depan

15
lebih baik,Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme:
1) Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan
Indonesia.
2) Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas
kebijakannegara.
3) Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi
tertentu.
4) Terorisme yang dilakukan oleh kaum kapitalis ketika memaksakan
bentuk ataupola bisnis dan investasi kepada masyarakat.

Tindak Pidana Terorisme


Menurut Loudewijk F. Paulus karakteristik terorisme dapat ditinjau dari
duakarakteristik, yaitu:
1) Karakteristik organisasi yang meliputi: bentuk organisasi,
rekrutmen,pendanaan dan hubungan internasional.
2) Karakteristik Operasi yang meliputi: perencanaan, waktu, taktik dan
kolusi.

Terorisme Internasional
Terorisme internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan
warga atau wilayah lebih dari satu negara. Terorisme internasional juga
dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan di luar
ketentuan diplomasi internasional dan perang. Terorisme dapat dibagi
menjadi level atau tahapan sebagai berikut: Level negara atau state, Level
kawasan atau regional, Level internasional atau global. Di dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme Bab III
Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-undangNo. 15 Tahun 2003 mengatur tentang
tindak pidana terorisme.

B. Radikal dan Radikalisme


Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted
attempt to change the status quo (David Jarry,1991). Pengertian ini
mengidentikan term radikal dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak
untuk mengubah kekuasaan. Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai
tantangan politik yang bersifat mendasar atau ekstrem terhadap tatanan
yang sudah mapan (Adam Kuper, 2000). Radikalisme memiliki berbagai
keragaman, antara lain:
1) Radikal Gagasan
2) Radikal
Milisi
3)Radikal
Separatis
4) Radikal Premanisme
5) Radikal Terorisme

Hubungan Radikalisme dan Terorisme


Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal
mengatasnamakan ajaran agama/ golongan, dilakukan oleh sekelompok
orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik untuk menyerang
kelompok lain yang berbeda pandangan. Faktor-faktor pendorong tersebut,
diantaranya adalah: faktor emosi keagamaan, faktor-faktor sosial politik,
faktor kultural, faktor ideologis, faktor kebijakan pemerintah.

16
Dampak Radikal Terorisme
Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek kehidupan
masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Dari segi ekonomi,
pelaku ekonomi merasa ketakutan untuk berinvestasi di Indonesia karena
keamanan yang tidak terjamin. Deradikalisasi merupakan semua upaya
untukmentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak
radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial,
budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan
radikal.
Membangun Kesadaran Antiterorisme Pencegahan menurut pakar
intelijen Soleman B Ponto menyebutkan bahwa unsur pembentuk teror ada
Sembilan yaitu: pemimpin, tempat latihan, jaringan, dukungan logistik,
dukungan keuangan, pelatihan, komando dan pengendalian, rekrutmen,
serta daya pemersatu. Selain membentuk badan khusus penanganan teroris,
pemerintah juga melakukan upaya kerjasama yang telah dilakukan dengan
beberapa negara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Philipina, dan
Australia, bahkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada,
Perancis, dan Jepang.

4. Money Laundri
Istilah “money laundering” adalah upaya menyamarkan, menyembunyikan,
menghilangkan atau menghapuskan jejak dan asal-usul uang dan/atau harta
kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut. Istilah “money
laundering” pertama kalimuncul pada tahun 1920-an ketika para Mafia di Amerika
Serikat mengakuisisi atau membeli usaha/bisnis jasa Laundromats (mesin pencuci
otomatis).

Dampak negatif pencucian uang sebagai berikut:


1) merongrong sektor swasta yang sah;
2) merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
3) hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi;
5) hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
6) risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
7) merusak reputasi negara; dan 8) menimbulkan biaya sosial yang tinggi.

Proses dan metode pencucian uang, yaitu:


1) Buy and sell conversion. Dilakukan melalui jual-beli barang dan jasa.
2) Offshore conversion. Dana ilegal dialihkan ke wilayah suatu negara dan
kemudiandisimpan di bank atau lembaga keuangan wilayah negara tersebut.
3) Legitimate business conversion. Melalui bisnis atau kegiatan usaha
kemudiandisimpan atau ditarik atau ditransfer kembali ke rekening bank lainnya.

Tahapan pencucian uang dibagi 3 tahap:


1) Penempatan (placement),
2) Pemisahan/pelapisan (layering),
3) Penggabungan (integration).

5. Proxy War
Yono Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada
konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat
langsung dalam peperangan karena melibatkan „proxy‟ atau kaki tangan.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, ancaman Perang Proksi itu
sangat berbahaya karena negara lain yang memiliki kepentingan tidak langsung

17
berhadapan. Mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam, maka negara ini
disebut-sebut darurat terhadap ancaman Proxy War.

6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)


DeFleur & DeFleur (2016), membagi perkembangan komunikasi massa dalam lima
tahapan revolusi dengan penggunaan media komunikasi sebagai indikatornya, yaitu
1) komunikasi massa pada awalnya zaman manusia masih menggunakan tanda,
2) pada saat digunakannya bahasa dan percakapan sebagai alat komunikasi,
3) saat adanya tulisan sebagai alat komunikasinya,
4) era media cetak sebagai alat komunikasi,
5) era digunakannya media massa sebagai alat komunikasi bagi manusia
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya. Terdapat beberapa jenis cyber crime yang berdasarkan
aktivitas yang dilakukannya yaitu:
1) Unauthorized Access
Ini merupakan kejahatan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem
jaringan computer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari
pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.
2) Illegal Contents
Kejahatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data atau informasi ke
internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
sebagai melanggar hukum atau menggangu ketertiban pada masyarakat umum,
contohnya adalah penyebaran pornografi atau berita yang tidak benar.
3) Penyebaran virus
Penyebaran virus pada umumnya dilakukan menggunakan sebuah email atau
media lainnya guna melakukan penyusupan, perusakan atau pencurian data.
4) Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion
Cyber Espionage merupakan kejahatan dengan cara memanfaatkan jaringan
internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan
memasuki system jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage and Extortion
merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan,
perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau
sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet.
5) Carding
Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu
kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet
6) Hacking dan Cracker
Hacking adalah kegiatan untuk mempelajari sistem computer secara detail
sampai bagaimana menerobos sistem yang dipelajari tersebut.
7) Cybersquatting and Typosquatting
Cybersquatting merupakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara
mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha
menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal.
Sedangkan typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan
yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain.
8) Cyber Terorism
Tindakan cybercrime termasuk cyber terorism yang mengancam pemerintah
atau kepentingan orang banyak, termasuk cracking ke situs resmi pemerintah
atau militer. Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi,
hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di
muka umum atau di ruang public.

