Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BIDANG PERTANIAN

Disusun oleh :
Fatih Akbar : 230130154
Fatur Rahman Al Azmi : 230130153
M Alfarizy S : 230130148

DOSEN PEMBIMBING
SYARIFUDDIN, S.T,MT.IPM

FAKULTAS TEKNIK(TEKNIK INDUSTRI)

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Revolusi Industri 4.0
2.2 Revolusi Industri 4.0 Bidang Pertanian
2.3 Contoh dan Penerapan Revolusi Industri Pertanian 4.0 di Wilayah Luar negri
BAB III
MANFAAT DAN TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM BIDANG
PERTANIAN
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Koentjaraningrat (1990), revolusi merupakan usaha untuk dapat hidup sesuai
dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang, sedangkan menurut Kartasapoetra (1987),
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri, maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa revolusi industri adalah perubahan suatu kegiatan ekonomi untuk dapat
bertahan seiring bergantinya zaman. Revolusi industri terjadi besar-besaran pada tahun 1750-
1850, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan di bidang pertanian,
manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta banyak dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Indonesia adalah negara produsen
beras ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras
dunia kira-kira sebesar 8,5% (51 juta ton). Walaupun merupakan negara dengan produksi
beras yang cukup besar, Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan beras rakyatnya,
artinya industri di bidang pertanian di Indonesia masih terbilang belum memuaskan, untuk itu
revolusi di bidang pertanian akan sangat dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu revolusi industri 4.0?
2. Bagaimana revolusi industri di bidang pertanian?
3. Apa saja contoh dan penerapan revolusi industri pertanian 4.0 di wilayah indonesia maupun
Dunia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui revolusi industri 4.0
2. Untuk mengetahui revolusi industri 4.0 pada bidang pertanian
3. Untuk mengetahui contoh dan penerapan revolusi industri pertanian di indonesia maupun di
dunia.
1.4 Manfaat
1. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Elektronika Industri
2. Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai Revolusi Industri di Indonesia
3. Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai Industri 4.0
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Revolusi Industri 4.0


Industri 4.0 adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan revolusi industri
keempat yang sedang terjadi saat ini. Revolusi ini ditandai dengan adopsi teknologi digital dan
otomatisasi yang semakin canggih dalam berbagai sektor industri. Industri 4.0 melibatkan
integrasi teknologi informasi, internet of things (IoT), kecerdasan buatan (AI), robotika, dan
sistem otomatisasi lainnya untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efisien, adaptif, dan
terhubung. Industri 4.0 juga mempengaruhi cara kerja dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja. Pekerja harus memiliki keterampilan teknologi dan kemampuan untuk bekerja
dengan system otomatisasi dan kecerdasan buatan. Industri 4.0 juga memungkinkan
pengembangan mode.

