Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BERKERJA SAMA DENGAN TEAM

DISUSUN OLEH :
ADI RUSMAN
ADE ISKANDAR
AHMAD FAUZAN KAMIL
PUTRI JAYANTI
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
MERCUSUAR
Bekasi 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bekerja Sama Dengan Team”
tepat pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perilaku Organisasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Bekasi, 20 maret 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain.
Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang
cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling
memberi dukungan dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan
agama, ilmu pengetahuan, atau hiburan atau kesenian, tetapi juga kebersamaan..
Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih
mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan lebih
berfaidah.
Dalam definisi singkat, bekerja sama dengan team merupakan serangkaian
nilai, sikap dan perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari
sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan
antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi
kreatif dan inovatif. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan
sikap positif di antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling
mendengarkan sehingga tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan
kepada anggota tim yang membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan
pencapaian yang diperoleh dari setiap anggota tim.
Bekerja sama dengan team akan menjadi penentu mulus tidaknya
perjalanan organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik
dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah ini akan
membahas definisi bekerja sama dengan team, ciri bekerja sama dengan tim yang
efektif, jenis-jenis bekerja sama dengan team, dan langkah dalam membangun
kerja sama team.
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bekerja sama dengan team ?
2. Apa saja ciri bekerja sama dengan team yang efektif?
3. Apa saja jenis-jenis bekerja sama dengan team?
4. Bagaimana membangun sebuah tim yang efektif?
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi bekerja sama dengan tim
2. Mengetahui ciri bekerja sama dengan tim
3. Mengetahui jenis-jenis bekerja sama dengan team
4. Mengetahui bagaimana membangun sebuah tim yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi bekerja sama dengan team
Secara umum, kerja sama team dapat diartikan sebagai sinergi positif
melalui usaha yang terkoordinasi. Kerja sama team dapat terwujud dalam
individu-individu yang bekerja bersama dalam lingkungan yang koperatif untuk
mencapai tujuan bersama melalui berbagi pengetahuan dan keterampilan. Dalam
pelaksanaan kerja sama team harus tercapai keuntungan bersama, maksudnya
adalah kerja sama team akan dapat terwujud, apabila semua pihak yang terlibat di
dalamnya memperoleh manfaat dari kerja sama yang dilakukan.
B. Ciri-ciri bekerja sama dengan team yang efektif diera digital
Untuk menciptakan kerja sama team yang baik, berikut merupakan ciri
dari kerja sama yang feketif :
1. Adanya tujuan bersama
Dalam sebuah team, memiliki tujuan bersama adalah hal yang sangat penting dan
sakral, karena akan membantu team untuk selalu berada di jalur yang tepat.
Tingkatkan komunikasi yang baik antar anggota team agar tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan visi dan misi organisasi.
2. Adanya dukungan antar angota team
Dengan adanya dukungan antar kemampuan yang dimiliki oleh setiap
anggotanya, anggota team akan bersemangat memberikan kontribusi ke dalamnya,
Dukungan yang diberikan juga akan meningkatkan kepercayaan antar anggota
tim. Ini bertujuan agar mempermudah melakukan kerja sama.
3. Membangun kolaborasi yang baik
Untuk mewujudkan kerja sama yang efektif, diperlukan kolaborasi antar team
yang baik. Membangun kolaborasi yang baik akan membuat anggota team
menerima perbedaan pemikiran dan wawasan baru yang dapat membantu
menemukan solusi di setiap permasalahan yang ada. Dengan ini, tentu akan
tercipta hubungan yang baik antar team sehingga lebih mudah untuk mencapai
visi dan misi organisasi atau perusahaan.
4. Membangun koordinasi
Team tidak akan berjalan dengan baik jika tidak adanya koordinasi. Mustahil
untuk mencapai tujuan sebuah organisasi atau perusahaan jika di dalam team saja
tidak terdapat koordinasi. Oleh karena itu, diperlukan rapat koordinasi yang
terjadwal dan terarah untuk membahas apa saja yang sudah tercapai serta apa saja
yang harus dievaluasi dan diperbaiki.
5. Adanya sebuah komitmen
Berkomitmen dalam team sangat penting untuk dilakukan. Komitmen mampu
membuat anggota team mengerjakan tugas sebaik mungkin dan meningkatkan
produktivitasnya dalam menyelesaikan tugas. Anggota team juga akan
bertanggung jawab dengan tugas dan perannya masing-masing, sehingga peluang
untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan menjadi lebih besar.
6. Rasa saling percaya
Dalam kerja sama yang efektif, rasa saling percaya adalah hal yang sangat
berperan. Tidak adanya rasa percaya akan menimbulkan rasa curiga dan tidak
berjalannya peran dan fungsi masing-masing anggota. Sehingga, tujuan yang
seharusnya dapat dicapai dengan mudah akan berantakan, hal ini pendelegasian
tugas diperlukan, Mendelegasikan tugas juga dapat membantu terwujudnya kerja
sama team yang efektif karena tugas dapat dikerjakan dengan baik dan terjadi
kegiatan saling membantu.
7. Meningkatkan kompetensi dan skilll
Meningkatkan kompetensi dan skill, jika kompetensi dan skill yang dimiliki tidak
dikembangkan dan berhenti disitu saja, Tujuan organisasi atau perusahaan akan
sangat lama untuk tercapai. Organisasi dan team suatu saat pasti akan
membutuhkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang berpotensi
menimbulkan masalah. Maka penting sekali untuk meningkatkan kompetensi
anggota dalam bekerja sama dengan team agar dapat mencapai kesuksesan karir
bersama.

