Disusun Oleh :
0
MATERI I
Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi Suryanto, M.Si
Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry 4.0 menuntut kita
supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pondasi penting mewujudkan
Smart ASN melalui Latsar sebagai bekal menghadapi tantangan dunia yang semakin
kompleks. MOOC dapat dimanfaatkan untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi
fisik. Namun dapat dilakukan secara mandiri dan dikembangkan dalam skama
pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan penguatan secara klasikal. MOOC diharapkan
dapat menjadi learning platform bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN yang
unggul dan kompeten untuk menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia
Emas 2045.
MATERI II
MATERI III
Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan
KompetensiASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.
Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan
PPPK P3K dituntut belajar mandiri pada
materi MOOC.Pembelajaran dibagi 3
1. Sikap perilaku Bela Negara
2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan
1
JURNAL AGENDA 1
MODUL 1
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA
NEGARA
A. WAWASAN KEBANGSAAN
2
Fungsi Pancasila:
3
B. NILAI-NILAI BELA NEGARA
2) Ancaman
Ancaman adalah sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiahatau
hasil suatu rekayasa, berbentuk fisikatau non fisik, berasal dari dalam
atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung, diperkirakan atau
diduga atau yang sudah nyatadapat membahayakan tatananserta
kelangsungan hidup bangsadan negara dalam rangka pencapaian tujuan
nasionalnya.
3) Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga negara terhadap
4
setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan
kesadaran temu dan lapor cepat (Tepat Lapat) yang mengandung unsur
5W+1H (When, What, Why, Who, Where dan How) kepada aparat
yang berwenang.
5
2) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara
sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ikut serta dalam pemilihan umum.
4) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
5) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
6
seluruh ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun
udara dari berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan
lingkungan, ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman
penyalahgunaan tata ruang, ancaman pelanggaran batas negara
dan lain-lain.
d) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di
tengah- tengah masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan
sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
7
e) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung
terselenggaranya pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil,
berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional,
akuntabel, efektif dan efisien.
f) Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi
ASN.
g) Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut
berpartisipasimenjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratissebagai perangkat sistem karier
8
situasi dankondisi yang penuh dengan kesulitan.
f) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN
tidak akansia-sia.
9
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
4. Prinsip Wawasan Nusantara
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Citacita
Reformasi
4. Nasionalisme
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri, Hans
Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and History
Empat hal yang harus dihindari dalam memupuk nasionalisme :
1) Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
2) Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul
3) Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara
kalauperlu dengan kekerasan dan senjata.
4) Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.
Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia:
1) Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni
nusantara.
2) Mengembangkan sikap toleransi.
3) Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa
Indonesia.
10
c. Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan;
d. Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang- undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi
pemerintahan.
11
Agenda 1 :
MODUL 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
12
4. Modal ketabahan (adversity)
adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupunkehidupan sebuah organisasi birokrasi. Stoltz membedakan tiga tipe
manusia:
a. Quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih
untukmelarikan diri dari masalah.
b. Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati.
c. Climber yang memiliki stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan
masalah.
5. Modal etika/moral
Ada empat komponen modal moral/etika yakni:
a) Integritas (integrity) yaitu perilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah
yangberlaku.
b) Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang yang
bertanggungjawabatas tindakannya.
c) Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan
oranglain.
d) Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf.
PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari
eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan
pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya;
1. Korupsi
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh:
1) Membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang korupsi
dalamskala yang lebih besar dan lebih tinggi;
2) Lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan beberapa
diantaranyabersikap masa bodoh; dan
3) Terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan keuangan
dankepentingan bisnis asing.
13
menindas kaumnya sendiri melalui perilaku dan praktek korupsi
Zaman Modern, korupsi di Indonesia yang pernah tercatat dilakukan sejak
periode pasca kemerdekaan (masa orde lama), masa orde baru, dan
masa
reformasi hingga saat ini.
B. Memahami Korupsi
Euben (1989), menggambarkan korupsi sebagai tindakan tunggal dengan asumsi
setiaporang merupakan individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
1) Faktor Individu
a. sifat tamak
b. moral yang lemah menghadapi godaan
c. sifat hidup konsumtif
2) Faktor Lingkungan disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi.
b. Aspek Ekonomi.
c. Aspek Politis.
d. Aspek Organisasi
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2) Menyalahgunakan kewenangan karena
jabatan
/ kedudukan yang dapat merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / perekonomian Negara ( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
14
SH Alatas dalam bukunya “korupsi” menjelaskan mengenai korupsi ditinjau dari
segitipologi, yaitu:
1) Korupsi transaktif; yaitu adanya suatu kesepakatan antara pihak pemberi dan
pihakpenerima demi keuntungan kedua belah pihak.
2) Korupsi yang memeras; adalah jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa
untukmenyuap guna mencegah kerugian.
3) Korupsi investif; adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada ikatan langsung
dengankeuntungan tertentu. 4) Korupsi perkerabatan; atau biasa disebut dengan
nepotisme.
5) Korupsi defensif; yaitu perilaku korban korupsi dengan pemerasan.
6) Korupsi dukungan.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Dasar hukum gratifikasiadalah
C. Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.
D. Membangun Sikap Antikorupsi
Tindakan membangun sikap anti korupsi sederhana, misalnya dengan cara:
1) Bersikap jujur dalam kehidupan dan menghindari perilaku korupsi.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan sosial.
4) Melaporkan apabila mengetahui perbuatan korupsi contoh.
2. Narkoba
1) Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Narkoba merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
Rinarustin Widiastuti_SDN Ketawangrejo saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. Terorisme dan Radikalisme
A. Terorisme
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun
2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategi yang berisi empat pilar
strategi global pemberantasan terorisme, yaitu:
1) Pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) Langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) Peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk
mencegah danmemberantas terorisme serta penguatan peran
sistem PBB;
4) Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule
of lawsebagai dasar pemberantasan terorisme.
Definisi dan Munculnya Terorisme Kata Terorisme yang artinya dalam
keadaan teror (under the terror), berasal dari bahasa latin ”terrere” yang
berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut. Dalam melakukan
kekerasan kaum minoritas menganut keyakinan, diantaranya:
1) Keyakinan bahwa sah bertindak agresif sebab sering perlakuan tidak adil.
2) Keberhasilan menebar rasa takut supaya tidak dipandang remeh lagi.
3) Kekerasan merupakan satu-satunya cara yang dianggap efektif.
4) Ditumbuhkannya harapan yang tinggi hidup dimasa depan
15
lebih baik,Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme:
1) Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan
Indonesia.
2) Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas
kebijakannegara.
3) Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi
tertentu.
4) Terorisme yang dilakukan oleh kaum kapitalis ketika memaksakan
bentuk ataupola bisnis dan investasi kepada masyarakat.
Terorisme Internasional
Terorisme internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan
warga atau wilayah lebih dari satu negara. Terorisme internasional juga
dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan di luar
ketentuan diplomasi internasional dan perang. Terorisme dapat dibagi
menjadi level atau tahapan sebagai berikut: Level negara atau state, Level
kawasan atau regional, Level internasional atau global. Di dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme Bab III
Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-undangNo. 15 Tahun 2003 mengatur tentang
tindak pidana terorisme.
16
Dampak Radikal Terorisme
Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek kehidupan
masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Dari segi ekonomi,
pelaku ekonomi merasa ketakutan untuk berinvestasi di Indonesia karena
keamanan yang tidak terjamin. Deradikalisasi merupakan semua upaya
untukmentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak
radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial,
budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan
radikal.
Membangun Kesadaran Antiterorisme Pencegahan menurut pakar
intelijen Soleman B Ponto menyebutkan bahwa unsur pembentuk teror ada
Sembilan yaitu: pemimpin, tempat latihan, jaringan, dukungan logistik,
dukungan keuangan, pelatihan, komando dan pengendalian, rekrutmen,
serta daya pemersatu. Selain membentuk badan khusus penanganan teroris,
pemerintah juga melakukan upaya kerjasama yang telah dilakukan dengan
beberapa negara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Philipina, dan
Australia, bahkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada,
Perancis, dan Jepang.
4. Money Laundri
Istilah “money laundering” adalah upaya menyamarkan, menyembunyikan,
menghilangkan atau menghapuskan jejak dan asal-usul uang dan/atau harta
kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut. Istilah “money
laundering” pertama kalimuncul pada tahun 1920-an ketika para Mafia di Amerika
Serikat mengakuisisi atau membeli usaha/bisnis jasa Laundromats (mesin pencuci
otomatis).
5. Proxy War
Yono Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada
konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat
langsung dalam peperangan karena melibatkan „proxy‟ atau kaki tangan.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, ancaman Perang Proksi itu
sangat berbahaya karena negara lain yang memiliki kepentingan tidak langsung
17
berhadapan. Mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam, maka negara ini
disebut-sebut darurat terhadap ancaman Proxy War.
18
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi.
Beberapa tips dalam menggunakan media social agar terhindar dari risikopelanggaran
hukum:
1) Memahami regulasi yang ada
2) Menegakan etika ber-media sosial
3) Memasang identitas asli diri dengan benar
4) Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik
5) Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi
19
Agenda 1 :
MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
I. Kerangka kesiapsiagaan bela negara dalam pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil
20
c. Manfaatan Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat
diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakankegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
21
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorangatau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaandengan
baik dan buruk.
d. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusiadi
tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan
perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai
bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya
terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di luar
daerahnya.
22
.
B. KEPROTOKOLAN
1. KONSEP KEPROTOKOLAN
Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata
Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau
masyarakat.”
2. TATA TEMPAT (PRESEANCE)
a. Pengertian umum dan hakekat.
Definisi Tata Tempat adalah “aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat Negara,
Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau
acara resmi”.
b. Aturan Dasar Tata Tempat.
1) Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama adalah mereka yang
mempunyai jabatan tertinggi yang bersangkutan mendapatkan urutan paling depan
atau paling mendahului.
2) Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke pintu
keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar.
3) Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah: a)
tempat paling tengah; b) tempat sebelah kanan luar, atau rumusnya posisi sebelah
kanan pada umumnya selalu lebih terhormat dari posisi sebelah kiri; c) genap = 4 –
2 – 1 – 3; d) ganjil = 3 – 1 – 2.
3. TATA UPACARA
Uraian Materi Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu
lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh seorang
Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuanketentuan
yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh kegiatan tersebut
direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau Perwira Upacara dalam rangka
mencapai tujuan upacara. Manfaat Tata Upacara adalah sebagai bentuk pembinaan
disiplin
4. TATA PENGHORMATAN
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan
kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara.
Ketentuan penghormatan kepada Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah dan Tokoh
Masyarakat tertentu berupa pemberian tata tempat, penghormatan bendera negara, dan
lagu kebangsaan, serta penghormatan jenazah bila meninggal dunia adalah sebagai
berikut.
a. Pemberian Tata Tempat Pemberian tata tempat adalah sebagaimana telah dijelaskan
pada uraian Ketentuan Keprotokolan tentang Tata Tempat (Preseance).
b. Penghormatan dengan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Pemberian
penghormatan dengan menggunakan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya dalam acara resmi, dilakukan sesuai dengan kedudukan pejabat yang bersangkutan.
c. Penghormatan Jenazah Penghormatan dalam bentuk pengibaran bendera setengah
tiang diberikan kepada Pejabat setingkat Presiden/Menteri/Kepala LPNK/Duta Besar
aktif, yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugas. Pengibaran Bendera Negara
setengah tiang dilakukan selama dua hari berturut-turut dilakukan di kantor pusat maupun
kantor perwakilan jika ada. Dalam hal pejabat yang meninggal dunia tersebut berada di
luar negeri, pengibaran Bendera Negara setengah tiang dilakukan sejak tanggal kedatangan
Jenazah di Indonesia.
23
5. PELAKSANAAN KEGIATAN APEL
1. Uraian Materi. Apel adalah salah satu praktek dari materi kegiatan belajar dalam bagian
modul ini. Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat pekerjaan
maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk
mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga
pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin). Apel yang biasa dilakukan
adalah apel pagi dan apel siang, apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan
tertib dan khidmat serta sunguhsungguh.
2. Tata Cara Pelaksaan Kegiatan Apel
a. barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu (biasanya yang tertua atau
ditunjuk). Setelah diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri disamping kanan
barisan (menurut ketentuan PBB).
b. Setelah penerima apel berdiri ditengah berhadapan dengan barisan apel dan penerima
apel mengucapkan “Apel pagi/siang ... dimulai”, maka pemimpin barisan langsung
menyampaikan penghormatan umum dengan aba-aba” kepada penerima apel (atau
disebut jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan), hormat ... grak”,
dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-sama dengan seluruh peserta apel
memberikan penghormata
3. Manfaat Kegiatan Apel
a) Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personel
yang dipimpinnya.
b) Pada saat apel dapat digunakan untuk menyampaikan perhatian, instruksi dan
pengumuman-pengumuman.
c) menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib seperjuangan dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan
d) Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan e) Meningkatkan pembinaan
disiplin
6. ETIKA KEPROTOKOLAN
a. Etika Keprotokolan
Etika Keprotokolan dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk tutur, sikap, dan
perbuatan yang baik dan benar berdasarkan kaidah norma universal yang dilakukan
secara sadar dalam tata pergaulan yang berlaku pada tempat, waktu, dan ruang
lingkup serta situasi tertentu, untuk menciptakan komunikasi dan hubungan kerja
sama yang positif dan harmonis baik antar individu, kelompok masyarakat, dan
lembaga/organisasi, maupun antar bangsa dan negara.
b. Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan
Komunikasi yang baik adalah kebutuhan mutlak dalam menjalin hubungan, baik
dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan juga kedinasan. Dengan komunikasi,
maka manusia dapat bertukar informasi antara satu dengan yang lain dan
menciptakan hubungan yang baik, harmonis serta menciptakan suasana damai.
Komunikasi dapat menjadi efektif apabila terjadi dan berlangsung dalam iklim dan
semangat yang benarbenar komunikatif. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif
apabila terjadinya interaksi timbal balik (two ways) anata komunikator (pengirim
pesan) dan komunikan (penerima pesan) dimana pesan yang disampaikan dapat
diinterpretasikan dengan tepat tanpa adanya kesalahpahaman
c. KEWASPADAAN DINI
Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi
setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan
dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI
dan keselamatan bangsa.
24
PENGERTIAN DASAR INTELIJEN
fungsi dan aktivitas Intelijen demi kepentingan nasional adalah Badan IntelijenNegara
(BIN).
25
Deteksi Dini dan Peringatan Dini
Intelijen Negara berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan
untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan
penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang mungkin timbul dan mengancam
kepentingan dan keamanan nasional. Adapun tujuan Intelijen Negara : adalah mendeteksi,
mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam
rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk
dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi bangsa
dan negara serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanannasional.
26
JURNAL AGENDA 2
MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
27
Berkeadilan Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk
yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Membangun Budaya Pelayanan Prima Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik.
Birokrasi lebih banyak berkonotasi dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan publik,
berperilaku korup, kolutif dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang
berbelitbelit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA DIPERMUDAH”.
ASN sebagai Pelayan Publik Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan
pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan
dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu
dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan
ekonomi dan sosial (economic and social development) yang diarahkan pada meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat. Selain itu, pembangunan sumber daya manusia
ASN sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi, diharapkan mampu mengakselerasi pelaksanaan
tugas, fungsi, dan peran ASN sebagaimana dimaksud dalam UU ASN
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selain tugas dan fungsi yang melekat pada pegawai ASN, pegawai ASN juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
28
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, yang
dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum memadai,
termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap
masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa
berubah.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku
pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai denganperaturan
perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan
informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. Tidak menyimpang dari prosedur.
29
Agenda 2 :
MODUL 2
AKUNTABEL
B. KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan
kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya
norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are
done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
30
mempengaruhi aturan formal yang berlaku.
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Informasi publik disini adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan
Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik” (Pasal 1 Ayat 2).
Sedangkan Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3).
Atas dasar prinsip tersebut, maka pada dasarnya semua PNS berhak memberikan informasi,
31
namun dalam prakteknya tidak semua PNS punya kemampuan untuk memberikan informasi
berdasarkan berapa prinsip-prinsip diatas (seperti resiko dampak kerugian yang muncul, utuh dan
benar).
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access) • ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang
diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
• ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
Penyalahgunaan informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia
dan mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang; • ASN akan
mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang sah lainnya
mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya.
Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokratuntuk menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik.
Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan
dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya, yaitu : 1) Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi; 2) Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif: 3) Perekrutan dan Promosi Pegawai; 4)Pelatihan nilai- nilai
organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan; 5) Menciptakan Saluran Komunikasi yang
Efektif; dan 6) Penegakan kedisiplinan.
Setiap orang dapat memberikan pandangan-pandangan dalam pengembangan dan
pembaharuan etika dan aturan perilaku (code of conduct) yang berlaku dalam organisasi; berperilaku
yang sesuai dengan code of conduct; memberikan masukan kepada pimpinan sebelum mengambil
keputusan penting atau yang berhubungan dengan masalah hukum dan implementasinya terhadap
pelaksanaan sanksi pelanggaran etika dan aturan perilaku organisasi.
Jadi, akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah atau aparatur dapat
menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa
yang telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan dilaksanakan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi dari data dan informasi yang
telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna/stakeholders mudah untuk mendapatkan informasi.
32
Agenda 2 :
MODUL 3
KOMPETEN
e. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
33
b) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
f. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.
g. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
A. Merit Sistem Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip
dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan
ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Pembinaan dan
penempatan pegawai pada jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrasi maupun jabatan
fungsional didasarkan dengan prinsip merit, yaitu kesesuaian kualfikasi, kompetensi, kinerja,
dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-aspek subyektif, seperti kesamaan latar
belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas lainnya.
B. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
C. Karakter ASN Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik
tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Karakter lain yang diperlukan dari ASN
untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan
flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork dan cooperation
C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Konsepsi Kompetensi.
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan, dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan
pegawai profesional dan kompetitif. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk melaksanakan
pengembangan kompetensi tertentu.
3. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
Dengan demikian pengembangan kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,dan
sikap menjadi dasar dalam proses pengembangan kompetensi dalam lingkungan pekerjaan 24
ASN. Pengembangan dapat dilakukan dengan pendekatan klasikal dan non- klasikal, baik
untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Hak pengembangan tersebut meliputi
pengembangan kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk
meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.
D. PERILAKU KOMPETEN
34
Learn, Unlearn, dan Relearn
Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidak belajar setiap
waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Penyesuaian paradigma selalu
belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi penting. Berikut ini contoh dari Glints yang
diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan proses belajar learn, unlearn, dan relearn. Berikut
langkahnya:
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah halhal yang benar-benar baru, dan
lakukan secara terusmenerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam peran apa apun,
sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa pengetahuan
dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi
sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN tak harus benar-benar melupakan
semuanya, untuk hal-hal yang masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa
satu-satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke kantor. Padahal, konsep kerja ini
hanyalah salah satunya saja. Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu ke kantor”, namun
membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada cara lain untuk bekerja, yakni
bekerja dari jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar menerima fakta
baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk secara efektif dan
kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu berubah dan
kompleks. Orientasi atau ketergantungan pada pendekatan pengembangan pedagogis, bahkan
andragogis, tidak lagi sepenuhnya cukup dalam mempersiapkan kita untuk berkembang di tempat
kerja. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network. Dalam
konteks ini mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka massal (MOOCs), di mana koneksi
dapat dibentuk untuk membentuk komunitas pengetahuan. Dalam lingkungan berjejaring,
pembelajaran dipandang sebagai proses menemukan makna dalam proses pembelajaran dan
menciptakan koneksi di seluruh jaringan (Siemens, 2004 dalam Blaschke & Hase, 2019), dan mengatur
diri sendiri, memahami bagaimana pegawai dan organisasi untuk memilih apa yang dipelajari. Sebagai
ASN pembelajar, ASN juga diharapkan mengalokasikan dirinya dalam waktu dan ruang yang
memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan pengetahuan. Dalam kaitan ini ASN
dapat terlibat dalam aktivitas seperti laboratorium dan perpustakaan di lingkungan kantornya, di
tempat penemuan pengetahuan baru dapat dihasilkan, tetapi juga aktivitas laboratorium dan
perpustakaan juga sebagai tempat pertemuan di mana ASN berkumpul dan berbagai pengetahuan.
35
Agenda 2 :
MODUL 4
HARMONIS
37
teknologi informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan gencar yang dilakukan
masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi
pembangunan dan pelayanan publik, para pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat
merealisasikan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi
hukum, kesetaraan, dan lain-lain.
6. Etika ASN
sebagai pelayan publik Seperti telah sering diuraikan, norma etika yang berisi berbagai ketentuan
dan kaidah moralitas memiliki perbedaan dalam sistem sanksi jika dibandingkan dengan norma
hukum. Supaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam
organisasi, para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan norma yang
abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan larangan yang berlaku. Di sinilah letak
pentingnya kode etik diantara aparat sipil negara atau PNS pada khususnya.
38
Agenda 2 :
MODUL 5
LOYAL
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan memberikan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau sesuatu.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidakterhadap
cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas
merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat
banyak faktor yang akan memengaruhinya.
39
Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
Aparatus Sipil Negara.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan tersebut masih perlu terus dimantapkan di kalangan CPNS untuk
meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun sikap loyal sebagai bekal
dalam mengawali pengabdiannya kepada bangsa dan negara sebagai seorang PNS.
Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan yang kuat
sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu mengaktualisasikannya dalam
pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilainilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa :
1) menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
2) menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
3) bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
4) mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa;
5) menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; dan
6) mengembangkan sikap tenggang rasa. Oleh karena itu seorang PNS harus selalu
mengamalkan nilai-nilai Luhur Pancasila dalam melaksanakan tugasnya sebagai wujud
nasionalime dan juga loyalitasnya terhadap bangsa dan negara.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat
nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan sikap loyal warga negara
termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundangundangangan yang berlaku. Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang
40
dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Berdasarkan pasal 10 Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi
Pemerintah. Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai
ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.
41
Agenda 2 :
MODUL 6
ADAPTIF
A. Mengapa Adaptif
Terdapat alasan mengapa nilai- nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas
jabatan di sektor publik, seperti:
3. Komitmen Mutu
Kurang berkualitasnya layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti
misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya program pembangunan sarana fisik yang
terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan
pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas menjalankan rutinitas
kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta
terutama (4) masih adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan
aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu. Standar mutu
pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan pelayanan, serta
literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang
mendorong komitmen mutu yang lebih baik.
Tantangan Praktek Administrasi Publik
Praktek administrasi publik yang terus berubah dan bercirikan adanya distribusi peran negara
dan masyarakat juga telah dikenal dalam banyak literatur. Praktek administrasi publik sebagai
pengejawantahan fungsi pelayanan publik oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan
tantangan yang terus berubah dari waktu ke waktu.
MEMAHAMI ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan menghadapi
segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri)
Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi
akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang atau proses akan memerlukan
kemampuan kreatif untuk menciptakan inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika
kreativitas inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam kenyataannya, kehadiran
inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan adanya kreativitas. Kreativitas yang terbangun akan
mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap perubahan. Tanpa kreativitas, maka
kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat terbatas. Kreativitas bukan hanya berbicara tentang
kemampuan kreatif, tetapi juga bagian dari mentalitas yang harus dibangun, sehingga kapasitas
adaptasinya menjadi lebih baik lagi.
42
Organisasi Adaptif.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape), pembelajaran
(learning), dan kepemimpinan (leadership). Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus
melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi berkinerja tinggi,
dengan bercirikan antara lain3:
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu, dinyatakan sebagai 'gagasan besar'
sederhana, sebuah gagasan yang berhubungan erat dengan semua staf, dan bangga untuk
didiskusikan dengan teman dan kolega.
2. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa depan organisasi,
di mana semua staf didorong untuk berpikir secara mandiri, saling memperhatikan, ramah dan
saling mendukung, dan bertindak dengan kemanusiaan.
3. Terdapat perilaku yang menunjukkan Tanggung Jawab Psikologis, saling menghormati,
menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain, bekerja dalam tim yang merupakan tempat
saling mendukung, di mana segala sesuatu diperdebatkan tanpa sedikit penghinaan, di mana kritik
individu dan kerja tim disambut, dibahas dan di mana pelajaran dipelajari dan diimplementasikan.
4. ASN yang bekerja ekstra dengan memberikan ide, pemikiran, stimulus yang tidak diminta satu sama
lain, dan di mana minat mereka pada pelanggan mereka menawarkan sesuatu yang lebih dari yang
diharapkan, di luar kesopanan, dan di luar layanan, menawarkan perhatian dan minat pribadi.
5. Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN, yang memberikan kesempatan untuk
pengembangan pribadi melalui pengalaman baru, dan yang memperlakukan semua orang dengan
adil dan pengertian.
6. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi dan pribadi - secara intelektual,
finansial, sosial dan emosional.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Di sektor publik, budaya
adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga
pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1.Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan Bentuk antisipasi dan
kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan yang merespon isu atau permasalahan
publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya.
2.Mendorong jiwa kewirausahaan Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari
konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan
ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya organisasi
secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
3.Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja
pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan
peluang yang ada. 4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya. Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan
kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus
dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat.
5.Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam
organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan membawa konsekuensi adanya
perubahan dalam cara pandang, cara berpikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih
mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi
yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang
tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan
kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
43
Agenda 2 :
MODUL 7
KOLABORATIF
A. Definisi Kolaborasi
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “
value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”. Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a
process though which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can
constructively explore differences and find novel solutions to problems that would have been more
difficult to solve without the other‟s perspective (Gray, 1989).
Praktik kolaborasi memberikan gambaran tentang panduan perilaku kolaboratif, hasil penelitian
praktik kolaborasi pemerintah, serta studi kasus praktik kolaborasi pemerintah. Selain itu, sub-bab ini
juga mendeskripsikan tentang aspek normatif kolaborasi pemerintah dari beberapa peraturan
perundang-undangan.
Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan,
gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan
efektif antara entitas publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa
hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;
44
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat.
Pemerintahan tersebut. Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya, maka
beban yang ditimbulkan ditetapkan bersama secara wajar oleh penerima dan pemberi bantuan
dan tidak menimbulkan pembiayaan ganda. Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah
biaya yang ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan penerima Bantuan Kedinasan
Temuan baru dalam penelitian ini menempatkan unsur latar belakang pemimpin (leader‟s
individual background) bersama dengan asimetri kekuasaan dan sejarah kerjasama/konflik sebagai
dasar yang dapat menghambat atau mendukung proses kolaborasi yang terbangun. Dalam rangka
menjaga keberlanjutan capaian kinerja di masa mendatang, maka pemimpin perlu mempersiapkan
suksesor, membangun sistem, regulasi, serta nilai-nilai atau budaya. “Keberhasilan kepemimpinan
dalam tata kelola kolaboratif di Kulon Progo dan Banyuwangi baiknya disusun dalam bentuk cerita
sukses penanggulangan kemiskinan sebagai explicit knowledge sehingga program inovasi dan proses
tata kelola kolaboratifnya dapat menjadi rujukan dan pembelajaran bagi daerah lain.”
45
JURNAL AGENDA 3
MODUL 1
SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta
digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja
literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor
industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya.
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital yang dibarengi
pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi aktivitas,
penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi regulasi,
kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM
digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi digital. Indikator yang dipakai dalam menentukan
keberhasilan terwujudnya Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu
dari ITU, IMD, dan Katadata
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer dan
keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan
pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan
untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi,
dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. d. Hasil survei Indeks
Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat
Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan,
dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo. e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum
literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital
d. dan keamanan digital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
46
Penguatan Literasi Digital Di Indonesia, sejak lama sudah dilakukan upaya penguatan literasi
digital. Pada Kurikulum 2006, mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sempat
menjadi bagian penting di bangku sekolah menengah dan atas. Namun dihapus pada Kurikulum
2013, untuk kemudian direstorasi di Kurikulum 2013 terbaru. Namun, penguatan literasi digital
tidak hanya datang dari Kemendikbud selaku otoritas pendidikan beberapa lembaga pemerintah,
akademisi, dan nonpemerintah juga turut serta.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu.
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta protokol
keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
47
Agenda 3 :
MODUL 2
MANAJEMEN ASN
Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional,
Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembanganjaman
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
PNS PPPK
PNS merupakan warga negara Indonesia yang warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
pembina kepegawaian untuk mendudukijabatan melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
pemerintahan dan memiliki nomor induk dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan
pegawai secara nasional ketentuan perundang-undangan
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kewajiban ASN meliputi :
a. setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan
Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan
Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak
memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
48
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi Kode Etik dan Kode Prilaku ASN
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
f. Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
g. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan.
Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan
seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu model
assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan
latihan) dengan menggunakan komputer (menjadi bagian dalam program komputer), mampu
menjamin transparansi, efisiensi serta efektifitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan
sampai dengan pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer. Dalam sistem
merit, penggajian, promosi, mutasi, pengembangan kompetensi dan lain-lain keputusan juga
didasarkan sepenuhnya pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan juga pertimbangan kualifikasi
dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa kasihan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi Manajemen ASN 32 termasuk dalam
hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan
penghargaan.
Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Hasil
penilaian kinerja PNS disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS. Hasil penilaian kinerja PNS
digunakan untuk menjamin objektivitas dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai
persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi,
mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. PNS yang penilaian
kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi administrasi sampai dengan
pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja dan perlindungan.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data Pegawai ASN
paling kurang memuat:
1. data riwayat hidup;
2. riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. riwayat pengalaman berorganisasi;
49
6. riwayat gaji;
7. riwayat pendidikan dan latihan;
8. daftar penilaian prestasi kerja;
9. surat keputusan; dan kompetensi.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antarInstansi Pemerintah.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrasi. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara
tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum.
50
51