2.2 Revolusi Industri 4.0 Bidang Pertanian


Untuk mencapai pertumbuhan produksi dan produktivitas pertanian yang ditingkatkan
dan berkelanjutan sangat tergantung pada kemajuan penelitian pertanian dan penerapannya
yang efektif di ladang petani melalui transfer teknologi dan inovasi. Dalam konteks ini,
pertanian 4.0 dan pertanian hi-tech akan memainkan peran strategis baru untuk pertumbuhan
pertanian; menjaga kualitas lingkungan dan aspek berkelanjutan lainnya. Studi ini
menganalisis aplikasi pertanian 4.0 saat ini dan teknologi tinggi untuk pengembangan
pertanian berkelanjutan.
Keberlanjutan mencakup tujuan produksi pangan, kesejahteraan produsen pangan, dan
pelestarian sumber daya tak terbarukan. Untuk itu, teknologi dari semua jenis telah dan akan
menjadi komponen buatan manusia yang memungkinkan yang akan menghubungkan tujuan-
tujuan ini. Memang, sejarah menegaskan bahwa teknologi sangat penting bagi produktivitas /
stabilitas pertanian; terobosan dalam teknologi saat ini mengkonfirmasi bahwa penemuan dan
pengembangan teknologi baru adalah upaya berkelanjutan, dan akal sehat mengarahkan kita
pada kesimpulan bahwa teknologi akan memungkinkan Pertanian berkelanjutan. Inovasi
teknologi pertanian adalah landasan untuk memenuhi permintaan baru untuk makanan,
produk standar dan bermanfaat. Tidak hanya produk tetapi proses produksinya harus
memenuhi kriteria dan standar kualitas yang diakui. Teknologi di bidang pertanian juga
merupakan solusi untuk meminimalkan dampak negatif dan beradaptasi lebih baik terhadap
perubahan iklim. (Luu Tien Dung&Nguyen Thi Kim Hiep 2017)
Menurut konsep European Agricultural Machinery, pertanian juga mengembangkan lima
tahap dalam proses pembangunan:
(i) Pertanian 1.0 muncul pada awal abad ke-20, sistem pertanian padat karya dengan
produktivitas rendah;
(ii) Pertanian 2.0 dikenal luas sebagai Revolusi Hijau, fase pertanian ini dimulai pada
akhir 1950-an ketika praktik pengelolaan agronomi seperti nitrogen tambahan dan
alat-alat baru seperti pestisida sintetis, pupuk dan mesin khusus yang lebih efisien
memungkinkan untuk mengambil keuntungan dari input yang relatif murah,
sehingga secara dramatis meningkatkan menghasilkan potensi dan hasil yang
meningkat untuk skala di semua tingkatan.
(iii) Pertanian 3.0, fokusnya dipindahkan dari efisiensi murni dalam hal memotong
biaya menjadi profitabilitas yang dapat dilihat sebagai secara obyektif dan kreatif
mencari cara untuk menurunkan biaya dan meningkatkan kualitas atau
mengembangkan produk yang berbeda;
(iv) Evolusi pertanian 4.0 terjadi secara paralel dengan evolusi serupa di dunia
industri, di mana ia ditandai sebagai industri 4.0. Dengan demikian, istilah
pertanian 4.0 sering digunakan dalam pertanian. Dalam hal definisi, pertanian 4.0,
dalam analogi dengan industri 4.0, adalah singkatan dari jaringan internal dan
eksternal yang terintegrasi dari operasi pertanian. Ini berarti bahwa informasi
dalam bentuk digital ada untuk semua sektor dan proses pertanian; komunikasi
dengan mitra eksternal seperti pemasok dan pelanggan akhir juga dilakukan
secara elektronik; dan transmisi data, pemrosesan, dan analisis dilakukan secara
otomatis. Pertanian 4.0 membuka jalan bagi evolusi berikutnya, termasuk operasi
saat ini tanpa perangkat berbasis manusia dan sistem langsung yang dapat
membuat keputusan secara otomatis.
(v) Pertanian 5.0: Ini akan didasarkan pada robotika dan (beberapa bentuk)
kecerdasan buatan

Seperti yang dirangkum, komponen utama pertanian 4.0 umumnya dimasukkan


sebagai berikut: Sensor IOT: Dari kesuburan tanah hingga konektivitas, sensor IoT adalah
bagian penting dari pertanian modern; LED: Peningkatan dalam pertanian dalam ruangan
didorong oleh kemajuan teknologi LED. Pertanian dalam ruangan sangat menuntut presisi
LED karena persyaratan untuk memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal; Robotika:
Beberapa robot melakukan apa yang biasa dilakukan petani di pertanian. Robotika ini juga
mencakup analitik yang merupakan sistem perangkat lunak yang membantu dalam
menganalisis dan memahami tren di lahan pertanian; Sel Surya: Sebagian besar perangkat di
peternakan didukung oleh panel surya dan matahari adalah penting; Drone dan satelit: drone
dan satelit digunakan untuk pengumpulan data vegetasi pertanian; Indoor Farming /
Aquaponics / Hidroponik: Memanfaatkan banyak pengalaman dan sumber daya dalam
pencahayaan LED, beberapa perusahaan OEM telah bermunculan menawarkan solusi lengkap
untuk pertanian / aquaponik dan hidroponik dalam ruangan; Farm Fintech: semakin banyak
solusi keuangan baru yang dirancang untuk pertanian dan pertanian. Solusi ini ditangkap
sebagai teknologi keuangan pertanian dan mereka termasuk pembayaran, pinjaman, asuransi
dll yang dilakukan secara digital untuk pertanian.
Pertanian 4.0 menyiratkan pada pertanian modern yang tertarik pada solusi
keberlanjutan dan keamanan. Bertani adalah menerapkan teknik seperti pengolahan lahan,
menabur, pemangkasan, rotasi tanaman, merawat, panen, dengan tujuan mencapai
produktivitas yang lebih tinggi, melindungi lingkungan dengan lebih baik, dan berdasarkan
kemajuan teknologi digital.
2.3 Contoh dan Penerapan Revolusi Industri Pertanian 4.0 di Wilayah Luar negri
Di era modern ini, kita memang telah mengenal teknologi pertanian yang telah di
kembangkan di berbagai negara. Tiap negara berlomba-lomba untuk terus mengembangkan
teknologi pertaniannya agar tidak kalah saing dan lebih baik lagi dalam memajukan pertanian
masing-masing. Berusaha untuk menjadi nomor satu, baik di dalam maupun di luar negeri.
Berikut ini terdapat 4 negara dengan pertanian terbaik :
1. Jepang

