Anda di halaman 1dari 8

PT. Andika Persada merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada industri pariwisata.

Selama berdiri, perusahaan ini membuat kelompok kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Hal ini dilakukan karena manajemen PT. Ayunda Persada menyadari bahwa setiap pekerjaan
yang dilakukan membutuhkan koordinasi antar bagian, saling bekerja sama sehingga tidak
dapat melakukan pekerjaan secara mandiri. Meski kontribusinya mungkin serba sedikit,
keterlibatan orang lain hampir pasti tidak bisa dihindarkan. Lebih dari itu, dalam batas-batas
tertentu sebuah pekerjaan hasilnya akan lebih efektif jika dikerjakan dalam sebuah
kelompok.

Selain kelompok kerja, PT. Andika Persada juga membentuk TIM kerja dalam pekerjaan
sehari-hari, ada beberapa pekerjaan khususnya yang bersifat kompleks dan pekerjaan
tersebut harus dilakukan dengan melibatkan departemen lainnya agar pekerjaan berjalan
lancar dan tepat waktu.

Menurut Saudara :

1) Apa perbedaan antara Kelompok dan Tim kerja? Jelaskan!

Jawaban

PENGERTIAN KELOMPOK

Secara sederhana, kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang melakukan
interaksi secara langsung, dan merasa saling bergantung, dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama. Berdasarkan pengertian ini, sebuah kelompok terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu dua orang atau lebih, melakukan interaksi dan saling bergantung, dan paling
tidak ada satu tujuan yang hendak dicapai. Untuk memberi gambaran tentang esensi sebuah
kelompok, perhatikan contoh berikut ini Katakanlah ada sekumpulan orang yang
menggunakan satu mesin fotokopi secara bersama-sama. Menurut definisi di atas,
sekumpulan orang tersebut belum bisa disebut sebagai kelompok karena diantara mereka
tidak saling bergantung meskipun mereka saling berinteraksi. Adanya unsur saling
bergantung ini sesungguhnya menunjukkan bahwa anggota-anggota kelompok merasa
saling memiliki sehingga mereka juga merasa bahwa diantara mereka merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan (single unit entity). Perasaan seperti ini muncul karena para
anggota kelompok umumnya membentuk mental bersama. Oleh Hofstede pembentukan
mental bersama ini disebut "collective mental programming" yang tujuannya untuk
menandai bahwa mereka memiliki keyakinan, identitas, dan sikap yang sama yang
kesemuanya itu bersumber pada norma kelompok (group norm) yang mereka bangun
bersama.

Penjelasan di atas sejalan dengan pengertian kelompok yang lebih kental dengan disiplin
ilmu sosiologi. D. Horton Smith sebagaimana dikutip oleh Kreitner and Kinicki mengatakan
bahwa kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi secara bebas dan
saling berbagi norma dan tujuan bersama serta memiliki identitas diri. Definisi kedua ini
menegaskan bahwa ketika dua orang atau lebih membangun suatu ikatan sosial (social
entity) sehingga mereka bisa saling berinteraksi dan di antara mereka terjadi saling
ketergantungan maka saat itulah mulai terbentuk sebuah kelompok. Namun, hanya saling
berinteraksi dan saling bergantung belum cukup untuk mengatakan dua orang atau lebih
sebagai kelompok jika di antara mereka tidak memiliki norma kelompok, tujuan bersama,
dan identitas diri. Oleh karena itu, secara lengkap, unsur-unsur pembentuk kelompok
adalah:

