Anda di halaman 1dari 3

Kehidupan

Artikel utama: Muhammad di Makkah, Muhammad di Madinah, dan Muhammad setelah Pembebasan Makkah

Kelahiran
Lihat pula: Maulud Nabi Muhammad
Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Muhammad jatuh pada bulan Rabiul Awal.
[32]
Muhammad lahir di Makkah, kota bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun
Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Makkah oleh pasukan bergajah di bawah
pimpinan Abrahah.[33][34] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran
Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari kelahirannya.
Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari
Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.
Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di
Makkah, meskipun tak terpandang karena kekayaannya.[35] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad
masih dalam kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[36] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama keluarga
dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat fisik dan menghindarkan anak dari
penyakit perkotaan.[37] Ia diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua
tahun.[38] Setelah itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia ke-6,
Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[38][39] Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad
ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun,
kakeknya meninggal dan Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka
Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib.[38][40]

Perkenalan dengan Khadijah


Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya
tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi
yang layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi ke sumber
tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai
mempelajari ilmu bela diri dan memanah,[butuh rujukan] begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya
dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang
kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya
sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Makkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya
dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Ia adalah seseorang
yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang
dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab.[butuh rujukan] Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua
kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang
lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad menikah dengan Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia
25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun. Perbedaan umur yang jauh dan status janda
yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu
suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang
janda.[butuh rujukan] Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang
sederhana,[butuh rujukan] ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.

Memperoleh gelar
Artikel utama: Hajar Aswad § Muhammad
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat
pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad
dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-
suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh
gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".[41]
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.[butuh
rujukan]
Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di
kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-
anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman
keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".[butuh rujukan]

Kerasulan
Lihat pula: Eskatologi Islam

Eskatologi Islam

tampil

Tokoh

tampil

Makhluk Gaib

tampil

Lokasi

tampil

Peristiwa

 Portal Islam

 l
 b
 s

Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu.


Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan
pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar
6 km sebelah timur kota Makkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-
hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan
kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan
mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M,
diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada
Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan

2/2
kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar
Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:

Anda mungkin juga menyukai