Anda di halaman 1dari 40

KEPASTIAN HUKUM AKAD MURABAHAH PADA JUAL

BELI SAWAH DI DESA AEK NAULI KEC. BATANG


ANGKOLA DITINJAU DALAM FIQH MUAMALAH

Makalah

Disusun oleh

Nurun Sabarina ( 2240100120)


Widia Rahmadani ( 2240100124)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SYEIKH ALI HASAN AHMAD ADDRADY
PADANGSIDIMPUAN
2023
ABSTRAK
Murabahah berasal dari Bahasa Arab yaitu “ribh” yang berarti keuntungan,
laba, atau tambahan sebesar harga
pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Jual
beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam kehidupan. Dengan
melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti sekarang ini yang
menyebabkan permintaan kebutuhan pokok dalam kehidupan semakin meningkat,
baik kebutuhan produktif maupun kebutuhan konsumtif.
Dalam fiqh muamalah terdapat jenis jual beli yang dinamakan bai’
alamamah yaitu jual beli secara amanat ( kepercayaan) dimana pembeli
mempercayai perkataan penjualan tentang harga pertama tanpa ada bukti dan
sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk sistem jual
beli sendiri dari tiga bentuk yaitu murabahah, tauliyah, dan wadhi’ah.
Murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan.
Tauliyah adalah jual beli dengan harga pertama tanpa adanya pertambahan ataua
pengurangan. Sedangan wadhi’ah merupakan jual beli dengan harga jual lebih
rendah dari harga biasa
Bai' al-murâbahah merupakan hîlah untuk mengambil riba dan jenis
pembiayaan lainnya.Sebagian ulama berpendapat bahwa dalam praktik perbankan
syari'ah, bai' al-murabâhah adalah hîlah untuk memperoleh riba atau
menghasilkan uang sebagaimana yang dilakukan oleh bank konvensional.

i
ABSTRACT
Murabahah comes from the Arabic word "ribh" which means profit, profit, or an
addition to the cost of goods plus an agreed profit margin. Buying and selling is a
daily activity that is inseparable in life. By buying and selling, all needs and
desires can be fulfilled. The development of economic growth in this era of
globalization has caused the demand for basic needs in life to increase, both
productive and consumptive needs.
In fiqh muamalah there is a type of sale and purchase called bai' alamamah,
namely buying and selling in trust (trust) where the buyer trusts the sales word
about the first price without any evidence and oath, so that it must avoid betrayal
and prejudice the buying and selling system itself from three forms, namely
murabahah, tauliyah, and wadhi'ah. Murabahah is buying and selling at the first
price with additional profit. Tauliyah is buying and selling at the first price
without any increase or reduction. While wadhi'ah is a sale and purchase with a
lower selling price than the usual price.
Bai' al-murabâbahah is a hîlah to take usury and other types of financing. Some
scholars argue that in sharia banking practice, bai' al-murabâhah is a hîlah to
obtain usury or make money as done by conventional banks.

ii
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini. Untaian shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada insan mulia Nabi Besar Muhammad SAW, figur seorang
pemimpin yang patut dicontoh dan diteladani, pencerah dunia dari kegelapan
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Malakah ini berjudul “ Kepastian Hukum Akad Murabahah Pada Jual
Beli Sawah Di Desa Aek Nauli Kec Batang Angkola Dalam Tinjauan Fiqih
Muamalah”. Ditulis untuk menambah pengetahuan peneliti dan orang-orang
yang membaca karya ilmiah ini dan untuk melengkapi tugas pada mata kuliah
Fiqih Muamlah.
Malakalah ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang terbatas dan
jauh dari kesempurnaan, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan petunjuk dari
berbagai pihak, maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya.
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada
Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Peneliti menyadari sepenuhnya akan keterbatasan
kemampuan dan pengalaman yang ada pada peneliti sehingga tidak menutup
kemungkinan skripsi ini masih ada kekurangan.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati peneliti mempersembahkan
karya ini, semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Padangsidimpuan september 2023


Pemakalah

iii
DAFTAR ISI
Halaman judul
Abstrak.................................................................................................... i
Abstrack.................................................................................................. ii
Kata penghantar....................................................................................... iii
Daftar isi.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI............................................................... 1
A. Pengertian Hukum Kepastian...................................................... 1
B. Akad murabahah......................................................................... 2
C. Jual Beli....................................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 1
A. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 1
B. Jenis Penelitian............................................................................ 1
C. Subjek Penelitian......................................................................... 1
D. Sumber Data Penelitian.............................................................. 2
E. Tehnik Pengumpulan Data.......................................................... 2
F. Tehnik Pengolahan Data............................................................. 3
G. Analisis data................................................................................ 4
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................
A. Gambaran Umum Desa Aek Nauli Kecamatan Batang Angkola Kabupaten
Tapanuli Selatan.......................................................................... 1
B. Hukum Akad Murabahah Dalam Fiqih Muamalah.................... 3
C. Kepastian Hukum Akad Murabahah Dalam Jual Beli Sawah..... 8
BAB V PENUTUP................................................................................. 1
A. Kesimpulan................................................................................ 1
B. Saran........................................................................................... 1

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial dalam artian bahwa manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain seperti halnya
dalam bidang muamalah, dalam muamalah itu sendiri Islam telah
memberikan batasan-batasan sendiri yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Jadi, praktek muamalah harus sesuai dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan oleh syariat islam.
Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari yang tidak terlepas dalam
kehidupan. Dengan melakukan jual beli segala kebutuhan dan keinginan
dapat terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi
seperti sekarang ini yang menyebabkan permintaan kebutuhan pokok
dalam kehidupan semakin meningkat, baik kebutuhan produktif maupun
kebutuhan konsumtif. Kemampuan masyarakat yang berbeda-beda dalam
memenuhi kebutuhan membutukan sebuah lembaga keuangan hadir
dengan memberikan jasa pembiayaan.
Dalam fiqh muamalah terdapat jenis jual beli yang dinamakan bai’
alamamah yaitu jual beli secara amanat ( kepercayaan) dimana pembeli
mempercayai perkataan penjualan tentang harga pertama tanpa ada bukti
dan sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk
sistem jual beli sendiri dari tiga bentuk yaitu murabahah, tauliyah, dan
wadhi’ah. Murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai
tambahan keuntungan. Tauliyah adalah jual beli dengan harga pertama
tanpa adanya pertambahan ataua pengurangan. Sedangan wadhi’ah
merupakan jual beli dengan harga jual lebih rendah dari harga biasa.1
Menurut Muhammad murabahah adalah perjanjian jual beli antara
bank dan nasabah dimana bank syari’ah membeli barang yang diperlukan
oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
1
Zakaria Batubara, “Penetapan Harga Jual Beli Dalam Akad Murabahah Pada Bank
Syariah,” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 4, no. 2 (2015): 163–76,
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/71.

1
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau
keuntungan yang telah disepakati bersama antara bank syari’ah dan
nasabah.2 Pembiayaan murabahah merupakan suatu pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan dengan
perjanjian bahwa nasabah akan memberikan keuntungan kepada pihak-
pihak yang telah memberikan pembiayaan.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, prinsip
syariah didefinisikan sebagai perjanjian yang didasarkan pada hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
untuk kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina’).
Prinsip jual beli adalah salah satu dari banyak prinsip perbankan
syariah yang digunakan untuk menghasilkan uang. Ada tiga jenis jual beli
yang paling umum digunakan sebagai dasar dalam investasi dan
pembiayaan dalam perbankan syariah seperti murabahah, bai' assalam, dan
istishna.'3
Prinsip jual beli lembaga keuangan Syari'ah berbeda dengan cara
bank konvensional memberikan pinjaman. Bank konvensional
memberikan pinjaman dengan mengembangkan modal pokok dan
bunganya. Hal ini sangat terkait dengan perkreditan yang mengandung
unsur riba, yang dianggap haram dalam Islam. Pelarangan inilah yang
membedakan perbankan Islam dari perbankan konvensional.