1. Sekumpulan orang (minimal dua orang).

2. Saling berinteraksi dan saling bergantung.

3. Memiliki norma kelompok.

4. Memiliki tujuan bersama, dan

5. Memiliki identitas diri (collective identity).

Pengertian Tim

Dalam konteks organisasi, istilah tim atau tim kerja sesungguhnya bukan istilah baru.
Mahaguru bidang kualitas Joseph Juran, pada tahun 1950-an, sudah menggunakan istilah
tersebut pada saat memperkenalkan pentingnya konsep kualitas kepada masyarakat
Jepang. Istilah tim kemudian dibawa masuk ke Amerika pada tahun 1980-an dan mulai
populer setelah perusahaan-perusahaan besar yang peduli terhadap masalah kualitas,
seperti Toyota, General Electric, dan Motorola, memanfaatkan konsep tim untuk
menghasilkan produk-produknya. Hanya saja ketika itu istilah tim masih didefinisikan sangat
longgar. Istilah tim dan kelompok sering digunakan secara bergantian seolah- olah setiap
kelompok adalah tim sehingga keduanya dianggap mempunyai pengertian yang sama.
Memasuki tahun 1990-an para akademisi mulai mendefinisikan istilah tim secara tegas dan
mereka secara tegas pula membedakannya dengan istilah kelompok (group). Kazenbach and
Smith misalnya mendefinisikan tim sebagai:

"A small number of people with complementary skills who are committed to a common
purposes, set the performance goals, and approach for which they hold themselves
mutually accountable"

"Sekelompok orang dalam jumlah kecil, masing-masing dengan keterampilannya, yang


memiliki komitmen untuk mencapai tujuan bersama, menetapkan satu set tujuan dan
memiliki akuntabilitas bersama untuk semua tindakan yang mereka gunakan".
Pengertian di atas menunjukkan bahwa sebuah tim adalah sekelompok orang dalam jumlah
kecil. Memang tidak ada ukuran yang pasti untuk menyebut bahwa suatu jumlah disebut
besar atau kecil, tetapi dalam kaitannya dengan tim yang dimaksud dengan jumlah kecil
adalah berkisar antara 8 sampai 10 orang. Jumlah ini dianggap ideal untuk sebuah tim. Hal
ini sangat berbeda dengan anggota kelompok yang jumlahnya bisa mencapai ratusan
anggota atau lebih. Dengan jumlah yang kecil tersebut diharapkan interaksi dan komunikasi
antar anggota tim bisa efektif sehingga tujuan dibentuknya tim bisa tercapai. Selain jumlah
anggotanya yang kecil, sebuah tim akan bisa berfungsi dengan baik jika memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut:

1. orang- orang yang ditunjuk menjadi anggota sebuah tim adalah orang-orang pilihan
yang memiliki kemampuan khusus,

2. anggota tim memiliki komitmen untuk mencapai tujuan bersama,

3. anggota tim mampu menetapkan tujuan yang hendak dicapai, dan

4. tanggung jawab tim bukanlah tanggung jawab individu anggota tim melainkan
tanggung jawab bersama. Keempat elemen inilah yang pada akhirnya membedakan
tim dengan kelompok kerja lainnya

Perbedaan Kelompok Dan Tim


2) Faktor apakah yang melatarbelakangi pembentukan tim dalam sebuah organisasi?

Jawaban

Faktor-faktor kunci tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memilih anggota tim berdasarkan potensi dan keterampilannya. Mengingat bahwa


tugas tim sangat bervariasi dan menuntut anggota-anggotanya untuk bisa bekerja
sama secara intensif maka memiliki keterampilan (skill) yang dibutuhkan tim menjadi
sebuah keharusan setiap anggota tim. Dalam hal ini bukan keterampilan yang
berkaitan dengan kerja tim, tetapi termasuk keterampilan hubungan interpersonal.
Demikian juga, keterampilan yang dimaksud bukan sekedar yang dibutuhkan tim
saat ini, tetapi juga keterampilan yang dibutuhkan pada masa yang ding Luk itu, tidak
jarang tim tersebut diberi ko lang memuk merekrut dan memilih sendiri orang-orang
atau anggota-anggota baru yang memiliki memil dengan kebutuhan tim. Disamping
itu, tim juga berkewajiban menjaga sesuai den til terus terjaga dan terbarukan tia
gota tim perlu terakhir keenjaga dan memperbaharui keterampilan, tidak saja juga
harus secara reguler memahami fakta-fakta baru dan informasi baru, tetapi juga
harus inovatif.

2. Memberi pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tim. Ada istilah populer


terkait dengan efektivitas kerja tim, yaitu "Good team members are trained nor born
- anggota yang baik adalah mereka yang terlatih bukan terlahir". Ungkapn ini
memberi penegasan bahwa untuk menjadi tim yang efektif, tidak cukup banya
mengandalkan anggota-anggota tim yang sudah terpilih dan mengharapkan mereka
langsung bekerja dengan kemampuan seadanya. Sebaliknya, anggota tim harus
terlebih dahulu mendapat pelatihan yang sepadan untuk menegaskan bahwa
anggota tim bita saling bekerjasama dan mampu menjalankan tugas sebagaimana
mestinya. Upaya formal yang diarahkan untuk membentuk tim yang efektif disebut
team building. Dewasa ini dengan semakin banyaknya organisasi yang mengandalkan
tim untuk menyelesaikan tugas-tugas penting semakin banyak pula uang yang
dikeluarkan untuk membangun tim yang efektif. Salah satu bentuk team building
yang akhir-akhir ini sangat populer adalah outbound training yakni training luar
ruang dengan pendekatan deduktif di mana pelatih lebih memerankan dirinya
sebagai fasilitator.

Upaya formal yang diarahkan untuk membentuk tim yang efektif pada umumnya
ditekankan pada dua area kunci, yaitu pelatihan untuk menjadi bagian tim dan
pelatihan untuk menjalankan manajemen secara mandiri (self-management).
Menjadi bagian tim meskipun tampaknya mudah, tetapi kenyataan tidak demikian
karena sebaga anggota tim, seseorang harus bisa menjaga keharmonisan tim dan
memiliki tenggang rasa dengan anggota tim lainnya. Untuk itu, setiap anggota
dituntut untuk memiliki interpersonal skill yang cukup. Jika tidak maka pelatihan
interpersonal skill adalah sebuah keharusan. Selain interpersonal skill, anggota tim
juga harus bisa mengelola din sendiri jika menghendaki keseluruhan anggota tim
secara bersama-sama bisa mencapai tujuan. Mengelola diri sendiri menjadi penting
karena pada umumnya seseorang terbiasa diberitahu apa yang harus dan boleh
dikerjakan dan apa yang tidak boleh, namun sangat jarang seseorang tahu
bagaimana seharusnya mengelola diri sendiri dan perilakunya. Beberapa
keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk mengelola diri sendiri adalah:

 Mampu mengobservasi dan mengevaluasi diri sendiri,

 Mengharapkan kinerja yang tinggi baik dari diri sendiri maupun anggota tim
lainnya,

 Menetapkan tujuan,

 Mempraktikan ketampilan dan tugas baru dan

 Mengorganisasi dirinya secara objektif.

3. Memberi kompensasi atas kinerja tim. Bagi masyarakat individual seperti masyarakat
Amerika, kompensasi biasanya diberikan kepada seseorang berdasarkan kinerja
individual orang tersebut. Dalam tim, cara pemberian kompensasi seperti ini boleh
jadi kurang pada tempatnya karena bisa merusak harmoni tim. Dalam tim, kinerja
tidak ditentukan oleh seorang anggota tim melainkan karena kontribusi semua
anggota tim. Oleh karena itu selayaknya kompensasi diberikan berdasarkan kinerja
tim bukan kinerja individual. Semakin organisasi memberi imbalan berdasarkan
keberhasilan semakin semangat meningkat. Bentuk kompensasi berbasis tim
diantaranya adalah: gain-sharing plans- bagi hasil keuntungan. Namun jika didalam
tim mengaruskan anggotanya memiliki skill berbeda-beda boleh kompensasi
didasarkan pada kontribusi skill tersebut ada keseluruhan tim. Kompensasi seperti ini
disebut skill based pay.