C. Jenis-jenis bekerja sama dengan team


1. Menurut M.T.E. Hariandja, dalam "Perilaku Organisasi", menyebutkan bahwa
kerja sama tim dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :

 problem solving team, adalah sebuah team yang dibentuk untuk mengatasi
berbagai masalah yang muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas.
Pada dasarnya, kegiatan team ini adalah mengidentifikasikan berbagai
masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan
melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota team biasanya berasal
dari satu departemen yang beranggotakan kurang lebih sepuluh orang yang
melakukan pertemuan rutin setiap minggu.
 Self-managed team, adalah sebuah team yang dimaksudkan untuk
memperbaiki produktivitas dengan memberikan kewenangan pada
kelompok untuk mengatur kerja mereka, misalnya menjadwal kerja,
menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward dan
hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya
berasal dari satu departemen yang melakukan tugas yang sama.
 Cross functional team, adalah sebuah team yang ditujukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas khusus, misalnya pengembangan produk baru
atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi. Anggota team ini
berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan orientasi
yang berbeda yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

2. Menurut Richard L. Daft, dalam "Manajemen", menyebutkan bahwa kerja sama


tim dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu :

 team formal, adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai
bagian dari struktur organisasi formal. 
 team vertikal, adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer
dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal. 
 team horizontal, adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa
karyawan dari tingkat hierarki yang hampir sama tapi berasal dari area
keahlian yang berbeda. 
 team dengan tugas khusus, adalah sebuah team yang dibentuk di luar
organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan
atau kreativitas khusus. 
 team mandiri, adalah sebuah team yang terdiri dari 5 hingga 20 orang
pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan
untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan
pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota terpilih. 
 team pemecahan masalah, adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12
karyawan yang dibayar per-jam dari departemen yang sama, dimana
mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas,
efisiensi, dan lingkungan kerja.

3. Menurut Kaswan, dalam "Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks",


mengelompokkan kerja sama team menjadi empat jenis, yaitu:

 Networking (Jejaring). Networking merupakan sebagai pertukaran
informasi atau jasa antar individu, kelompok, atau institusi terutama agar
dapat mengembangkan hubungan bisnis yang produktif. Dalam istilah
yang sederhana, jejaring hanyalah tindakan berbagi informasi untuk
keuntungan bersama. 
 Coordination (Koordinasi). Coordination merupakan sinkronisasi dan
integrasi aktivitas, tanggung jawab, kendali, kontrol, atau pengawasan
untuk memastikan penggunaan sumber daya secara efisien agar bisa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
 Cooperation (Kerja Sama). Cooperation merupakan rencana sukarela
dimana dua atau tiga entitas/ orang terlibat dalam pertukaran yang saling
menguntungkan sebagai pengganti berkompetisi. Dalam istilah sederhana,
kerjasama memadukan ciri-ciri koordinasi dengan berbagi sumber daya. 
 Collaboration (Working). Collaboration merupakan bekerja sama
sebagai team, berkembang atas dasar kerja sama, mengusulkan dan
menilai ide-ide kreatif baru, dan berkomunikasi satu sama lain dalam
lingkungan yang terbuka dan menghargai. Kolaborasi ialah tentang tujuan
bersama tim, bukan tujuan individual para anggotanya.