18
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi.
Beberapa tips dalam menggunakan media social agar terhindar dari risikopelanggaran
hukum:
1) Memahami regulasi yang ada
2) Menegakan etika ber-media sosial
3) Memasang identitas asli diri dengan benar
4) Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik
5) Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi

III. TEKNIK ANALISIS ISU


1. Memahami Isu Kritikal
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai
masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalahmasalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas desus.
Dalam pengertian ini, isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan
masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya
kesadaran publik akan isu tersebut. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga
kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu: Isu saat ini (current issue),
Isu berkembang (emerging issue), dan Isu potensial. Terdapat 3 (tiga) kemampuan
yang dapat mempengaruhi dalam mengidentifikasi dan/atau menetapkan isu, yaitu
kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan berpikir Analysis.

2. Teknik-Teknik Analisis Isu


A. Teknik Tapisan Isu
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya
menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian pada kriteria;
Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan.
B. Teknik Analisis Isu
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut:
1) Mind mapping
2) Fishbone Diagram
3) Analisis SWOT, suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
C. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau
yang diharapkan

19
Agenda 1 :

MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

I. Kerangka kesiapsiagaan bela negara dalam pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil

a. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam.
Bela Negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara
yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga
yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan
sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.

b. Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Latsar CPNS

Kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil


(CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas
baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam
mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan.
CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki
kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar.
Sebaliknya jika CPNS tidak memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit mengatasi
ancaman, tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut. Oleh karena itu
melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, peserta diberikan pembekalan berupa
pengetahuan/kesadaran dan praktek internalisasi nilai-nilai berbagai kegiatan
kesiapsiagaan.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di
berbagai lingkungan:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

20
c. Manfaatan Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat
diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakankegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

II. Kemampuan Awal Bela Negara


Nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral
dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang
luhur dan terhormat.
a. Kesehatan Jasmani dan Mental
Kesehatan jasmani dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan
tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang dengan kesehatan
jasmani yang kurang tidak mampu untuk melaksanakan atau menjalaninya.
b. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Kesiapsiagaan jasmani merupakan serangkaian kemampuan jasmani atau fisik yang
dimiliki oleh seorang PNS atau CPNS yang akan menjadi calon pegawai.
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen
penting dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus
dimiliki untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara
fisik dengan baik dengan menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang
berlebihan.
c. Etika, Etiket dan Moral
Etika dapat disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan
norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang
berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal
maupun informal
Etiket merupakan bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia
dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan bagi seorang ASN yang profesional yaitu:
a) Berpenampilan yang rapi dan menarik (very good grooming)
b) Postur tubuh yang tepat (correct body posture)
c) Kepercayaan diri yang positif (confidence)
d) Keterampilan komunikasi yang baik (communication skills)

21
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorangatau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaandengan
baik dan buruk.

d. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusiadi
tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan
perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai
bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya
terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di luar
daerahnya.

2. Rencana Aksi Bela Negara


Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga
negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil, dan makmur. Sebagai bentuk yuridis dalam modul
pembelajaran Agenda Bela Negara ini yang tertuang dalam Inpres No. 7 Tahun
2018 mengamanatkan setiap K/L dan Pemda untuk melaksanakan program-
program Aksi Nasional Bela Negara yang aplikatif sesuai dengan spesifikasi, tugas
dan fungsinya masing-masing dan melibatkan seluruh komponen bangsa dan
mencakup seluruh segmentasi masyarakat.
a. Program Rencana Aksi
b. Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara
Dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Bela Negara bagi peserta Latsar CPNS
secara garis besar terbagi atas dua tahapan, yaitu
Tahap Pertama : Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara Tahap Pertama bagi peserta
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) ini dilaksanakan pada saat
setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada Modul I, Modul II, dan Modul
III pada Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara dan sebelum memasuki kegiatan
pembelajaran pada Agenda selanjutnya. Tahap kedua : Dalam penyusunan Rencana
Aksi Bela Negara Tahap Kedua ini, masing-masing peserta/secara kolektif per kelas
menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut dan tetap berada
dibawah kendali seorang mentor/atasan langsung peserta yang memliki kewenangan
memberikan pengesahan (paraf) maupun nilai atas kegiatan pada Rencana Aksi Bela
Negara dimaksud.

3. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


A. PERATURAN BARIS BERBARIS
Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama
antar peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB
bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan
yang prima pula, juga dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin, membina
kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya.
Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta Latsar
CPNS senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu
dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.
Aba-aba petunjuk adalah dipergunakan hanya jika perlu, untuk menegaskan
maksud dari pada aba-aba peringatan/pelaksanaan.

22
.
B. KEPROTOKOLAN
1. KONSEP KEPROTOKOLAN
Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata
Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau
masyarakat.”
2. TATA TEMPAT (PRESEANCE)
a. Pengertian umum dan hakekat.
Definisi Tata Tempat adalah “aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat Negara,
Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau
acara resmi”.
b. Aturan Dasar Tata Tempat.
1) Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama adalah mereka yang
mempunyai jabatan tertinggi yang bersangkutan mendapatkan urutan paling depan
atau paling mendahului.
2) Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke pintu
keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar.
3) Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah: a)
tempat paling tengah; b) tempat sebelah kanan luar, atau rumusnya posisi sebelah
kanan pada umumnya selalu lebih terhormat dari posisi sebelah kiri; c) genap = 4 –
2 – 1 – 3; d) ganjil = 3 – 1 – 2.

3. TATA UPACARA

Uraian Materi Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu
lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh seorang
Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuanketentuan
yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh kegiatan tersebut
direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau Perwira Upacara dalam rangka
mencapai tujuan upacara. Manfaat Tata Upacara adalah sebagai bentuk pembinaan
disiplin

4. TATA PENGHORMATAN
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan
kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara.
Ketentuan penghormatan kepada Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah dan Tokoh
Masyarakat tertentu berupa pemberian tata tempat, penghormatan bendera negara, dan
lagu kebangsaan, serta penghormatan jenazah bila meninggal dunia adalah sebagai
berikut.
a. Pemberian Tata Tempat Pemberian tata tempat adalah sebagaimana telah dijelaskan
pada uraian Ketentuan Keprotokolan tentang Tata Tempat (Preseance).
b. Penghormatan dengan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Pemberian
penghormatan dengan menggunakan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya dalam acara resmi, dilakukan sesuai dengan kedudukan pejabat yang bersangkutan.
c. Penghormatan Jenazah Penghormatan dalam bentuk pengibaran bendera setengah
tiang diberikan kepada Pejabat setingkat Presiden/Menteri/Kepala LPNK/Duta Besar
aktif, yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugas. Pengibaran Bendera Negara
setengah tiang dilakukan selama dua hari berturut-turut dilakukan di kantor pusat maupun
kantor perwakilan jika ada. Dalam hal pejabat yang meninggal dunia tersebut berada di
luar negeri, pengibaran Bendera Negara setengah tiang dilakukan sejak tanggal kedatangan
Jenazah di Indonesia.

23
5. PELAKSANAAN KEGIATAN APEL
1. Uraian Materi. Apel adalah salah satu praktek dari materi kegiatan belajar dalam bagian
modul ini. Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat pekerjaan
maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk
mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga
pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin). Apel yang biasa dilakukan
adalah apel pagi dan apel siang, apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan
tertib dan khidmat serta sunguhsungguh.
2. Tata Cara Pelaksaan Kegiatan Apel
a. barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu (biasanya yang tertua atau
ditunjuk). Setelah diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri disamping kanan
barisan (menurut ketentuan PBB).
b. Setelah penerima apel berdiri ditengah berhadapan dengan barisan apel dan penerima
apel mengucapkan “Apel pagi/siang ... dimulai”, maka pemimpin barisan langsung
menyampaikan penghormatan umum dengan aba-aba” kepada penerima apel (atau
disebut jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan), hormat ... grak”,
dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-sama dengan seluruh peserta apel
memberikan penghormata
3. Manfaat Kegiatan Apel
a) Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personel
yang dipimpinnya.
b) Pada saat apel dapat digunakan untuk menyampaikan perhatian, instruksi dan
pengumuman-pengumuman.
c) menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib seperjuangan dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan
d) Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan e) Meningkatkan pembinaan
disiplin

6. ETIKA KEPROTOKOLAN

a. Etika Keprotokolan
Etika Keprotokolan dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk tutur, sikap, dan
perbuatan yang baik dan benar berdasarkan kaidah norma universal yang dilakukan
secara sadar dalam tata pergaulan yang berlaku pada tempat, waktu, dan ruang
lingkup serta situasi tertentu, untuk menciptakan komunikasi dan hubungan kerja
sama yang positif dan harmonis baik antar individu, kelompok masyarakat, dan
lembaga/organisasi, maupun antar bangsa dan negara.
b. Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan
Komunikasi yang baik adalah kebutuhan mutlak dalam menjalin hubungan, baik
dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan juga kedinasan. Dengan komunikasi,
maka manusia dapat bertukar informasi antara satu dengan yang lain dan
menciptakan hubungan yang baik, harmonis serta menciptakan suasana damai.
Komunikasi dapat menjadi efektif apabila terjadi dan berlangsung dalam iklim dan
semangat yang benarbenar komunikatif. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif
apabila terjadinya interaksi timbal balik (two ways) anata komunikator (pengirim
pesan) dan komunikan (penerima pesan) dimana pesan yang disampaikan dapat
diinterpretasikan dengan tepat tanpa adanya kesalahpahaman
c. KEWASPADAAN DINI
Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi
setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan
dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI
dan keselamatan bangsa.
24
PENGERTIAN DASAR INTELIJEN

Dalam Permendagri tersebut dijelaskan pengertian intelijen sebagai berikut :


“Intelijen adalah segala usaha, kegiatan, dan tindakan yang terorganislr dengan
menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan produk tentang masalah yang dihadapi
dari seluruh aspek kehidupan untuk disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan”.
Secara universal pengertian Intelijen berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara meliputi :
a) Pengetahuan, yaitu informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan. Intelijen sebagai pengetahuan merupakan dasar dalam
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan melalui sebuah proses intelijen sesuai
lingkaran intelijen (Intelligence cycle) yang merupakan penerapan dari fungsi intelijen
penyelidikan dimana pengguna (user)menggunakan produk-produk intelijen dalam setiap
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat disimpulkan
para pengguna intelijen (user) sebagai pengetahuan adalah para pembuat kebijakan
(policy makers) dan para pembuat keputusan (decision makers).
b) Organisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai wadah yang diberi tugas dan
kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas Intelijen. Semua Negara
memiliki badan intelijen yang melaksanakan fungsi dan aktivitas Intelijen demi
kepentingan nasional. Sebagai contoh di Indonesia badan intelijen yang melaksanakan

fungsi dan aktivitas Intelijen demi kepentingan nasional adalah Badan IntelijenNegara
(BIN).

KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN PERTAHANAN


NEGARA
Dalam penyelenggaraan pertahanan Negara, kemampuan kewaspadaan dini
dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan
pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi
setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan dini
dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan
bangsa.
Sistem Kemanan Nasonal
Untuk mencapai tujuan negara harus dapat mengembangkan suatu sistem nasional
yang meliputi sistem kesejahteraan nasional, sistem ekonomi nasional, sistem politik
nasional, sistem pendidikan nasional, sistem hukum dan peradilan nasional, sistem
pelayanan kesehatan nasional, dan sistem keamanan nasional. Keamanan nasional
merupakan kondisi dinamis bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
menjamin keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan warga negara, masyarakat, dan
bangsa, terlindunginya kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan
pembangunan nasional dari segala ancaman.
Ancaman
Ancaman memiliki hakikat yang majemuk, berbentuk fisik atau nonfisik,
konvensional atau nonkonvensional, global atau lokal, segera atau mendatang, potensial
atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak langsung, dari luar negeri atau
dalam negeri, serta dengan kekerasan senjata atau tanpa kekerasan senjata, yang dapat
diuaraikan sebagai berikut : 1. Ancaman terhadap keamanan manusia meliputi keamanan
ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, personel, komunitas, dan politik. 2. Ancaman
terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat meliputi kriminal umum dan kejahatan
terorganisasi lintas negara. 3. Ancaman terhadap keamanan dalam negeri meliputi
separatisme, terorisme, spionase, sabotase, kekerasan politik, konflik horizontal, perang
informasi, perang siber (cyber), dan ekonomi nasional. 4. Ancaman terhadap pertahanan
meliputi perang tak terbatas, perang terbatas, konflik perbatasan, dan pelanggaran wilayah.

25
Deteksi Dini dan Peringatan Dini
Intelijen Negara berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan
untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan
penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang mungkin timbul dan mengancam
kepentingan dan keamanan nasional. Adapun tujuan Intelijen Negara : adalah mendeteksi,
mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam
rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk
dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi bangsa
dan negara serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanannasional.

Penyelenggara Intelijen Negara


Penyelenggara Intelijen Negara terdiri atas:
1. Badan Intelijen Negara;
2. Intelijen Tentara Nasional Indonesia;
3. Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Intelijen Kejaksaan Republik Indonesia; dan
5. Intelijen kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian.

Kerahasiaan dan masa retensi


Keberadaan dan aktivitas Intelijen Negara tidak terlepas dari persoalan kerahasiaan.
Rahasia Intelijen merupakan bagian dari rahasia negara yang memiliki Masa Retensi.
Masa Retensi berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang setelah
mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

IMPLEMENTASI DAN APLIKASI KEWASPADAAN DINI BAGI CPNS


Sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, CPNS memiliki kewajiban untuk ikut
mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dimplementasikan dengan “kesadaran lapor
cepat” terhadap setiap potensi ancaman, baik di lingkungan pekerjaan maupun lingkungan
pemukiman, menorong terbentuknya FKDM di lingkungan masing- masing atau
berkontribusi pada Kominda Namun, sebagai warga Negara kesadaran lapor cepat adalah
perwujudan kewaspadaan dini adalah perwujudan dari kesadaran bela Negara.

26
JURNAL AGENDA 2

MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN

A. KONSEP PELAYANAN PUBLIK


Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang- undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu
dari penyelenggara pelayanan 12 publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah
sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan
Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
Partisipatif Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah
perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
Transparan Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait
dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya.
Responsif Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga
negara, seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual,
difabel, dan sejenisnya.
Mudah dan Murah Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus
diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah
untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan
tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara.
Efektif dan Efisien Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan- tujuan
yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis
negara dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang
sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
Aksesibel Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah
dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan
biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
Akuntabel Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar.

27
Berkeadilan Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk
yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

Membangun Budaya Pelayanan Prima Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan publik,
berperilaku korup, kolutif dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang
berbelitbelit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA DIPERMUDAH”.
ASN sebagai Pelayan Publik Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan
pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan
dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu
dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan
ekonomi dan sosial (economic and social development) yang diarahkan pada meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat. Selain itu, pembangunan sumber daya manusia
ASN sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi, diharapkan mampu mengakselerasi pelaksanaan
tugas, fungsi, dan peran ASN sebagaimana dimaksud dalam UU ASN
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selain tugas dan fungsi yang melekat pada pegawai ASN, pegawai ASN juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam
rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values
(Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values
ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan


Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Dari berbagai sumber, definisi nilai dasar sendiri adalah kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang
diharapkan dari ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit kerjanya. Sedangkan kode
etik adalah pedoman mengenai kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau perilaku
terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas baik dalam
melaksanakan tugas maupun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Adapun kode perilaku adalah pedoman
mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi
Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan

28
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, yang
dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum memadai,
termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap
masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa
berubah.

Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku
pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai denganperaturan
perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan
informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. Tidak menyimpang dari prosedur.

29
Agenda 2 :

MODUL 2
AKUNTABEL

A. POTRET LAYANAN PUBLIK

1. Potret Layanan Publik di Indonesia


Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
„oknum‟ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Peribahasa
„Waktu Adalah Uang‟ digunakan oleh banyak „oknum‟ untuk (Lanjutan) Singkat cerita, Sdr Romi
berbelas kasihan kepada pada tersangka yang telah memukuli anaknya, dan menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ombudsman Banten karena telah sangat membantu mendapatkan pelayanan
hukum untuk mendapatkan keadilan. Dengan demikian bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelayanan hukum yang sama dan jangan khawatir untuk melaporkan jika ada dugaan
penyimpangan penanangan laporan di kepolisian, karena hak setiap warga negara dilindungi
undang- undang. (Dikutip dari Laporan Tahun 2020 Ombudsman Republik Indonesia, hal. 114) 10
memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari
biasanya. Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima
layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan
dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun. Sehinga, di masyarakat muncul
peribahasa baru, sebuah sarkasme, „kalau bisa dipersulit, buat apa dipermudah‟. Terminologi
„oknum‟ sering dijadikan kambing hitam dalam buruknya layanan publik, namun, definisi „oknum‟
itu seharunya bila hanya dilakukan oleh segelintir personil saja, bila dilakukan oleh semuua, berarti
ada yang salah dengan layanan publik di negeri ini. 2. Tantangan Layanan Publik
2. Tantangan Layanan Publik
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban,
e. keprofesionalan, f. partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l.
kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Undang-Undang ini dengan mantab memberikan
pijakan sebuah layanan publik, yang seharusnya dapat tercermin di setiap layanan publik di negeri
ini.
3. Keutamaan Mental Melayani
Segala yang berkaitan dengan mental dan pola pikir kadang sering dilemparkan ke pihak lain
sebagai penyebab. Seorang pegawai yang diminta untuk disiplin sering meminta atasannya
melakukannya lebih dulu. Seorang atasan pun akan menggunakan metode yang sama ketika diminta
untuk menjadi individu yang taat aturan ke atasan di atasnya. Sehingga akhirnya, karena terlalu
sibuk dengan persyaratan dari orang lain, dirinya sendiri tidak pernah berubah. Pada modul latihan
ini, Anda diajak untuk memulainya dari diri Anda. Aturan dan kode etik tertulis memang penting,
namun, komitment Anda sebagai ASN secara pribadi juga menjadi hal yang tidak kalah penting.
Terlebih, bila Anda menyadari bahka semua gaji dan fasilitas yang Anda gunakan nanti berasal dari
Pajak yang dibayarkan Masyarakat negeri ini yang menuntut dilayani dengan layanan yang terbaik.
Mari mulai menunjuk diri sendiri untuk memulai, dari hal-hal kecil di keseharian, dan di mulai dari
sekarang.

B. KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan
kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya
norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are
done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan

30
mempengaruhi aturan formal yang berlaku.
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

C. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


1. Akuntabilitas dan Integritas Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh
banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara
2. Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai
dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas
memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara. Setiap organisasi
memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbedabeda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda pula.
Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem
akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software
untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi). Hal-hal yang
penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabeladalah:
1) kepemimpinan,
2) transparansi,
3) integritas,
4) tanggung jawab (responsibilitas),
5) keadilan,
6) kepercayaan,
7) keseimbangan,
8) kejelasan, dan
9) konsistensi.
D. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan
urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan
transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP). Aparat pemerintah
dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang
harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga termasuk
dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-keuangan
(Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-
langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan

Informasi publik disini adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan
Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Atas dasar prinsip tersebut, maka pada dasarnya semua PNS berhak memberikan informasi,

31
namun dalam prakteknya tidak semua PNS punya kemampuan untuk memberikan informasi
berdasarkan berapa prinsip-prinsip diatas (seperti resiko dampak kerugian yang muncul, utuh dan
benar).
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access) • ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang
diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
• ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
Penyalahgunaan informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia
dan mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang; • ASN akan
mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang sah lainnya
mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya.
Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokratuntuk menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan
dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya, yaitu : 1) Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4)Pelatihan nilai- nilai
organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan Saluran Komunikasi yang
Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Setiap orang dapat memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan
pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang berlaku dalam organisasi; berperilaku
yang sesuai dengan code of conduct; memberikan masukan kepada pimpinan sebelum mengambil
keputusan penting atau yang berhubungan dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap
pelaksanaan sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Jadi, akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau aparatur dapat
menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa
yang telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan dilaksanakan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi dari data dan informasi yang
telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk mendapatkan informasi.

32
Agenda 2 :

MODUL 3
KOMPETEN

A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS


Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru.
Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi
kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan
Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan)
Misi Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak meliputi:
1. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan prima demi kepuasaan
masyarakat;
2. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi
perubahan; dan
7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis

Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:


a. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
b. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien.
c. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b) Membantu orang lain belajar;
c) Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif

e. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
33
b) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
f. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.

g. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
A. Merit Sistem Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip
dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan
ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Pembinaan dan
penempatan pegawai pada jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrasi maupun jabatan
fungsional didasarkan dengan prinsip merit, yaitu kesesuaian kualfikasi, kompetensi, kinerja,
dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-aspek subyektif, seperti kesamaan latar
belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas lainnya.
B. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
C. Karakter ASN Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik
tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Karakter lain yang diperlukan dari ASN
untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan
flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork dan cooperation
C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Konsepsi Kompetensi.
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan, dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan
pegawai profesional dan kompetitif. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk melaksanakan
pengembangan kompetensi tertentu.
3. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
Dengan demikian pengembangan kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,dan
sikap menjadi dasar dalam proses pengembangan kompetensi dalam lingkungan pekerjaan 24
ASN. Pengembangan dapat dilakukan dengan pendekatan klasikal dan non- klasikal, baik
untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Hak pengembangan tersebut meliputi
pengembangan kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk
meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.

D. PERILAKU KOMPETEN

1. Berkinerja dan BerAkhlak


Dalam kaitan relevansi kode etik profesi ASN dengan kinerja ASN, dapat diperhatikan dalam latar
belakang dirumuskannya kode etik ASN yang disebut dengan BerAkhlak. Terkait dengan perwujudan
kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021
dalam poin 4, antara lain, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;
b. Membantu orang lain belajar; dan
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat
Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di instansi pemerintah untuk
mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan organisasi/instansi

34
Learn, Unlearn, dan Relearn
Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidak belajar setiap
waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Penyesuaian paradigma selalu
belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi penting. Berikut ini contoh dari Glints yang
diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan proses belajar learn, unlearn, dan relearn. Berikut
langkahnya:
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah halhal yang benar-benar baru, dan
lakukan secara terusmenerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam peran apa apun,
sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa pengetahuan
dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi
sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN tak harus benar-benar melupakan
semuanya, untuk hal-hal yang masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa
satu-satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke kantor. Padahal, konsep kerja ini
hanyalah salah satunya saja. Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu ke kantor”, namun
membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada cara lain untuk bekerja, yakni
bekerja dari jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar menerima fakta
baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn

2. Meningkatkan Kompetensi Diri

Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk secara efektif dan
kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu berubah dan
kompleks. Orientasi atau ketergantungan pada pendekatan pengembangan pedagogis, bahkan
andragogis, tidak lagi sepenuhnya cukup dalam mempersiapkan kita untuk berkembang di tempat
kerja. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network. Dalam
konteks ini mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka massal (MOOCs), di mana koneksi
dapat dibentuk untuk membentuk komunitas pengetahuan. Dalam lingkungan berjejaring,
pembelajaran dipandang sebagai proses menemukan makna dalam proses pembelajaran dan
menciptakan koneksi di seluruh jaringan (Siemens, 2004 dalam Blaschke & Hase, 2019), dan mengatur
diri sendiri, memahami bagaimana pegawai dan organisasi untuk memilih apa yang dipelajari. Sebagai
ASN pembelajar, ASN juga diharapkan mengalokasikan dirinya dalam waktu dan ruang yang
memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan pengetahuan. Dalam kaitan ini ASN
dapat terlibat dalam aktivitas seperti laboratorium dan perpustakaan di lingkungan kantornya, di
tempat penemuan pengetahuan baru dapat dihasilkan, tetapi juga aktivitas laboratorium dan
perpustakaan juga sebagai tempat pertemuan di mana ASN berkumpul dan berbagai pengetahuan.

2. Melaksanakan tugas terbaik


Dalam konteks ini sangat relevan jika setiap ASN dapat mengubah pola pikir pelatihan sebagai biaya
menjadi pelatihan sebagai investasi. Ketika menganggap modal manusia sebagai fondasi nilai instansi,
tidak punya pilihan selain mengambil tindakan meningkatkan aset modal insani. Sukses ditentukan
oleh seberapa banyak tindakan yang ASN ambil dan bukan hanya oleh seberapa banyak pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki. Pengetahuan dapat dipelajari dan kemampuan dapat diperoleh. Tetapi
tindakan adalah satu-satunya sumber daya yang perlu setiap ASN keluarkan sesuai potensi yang ada di
dalam dirinya.
Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah
maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia. • Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
Tugas: Identifikasi Tipikal Individu
Tandai daftar tipikal individu yang dapat menahan kesuksesan pekerjaan Anda: 1. Frustrasi. 2.
Ketakutan 3. Kemalasan 4. Penundaan 5. Kegembiraan 6. Kecemasan 7. Kebahagiaan 8. Kelelahan
9. Kantuk 10. Kebosanan 11. Depresi

35
Agenda 2 :
MODUL 4
HARMONIS

A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia.


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama
alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa
pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia
juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Dari
Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli
pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang
terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian baratKekayaan sumber daya
alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh
Indonesia.
B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki bangsa
Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki bangsa di nusantara.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Nampak jelas bahwa para pendiri bangsa sangat peduli dan
penuh kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan perkumpulan bangsa yang berbeda dan
hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.
C. . Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan
a) Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep
sekuler tentang otonomi manusia.
b) Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa
merupakan sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan
memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
c) Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif
primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena
dia muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
d) Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony
Smith (1986)„ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies
baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang.
D. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi
Kebangsaan Indonesia berupaya untuk mencari persatuan dalam perbedaan. Persatuan
menghadirkan loyalitas baru dan kebaruan dalam bayangan komunitas politik, kode kode
solidaritas, dan institusi sosial politik.
Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara
melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan
bagi masyarakat.
4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas atau lemah.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan
kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan kelompok dimana
kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat sehingga mengukur
kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam
kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung
tim sepakbola dan sebagainya.
8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok
yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu
suku yang kasar, dan sebagainya.
E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya,
sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi
dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan
36
peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi
suku, budaya, agama dan lain-lain. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa
bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak
boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan
dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan
memuaskan publik. Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut
dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya mengapa peran dan
upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan bekerja ASN
dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
F. Mewujudkan suasana harmonis dalam lingkungan bekerja dan memberikan layanan kepada
masyarakat
1. Pengertian Harmonis. Singkatnya Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam
semesta. Di lain pihak dalam KBBI juga menyebutkan lawan kata harmoni yaitu disharmoni/
dis·har·mo·ni/n yang mengandung arti kejanggalan; ketidakselarasan.
2. Pentingnya Suasana Harmonis. Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari
suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif
bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal,
dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan
Modul Harmonis 24 kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan
untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada pelanggan.
3. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis.
a. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuanketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.
b. Etika publik. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus
utama dalam pelayanan publik, yakni: a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan
sarana kebijakan publik dan alat evaluasi. c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma
moral dan tindakan faktual.
c. Kode Etik ASN
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien;
 Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
4. Perilaku ASN.
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya saja
berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap
perilaku ini bisa ditunjukkan dengan: a. Toleransi b. Empati c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
Perubahan pola pikir yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem manajemen, mencakup
kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk mendukung terwujudnya good
governance.
5. Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi
Sebagai pelayan, tentu saja pejabat publik harus memahami keinginan dan harapan masyarakat
yang harus dilayaninya. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hak-haknya
sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang telekomunikasi,

37
teknologi informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan gencar yang dilakukan
masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi
pembangunan dan pelayanan publik, para pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat
merealisasikan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi
hukum, kesetaraan, dan lain-lain.
6. Etika ASN
sebagai pelayan publik Seperti telah sering diuraikan, norma etika yang berisi berbagai ketentuan
dan kaidah moralitas memiliki perbedaan dalam sistem sanksi jika dibandingkan dengan norma
hukum. Supaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam
organisasi, para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan norma yang
abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan larangan yang berlaku. Di sinilah letak
pentingnya kode etik diantara aparat sipil negara atau PNS pada khususnya.