4. Memberikan dukungan terhadap tim. Keberlangsungan sebuah tim tidak semata-


mata ditentukan oleh tim itu sendiri, tetapi juga membutuhan dukungan dari
otoritas yang lebih tinggi. Tanpa adanya dukungan pihak manajemen, dikhawatirkan
legitimasi tim menjadi pertanyaan. Selain dukungan manajemen, tim juga harus
memperoleh dukungan, bisa dipahami dan diterima oleh anggota tim itu sendiri.
Masalah demi masalah akan terus bermunculan jika anggota tim tidak memahami
dan menyadari pentingnya kerja sama di antara mereka.

5. Mengkomunikasikan hal-hal yang mendesak. Salah satu alasan mengapa sebuah tim
dibentuk adalah ada satu atau beberapa kegiatan yang menuntut standar kinerja
yang tinggi sehingga sulit, kalau tidak dikatakan tidak bisa, dilakukan secara
individual atau dalam aktivitas organisasi secara reguler. Tuntutan ini secara tidak
langsung mengharap agar tim memiliki energi yang maksimal. Selain itu, tuntutan
tersebut juga harus dipahami dan dimengerti oleh setiap anggota tim. Oleh
karenanya mengkomunikasikan hal-hal yang mendesak kepada semua anggota tim
merupakan sebuah keharusan.

6. Mempromosikan kerja sama tim. Seperti telah diulang-ulang pada bagian


sebelumnya, kerja sama merupakan esensi dari sebuah tim. Tanpa ada kerja sama
bisa dikatakan bahwa sesungghnya tim tidak pernah eksis. Dalam hal ini sebuah tim
tidak hanya dituntut untuk melakukan kerja internal, tetapi juga kerja sama
eksternal. Artinya bukan hanya individu-individu anggota tim yang harus bekerja
sama, tetapi kerja sama antartim juga harus dilakukan. Alasannya, keberadaan tim
sesungguhnya merupakan integral dari eksistensi organisasi dan tujuan dibentuknya
tim tidak lain untuk memudahkan organisasi mencapai tujuannya. Oleh karena itu,
kerja sama antartim dalam batas-batas tertentu juga harus dilakukan guna
mempermudah kerja tim dan sekaligus membatu kelancaran organisasi.

3) Manfaat apa yang akan didapatkan jika pekerjaan dilakukan bersama dengan TIM?
Jelaskan!

Jawaban

MANFAAT TIM
Jika sebuah tim bisa berjalan dengan efektif, manfaatnya tidak saja bisa dinikmati oleh tim
itu sendiri, tetapi juga bagi organisasi secara keseluruhan. Beberapa manfaat yang bisa
diperoleh berkaitan dengan dibentuknya sebuah tim adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kreativitas, inovasi, dan pemecahan masalah. Membawa masuk


beberapa orang yang memiliki ide, cara pandang, pengetahuan, keterampilan yang
sangat bervariasi ke dalam sebuah tim, tidak saja bisa menghasilkan sinergi, tetapi
juga sangat bermanfaat bagi pemecahan masalah yang hampir tidak mungkin
dilakukan secara individual atau dalam sebuah kelompok yang mengerjakan
pekerjaan rutin. Sebagai contoh, sebuah tim pemasaran terdiri dari bebarapa orang,
yakni orang yang kaya ide, orang yang menyukai hal-hal detail, dan orang yang
memiliki kemampuan grafis. Orang yang kaya dengan ide bisa memimpin untuk
menciptakan ide-ide baru; sedangkan yang sangat handal dan menyukai hal-hal
bersifat detail bisa berinitiatif untuk melakukan penelitian agar ide-ide tersebut bisa
operasional dan orang ketiga yang memiliki kemampuan grafis bisa merangkumnya
menjadi presentasi pemasaran yang sangat menarik.

2. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Seperti dikatakan sebelumnya, tim


kerja biasanya melibatkan beberapa orang berkualitas yang memiliki latar belakang
dan sudut pandang berbeda. Dengan komposisi anggota tim seperti ini, tentunya
akan bermunculan ide-ide baru dan alternatif pemecahan masalah yang lebih variatif
sehingga bisa diyakini bahwa kualitas pengambilan keputusannya juga semakin baik.

3. Memperbaiki proses. Dalam sebuah tim hampir semua kegiatan selalu dilakukan
dengan berkoordinasi diantara anggota tim sehingga masing-masing anggota bisa
saling memberi masukan dan saling belajar dari anggota lainnya. Oleh sebab itu,
tidak mengherankan jika kegiatan tim selalu terorgansir dan tersistem dengan baik.
Sebagai contoh, tim kerja sebelum memulai pekerjaan biasanya terlebih dahulu
berkoordinasi untuk membuat sistem perencanaan agar semua anggota tim bisa
memberi kontribusi terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Demikian juga,
setiap pekerjaan biasanya diditribusikan secara merata kepada semua anggota tim
sehingga proses penyelesaian pekerjaan menjadi semakin efisien. Sederhananya,
kehadiran tim dimanfaatkan untuk memperbaiki proses yang lebih sistematis.

4. Meningkatkan kompetisi secara global. Tidak dipungkiri bahwa perusahaan-


perusahaan multinasional sebelum memasuki pasar dunia biasanya didahului oleh
sebuah riset pasar untuk mengetahui aspek-aspek pemasaran penting yang harus
mendapat perhatian. Riset pasar seperti ini sebaiknya, kalau tidak dikatakan harus,
melibatkan tim peneliti lokal yang mengetahui kondisi masyarakat setempat.
Keberhasilan perusahaan Jepang di Indonesia tidak lain karena riset pasar yang
melibatkan peneliti Indonesia sebagai bagian dari tim peneliti.

5. Meningkatkan kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan perusahaan


besar yang aktivitasnya sangat kompleks dan menjalankan bisnisnyapada skala
global, standar kualitasnya meningkat setelah perusahaan tersebut mengadopsi tim
kerja. Peningkatan kualitas ini disebabkan peningkatan produktivitas, rasa memiliki
terhadap pekerjaan, peningkatan akuntabilitas, efisiensi, dan customer service.

6. Meningkatkan komunikasi. Manfaat lain dari tim kerja adalah semakin baiknya
komunikasi antarkaryawan. Hal ini tidak lepas dari pola komunikasi dalam tim kerja
yang serta merta top down dan one way communication. Tim cenderung
mengadopsi pola komunikasi segala arah-lateral, komunikasi ke atas, komunikasi ke
bawah dan bahkan komunikasi dengan pihak-pihak di luar organisasi. Kebutuhan
komunikasi seperti ini menjadi sangat mendesak karena dalam tim setiap tindakan
harus terlebih dahulu dikomunikasikan sehingga diantara anggota bisa berbagi
informasi dan ide serta bisa saling belajar.

7. Mengurangi perputaran karyawan dan tingkat absensi, dan meningkatkan semangat


kerja karyawan. Secara behavioral, tim kerja bisa mengubah perilaku dan sikap kerja
karyawan yang sebelumnya negatif menjadi positif. Semua ini dicapai karena
munculnya perasaan bahwa semua anggota tim adalah teman yang bisa saling
memberi masukan, bisa menikmati hasil bersama, dan sama-sama memiliki perasaan
bahwa semua anggota tim memberi pengaruh terhadap hasil kerja tim. Perasaan
seperti ini mengakibatkan anggota merasa lebih bahagia, lebih memiliki komitmen,
dan lebih loyal kepada tim dan organisasi tempat kerja. Dampak lanjutannya bisa
diduga, yakni kemauan karyawan untuk bersama organisasi, menurunnya tingkat
absensi karyawan, dan lebih penting lagi semangat kerja karyawan meningkat.

Sumber Referensi : BMP EKMA4158 PERILAKU ORGANISASI MODUL 5 Hal 5.6-5.45

Anda mungkin juga menyukai