2
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi Dan Ilustrasi
(yogyakarta: Ekonesia, 2004).
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek, ed. adi M.H. Basr and
arida R. Dewi (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

2
Perbankan syari'ah berbasis hukum syari'ah dan menggunakan
prinsip bagi hasil, sedangkan perbankan konvensional menggunakan
bunga. Riba ditambahkan ke jumlah pokok pinjaman sesuai dengan jangka
waktu pinjaman dan jumlah pinjaman. Bank dan lembaga keuangan
syari'ah berfungsi sebagai penyalur dana dengan margin keuntungan dalam
sistem pembiayaan murabahah. Akibatnya, bank dan lembaga keuangan
syari'ah
Sementara bank atau lembaga keuangan syari'ah menyediakan
dana dengan margin keuntungan dalam sistem pembiayaan murabahah,
mereka melakukan jual beli barang dengan memperoleh keuntungan,
sehingga pihak penjual harus memberi tahu secara jelas harga barang dan
menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahan harga.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hukum akad murabahah dalam fiqh muamalah?
2. Bagaimana Kepastian Hukum Akad Murabahah Pada Jual Beli Sawah
di Desa Aek Nauli Kec. Batang Angkola ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hukum akad murabahah dalam fiqh muamalah.
2. Untuk mengetahui bagaiman Kepastian Hukum Akad Murabahah Pada
Jual Beli Sawah di Desa Aek Nauli Kec. Batang Angkola

4
AFRIZA ROMADHON, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Laba(Studi
Kasus Pada Bni Syariah Tahun 2013-2015)” (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri, 2017).

3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Hukum Kepastian
Kepastian hukum adalah asas yang menyatakan bahwa hukum harus
jelas bagi subjek-subjeknya supaya mereka bisa menyesuaikan perbuatan
mereka dengan aturan yang ada serta agar negara tidak sewenang-wenang
dalam menjalankan kekuasaan. Berikut ini pengertian hukum kepastian
menurut ahli
Menurut Fence M. Wantu di , “hukum tanpa nilai kepastian hukum akan
kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi
semua orang”. Dapat dirtiakan Kepastian Hukum sebagai kejelasan norma
sehingga dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan
peraturan ini.
Jan M. Otto mengatakan bahwa hukum yang stabil dapat dibuat hanya
jika substansinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hukum yang stabil
adalah hukum yang berasal dari budaya masyarakat. Kepastian hukum
yang seperti inilah yang disebut dengan kepastian hukum yang sebenarnya
(realistic legal certainty), yaitu mensyaratkan adanya keharmonisan antara
negara dengan rakyat dalam berorientasi dan memahami sistem hukum5
Rajagukguk menyatakan, untuk pertumbuhan ekonomi, kepastian hukum
sangat penting. Tanpa kepastian hukum, pelaku ekonomi khawatir akan
keselamatan mereka sendiri, antara lain karena tindakan perdata dapat
dijadikan pidana karena aturan hukum tidak ada konsisten.
Syafrinaldi menyatakan banyak masalah yang belum diselesaikan oleh
pemerintah Indonesia, bahkan sebagai negara yang masih berkembang.
Karena masih ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat
internasional tentang kepastian hukum (kepastian hukum), perlindungan

5
E C A Marbun, “Mengkaji Kepastian Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap
Investasi Di Indonesia Melalui Lembaga Perizinan Online Single …,” Dharmasisya: Jurnal
Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1, no. 3 (2021): 1749–59,
https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss4/8/%0Ahttps://scholarhub.ui.ac.id/cgi/
viewcontent.cgi?article=1133&context=dharmasisya.

1
hukum (perlindungan hukum), dan penegakan hukum (penegakan hukum)
dalam berbagai bidang yang terjadi di masyarakat.6
Sidharta juga berpendapat yaitu bahwa kepastian hukum dalam situasi
tertentu mensyaratkan sebagai berikut:
1. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan
mudah diperoleh(accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara;
2. Bahwa instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturan-
aturan hukum tersebut secara konsistendan juga tunduk dan taat
kepadanya;
3. Bahwa mayoritas warga pada prinsipnyamenyetujui muatan isi dan
karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan- aturan
tersebut;
4. Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak
berpihakmenerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten
sewaktu merekamenyelesaikan sengketa hukum; dan\
5. Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.7

Berdasarkan pendapat di atas, kepastian hukum pada dasarnya


merupakan undang-undang yang ditetapkan dan dilaksanakan di suatu
negara yang memiliki makna yang jelas dan dapat dilaksanakan, sehingga
hak dan kewajiban dapat diimbangi secara merata di seluruh masyarakat.
B. Akad murabahah
1. Pengertian akad
a. Pengertian Akad Secara Umum
Akad berasal dari bahasa Arab yakni al-‘Aqd. Secara bahasa kata
al-‘Aqd, bentuk masdarnya adalah ‘Aqada dan jamaknya adalah
al-‘Uqûd yang berarti perjanjian (yang tercatat) atau kontrak.

6
Zulfikri Zulfikri, “Kepastian Hukum Akad Murabahah Pada Jual Beli Rumah Melalui
Perbankan Syariah,” Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah 2, no. 1 (2019): 1–15,
https://doi.org/10.25299/syarikat.2019.vol2(1).3638.
7
R A S Hernawati and J T Suroso, “Kepastian Hukum Dalam Hukum Investasi Di
Indonesia Melalui Omnibus Law,” Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi) 4,
no. 1 (2020): 392–408, http://journal.stiemb.ac.id/index.php/mea/article/view/557.

2
Dalam kaidah fikih, akad didefinisikan sebagai hubungan antara
ijab, yang merupakan pernyataan untuk melakukan ikatan, dan
kabul, yang merupakan pernyataan untuk menerima ikatan, sesuai
dengan kehendak syariat yang mempengaruhi objek ikatan, sehingga
pemilikan berpindah dari satu pihak ke pihak yang lain.
b. Pengertian Akad Secara Khusus
Segala bentuk perjanjian atau perikatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan komitmen untuk memenuhinya dan menghasilkan
akibat hukum syar'i disebut akad. Ini dapat berupa perjanjian dua
arah, seperti jual-beli, sewa-menyewa, nikah, dan sebagainya, atau
perjanjian satu arah, seperti sumpah, nazar, talak, hibah, hadiah,
shadaqah, dan sebagainya.
Akad dalam pengertian umum ini bisa kita temukan dalam
literatur-literatur fikih klasik, seperti apa yang ditulis oleh Imam as-
Suyuthi dalam kitabnya al-Asybah wa an-Nazhair ketika
menjelaskan klasifikasi akad bahwa dari aspek kebutuhan terhadap
adanya ijab kabul, akad dibagi menjadi lima:
1) akad yang tidak membutuhkan ijab kabul dalam bentuk ucapan
seperti hadiah, shadaqah dan hibah;
2) Akad yang membutuhkan ijab kabul dalam bentuk ucapan seperti
jual-beli, sharf dan salam;
3) Akad yang hanya membutuhkan ijab tanpa harus ada kabul
dalam bentuk ucapan seperti wakalah, wadi’ah dan ‘ariyah;
4) Akad yang tidak membutuhkan ijab kabul sama sekali, tetapi
dengan syarat tidak ada penolakan dari pihak kedua seperti
wakaf;
5) Akad yang tidak membutuhkan ijab kabul dan tidak bisa ditolak
walaupun ada penolakan dari pihak kedua seperti dhaman dan
ibra’.
Dalam klasifikasi tersebut Imam Suyuthi menghimpun segala
jenis akad baik yang satu arah maupun dua arah. Yang

