Anda di halaman 1dari 28

STRUKTUR BANGUNAN

DI LAHAN BERKONTUR
Mk. TEKNOLOGI BANGUNAN 3
Daftar Pembahasan :

Pengantar 01
I. Tinjauan Umum/Makro
I.1. Pendekatan Penataan Ruang
I.2. Pendekatan Rekayasa Geologi
02
I.3. Pendekatan Rekayasa Teknik Sipil

II. Tinjauan Khusus/Mikro 03


II. 1. Bentuk dan Massa Bangunan terhadap Tipe
Pengembangannya di Lahan Kontur.
II. 2. Kesesuaian Desain Konstruksi Bangunan dengan Tingkat
Kemiringan Kontur
II. 3. Kesesuaian Desain Konstruksi Bangunan Akibat Posisi
Tapak Bangunan terhadap Lereng Kontur

III. STRUKTUR BANGUNAN


TINGKAT MENENGAH (MID RISE) 04
III. 1. FONDASI
III. 2. SISTEM STRUKTUR BANGUNAN SEDANG (MID RISE)
.
PENGANTAR
Lahan kontur dapat dikatakan sebagai berkah (gift) sekaligus
tantangan (challenge).

 Sebagai Berkah (Gift)


 Lahan kontur menjadikan bangunan mempunyai karakter dan keindahan tersendiri.
 Merancang di lahan berkontur menimbulkan budaya merancang secara khas, ▲Contoh desain tapak dan massa bangunan yang
menghilangkan bentukan ireguler topografi melalui bantuan teknologi menjadi lahan memang berada di area kontur
datar justru meniadakan kekhasan suatu tempat (placelessness) (Framton (1983),
Jenks (1997)).
 Arsitektur merupakan komposisi antara topografi dan ruang, sehingga membentuk
kualitas tersendiri bagi tempat tersebut dan penggunanya (Hasegawa, 1991).

 Sebagai Tantangan (Challenge)


 Permasalahan rancang di lahan kontur cukup kompleks dan cenderung berbiaya
tinggi dibanding di lahan datar.
 Merancang di lahan kontur jangan diperlakukan sama dengan merancang di
lahan datar.

▲Contoh desain yang meniru bentukan kontur untuk


menjadi pembeda dengan sekitar, maupun untuk
media RTH
I. Tinjauan Umum/ Makro :
• Struktur bangunan sangat terkait kondisi tapak. Pada tapak kontur hal penting yang perlu
diperhatikan adalah gangguan kestabilan lereng, yang dipengaruhi kondisi geomorfologi,
terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan/ tanah penyusun lereng, dan kondisi
hidrologi/tata air pada lereng.
• Sehingga pembahasan struktur bangunan di lahan kontur tidak terlepas dari pembahasan
kemiringan lereng (slope), dampak bentuk massa bangunan, drainase kontur dan struktur
penguat lahan.

• Ada 2 pendekatan makro pembangunan di lahan kontur yang perlu diperhatikan :


– Pendekatan Penataan Ruang :
Melalui pertimbangan aspek penggunaan ruang untuk perlindungan keseimbangan
ekosistem dan jaminan kesejahteraan masyarakat
– Pendekatan Rekayasa :
Melalui pertimbangan rekayasa geologi dan rekayasa Teknik sipil.
1) Rekayasa geologi : melalui pengamatan jenis batuan, morfologi, topografi,
geohidrologi (SNI 03-1962-1990)
2) Rekayasa teknik sipil : melalui kegiatan kemantapan lereng akibat mekanika
tanah/batuan dan kemungkinan lereng akan bergerak di masa yang akan
datang.
Faktor geologi

Mempengaruhi bentuk massa bangunan, rekayasa struktur lahan dan


bangunan

Faktor topografi dan fungsi Kawasan


I.1. Pendekatan Penataan Ruang :
• Mengatur hubungan antara kemiringan lereng
terhadap teknis penataan bangunan.
• Secara umum, standar kemiringan lereng
untuk bangunan optimal sampai 20%, dan
maksimum 30%. Semakin besar kemiringan
lereng, semakin kecil luasan (Koefisien Dasar
Bangunan/KDB) yang boleh dibangun.

