BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Post Sectio Caesarea 1.
Pengertian post sectio caesarea Post
dalam Bahasa Indonesia artinya paska yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sesudah. Dan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim, dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Menurut Wiknjosastro (2005) di kutip oleh Sugeng Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari, 2010). Post sectio caesarea adalah suatu keadaan sesudah dilakukan tindakan pembedahan yang meninggalkan luka sayatan pada dinding perut dan rahim ibu guna mengeluarkan janin. 2. Perubahan fisiologis pada ibu post sectio caesarea Perubahan fisiologis pada ibu postsectio caesarea tidak terlepas dari perubahan ibu post partum. Menurut Vivian Nanny dan Tri Sunarsih (2013) perubahannya yaitu : a. Perubahan sistem reproduksi Terjadi beberapa perubahan pada sistem reproduksi yaitu pada uterus, involusi tempat plasenta, perubahan ligamen, perubahan pada serviks, lokia, perubahan pada vagina. Pada uterus terjadi proses involusi yakni proses dimana kembalinya uterus ke ukuran semula sebelum hamil. Terjadi secara bertahap dan dimulai setelah plasenta lahir. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan tinggi fundus uteri setiap harinya. Pada sectio caesaea terjadi keterlambatan dalam proses kembalinya uterus dikarenakan adanya 7 luka insisi yang menimbulkan rasa nyeri sehingga involusi lebih lambat. Involusi tempat plasenta, terjadinya pengecilan luka bekas menempelnya plasenta yang cepat. Luas permukaan bekas menempelnya plasenta kira-kira setelapak tangan, tetapi pada minggu ke-2 ukuran menjadi 3-4 cm dan pada masa nifas selesai ukuran menjadi 1-2 cm. Perubahan ligamen terjadi setelah janin lahir dengan secara bertahap akan menciut kembali kesemula. Dikarenakan terjadinya peregangan ligamen saat hamil maka tidak jarang ligamentum rotundum akan menjadi kendur dan dapat mengakibatkan perubahan letak uterus yakni menjadi retrofleksi. Pada serviks terjadi proses involusi bersama dengan uterus. Tetapi pada ostium eksternum tidak seperti uterus yang kembali ke bentuk sebelum hamil, melainkan menjadi lebih besar dan terdapat robekan serta retak-retak pada pinggirnya. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya bibir dapan dan belakang pada serviks. Lokia merupakan ekskresi cairan rahim yang keluar selama masa nifas. Berdasarkan warna dan waktunya maka pengeluaran lokia dibagi menjadi 4 yaitu lokia rubra (warna merah) yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga, lokia sanguinolenta (warna merah kuning) yang keluar pada hari ketiga sampai hari kelima, lokia serosa (warna kekunungan/ kecoklatan) yang keluar pada hari kelima sampai hari kesembilan, dan yang terakhir lokia alba (warna pucat, putih, kekuningan) terjadi lebih dari kesepuluh hari. Perubahan pada vagina terjadi selama 6-8 minggu setelah persalinan. Vagina akan kembali ke ukuran semula sebelum hamil secara bertahap. Estrogen postpartum yang menurun sangat berperan dalam penipisan mukosa vagina dan untuk hilangnya rugea. 8 b. Perubahan tanda-tanda vital Peningkatan tekanan darah sementara terjadi selama empat hari paska persalinan. Seringnya terjadi penurunan tekanan darah setelah melahirkan dipengaruhi oleh banyaknya darah yang keluar saat persalinan. Suhu tubuh saat hari pertama persalinan akan naik dan akan normal kembali hari berikutnya. Memasuki waktu dimana pembentukan ASI maka suhu tubuh akan naik. Tetapi jika suhu tubuh tidak turun maka kemungkinan terjadi infeksi. Setelah melahirkan maka nadi akan lebih cepat dari biasanya, tetapi akan berangsur normal. Pernapasan akan mengikuti suhu dan nadi. Pernapasan akan berfungsi seperti wanita tidak hamil pada bulan keenam setelah proses persalinan. c. Perubahan sistem kardiovaskuler Dalam persalinan melalui tindakan sectio caesarea, ibu kehilangan darah dua kali lipat dibandingkan melalui persalinan normal. Pada persalinan sectio caesarea, hematokrit cenderung stabil dan akan kembali normal setelah 4 sampai 6 minggu. Denyut dan curah jantung setelah persalinan selama 30 sampai 60 menit akan meningkat dibandingkan saat hamil. Hari pertama setelah persalinan kadar fibrinogen dan plasma akan menurun, hal tersebut dapat menyebabkan meningkatnya faktor pembekuan darah. d. Sistem pencernaan pada masa nifas Setelah melahirkan, kebanyakan ibu akan merasa lapar dan permintaan makanan dua kali dari jumlah biasanya. Kembalinya tonus dan motilitas ke keadaan normal akan terhambat karena analgesia dan anastesia yang berlebihan. Sehingga dapat mempengaruhi buang air besar, biasanya ibu akan tertunda waktu BABnya dua sampai tiga hari. e. Perubahan sistem perkemihan Setelah melahirkan akan terjadi penurunan fungsi ginjal yang akan menjadi normal dalam waktu satu bulan setelah 9 melahirkan. Diuresis pastpartum, ibu membuang kelebihan cairan yang tertimbun dalam tubuh saat hamil melalui pengeluaran keringat dan melalui pengeluaran urin. 3. Kebutuhan ibu post sectio caesarea Menurut Vivian Nanny dan Tri Sunarsih (2013), kebutuhan pada ibu postsectio caesarea tidak terlepas dari kebutuhan ibu post partum, antara lain: a. Nutrisi dan cairan Ibu paska melahirkan membutuhkan nutrisi yang cukup baik, terutama pemenuhan protein dan karbohidrat. Hal tersebut berkaitan dengan kualitas produksi ASI yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Selain protein dan karbohidrat, ibu juga membutuhkan asupan cairan. Dianjurkan untuk minum 2-3 liter/hari. Selama 40 hari paska melahirkan diharuskan minum pil zat besi. Menurut Imam Rasjidi (2009), ibu paska operasi tidak membutuhkan diet. Ibu diperbolehkan minum air setelah 6 jam persalinan dan makan tetapi setelah tidak mual. b. Ambulasi Ambulasi pada ibu paska melahirkan sangat penting dilakukan. Melakukan kegiatan ringan dengan menggerakan badan misalnya miring ke kanan maupun ke kiri, hal tersebut mampu mencegah adanya trombosit. c. Eliminasi (BAK/BAB) Diharapkan setelah melahirkan ibu mampu buang air kecil, jika belum bisa maka dapat dirangsang dengan dilakukan kompres air hangat pada atas simfisis. Pada ibu post sectio caesarea sudah terpasang kateter sebelum operasi, sehingga kateter dipantau 24 jam setelah operasi. Kateter dapat dilepas setelah ibu dapat berjalan dan mampu untuk buang air kecil sendiri tanpa bantuan alat. 10 Pada ibu post sectio caesarea belum bisa langsung BAB pada hari pertama dikarenakan sebelum operasi ibu diharuskan puasa. Pengeluaran cairan yang banyak saat persalinan mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya 2 sampai 3 hari ibu masih susah BAB, sehingga agar dapat BAB dengan teratur maka ibu harus diet teratur, pemenuhan cairan yang banyak, ambulasi dilakukan dengan baik, dan bila perlu akan diberikan laksan supposotria. d. Kebersihan diri dan perineum Jika ibu belum bisa mandi di kamar mandi maka ibu dapat mandi di tempat tidur. Yang harus diperhatikan ibu yaitu kebersihan puting dan kebersihan alat kelamin. Puting susu sebaiknya dibersihkan dengan air hangat menggunakan kapas. Untuk kebersihan alat kelamin, ibu diberitahu untuk membersihkan vulva setiap selesai BAB dan BAK arah depan ke belakang, mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin menggunakan air dan sabun. Dengan adanya luka sayatan pada dinding perut dan rahim ibu akibat persalinan sectio caesarea, maka luka tersebut harus diperhatikan kebersihannya. Jika luka tidak dirawat dengan baik maka akan dapat terjadi infeksi. Menurut Imam Rasjidi (2009), perban luka harus diganti setelah 24 jam persalinan sekaligus dinilai keadaan lukanya. e. Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan sarankan untuk melakukan kegiatan yang tidak berat. Istirahat yang kurang akan mengurangi produksi ASI dan dapat menyebabkan dep