D. Tahapan membangun sebuah kerja sama team yang efektif


1. Pembentukan (Forming)
Dalam tahap ini tim akan bertemu dan mempelajari tentang peluang dan
tantangan, dan kemudian merumuskan tentang tujuan (goals) dan mulai
mengadakan pembagian tugas. Setiap anggota tim umumnya akan bekerja secara
independen, namun tetap dalam satu kelompok bersama. Pada fase ini tugas
utama fungsi adalah menyangkut orientasi. Para anggota akan berusaha
mengarahkan persepsinya pada tugas dan juga rekan-rekannya dalam tim, dan
mereka juga akan membahas batasan-batasan dari tugas, dan hal-hal yang terkait.
Untuk bisa menuju ke tahapan selanjutnya setiap anggota tim harus meninggalkan
kenyamanan individualnya karena topik yang akan dihadapinya memiliki risiko
konflik.
2.Sumbang Saran/Pendapat (storming)
Pada tahap ini para anggota bisa menyatakan pendapat tentang karakter dan
integritas dari anggota lain dan diharapkan untuk menyuarakan pendapatnya. Jika
mereka mendapati seseorang menghindari tanggung jawab atau berusaha
melakukan dominasi, maka anggota tim yang lainnya bisa mempertanyakan
tindakan tersebut kepada pimpinannya.
Ketidakcocokan dan konflik pribadi harus diatasi sebelum tim dapat keluar dari
fase ini. Dalam fase in terdapat kemungkinan anggota tim tidak bisa melewati
storming, bahkan mungkin kembali masuk ke fase ini ketika ada tantangan baru
atau perselisihan lagi. Beberapa tim dapat melewati tahap storming, tetapi bagi
tim yang tidak dapat melewatinya, maka waktu, intensitas dan kerusakan yang
terjadi pada tahap sebelumnya dapat bervariasi. Toleransi dari setiap anggota dan
perbedaan harus menjadi pokok perhatian. Tanpa toleransi dan kesabaran tim
akan gagal.
Pada tahap ini terdapat kemungkinan penurunan tingkat motivasi anggota,
namun perbedaan yang terjadi juga akan dapat membuat anggota lebih kuat, lebih
memiliki banyak keahlian, dan dapat bekerja lebih efektif sebagai tim. Untuk itu
pimpinan tim harus lebih terbuka, tetapi tetap harus mengarahkan para
anggotanya dalam mengambil keputusan dan berperilaku profesional. Dalam
tahap ini setiap anggota tim harus menyelesaikan perbedaan mereka, sehingga
masing-masing dapat terlibat dengan lebih menyenangkan.
3. Etika dan Tata Tertib (norming)
Penyelesaian perbedaan pendapat ataupun konflik, dapat berakibat pada hubungan
yang lebih akrab. Dengan demikian semangat kerjasama akan lebih meningkat.
Pada tahap ini semua anggota tim mengambil tanggungjawab dan memiliki
ambisi untuk bekerja demi keberhasilan tujuan tim. Mereka menerima anggota
lain apa adanya, dan berupaya untuk bekerjasama Namun demikian terkadang
ada salah satu anggota yang berniat menghindari konflik, dengan cara tidak
menyampaikan gagasan-gagasan yang controversial ke dalam forum.
4.Pelaksanaan (performing)
Dengan adanya tata tertib dan peraturan yang telah dikembangkan, maka akan
lebih mudah bagi anggota kelompok untuk berkonsentrasi pada pencapaian tujuan
bersama. Ini akan berdampak pada keberhasilan tim dalamm mencapai tujuannya.
Pada fase ini, mereka masih termotivasi dan memahami tugasnya, namun
anggota tim kini telah kompeten, otonom dan mampu melakukan proses
pengambilan keputusan tanpa pengawasan. Perbedaan pendapat dimungkinkan
terjadi sepanjang disalurkan melalui mekanisme yang disepakati tim.
Pada tahap ini, supervisor tim selalu berpartisipasi. Tim akan membuat
keputusan-keputusan yang diperlukan. Bahkan tim yang berkinerja paling bagus
akan bisa melakukan evaluasi dalam setiap tahapan yang telah dilaluinya, dan bisa
melakukan revisi. Misalnya perubahan dalam hal kepemimpinan dapat membuat
tim kembali ke fase storming, karena pemimpin baru tidak setuju dengan tata
tertib yang sudah disepakati dan adanya dinamika dari tim.
5. Penghentian Sementara (adjourning)
Tuckman pada tahun 1977 bersama dengan Mary menambahkan tahap kelima
dari empat tahap pembentukan tim, yakni penghentian sementara (adjourning).
Ini mencakup penyelesaian tugas dan mengistirahatkan team, bisa sementara
sifatnya kalau team masih akan diperlukan lagi.

Anda mungkin juga menyukai