3
mengindikasikan akad yang dimaksud adalah akad dalam
pengertian umum8
Adapun pengertian akad menurut istilah, ada beberapa pendapat di
antaranya dalam kitab al-Fiqh Al-Islâmi wa Adillatuh yang dikutip
oleh Dimyauddin Djuwaini bahwa akad adalah hubungan antara ijâb
dan qabûl dalam diskursus yang dibenarkan oleh syara' dan memiliki
konsekuensi hukum yang spesifik.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa akad adalah perikatan antara
ijâb dengan qabûl yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridaan
kedua belah pihak. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat
dipahami bahwa akad adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan
oleh dua atau lebih orang berdasarkan keinginan masing-masing
pihak yang melakukannya dan memiliki konsekuensi hukum baru
bagi pihak yang melakukannya.9
Akad atau kontrak berkaitan dengan barang/harta benda (mâl), hak
pemanfaatan harta benda, dan transfer kepemilikan atas barang/hak
atas pemanfaatan harta benda dari satu pihak ke pihak lain. Mâl atau
harta benda dalam fikih muamalah dibagi dua yakni: yang dapat
dipindahkan dan yang tidak dapat dipindahkan, dapat diganti dan
tidak dapat diganti, yang pasti ‘ayn dan yang tidak pasti (dayn).
‘Ayn berupa aset riil sedangkan dayn berupa aset keuangan, seperti
uang, emas, valuta asing, saham, dan sukuk.
Menurut fiqh Islam, Ikatan, perjanjian, dan permufakatan (ittifaq)
adalah arti dari akad. Dalam hal ini, peran ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan menerima ikatan) sangat
berpengaruh pada objek ikatannya. Jika ijab dan kabul dilakukan
sesuai dengan ketentuan syari'ah, maka segala akibat hukum dari
akad yang disepakati akan muncul.
8
Muhammad Abdul Wahab, Teori Akad Dalam Fiqih Muamalah, ed. Fatih, pertama
(Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019).
9
Rachmaw, Eka Nuraini Ati, and Ab Mumin, “Akad Jual Beli Perspektif Fikih
Praktiknya Di Pasar Modal Indonesia,” Akad Jual Beli Dalam Perspektif Fikih Dan Praktiknya Di
Pasar Modal Indonesia 12, no. 4 (2015): 785–806.

4
Menurut Musthafa Az-Zarka suatu akad merupakan ikatan secara
hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-
sama berkeinginan mengikatkan dirinya. Kehendak tersebut sifatnya
tersembunyi dalam hati, oleh karena itu menyatakannya masing-
masing harus mengungkapkan dalam suatu pernyataan yang disebut
Ijab dan Kabul.
Dapat disimpulkan bahwa, pengertian akad dari sudut pandang
fikih serta cara penggunaan akad dalam penerbitan sukuk harus jelas
terutama berkaitan dengan transfer kepemilikan antara penerbit
sukuk dan investor, baik itu hutang, aset, atau keuntungan. Dalam
keuangan syariah, ada banyak jenis akad yang dapat digunakan
dalam konsep fikih, baik untuk pasar uang syariah maupun pasar
modal syariah.
2. Akad murabahah
Secara etimologis, istilah Murabahah berasal dari Bahasa Arab
yaitu “ribh” yang berarti keuntungan, laba, atau tambahan sebesar harga
pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.
Sarip Muslim dalam buku Akuntansi Keuangan Syariah: menyebutkan
bahwa pembiayan murabahah didasarkan pada prinsip jual beli antara
bank dan konsumen, di mana bank membeli kebutuhan konsumen dan
menjualnya kepada konsumen yang berhubungan dengan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati. Dalam ungkapan lain, Ibn
Rushd mengartikan murâbahah sebagai jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Murâbahah memiliki karakter bahwa penjual harus memberi tahu
pembeli tentang harga barang yang dibeli, dari pengertian yang
menyatakan adanya keuntungan yang disepakati dan juga menunjukkan
berapa banyak keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
Perhitungan keuntungan dapat didasarkan pada jumlah harga atau kadar
persentase tertentu.

5
Muarabah biasanya berlaku ketika pihak pembeli tidak mengetahui
harga pasaran sebenarnya dan percaya bahwa penjual jujur ketika dia
mengatakan modal dan keuntungan yang diinginkan. Dalam hal yang
sama, penjual mungkin ingin menaikkan harga barang jualannya dengan
mengatakan harga biaya dan keuntungan.
Penjual tidak hanya diwajibkan untuk menunjukkan harga awal
barang yang mereka beli, tetapi mereka juga diharuskan untuk
menjawab beberapa pertanyaan lain yang dapat mempengaruhi harga
penjualan, seperti pembelian yang dilakukan secara bertahap sebagai
akibat dari akan menghasilkan peningkatan harga penjualan.10
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Adapun rukun-rukun jual beli mrabahah adalah ;
a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang yang dijual
d. Harga
e. Sighah : ijab dan qabul

Sedangkan syarat-syarat ang harus di penuhi:


a. harus digunakan untuk barang-barang yang halal
b. penjual memberiktahukan biaya modal kepada nasabah
c. penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi caca atas
barang sesuadah pembelian
d. penjual harus menyampaikan seua haling berkaitan dengan
pembelian, misalya pembelian dilakukan secara hutang.11
murâbahah memiliki rukun dan syarat yang tidak berbeda dengan
jual beli (albay’) pada umumnya. Namun demikian, ada beberapa

10
Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia Dalam Perspektif Fikih Ekonomi, ed.
Eficandra, 1st ed. (Yogyakarta: Fajar Media Press Press, 2012).
11
Zakaria Batubara, “Penetapan Harga Jual Beli Dalam Akad Murabahah Pada Bank
Syariah,” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 4, no. 2 (2015): 163–76,
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/71.

6
ketentuan khusus yang menjadi syarat keabsahan jual beli murâbahah
yaitu:
a. adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal awal (harga
perolehan/pembelian). Semuanya harus diketahui oleh pembeli saat
akad dan ini merupakan salah satu syarat sah murâbahah.
b. adanya keharusan menjelaskan keuntungan (ribh) yang ambil penjual
karena keuntungan merupakan bagian dari harga (tsaman). Sementara
keharusan mengetahui harga barang merupakan syarat sah jual beli
pada umumnya.
c. jual beli murâbahah harus dilakukan atas barang yang telah
dimiliki/hak kepemilikan telah berada di tangan penjual. Artinya
bahwa keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual
sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang
sah.
d. transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah,
jika tidak sah, maka tidak boleh jual beli secara murâbahah (antara
pembeli pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli
murâbahah), karena murâbahah adalah jual beli dengan harga
pertama disertai tambahan keuntungan.
e. hendaknya akad yang dilakukan terhindar dari praktik riba, baik akad
yang pertama (antara penjual dalam murâbahah sebagai pembeli
dengan penjual barang) maupun pada akad yang kedua antara penjual
dan pembeli dalam akad murâbahah.12
C. Jual Beli
1. Definisi Jual Beli

Lafazh ‫البيع‬dalam bahasa arab menunjukkan makna jual dan beli. Ibnu
Manzhur berkata: (lafazh, yang berarti jual kebalikan dari lafaz yang

berarti beli). Dilihat dari segi bahasa, lafazh ‫ ال بيع‬merupakan bentuk

12
Ah. Azharuddin Lathif, “Konsep Dan Aplikasi Akad Murâbahah Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia,” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah 12, no. 2 (2013): 69–78,
https://doi.org/10.15408/ajis.v12i2.967.

7
mashdar dari kata ‫ بيع ا‬، ‫ يبيع‬،‫ باع‬yang mengandung tiga makna sebagai
berikut:
a. Muqabalah/ saling menerima (berasal dari kata qabala yang berarti
mnerima), yaitu menerima sesuatu atas sesuatu yang lain
(muqabalat al-syai`bi syai).
b. Muqabalah/saling mengganti (berasal dari kata badala yang berarti
mengganti).
c. Mu`awahat/ pertukaran (berasal dari kata adha yang berarti member
ganti).
Kata mubalat dan mu`wadhat cenderung memiliki arti yang sama,
yaitu pertukaran. Penjelasan mengenai arti jual beli secara bahsa
setidaknya menunjukkan tiga hal, yaitu:
a. Secara implisit menunjukkan bahwa dalam akad jual beli terdapat
dua pihak
b. Terdapat objek yang diperuntukkan, yaitu barang yang dijual
(mabi`) dengan harga (tsaman).
c. Secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa dalam akad jual
beli terdapat dua objek, yaitu barang yang dijual
(mutsaman/matsman) dan harga (tsaman).
Arti jual beli secara istilah dijelaskan oleh ulama sebagai berikut:
a. Ulama Hanafiyah menjelaskan bahwa yang dimaksud jual beli
secara istilah adalah pertukaran herta dengan harta secra khusus,
atau pertukaran yang diinginkan yang berguna (mufid) dengan cara
khusus, yaitu ijab (ucapan/perbuatan yang menunjukkan
penerimaan).
b. Al-sayyid sabiq menyatakan bahwa jual beli adalah pertukran herta
dengan harta dengan jalan saling merelakan (mubalat al-mal bi al-
mal sabil al-taradha) atau pemindahan kepemilikan barang dengan
pengganti atas kehendak masing-masing pihak.
Pengertian jual beli secara istilah yang dijelaskan ulama, menunjukkan
perbuatan dan akibat hukum jual beli, yaitu:

8
a. Harta yang dipertukarkan, yaitu pertukaran barang yang dijual (al-
mabi`)dan harga(tsaman).
b. Shighat akad, yaitu pernyataan atau perbuatan yang berupa
penawaran (ijab) dan penerimaan(qabul).
c. Pemindahan kepemilikan (intiqal al-milkiyyah/at-tamlkiyyah), yaitu
barang yang dijual (mabi`) berpindah kepemilikannya dari milik
penjual menjadi milik pembeli dan harga (tsaman) berpindah
kepmilikannya dari pembeli menjadi milik penjual.
d. Al-ta`bid, ulama Syafi`iyyah menyatakan bahwa pemindahan
kepemilikkan obyek yang dipertukarkan (at-tsaman dan al-
mutsaman) bersifat kekal (abadi), tidak bersifat sementara.
Pendapatan para ulama diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli
merupakan “tukar menukar harta dengan harta denga cara-cara tertentu
yang bertujuan untuk memindahkan kepemilikan”.

2. Dasar hukum jual beli


a. Al-qur`an
1) Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, Allah
SWT berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 275 yang
berbunyi:

ۗ ‫َو َأَح َّل ٱلَّلُه ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا‬


artinya :
" padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
2) Allah memerintahkan adanya saksi dalam jual beli tangguh,
Allah SWT berfirman dalam surah al-baqarah ayat 282 yang
berbunyi:

‫ِذ‬
‫َو ْلَيْك ُتب‬ ‫َٰيَأُّيَه ا ٱَّل يَن َءاَم ُن وا ِإَذا َت َد اَينُتم ِب َد ْيٍن ِإٰىَل َأَج ٍل ُّم َس ًّم ى َف ٱْك ُتُبوُه‬
‫ِت‬ ‫ِل‬ ‫ِت‬
‫َفْلَيْك ُتْب‬ ‫َّبْيَنُك ْم َك ا ٌب ِبٱْلَعْد َو اَل َيْأَب َك ا ٌب َأن َيْك ُتَب َك َم ا َعَّلَم ُه ٱلَّل ُه‬

9
‫َو ْلُيْم ِل ِل ٱَّل ِذ ى َعَلْي ِه ٱَحْلُّق َو ْلَيَّت ِق ٱلَّل َه َر َّبۥُه َو اَل َيْبَخ ْس ِم ْن ُه َش ْئًـ ا َف ِإن َك اَن‬
‫ِل ِل‬ ‫ِمُي‬ ‫ِط‬ ‫ِع‬ ‫ِف‬ ‫ِه‬ ‫ِذ‬
‫ٱَّل ى َعَلْي ٱَحْلُّق َس يًه ا َأْو َض يًف ا َأْو اَل َيْس َت يُع َأن َّل ُه َو َفْلُيْم ْل َو ُّي ۥُه‬
‫ِنْي‬ ‫ِإ‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِب ِل‬
‫ٱْلَع ْد َو ٱْس َتْش ُد وا َش يَد ْيِن ن ِّر َج ا ُك ْم َف ن ْمَّل َيُك وَن ا َرُج َل َفَر ُج ٌل‬
‫َو ٱْم َر َأَت اِن َّمِمن َتْر َض ْو َن ِم َن ٱلُّش َه َد اء َأن َتِض َّل ِإْح َد ٰىُه َم ا َفُت َذ ِّك َر ِإْح َد ٰىُه َم ا‬
‫ِغ‬ ‫ِإ‬
‫ٱُأْلْخ َر ٰى َو اَل َي ْأَب ٱلُّش َه َد اُء َذا َم ا ُدُع و َو اَل َتْس َٔـ ُم واَأن َتْك ُتُب وُه َص ًريا َأْو‬
‫َك ِب ا ِإٰىَل َأَج ِلِهۦ َٰذ ِلُك ْم َأْق ُط ِعن َد ٱلَّل ِه َو َأْق ُم ِللَّش َٰه َد ِة َو َأْد ٰىَن َأاَّل َتْر َت اُبوا ِإاَّل‬
‫َو‬ ‫َس‬ ‫ًري‬
‫ِد‬
‫َأن َتُك وَن َٰجِت َر ًة َح اِض َر ًة ُت يُر وَنَه ا َبْيَنُك ْم َفَلْيَس َعَلْيُك ْم ُج َن اٌح َأاَّل َتْك ُتُبوَه ا‬
‫َو َأْش ِه ُد واِإَذا َتَب اَيْع ُتْم َو اَل ُيَض اَّر َك اِتٌب َو اَل َش ِه يٌد َو ِإن َتْف َعُل وا َف ِإَّنۥُه ُفُس وٌق‬
‫ِبُك ْم َو ٱَّتُق وا ٱلَّلَه َو ُيَعِّلُم ُك ٱلَّلُه َو ٱلَّلُه ِبُك ِّل َش ٍء َعِليم‬
‫ْى‬ ‫ُم‬
artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi

10
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
3) Jual beli harus dilakukan atas dasar saling rela/ridha (terhindar
dari unsur paksaan), Allah SWT berfirman dalam Surah An-
nisa ayat 29 yang berbunyi:

‫َٰيَأُّيَه ا ٱَّل ِذ يَن َءاَم ُن وا اَل َت ْأُك ُلوا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإاَّل َأن َتُك وَن َٰجِت َر ًة َعن‬
‫َتَر اٍض ِّم نُك ْم َو اَل َتْق ُتُلوا َأنُف َس ُك ْم ِإَّن ٱلَّلَه َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬
artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu,"
b. Hadits
1) Hadist Nabi riwayat al-baihaqi dan Ibnu Majah, Rasulullah
SAW bersabda:

‫َل اِهلل َّلى ا َل ِه آِل ِه‬ ‫ِع ٍد‬


‫َص ُهلل َع ْي َو‬ ‫َعْن َأْيِب َس ْي اُخْلْد ِر ْي رضي اهلل عن ه َأَّن َرُس ْو‬
‫ (رواه ال بيهقي وابن ماجه وصححه ابن‬، ‫ ِإَمِّنا اْلَبْي ُع َعْن َتَر اٍض‬: ‫َو َس َّلَم َق اَل‬
‫حبان‬
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “
sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”

11
2) Hadist Nabi riwayat Al-Bazzar dan Al-Haki,Rasulullah SAW
bersabda:

: ‫َر ِض َي الَّلُه َعْن ُه { َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم ُس ِئَل‬ ‫َعْن ِر َفاَع َة ْبِن َر اِف ٍع‬
‫ِدِه‬
‫ َو ُك ُّل َبْي ٍع َم ْبُر وٍر } َرَو اُه‬، ‫ َعَم ُل الَّر ُج ِل ِبَي‬: ‫؟ َق اَل‬ ‫ِب‬
‫َأُّي اْلَك ْس َأْطَيُب‬
‫ِك‬
‫اْلَبَّز اُر َو َص َّح َحُه اَحْلا ُم‬
Artinya :
Dari Rifa’ah Ibn Rafi’, Rasullah ditanya salah seorang sahabat,
pekerjaan ( profesi) apakah yang paling baik? Rasullah
menjawab: “ Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli
yang diberkahi”.
3) Hadist Nabi riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و‬:‫عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنه قال‬
‫ مع‬:‫ « الَّت اِج ُر اَألِم ُني الَّص ُد وُق اْلُمْس ِلُم َم َع الُّش َه َد اِء – ويف رواية‬:‫سلم‬
‫النب يني و الصديقني و الشهداء – َيْو َم اْلِق َياَم ِة » رواه ابن ماجه واحلاكم‬
‫والدارقطين وغريهم‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang
muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan
(dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan
orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti)’
c. Kaidah Fiqih
3. Syarat dan Rukun Jual Beli
Rukun jula beli ada tiga, yaitu:
a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.
b. Objek transaksi, Yaitu Harga dan barang.
c. Akad (Transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan transaksi,
baik tindakan itu berbentuk kata-kata maupun perbuatan.

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur jual beli ada tiga
yaitu:

12
a. Dalam Pihak-pihak. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual
beli terdiri atas penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam
perjanjian tersebut.
b. Objek.
Objek jual beli terdiri atas benda yang berwujud dan benda yang
tidak berwujud, yang bergerak maupun benda yang tidak bergerak,
dan yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar.
Syarat objek diperjual belikan adalah sebagai berikut: barang yang
dijualbelikan harus ada, barang yang dijual belikan harus dapat
diserahkan, barang yang dijualbelikan harus barang yang memiliki
nilai/ harga tertentu,barang yang dijualbelikan harus halal, barang
yang dijalbelikan harus diketauhi oleh pembeli, barang yang dijual
belikan harus diketahui, penunjukan dianggap memenuhi syarat
langsung oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut,
dan barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu
akad.
Jual beli dapat dilakukan terhadap barang yang terukur menurut
porsi, jumlah berat, atau panjang, baik berupa satuan atau
keseluruhan, barang yang ditakar atau ditimbang sesuai jumlah yang
ditentukan, sekalipun kapasitas dari takaran dan timbangan tidak
diketahui, dan satuan komponen dari barang yang dari komplomen
lain yang telah terjual.
c. Kesepakatan.
Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat,
ketiganya mempunyai makna hukum yang sama.13

13
Darwis Harahap and Ferri Alfadri, Ekonomi Mikro Islam, 1st ed. (medAn: Merdeka
Kreasi, 2021).

13
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aek Nauli Kecamatan batang
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Alasan
peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti ingin mengetahui kepastian
hukum akad murabahah dalam jual beli sawah di tinjau dalam fiqh
muamalah di desa Aek Nauli Kecamatan Batang Angkola Kabupaten
Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara serta lokasi tersebut merupakan
alamat asli peneliti sehingga memudahkan peneliti mengumpulkan data
yang terkait dalam penelitian ini.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif ini adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain. Jenis penelitian kualitatif lebih menekankan
analisanya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada
analisa terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang di amati,
dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif menekankan
pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir
formal dan argumentatif. Jadi jenis penelitian ini adalah penelitian dengan
bentuk studi lapangan atau field research.14
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.15
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Masyarakat yang
melaksanakan praktik jual beli sawah di desa Aek Nauli yang berjumlah 2

14
Sugiyono, , (Bandung: Alvabeta, 2010), hlm. 25.
15
Sukardi, Metode Penelitian Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004, hlm. 93.

1
orang yaitu terdiri dari satu orang pihak yang menjual dan satu orang
pihak yang membeli.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah tempat, orang atau benda dimana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti.16 Sumber data penelitian dibagi menjadi dua
bagian yaitu sebagai berikut:
1. Sumber data primer merupakan sumber data utama dalam
penelitian. Data primer (data pokok) merupakan data yang
dikumpulkan secara langsung dari sumbernya untuk diamati dan
dicatat dalam bentuk pertama kalinya yang merupakan bahan utama
penelitian, diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan
teknik pengambilan data yang dapat berupa wawancara dan
observasi. Adapun yang termasuk sumber data primer yaitu
Masyarakat yang melaksanakan Praktik jual beli sawah di Desa Aek
Nauli Kecamatan batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan
Provinsi Sumatera Utara
2. Sumber data sekunder adalah data sekunder yang juga bisa disebut
dengan data pelengkap atau pendukung yaitu jenis data tambahan
yang tidak diperoleh dari sumber utama tetapi sudah melalui sumber
kesekian. Artinya, orang-orang tersebut tidak merasakan secara
langsung masalah yang diteliti, tetapi mendapatkan informasinya
dari sumber-sumber primer lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulan data yang dibutuhkan dari lapangan,
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui

16
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003),
hlm. 53.

2
bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat
memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara ini dapat dipakai
untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang
dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang ditujukan kepada
pihak peminjam, pihak yang memberikan pinjaman, dan tokoh agama.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
berwujud sumber data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau gambar
berbentuk dokumen resmi, buku, majalah, arsip, dokumen pribadi dan
foto yang terkait dengan masalah penelitian. Dilakukan untuk
memperoleh dan memahami konsep dan ketentuan dari terjadinya
Praktik Jual Beli Sawah di Desa Aek Nauli Kecamatan batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.
F. Teknik Pengolahan Data
Metode pengolahan data harus sesuai dengan keabsahan data. Cara
kualitatif artinya menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur,
runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehinggah memudahkan
pemahaman dan interprestasi data. Adapun tahapan-tahapan dalam
menganalisis data yaitu :
1. Editing / edit
Editing kegiatan yang dilakukan setelah penghimpunan data di
lapangan. Proses ini menjadi penting karena kenyatannnya bahwa data
yang terhimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, ada
diantaranya yang kurang bahkan terlewatkan. Oleh karena itu untuk
kelengkapan penelitian ini, maka proses editing ini sangat diperlukan
dalam mengurangi data yang tidak sesuai dengan tema penelitian ini
yaitu Praktik Jual Beli Sawah di Desa Aek Nauli Kecamatan batang
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.
2. Classifying

3
Agar penelitian ini lebih sistematis, maka data hasil wawancara
diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan
pertanyaan dalam rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh
benar-benar memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Verifikasi
Verifikasi data mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul
untuk mengetahui keabsahan datanya apakah benar-benar sudah valid
dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.17 Jadi, tahap verifikasi ini
merupakan tahap pembuktian kebenaran data untuk menjamin validitas
data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara
mendengarkan dan mencocokkan kembali hasil wawancara yang telah
dilakukan sebelumnya dengan bentuk tulisan dari hasil wawancara
peneliti, kemudian menemui sumber data subyek dan memberikan hasil
wawancara dengannya untuk di tanggapi apakah data tersebut sesuai
dengan yang diinformasikan atau tidak.
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan hipotesis kerja. Jadi dalam analisis data bertujuan
untuk mengorganisasikan data-data yang diperoleh. Setelah data yang
diperoleh dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan data yang
telah dijelaskan di atas, maka penulis akan mengelola dan menganalisis
data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan memilah- milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
mencakup pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
apa yang diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif adalah
suatu teknik yang menggambarkan dan menginterprestasikan data-data

17
Sukur Kolil, Metodelogi Penelitian, (Bandung: Pustaka Media, 2006), hlm. 134.

4
yang telah terkumpul, sehinggah diperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.18

18
Anselm Strauss Dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2003), hlm. 9.

5
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Aek Nauli Kecamatan Batang Angkola


Kabupaten Tapanuli Selatan
Desa Aek Nauli merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa Aek Nauli berdiri pada
tahun 1914 sebelum kemerdekaan Indonesia sedangkan pemerintah Desa Aek
Nauli ada sejak 1956 yang mana saat itu masih pada pola penunjukan kepala
desa. Pemerintahan Desa Aek Nauli dipimpin oleh seorang kepala desa dan
dibantu oleh sekretaris desa yang statusnya merupakan Non PNS kemudian
tiga orang kepala urusan yang terdiri dari kaur pemerintahan, kaur
pembangunan dan kaur kemasyarakatan serta dua orang kepala dusun.19
1. Letak Geografis
Desa Aek Nauli merupakan daratan rendah yang memiliki luas
wilayah secara administrasi yaitu 216 Ha yang terbagi dalam beberapa
luas berdasarkan penggunaannya yang terdiri dari pemukiman seluas 2 Ha,
luas persawahan 81 Ha, sedangkan perkebunan seluas seluas 132 Ha dan
prasarana lainya seluas 1 Ha. maka dapat dilihat bahwa luas lahan di Desa
Aek Nauli merupakan perkebunan karet milik rakyat.20
Desa Aek Nauli memiliki obritasi yaitu jarak desa ibukota
kecamatan sejauh 17 Km dan jarak desa ke ibu kota kabupaten yaitu
Sipirok sejauh 22 Km. secara administrasi Desa Aek Nauli memiliki
batasan wilayah yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Simaninggir.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Aek Gunung.
c. Sebelah timur berbatasan dengan hutan kebun karet.

19
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.
20
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.

1
d. Sebelah barat berbatasan dengan areal persawahan/irigasi21
2. Keadaan penduduk
Keadaan penduduk Desa Aek Nauli Kecamatan Batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan pada september 2023 berjumlah 116 KK
dengan Jumlah penduduk sebanyak 537 jiwa. 22 berdasarkan jenis
kelaminnya terdiri dari laki-laki sebanyak 272 orang sedangkan jenis
kelamin perempuan sebanyak 264 orang. jadi penduduk di Desa Aek Nauli
lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki namun perbedaannya sangat
sedikit dengan perempuan.
3. Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian masarakat Desa Aek Nauli Kecamatan Batang
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan mayoritas adalah bertani dan
berkebun, hal ini dikarenakan luasnya lahan pertanian dan perkebunan di
desa tersebut.
Terdiri dari petani sebanyak 112 orang, buruh tani 65 orang, PNS
sebanyak 3 orang, pedangan 5 orang, montir benkel sebanyak 1 orang,
guru honorer sebanyak 12 orang, pengawai swasta 10 orang dan bergerak
disektor lainnya sebanyak 15 orang, maka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas penduduk desa aek nauli bekerja sebagai petani.23
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Aek Nauli
Pendidikan merupakan unsur yang paling dibutuhkan umat
manusia karena pendidikan merupakan usaha untuk mendewasakan diri
seseorang agar mencapai kemajuan dirinya sendiri. Pendidikan di Desa
Aek Nauli sangatlah beragam, mulai dari masyarakat yang tidak
bersekolah hingga sarjana. Apabila ditinjau dari tingkat pendidikan Desa
24
Aek Nauli dapat dilihat sebagai berikut: dari 537 orang terdapat 365

21
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.
22
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.
23
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.
24
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.

2
orang yang tidak tamat Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan banyaknya
orang tua yang dahulu tidak sekolah, dan juga faktor biaya dan kemauan
anak-anak maupun remaja untuk tidak melanjutkan sekolah dan memilih
untuk berkerja saja.25
3. Kondisi Keagamaan
Agama merupakan penuntun dan pedoman hidup bagi umat
manusia karena di dalamnya memuat aturan dan tatanan serta nilai
kebaikan dalam umat itu sendiri. Agama juga merupakan kebutuhan yang
tidak dapat dipisahkan dari dalam kehidupan ummat manusia. Penduduk
Desa Aek Nauli Kecamataan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli
Selatan keseluruhan beragama Islam, Fasilitas dan tempat peribadatan di
Desa Aek Nauli berupa satu mesjid, yaitu Mesjid Nurul Huda dan satu
mushalla. Di Desa Aek Nauli Juga terdapat satu sekolah mengaji ataupun
sekolah Ibtidaiyah yang digunakan untuk anak-anak desa tersebut supaya
dapat mempelajari dan memahami ilmu agama. Selain itu, aktivitas
keagamaan seperti peringatan Isra‟ Mi‟raj, Maulid Nabi, Wirit Yasin
ibu-ibu setiap hari jum‟at, Wirit Yasin NNB (Naposo Nauli Bulung)
setiap malam jum‟at, hingga Tahlilan tetap berjalan baik hingga hari
ini.26
B. Hukum Akad Murabahah Dalam Fiqih Muamalah
Praktik murabahah dikenal sebagai salah satu akad jual beli yang
sangat umum digunakan dalam transaksi perdagangan Islam. Akad
murabahah juga dikenal sebagai transaksi jual beli dengan penambahan
biaya. Jual beli ini dilakukan dimana penjual mendapat profit dengan
menambahkan keuntungan pada objek yang akan dijual.
Bahkan transaksi pembiayaan dengan menggunakan skema
murabahah telah lazim digunakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat
pada zaman dahulu kala. Landasan hukum diperbolehkannya jual beli
25
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.