Siapa yang tidak mengenal Jepang? Negara yang dijuluki sebagai Negara Seribu Sakura
yang menawan ini ternyata memiliki pertanian yang terbaik. Sebagai negara dengan budaya
teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga teknologi untuk bidang pertaniannya.
Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan
teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan
Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar
Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan porsi lahan pertanian hanya 25
% saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka
menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung, pokoknya
setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan. Pasca Tsunami yang meluluh
lantahkan sebagian lahan pertaniannya
Jepang merencanakan sistem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang
dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk
menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED. Menurut Sakuraba,
rahasia dari produk pangan yang baik terletak dari teknologi yang digunakan ketika memanen
dan sistem distribusi produknya. Hal itu diungkap Sakuraba ketika berbincang dengan
VIVAnews di kediaman Duta Besar Jepang untuk Indonesia. "Sangat penting bagi Pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan infrastruktur dan meningkatkan teknik memanen mereka.
Selain itu pemerintah harus melakukan pengecekan yang menyeluruh dari produk pangan itu
dipanen hingga disajikan sebagai makanan di meja makan," papar Sakuraba. Di Jepang
sendiri, hampir seluruh rakyatnya juga mengkonsumsi nasi seperti masyarakat Indonesia.
Namun sayangnya, kini produk nasi mulai digantikan kehadiran roti.
Penanam Padi Otomatis (Rice transplanted) adalah mesin modern untuk menanam bibit
padi dengan sistem penanaman yang serentak. Mesin ini sudah banyak di gunakan di
beberapa negara, seperti China dan Taiwan. Cara pakai alat ini sangat gampang. Bibitan
gabah dalam petakan sawah seluas 20×80 cm. Setelah tumbuh menjadi bibit dan sudah
berumur 15 hari, bibit tersebut ditaruh di atas mesin rice transplater. Selanjutnya, mesin siap
beroperasi. Dalam sekali gerak, mesin ini dapat membuat 4 jalur dengan jarak antar jalur 30
cm. Hanya dalam waktu 4 jam, satu ton bibit padi yang digendong sudah habis di tanam.
Berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian membuat petani harus lebih efisien dalam
bertani dengan modernisasi alat-lat pertanian dan teknologi pertanian.

Beberapa jenis mesin tanam bibit padi


1. Mesin tanam bibit padi dari Jepang
2. Mesin tanam bibi padi dari China
3. Mesin tanam bibit padi dari IRRI

2.Belanda
Menurut saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya.
Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011 Belanda
mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar
didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan
bunga. Sektor pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan
menyumbang 20% pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah
Riset. Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari risetriset yang dilakukan para ahli.
Salah satu pusat riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen. Seperti
yang telah di kutip pada sebuah situs bahwa negara Belanda dengan luas hanya 41.526km
persegi mampu menjadi yang lebih unggul bila dibandingkan dengan negara kita yang
luasnya 1.919.440km persegi. dan perlu kita garis bawahi bahwa nyaris seluruh wilayah di
Belanda ada di bawah permukaan laut.
Menurut saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya.
Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011 Belanda
mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar
didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan
bunga. Sektor pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan
menyumbang 20% pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah
Riset. Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari risetriset yang dilakukan para ahli.
Salah satu pusat riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen. Seperti
yang telah di kutip pada sebuah situs bahwa negara Belanda dengan luas hanya 41.526km
persegi mampu menjadi yang lebih unggul bila dibandingkan dengan negara kita yang
luasnya 1.919.440km persegi. dan perlu kita garis bawahi bahwa nyaris seluruh wilayah di
Belanda ada di bawah permukaan laut.

3. Taiwan
Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5%
pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya, separuh pengerjaan
dilakukan dengan teknologi canggih. Contohnya dalam penanaman padi, mereka menerapkan
sistem yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu hamparan sebelum dipindah pada lahan
sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu wadah pot segi empat dengan ketinggian 2 cm,
saat tanam menggunakan mesin dengan kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat menghemat
waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan pertumbuhan padi lebih baik, karena pada saat tanam
tidak perlu mencabut bibit dari persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan
memerlukan waktu untuk adaptasi.
Hamparan sawah seluas satu hektar, hanya memerlukan waktu tiga jam dalam menanam
padi, jika menggunakan mesin tanam padi seperti yang ada di Taiwan. Dengan pola tanam
tersebut tentu dapat menghemat tenaga kerja, waktu serta yang menggiurkan adalah hasil
panen yang memuaskan.Per hektar mampu menghasilkan 12 ton gabah.
Sistem pertanian modern di Taiwan, agaknya menjadi daya tarik bagi Kepala KDEI
Taipei. Sehingga walau harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam antara Taipei Changhua,
bapak dua putra ini tetap semangat mengikuti arahan dari konsultan teknik Chang Kuo-An
saat mengunjungi para petani Taiwan beberapa waktu lalu, dalam paparannya Mr. Chang
menjelaskan, jika pertanian di Taiwan sistem menanam padi sangat jauh dengan sistem yang
ada di Indonesia.Jika petani Indonesia dari bibit di semai dihamparan persemaian. Setelah
persemaian tumbuh dengan memakan waktu kira-kira 15 hari barulah bibit padi di cabut(di
daut) dari persemaian. Setelah itu padi baru di tanam diatas lahan. Dalam satu hektar cara
penanaman ini memerlukan waktu seminggu dan membutuhkan tenaga kerja sekitar empat
atau lima orang.
BAB III
MANFAAT DAN TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM BIDANG
PERTANIAN

Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk
pertanian. Berikut adalah beberapa manfaat dan tantangan yang terkait dengan Revolusi
Industri 4.0 dalam bidang pertanian:
Manfaat:
1. Peningkatan efisiensi: Revolusi Industri 4.0 memungkinkan penggunaan teknologi seperti
Internet of Things (IoT), sensor, dan analitik data untuk memantau dan mengelola pertanian
secara lebih efisien. Hal ini dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas,
dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti air dan energi.
2. Automatisasi: Teknologi seperti robotika dan otomatisasi dapat digunakan dalam pertanian
untuk melakukan tugas-tugas seperti penanaman, penyiraman, dan panen secara otomatis. Hal
ini dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia dan meningkatkan efisiensi
operasional.
3. Peningkatan kualitas dan keamanan: Dengan menggunakan teknologi seperti sensor dan
analitik data, petani dapat memantau kondisi tanaman, hama, dan penyakit dengan lebih
akurat. Hal ini memungkinkan deteksi dini dan tindakan yang tepat untuk menjaga kualitas
dan keamanan hasil pertanian.
4. Pengembangan pertanian berkelanjutan: Revolusi Industri 4.0 dapat mendukung
pengembangan pertanian berkelanjutan dengan memungkinkan penggunaan teknologi hijau,
seperti pertanian vertikal, hidroponik, dan aquaponik. Teknologi ini dapat mengurangi
penggunaan lahan, air, dan pestisida, serta menghasilkan hasil pertanian yang lebih bersih dan
ramah lingkungan.
Tantangan:
1. Investasi awal yang tinggi: Implementasi teknologi Revolusi Industri 4.0 dalam pertanian
membutuhkan investasi awal yang signifikan. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi petani
dengan sumber daya terbatas atau akses terbatas terhadap pembiayaan.
2. Keterbatasan infrastruktur dan konektivitas: Untuk mengadopsi teknologi Revolusi Industri
4.0, petani memerlukan infrastruktur yang memadai dan konektivitas internet yang stabil.
Namun, di daerah pedesaan atau terpencil, infrastruktur dan konektivitas sering kali masih
terbatas, sehingga menghambat adopsi teknologi ini.
3. Keterampilan dan pengetahuan: Revolusi Industri 4.0 membutuhkan keterampilan dan
pengetahuan baru dalam mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi yang kompleks. Petani
perlu mengembangkan keterampilan baru atau mendapatkan akses ke pelatihan yang
diperlukan untuk mengadopsi teknologi ini.
4. Keamanan data: Dalam Revolusi Industri 4.0, pertanian semakin terhubung dengan
teknologi digital. Hal ini meningkatkan risiko keamanan data, seperti pencurian data.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Secara keseluruhan, revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan signifikan dalam
bidang pertanian. Dengan adopsi teknologi digital dan otomatisasi, pertanian menjadi lebih
efisien, produktif, dan berkelanjutan. Namun, tantangan seperti aksesibilitas teknologi dan
pelatihan petani dalam mengadopsi teknologi baru masih perlu diatasi untuk memastikan
manfaat revolusi industri 4.0 dapat dirasakan oleh semua petani
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta


Kartasapoetra, G., Kartasaputra, A.G. and Kartasaputra, R.G., 1987. Pembentukan perusahaan
industri. Pt. Bina Aksara.
Dung, Luu Tien dan Hiep, Nguyen Thi Kim. 2017. ‘The Revolution Of Agriculture 4.0 And
Sustainable Agriculture Development In Vietnam’.317-320.
https://gapoktansekarsari.wordpress.com/2016/01/19/bagaimana-keadaan-pertanianindonesia-saat-
ini.

Anda mungkin juga menyukai