38
Agenda 2 :
MODUL 5
LOYAL

1. Urgensi Loyalitas ASN


Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut di atas adalah
sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan
negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah
sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri. Karena
pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang mengatur perihal loyalitas ASN ini
(akan dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya yang terkait dengan bahasan
tentang:
1) Kedudukan dan Peran ASN
2) Fungsi dan Tugas ASN
3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS
6) Disiplin PNS
Selain itu perkembang teknologi informasi dapat digunakan oleh ASN untuk mendukung
Implementasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang saat ini tengah digalakkan oleh
pemerintah. KIP merupakan salah satu alat ukur untuk melegitimasi pemerintah di mata rakyat.
dan menjadi fondasi penting demokrasi. Melalui pelaksanaan KIP, diharapkan dapat
membangun kepercayaan publik atas berbagai kebijakan pemerintah, sehingga tercipta tata
kelola pemerintah yang baik (good governance), publik lebih sadar informasi, serta turut
berperan aktif dalam mensukseskan berbagai program kerja pemerintah. Selain itu, masalah lain
yang harus dihadapi dengan loyalitas tinggi oleh seorang ASN adalah semakin besar peluang
masuknya budaya dan ideologi alternatif dari luar ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui
media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang berpotensi merusak
tatanan budaya dan ideologi bangsa.
Makna Loyal dan Loyalitas
Beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai berikut:

a) Kepatuhan atau kesetiaan.


b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada organisasi
tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu (misalnya
organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang tersebut.

d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan memberikan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau sesuatu.

e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga untuk


mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi sisi emosional orang
tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung,
merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan emosional.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidakterhadap
cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas
merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat
banyak faktor yang akan memengaruhinya.

39
Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
Aparatus Sipil Negara.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:

a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesiatahun


1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan tersebut masih perlu terus dimantapkan di kalangan CPNS untuk
meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun sikap loyal sebagai bekal
dalam mengawali pengabdiannya kepada bangsa dan negara sebagai seorang PNS.

Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan yang kuat
sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu mengaktualisasikannya dalam
pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilainilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa :
1) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
2) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
3) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
4) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa;
5) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
6) mengembangkan sikap tenggang rasa. Oleh karena itu seorang PNS harus selalu
mengamalkan nilai-nilai Luhur Pancasila dalam melaksanakan tugasnya sebagai wujud
nasionalime dan juga loyalitasnya terhadap bangsa dan negara.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat
nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan sikap loyal warga negara
termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundangundangangan yang berlaku. Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang

40
dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Berdasarkan pasal 10 Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi
Pemerintah. Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai
ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.

41
Agenda 2 :

MODUL 6
ADAPTIF

A. Mengapa Adaptif
Terdapat alasan mengapa nilai- nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas
jabatan di sektor publik, seperti:

1. Perubahan Lingkungan Strategis


Dalam kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi
masyarakat yang terus bergerak, disertai dengan literasi publik yang juga meningkat, maka
cara sektor publik dalam menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan
adaptasi yang memadai.
2. Kompetisi di Sektor Publik
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya
pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja
sebuah negara dalam kompetisi global.

3. Komitmen Mutu
Kurang berkualitasnya layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti
misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya program pembangunan sarana fisik yang
terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan
pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas menjalankan rutinitas
kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta
terutama (4) masih adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan
aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu. Standar mutu
pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan pelayanan, serta
literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang
mendorong komitmen mutu yang lebih baik.
Tantangan Praktek Administrasi Publik
Praktek administrasi publik yang terus berubah dan bercirikan adanya distribusi peran negara
dan masyarakat juga telah dikenal dalam banyak literatur. Praktek administrasi publik sebagai
pengejawantahan fungsi pelayanan publik oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan
tantangan yang terus berubah dari waktu ke waktu.

MEMAHAMI ADAPTIF

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan menghadapi
segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri)

Kreativitas dan Inovasi

Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi
akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang atau proses akan memerlukan
kemampuan kreatif untuk menciptakan inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika
kreativitas inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam kenyataannya, kehadiran
inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan adanya kreativitas. Kreativitas yang terbangun akan
mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap perubahan. Tanpa kreativitas, maka
kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat terbatas. Kreativitas bukan hanya berbicara tentang
kemampuan kreatif, tetapi juga bagian dari mentalitas yang harus dibangun, sehingga kapasitas
adaptasinya menjadi lebih baik lagi.

42
Organisasi Adaptif.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape), pembelajaran
(learning), dan kepemimpinan (leadership). Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus
melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.

Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi berkinerja tinggi,
dengan bercirikan antara lain3:
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu, dinyatakan sebagai 'gagasan besar'
sederhana, sebuah gagasan yang berhubungan erat dengan semua staf, dan bangga untuk
didiskusikan dengan teman dan kolega.
2. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa depan organisasi,
di mana semua staf didorong untuk berpikir secara mandiri, saling memperhatikan, ramah dan
saling mendukung, dan bertindak dengan kemanusiaan.
3. Terdapat perilaku yang menunjukkan Tanggung Jawab Psikologis, saling menghormati,
menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain, bekerja dalam tim yang merupakan tempat
saling mendukung, di mana segala sesuatu diperdebatkan tanpa sedikit penghinaan, di mana kritik
individu dan kerja tim disambut, dibahas dan di mana pelajaran dipelajari dan diimplementasikan.
4. ASN yang bekerja ekstra dengan memberikan ide, pemikiran, stimulus yang tidak diminta satu sama
lain, dan di mana minat mereka pada pelanggan mereka menawarkan sesuatu yang lebih dari yang
diharapkan, di luar kesopanan, dan di luar layanan, menawarkan perhatian dan minat pribadi.
5. Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN, yang memberikan kesempatan untuk
pengembangan pribadi melalui pengalaman baru, dan yang memperlakukan semua orang dengan
adil dan pengertian.
6. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi dan pribadi - secara intelektual,
finansial, sosial dan emosional.

Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN

Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Di sektor publik, budaya
adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga
pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1.Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan Bentuk antisipasi dan
kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan yang merespon isu atau permasalahan
publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya.
2.Mendorong jiwa kewirausahaan Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari
konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan
ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya organisasi
secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
3.Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja
pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan
peluang yang ada. 4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya. Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan
kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus
dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat.
5.Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam
organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.

Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan membawa konsekuensi adanya
perubahan dalam cara pandang, cara berpikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih
mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi
yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang
tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan
kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.

43
Agenda 2 :

MODUL 7
KOLABORATIF

A. Definisi Kolaborasi
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “
value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”. Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a
process though which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can
constructively explore differences and find novel solutions to problems that would have been more
difficult to solve without the other‟s perspective (Gray, 1989).

B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)


Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance . Pada collaborative governance pemilihan
kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan
mempertahankan tata kelola stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan
pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak
untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta
menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Pendekatan
WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian dari respon terhadap ilusi paradigma New
Public Management (NPM) yang banyak menekankan aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego
sektoral dibandingkan perspektif integrasi sektor. Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba
menjawab pertanyaan klasik mengenai koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan
sebagai akibat dari adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga
WoG sering kali dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami koordinasi
antar sector.
2) Pengertian WoG
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi
pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai
respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya,
dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole)
elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian
tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya
berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan.

PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH

Praktik kolaborasi memberikan gambaran tentang panduan perilaku kolaboratif, hasil penelitian
praktik kolaborasi pemerintah, serta studi kasus praktik kolaborasi pemerintah. Selain itu, sub-bab ini
juga mendeskripsikan tentang aspek normatif kolaborasi pemerintah dari beberapa peraturan
perundang-undangan.
Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan,
gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan
efektif antara entitas publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa
hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;

44
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat.
Pemerintahan tersebut. Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya, maka
beban yang ditimbulkan ditetapkan bersama secara wajar oleh penerima dan pemberi bantuan
dan tidak menimbulkan pembiayaan ganda. Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah
biaya yang ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan penerima Bantuan Kedinasan

Studi Kasus Kolaboratif

Temuan baru dalam penelitian ini menempatkan unsur latar belakang pemimpin (leader‟s
individual background) bersama dengan asimetri kekuasaan dan sejarah kerjasama/konflik sebagai
dasar yang dapat menghambat atau mendukung proses kolaborasi yang terbangun. Dalam rangka
menjaga keberlanjutan capaian kinerja di masa mendatang, maka pemimpin perlu mempersiapkan
suksesor, membangun sistem, regulasi, serta nilai-nilai atau budaya. “Keberhasilan kepemimpinan
dalam tata kelola kolaboratif di Kulon Progo dan Banyuwangi baiknya disusun dalam bentuk cerita
sukses penanggulangan kemiskinan sebagai explicit knowledge sehingga program inovasi dan proses
tata kelola kolaboratifnya dapat menjadi rujukan dan pembelajaran bagi daerah lain.”

45
JURNAL AGENDA 3

MODUL 1
SMART ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta
digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja
literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor
industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya.

Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital yang dibarengi
pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi aktivitas,
penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi,
kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM
digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi digital. Indikator yang dipakai dalam menentukan
keberhasilan terwujudnya Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu
dari ITU, IMD, dan Katadata
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer dan
keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan
pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan
untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi,
dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. d. Hasil survei Indeks
Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat
Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan,
dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo. e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum
literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital
d. dan keamanan digital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

46
Penguatan Literasi Digital Di Indonesia, sejak lama sudah dilakukan upaya penguatan literasi
digital. Pada Kurikulum 2006, mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sempat
menjadi bagian penting di bangku sekolah menengah dan atas. Namun dihapus pada Kurikulum
2013, untuk kemudian direstorasi di Kurikulum 2013 terbaru. Namun, penguatan literasi digital
tidak hanya datang dari Kemendikbud selaku otoritas pendidikan beberapa lembaga pemerintah,
akademisi, dan nonpemerintah juga turut serta.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu.

Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

a. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
● Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data,
memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk memantau
keuangan dan bertransaksi secara digital

b. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
(netiquette)
● Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan,
seperti: pornografi, perundungan, dll.
● Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam
kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
● Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang diruang digital yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

c. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
● Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasiladi
mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
● Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
● Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar
memproteksi identitas digital (kata sandi)
● Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang terverifikasi
dan terpercaya, memahami spam, phishing.
● Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya
rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed

Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta protokol
keamanan seperti PIN dan kode otentikasi

47
Agenda 3 :

MODUL 2
MANAJEMEN ASN

Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional,
Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembanganjaman
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

PNS PPPK
PNS merupakan warga negara Indonesia yang warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
pembina kepegawaian untuk mendudukijabatan melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
pemerintahan dan memiliki nomor induk dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan
pegawai secara nasional ketentuan perundang-undangan

Fungsi dan Tugas ASN

Perekat dan Pemersatu


Pelaksana Kebijakan Publik Pelayan Publik
Bangsa

“Melaksanakan kebijakan yang “Memberikan pelayanan “Mempererat persatuan dan


dibuat oleh Pejabat Pembina publik yang professional dan kesatuan Negara Kesatuan
Kepegawaian sesuai dengan berkualitas” Republik Indonesia”
ketentuan peraturan
perundangundangan”

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kewajiban ASN meliputi :
a. setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan
Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan
Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak
memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi

48
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi Kode Etik dan Kode Prilaku ASN
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
f. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
g. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan.
Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan
seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu model
assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan
latihan) dengan menggunakan komputer (menjadi bagian dalam program komputer), mampu
menjamin transparansi, efisiensi serta efektifitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan
sampai dengan pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer. Dalam sistem
merit, penggajian, promosi, mutasi, pengembangan kompetensi dan lain-lain keputusan juga
didasarkan sepenuhnya pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan juga pertimbangan kualifikasi
dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa kasihan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi Manajemen ASN 32 termasuk dalam
hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan
penghargaan.
Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Hasil
penilaian kinerja PNS disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS. Hasil penilaian kinerja PNS
digunakan untuk menjamin objektivitas dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai
persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi,
mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. PNS yang penilaian
kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi administrasi sampai dengan
pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja dan perlindungan.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data Pegawai ASN
paling kurang memuat:
1. data riwayat hidup;
2. riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. riwayat pengalaman berorganisasi;

49
6. riwayat gaji;
7. riwayat pendidikan dan latihan;
8. daftar penilaian prestasi kerja;
9. surat keputusan; dan kompetensi.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antarInstansi Pemerintah.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrasi. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara
tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum.

TERIMAKASIH ATAS ILMUNYA

50
51

Anda mungkin juga menyukai