Penetapan KBD berdasar wilayah kota dan desa


Pendekatan Penataan Ruang terhadap
Tata Letak Bangunan di Lahan Kontur
• Desain tapak dan massa bangunan perlu
mempertahankan karakter alami lahan.
Terutama massa bangunan besar perlu
diletakkan sejajar/pararel terhadap kontur.

• Pembagian blok lahan dan desain jalan


dengan tipe cluster luas terbangun
• Sehingga merancang di lahan kontur
berimplikasi pada tata massa banyak

• Desain perataan tanah harus


mempertahankan kondisi kontur alami.
Contoh Standar Pelandaian Lereng (Grading)
I.2. Pendekatan Rekayasa Geologi Berdasarkan Luas Lahan yang Tidak Boleh Diubah
Sesuai Slope/Kemiringannya
• Keadaan geologi mencakup :
 Sifat fisik tanah dan batuan.
 Kestabilan lereng terhadap longsoran, rayapan
dan robohan.
 Kehadiran sesar aktif dan pusat episentrum.
 Kontur muka air tanah dan potensial aliran
terhadap erosi
 Ketebalan tanah atau kedalaman hingga mencapai
batuan.
 Batasan penyebaran banjir gelombang pasang. Semakin besar kemiringan kontur, semakin kecil intervensi
pelandaiannya. i
• Pendekatan rekayasa geologi berpengaruh pada
standar rekayasa pelandaian lereng sesuai tingkat
kemiringan untuk kelayakan pembangunan.
I.3. Pendekatan Rekayasa
Teknik Sipil
• Merupakan rekayasa untuk mencapai
ketahanan bangunan dari longsoran,
sekaligus optimalisasi biaya konstruksi (baik
pekerjaan penguatan lahan maupun
pembangunan konstruksi bangunan di lahan
kontur).
Tipologi formasi konstruksi bangunan di lahan kontur
• Pendekatan rekayasa Teknik Sipil
berpengaruh pada tipologi rekayasa dinding
penahan tanah, maupun tipologi formasi
konstruksi bangunan di lahan kontur
Pendekatan Teknik Sipil terhadap Desain
Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) di
Lahan Berkontur
• Pembuatan turap-turap alami yang melindungi
bangunan dari longsoran dan memakai tumbuhan
yang dapat membantu kestabilan tanah

• Pembuatan dinding penahan tanah buatan untuk


mencegah longsoran.
II. Tinjauan Khusus/Mikro :
• Tinjauan secara mikro terutama ditujukan untuk
pembahasan konstruksi bangunan pada tingkat
kaveling yang akan dirancang
II. 1. Bentuk dan Massa Bangunan terhadap
Tipe Pengembangannya di Lahan
Kontur
• Pada prinsipnya, massa bangunan (tinggi dan
besar bangunan) harus seimbang dengan tapak
konturnya. Semakin curam, semakin kecil massa
bangunan.
• Menurut standar pengendalian pemanfaatan
ruang, Bangunan dengan ukuran sangat besar
(KDB diatas 2000 m2, atau berlantai tinggi
(diatas 6 lantai), pada kontur curam (20% -
30%), perlu dipecah dalam massa yang lebih
kecil.
II. 2. Kesesuaian Desain
Konstruksi
Bangunan dengan
Tingkat Kemiringan
Kontur
II. 3. Kesesuaian Desain
Konstruksi Bangunan
Akibat Posisi Tapak
Bangunan terhadap
Lereng Kontur
III. STRUKTUR BANGUNAN
TINGKAT MENENGAH
(MID RISE)
III. 1. FONDASI
 Pertimbangan Pemilihan Jenis Fondasi :
1. Faktor Beban Struktur
Dipengaruhi jenis bangunan, aktifitas pengguna, jenis
bahan konstruksi, faktor lingkungan tapak, kerentanan
gempa.

2. Faktor Daya Dukung Tanah


 Mempengaruhi pemilihan jenis fondasi dangkal atau
dalam. Daya dukung tanah sampai dengan 100kN/m2
efektif untuk pondasi dangkal.
 Jenis tanah tanah berpasir, tanah gembur, tanah liat,
dan tanah ekspansif; membentuk permukaan hingga
kedalaman 3m disebut top soil. Lapisan tanah bawah
dimulai setelah kedalaman 3m. Karakteristik
khususnya daya dukung lapisan tanah lapisan atas
dan lapisan tanah di bawahnya akan sangat
menentukan pemilihan fondasi.
Tanah liat Geluh Pasir Tanah lanau
(pasir, (tanah
debu, berbutir halus)
lempung)
• Klasifikasi Level Bangunan dan Jenis Fondasi
TIPE FONDASI RAGAM FONDASI
Fondasi Dangkal ( 1- 2 meter)
( 1- 3 Lantai)
LOW RISE

■ 1) Fondasi Lajur ■ 2)Fondasi rakit


■ 3)Fondasi umpak ■ 4)Fondasi 1 2 3
telapak ■ 5)Fondasi Strauss pile
LEVEL BANGUNAN

4 5

Fondasi Dalam ( > 4 meter)


MID RISE
( 4- 6 Lantai)

■ 1) Fondasi Caissons/ Bore pile/Sumuran

1
HIGH RISE

( ≥ 7 Lantai)

■ 2)Fondasi tiang pancang


2
Fondasi Tiang Pancang
 Dilakukan apabila tanah di bawah dasar bangunan tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity) yang cukup memikul berat
bangunan dan beban.
 kedalaman tanah keras lebih dari 8 meter.
 Fungsi tiang pancang adalah memindahkan/mentransfer beban dari
konstruksi di atasnya ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat
dalam

Fondasi Caissons/Bore Pile


 Fondasi dibuat dengan membuat lubang pada tanah yang dibor
dengan alat khusus. Kemudian dipasang bekisting plat besi dan
dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya. Lalu
dilakukan pengecoran.
 Jenis fondasi ini difungsikan untuk tapak lereng, atau lokasi yang rapat
dengan bangunan lain, karena proses pembuatannya tidak
menimbulkan efek getar yang besar.
III. 2. SISTEM STRUKTUR BANGUNAN SEDANG (MID RISE)
• 1). Sistem Rangka Batang (Truss Frame
System)
• Berupa struktur rangka yang terpadu dengan rangka
diagonal (bracing), yang bersama-sama membentuk
rangkaian dengan kolom yang bertindak sebagai
kekuatan utama (chord).
• Digunakan dalam konstruksi baja.
• Efisien dan ekonomis untuk meningkatkan kekakuan
struktur bangunan.
• Mudah dalam pengerjaan maupun pabrikasinya.
• Adanya bracing dapat menghambat fleksibiltas
pengaturan ruang. Sehingga perlu digabung bersama
dengan garis dinding dan partisi
Contoh desain bangunan bertingkat dengan
truss frame system
2) Sistem Rangka Kaku
(Rigid Frame)
• Balok dan kolom dibangun secara
monolitik untuk menahan momen.
• Kekakuan suatu rangka tergantung
pada kekakuan kolom, balok utama
dan sambungan bidang.
• Sangat cocok untuk konstruksi
beton bertulang
• Kerugiannya adalah bobot
bangunan cukup besar
3) Sistem Dinding Geser (Shear Wall)
• Umumnya dibangun sebagai inti bangunan
(core)
• Sangat cocok untuk menguatkan bangunan
dengan konstruksi beton bertulang ataupun
baja, karena dinding geser memiliki
kekakuan dan kekuatan bidang yang besar.
• Dapat berfungsi sebagai isolator akustik
dan api yang sangat baik.
• Dinding geser tidak perlu simetris dalam
rencana, tetapi simetri lebih disukai untuk
menghindari efek puntir
4). Sistem Struktur Plat
(Plate Slab)
• Sistem ini terdiri dari
lempengan (plat) yang
terhubung ke kolom (tanpa
menggunakan balok).
• Plat datar adalah sistem
framing beton bertulang dua
arah yang memanfaatkan pelat
dengan ketebalan seragam,
bentuk struktural paling
sederhana.
5) Sistem Struktur Gantung
• Berupa gabungan inti (core)
bangunan berupa dinding dan
balok gantung (cantilever) dan
kabel pada bagian tepi.
• Sistem inti pusat bertindak
terhadap beban gravitasi dan
angin.
• Beban gravitasi pada system
cantilever meningkat mulai
dari nol di bagian atas dan
maksimum di bagian bawah
6) Sistem Pelengkung Busur
• Prinsip sistem struktur
pelengkung adalah kekakuan
pelengkung membuatnya
mampu memikul beban
terpusat yang diterimanya .
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai