PEMBAHASAN
2.1 Teori
Dalam penelitian penulis mengambil teori Philip Kotler sebagai rujukkan. Teori
Philip Kotler membahas tentang perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian. Dalam sebuah buku manajemen pemasaran teori Kotler berbunyi
“keputusan pembelian meliputi suatu tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan
dan siap untuk melakukan pembelian atau pertukaran antara uang dan janji untuk
membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.”
4
5
Oleh karena itu, pelaku usaha harus membuat keputusan yang tepat mengenai
produk yang ditawaran, karena dengan adanya keragaman produk akan memberikan
kemudahan kepada pelaku konsumen untuk memilih dan melakukan keputusan
pembelian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Semakin banyak
ragam produk pada suatu toko, maka semakin besar pula dorongan konsumen untuk
melakukan keputusan pembelian. Maka dengan hal tersebut dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.3.1 Analisis Persepsi Gaya Hidup, Kualitas, dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Perilaku Konsumen
Gaya Hidup
Kebutuhan
28%
Keinginan
72%
Diagram 2.3.1.1
Sumber : Kuesioner Terhadap Mahasantri, 2022
7
Berdasarkan kuesioner yang telah di sebar di dapatkan 126 responden dari 209
jumlah mahasantri perempuan. Dari 126 responden penulis membuat hasil penelitian
dengan menggunakan diagram, di peroleh 72% dari mahasantri memenuhi gaya hidup
karena keinginan. Hal ini karena gaya hidup bersifat dinamis sesuai dengan
perubahan zaman atau bisa disebut dengan mengikuti tren dan tidak bisa untuk tidak
diikuti.
Sedangkan 28% mengatakan bahwa membeli produk hanya untuk memenuhi
kebutuhannya saja. Presepsi kebutuhan mendapatkan respon yang rendah
dibandingkan dengan presepsi keinginan. Ini berarti mahasantri dalam mengambil
keputusan dalam presepsi gaya hidup membeli suatu produk karena keinginan.
2.3.1.2 Presepsi Kualitas Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Perilaku
Konsumen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan oleh penulis di dapatkan
salah satu keputusan pembelian adalah dengan melihat kualitas produk. Penulis
membagi presepsi kualitas dengan kualitas bagus, kualitas standar, dan kualitas tidak
bagus. Hasil penelitian dapat dilihat pada diagram 2.3.1.2 sebagai berikut :
KUALITAS PRODUK
0%
Kualitas Bagus
Diagram 2.3.1.2
Sumber : Kuesioner Terhadap Mahasantri, 2022
Berdasarkan kuesioner yang telah di sebar di dapatkan 126 responden dari 209
jumlah mahasantri perempuan. Dari 126 responden penulis membuat hasil penelitian
dengan menggunakan diagram, di peroleh 55% dari mahasantri melihat aspek kualitas
8
dalam keputusan pembelian dengan kualitas standar. Hal ini di karenakan yang
terpenting bagi mahasantri adalah manfaat dan fungsinya.
Sedangkan 45% mengatakan dengan memilih kualitas bagus, karena bagi
mahasantri kualitas yang bagus akan membuat produk yang dibeli tahan lama dan
bisa digunakan terus-menerus. Sedangkan untuk kualitas yang tidak bagus tidak ada
mahasantri yang merespon, hal ini dikarenakan kualitas tidak bagus akan membuat
suatu produk tidak akan tahan lama. Jika dilihat perbandingan dari kualitas standar
dan kualitas bagus tidaklah terlalu jauh dan termasuk golongan tinggi, jadi dapat
disimpulkan bahwa mahasantri cendrung memilih kualitas standar.
2.3.1.3 Presepsi Harga Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Perilaku
Konsumen
Harga dapat dikatakan jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi
memiliki suatu produk dan produsen mendapatkan keuntungan dari sebuah produk
barang atau jasa yang dijual. Penulis membagi persepsi harga menjadi tiga yaitu
harga tinggi, harga standar, dan harga rendah. Hasil penelitian dapat dilihat pada
diagram 2.3.1.3 sebagai berikut :
Harga Produk
Harga Tinggi Harga Standar Harga Rendah
4%
41%
55%
Diagram 2.3.1.3
Sumber : Kuesioner Terhadap Mahasantri, 2022
Berdasarkan kuesioner yang telah di sebar di dapatkan 126 responden dari 209
jumlah mahasantri perempuan. Dari 126 responden penulis membuat hasil penelitian
9
Berdasarkan hasil penelitian dalam analisis presepsi gaya hidup, kualitas, dan
harga di dapatkan dalam persepsi gaya hidup mahasantri melakukan transaksi jual
beli untuk keinginan karena gaya hidup bersifat dinamis sesuai dengan perubahan
zaman atau bisa disebut dengan mengikuti tren. Dalam presepsi kualitas mahasantri
memilih dengan kualitas standar. Dalam persepsi harga mahasantri memilih dengan
harga yang rendah.
Namun selain keputusan gaya hidup, kualitas, dan harga ternyata ada hal lain
yang menjadi pertimbangan mahasantri dalam mengambil keputusan pembelian. Hal
ini di dapatkan dari pertanyaan kuesioner yang telah di bagikan kepada mahasantri.
Di dapatkan keputusan pembelian perilaku konsumen selanjutnya yaitu kemudahan
dalam mendapatkan produk, ketersediaan produk, promosi yang menarik, dan diskon
pada produk.
produsen produk tidak menyediakan stok, hal ini akan menjadi keputusan mahasantri
dalam membeli suatu produk itu lagi.
Promosi dalam transaksi jual beli sangatlah penting agar konsumen tau
keberadaan suatu produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, mahasantri terkadang
kesulitan dalam mencari produk yang diingikan. Keputusan pembelian selanjutnya
adalah diskon, bagi pelaku konsumen diskon adalah suatu hal yang menarik perhatian
apalagi dikalangan mahasantri. Sebagai produsen di adakan diskon sangatlah penting
karena dapat menarik konsumen untuk membeli dan tidak akan pernah bosan untuk
berbelanja di sana.
Dari hasil penelitian, persepsi harga mendapatkan peran yang dominan bagi
mahasantri, hasil di dapatkan mahasantri memilih dengan harga rendah. Harga rendah
disini dapat di artikan bahwa harga yang sesuai kantong mahasantri. Mahasantri
menambah dengan memilih harga yang rendah, namun tidak dengan kualitas yang
tidak bagus, tapi memilih dengan harga rendah dan kualitas yang standar.
Jika harga suatu produk naik maka mahasantri cendrung tidak akan membeli
suatu produk dan mahasantri yang sebagai konsumen tidak akan bersifat konsumtif.
Jika harga suatu produk dikatakan naik, maka mahasantri tidak akan melakukan
transaksi jual beli karena bukan kebutuhan. Hal ini akan berakibat kepada penjual
yang tidak akan memperoleh penghasilan. Jadi dapat disimpulkan jika harga pada
suatu produk naik maka minat beli mahasantri akan menurun dan produsen tidak akan
mendapatkan penghasilan.