26
Wawancara Dengan Jacson Ariyanto, Selaku Kepala Desa Aek Nauli Kecamatan
Batang Angkola, pada tanggal 30 september 2023, pukul 10.45 WIB.

3
‫‪dengan menggunakan akad Murabahah pada perbankan syariah yaitu‬‬
‫‪diantaranya:‬‬
‫‪a. dalam surah Al-baqarah ayat 275 yang berbunyi:‬‬

‫ۗ َو َأَح َّل ٱلَّلُه ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا‬


‫‪artinya‬‬ ‫‪:‬‬
‫‪" padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan‬‬
‫‪riba”.‬‬
‫‪a. Allah memerintahkan adanya saksi dalam jual beli tangguh, Allah‬‬
‫‪SWT berfirman dalam surah al-baqarah ayat 282 yang berbunyi:‬‬

‫َٰيَأُّيَه ا ٱَّل ِذ يَن َءاَم ُن وا ِإَذا َت َد اَينُتم ِب َد ْيٍن ِإٰىَل َأَج ٍل ُّم َس ًّم ى َف ٱْك ُتُبوُه َو ْلَيْك ُتب‬
‫ِت‬ ‫ِت ِب ِل‬
‫َّبْيَنُك ْم َك ا ٌب ٱْلَعْد َو اَل َيْأَب َك ا ٌب َأن َيْك ُتَب َك َم ا َعَّلَم ُه ٱلَّل ُه َفْلَيْك ُتْب‬

‫َو ْلُيْم ِل ِل ٱَّل ِذ ى َعَلْي ِه ٱَحْلُّق َو ْلَيَّت ِق ٱلَّل َه َر َّبۥُه َو اَل َيْبَخ ْس ِم ْن ُه َش ْئًـ ا َف ِإن َك اَن‬
‫ِل ِل‬ ‫ِمُي‬ ‫ِط‬ ‫ِع‬ ‫ِف‬ ‫ِه‬ ‫ِذ‬
‫ٱَّل ى َعَلْي ٱَحْلُّق َس يًه ا َأْو َض يًف ا َأْو اَل َيْس َت يُع َأن َّل ُه َو َفْلُيْم ْل َو ُّي ۥُه‬
‫ِنْي‬ ‫ِإ‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِب ِل‬
‫ٱْلَع ْد َو ٱْس َتْش ُد وا َش يَد ْيِن ن ِّر َج ا ُك ْم َف ن ْمَّل َيُك وَن ا َرُج َل َفَر ُج ٌل‬
‫َو ٱْم َر َأَت اِن َّمِمن َتْر َض ْو َن ِم َن ٱلُّش َه َد اء َأن َتِض َّل ِإْح َد ٰىُه َم ا َفُت َذ ِّك َر ِإْح َد ٰىُه َم ا‬
‫ِغ‬ ‫ِإ‬
‫ٱُأْلْخ َر ٰى َو اَل َي ْأَب ٱلُّش َه َد اُء َذا َم ا ُدُع و َو اَل َتْس َٔـ ُم واَأن َتْك ُتُب وُه َص ًريا َأْو‬
‫َك ِب ا ِإٰىَل َأَج ِلِهۦ َٰذ ِلُك ْم َأْق ُط ِعن َد ٱلَّل ِه َو َأْق ُم ِللَّش َٰه َد ِة َو َأْد ٰىَن َأاَّل َتْر َت اُبوا ِإاَّل‬
‫َو‬ ‫َس‬ ‫ًري‬
‫َأن َتُك وَن َٰجِت َر ًة َح اِض َر ًة ُت ِد يُر وَنَه ا َبْيَنُك ْم َفَلْيَس َعَلْيُك ْم ُج َن اٌح َأاَّل َتْك ُتُبوَه ا‬

‫َو َأْش ِه ُد واِإَذا َتَب اَيْع ُتْم َو اَل ُيَض اَّر َك اِتٌب َو اَل َش ِه يٌد َو ِإن َتْف َعُل وا َف ِإَّنۥُه ُفُس وٌق‬

‫َعِليم‬ ‫ٍء‬ ‫َّل َّل ِب‬ ‫ِّل‬ ‫َّل‬ ‫ِب‬


‫ُك ْم َو ٱَّتُقوا ٱل َه َو ُيَع ُم ُك ُم ٱل ُه َو ٱل ُه ُك ِّل َش ْى‬
‫‪artinya‬‬ ‫‪:‬‬

‫‪4‬‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.

5
b. Jual beli harus dilakukan atas dasar saling rela/ridha (terhindar dari
unsur paksaan), Allah SWT berfirman dalam Surah An-nisa ayat 29
yang berbunyi:

‫َٰيَأُّيَه ا ٱَّلِذ يَن َءاَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإاَّل َأن َتُك وَن َٰجِت َر ًة َعن‬

‫َتَر اٍض ِّم نُك ْم َو اَل َتْق ُتُلوا َأنُف َس ُك ْم ِإَّن ٱلَّلَه َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬
artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu,"
c. Hadist Nabi riwayat al-baihaqi dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW
bersabda:
‫َل اِهلل َّلى ا َل ِه آِل ِه‬ ‫ِع ٍد‬
‫َص ُهلل َع ْي َو‬ ‫َعْن َأْيِب َس ْي اُخْلْد ِر ْي رضي اهلل عن ه َأَّن َرُس ْو‬
‫ (رواه ال بيهقي وابن ماجه وصححه ابن‬، ‫ ِإَمِّنا اْلَبْي ُع َعْن َتَر اٍض‬: ‫َو َس َّلَم َق اَل‬

‫حبان‬
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “
sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”
d. Hadist Nabi riwayat Al-Bazzar dan Al-Haki,Rasulullah SAW
bersabda:

: ‫َعْن ِر َفاَع َة ْبِن َر اِف ٍع َر ِض َي الَّلُه َعْن ُه { َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم ُس ِئَل‬
‫ِدِه‬
‫ َو ُك ُّل َبْي ٍع َم ْبُر وٍر } َرَو اُه‬، ‫ َعَم ُل الَّر ُج ِل ِبَي‬: ‫َأُّي اْلَك ْس ِب َأْطَيُب ؟ َق اَل‬
‫ِك‬
‫اْلَبَّز اُر َو َص َّح َحُه اَحْلا ُم‬
Artinya :

6
Dari Rifa’ah Ibn Rafi’, Rasullah ditanya salah seorang sahabat,
pekerjaan ( profesi) apakah yang paling baik? Rasullah menjawab: “
Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkahi”.

e. Hadist Nabi riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و‬:‫عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنه قال‬

‫ مع‬:‫ « الَّت اِج ُر اَألِم ُني الَّص ُد وُق اْلُمْس ِلُم َم َع الُّش َه َد اِء – ويف رواية‬:‫سلم‬

‫النب يني و الصديقني و الشهداء – َيْو َم اْلِق َياَم ِة » رواه ابن ماجه واحلاكم‬

‫والدارقطين وغريهم‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim
yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para
Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada
hari kiamat (nanti)’
Setidaknya, sejumlah dalil dalam Al-Quran, Hadist, dan kaidah fiqih
di atas memberikan dasar bahwa Allah telah membedakan jual beli
dengan riba, membuatnya halal, dan mengharamkannya. Menjual Beli
yang halal tentu saja berarti jual beli yang dilakukan dengan keridhaan
antara penjual dan pembeli, sesuai dengan syariat Islam.

C. Kepastian Hukum Akad Murabahah Dalam Jual Beli Sawah


Bai' al-murabahah, yang dilarang, adalah akad jual-beli di mana
seseorang (penjual) menjual suatu barang kepada orang lain (pembeli)
secara kontan, dan kemudian penjual tersebut membeli kembali barang
tersebut pada waktu yang sama dengan harga yang lebih tinggi. Menurut
Wahbah az-Zuhaili, akad jual-beli ini hanyalah hilah untuk pinjam-

7
meminjam yang mengandung riba dengan perantaraan atau melalui akad
jual-beli. Bai' al-murabahahmer adalah jual beli barang yang tidak ada
pada seseorang.
Bai' al-murâbahah merupakan hîlah untuk mengambil riba dan
jenis pembiayaan lainnya.Sebagian ulama berpendapat bahwa dalam
praktik perbankan syari'ah, bai' al-murabâhah adalah hîlah untuk
memperoleh riba atau menghasilkan uang sebagaimana yang dilakukan
oleh bank konvensional.
Pada dasarnya, pembeli (nasabah) datang ke bank untuk
mendapatkan pinjaman uang, dan bank tidak membeli aset kecuali dengan
tujuan menjual aset tersebut kepada pembeli (nasabah) secara kredit.Ini
mungkin didasarkan pada gagasan bahwa mekanisme penetapan harga
(pricing) pembiayaan Bai' al-murabâhah menggunakan metode
perhitungan yang sama dengan bank konvensional, yaitu dalam bentuk
prosentase dari pembiayaan per tahun (% p.a.). Hutang nasabah di bank
konvensional terdiri dari pinjaman pokok dan hutang bunga (biaya dalam
prosentase per tahun) yang harus dibayar oleh nasabah.
Di bank konvensional, hutang nasabah terdiri dari pinjaman pokok
dan hutang bunga, yang harus dibayar oleh nasabah secara tetap selama
pinjaman pokok belum dilunasi. Demikian pula, suku bunga masih dapat
naik tanpa persetujuan nasabah, sehingga jumlah margin keuntungan
menjadi tidak jelas karena tergantung pada lamanya peminjamannya.
Menurut Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Ketentraman Bank Syariah, konsep jual beli murabahah tidak digunakan
oleh bank syariah karena bank tersebut seharusnya membeli rumah dari
develover sebelum menjualnya kepada pelanggan atau calon pelanggan
Dengan sistem ini, transaksi sebenarnya terjadi antara pengembang
dan pelanggan, dan bank berfungsi sebagai penyedia pembiayaan, bukan
sebagai penjual.Selain itu, karena masih ada praktik peralihan hak atas
tanah secara di bawah tangan, jual beli murabahah pada Bank Syariah
belum dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini tidak

8
sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, seperti
yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Agraria/KBPN No.3 Tahun
1997.
Penyimpangan ini terjadi karena bank menghadapi tantangan
dalam menyediakan pembiayaan murabahah. Terutama, peraturan
perundang-undangan menimbulkan tantangan yang sulit dilaksanakan
karena dianggap dapat merugikan dan melemahkan bank.

9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad atau kontrak berkaitan dengan barang/harta benda (mâl), hak
pemanfaatan harta benda, dan transfer kepemilikan atas barang/hak atas
pemanfaatan harta benda dari satu pihak ke pihak lain. Mâl atau harta
benda dalam fikih muamalah dibagi dua yakni: yang dapat dipindahkan
dan yang tidak dapat dipindahkan, dapat diganti dan tidak dapat diganti,
yang pasti ‘ayn dan yang tidak pasti (dayn). ‘Ayn berupa aset riil
sedangkan dayn berupa aset keuangan, seperti uang, emas, valuta asing,
saham, dan sukuk.
B. Saran
Saran yang dipertimbangkan oleh berbagai pihak adalah
Pembiayaan Murabahah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Oleh
karena itu, Bank Umum Syariah hendaknya menyeimbangkan dalam
melakukan pembiayaan Murabahah, antara percepatan pelunasan dengan
pembentukan pembiayaan baru sehingga pelunasan pembiayaan disetiap
bulannya agar tidak berdampak negatif terhadap profitabilitas.

1
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek. Edited by adi
M.H. Basr and arida R. Dewi. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo,
2003.
Batubara, Zakaria. “Penetapan Harga Jual Beli Dalam Akad Murabahah Pada
Bank Syariah.” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 4, no. 2
(2015): 163–76.
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/
view/71.
Anselm Strauss Dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003
Batubara, Zakaria. “Penetapan Harga Jual Beli Dalam Akad Murabahah Pada
Bank Syariah.” IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 4, no. 2
(2015): 163–76.
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/
view/71.
Harahap, Darwis, and Ferri Alfadri. Ekonomi Mikro Islam. 1st ed. medAn:
Merdeka Kreasi, 2021.
Hernawati, R A S, and J T Suroso. “Kepastian Hukum Dalam Hukum Investasi Di
Indonesia Melalui Omnibus Law.” Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi Dan Akuntansi) 4, no. 1 (2020): 392–408.
http://journal.stiemb.ac.id/index.php/mea/article/view/557.
Iska, Syukri. Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia Dalam Perspektif Fikih
Ekonomi. Edited by Eficandra. 1st ed. Yogyakarta: Fajar Media Press Press,
2012.
Lathif, Ah. Azharuddin. “Konsep Dan Aplikasi Akad Murâbahah Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia.” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah 12, no. 2 (2013): 69–
78. https://doi.org/10.15408/ajis.v12i2.967.
Marbun, E C A. “Mengkaji Kepastian Hukum Dan Perlindungan Hukum
Terhadap Investasi Di Indonesia Melalui Lembaga Perizinan Online Single

1
….” Dharmasisya: Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum
Universitas Indonesia 1, no. 3 (2021): 1749–59.
https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss4/8/%0Ahttps://scholarhub.ui
.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1133&context=dharmasisya.
Rachmaw, Eka Nuraini Ati, and Ab Mumin. “Akad Jual Beli Perspektif Fikih
Praktiknya Di Pasar Modal Indonesia.” Akad Jual Beli Dalam Perspektif
Fikih Dan Praktiknya Di Pasar Modal Indonesia 12, no. 4 (2015): 785–806.
ROMADHON, AFRIZA. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap
Laba(Studi Kasus Pada Bni Syariah Tahun 2013-2015).” Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Kediri, 2017.
Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi Dan Ilustrasi.
yogyakarta: Ekonesia, 2004
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alvabeta, 2010.
Sukardi, Metode Penelitian Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004.
Sukur Kolil, Metodelogi Penelitian, Bandung: Pustaka Media, 2006
Wahab, Muhammad Abdul. Teori Akad Dalam Fiqih Muamalah. Edited by Fatih.
Pertama. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019.
Zulfikri, Zulfikri. “Kepastian Hukum Akad Murabahah Pada Jual Beli Rumah
Melalui Perbankan Syariah.” Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah 2,
no. 1 (2019): 1–15. https://doi.org/10.25299/syarikat.2019.vol2(1).3638.

2
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai