Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN PUSTAKA

Penanganan kecacingan yang banyak digunakan saat ini diantaranya adalah dengan melakukan
konsumsi obat cacing sintetik seperti: Pirantel pamoat, derivat benzamidazole dan
praziquantel. Akan tetapi penggunaan obat – obatan sintetik infeksi cacing tersebut dilaporkan
memiliki efek samping seperti rasa mual dan muntah setelah melakukan konsumsi obat
cacing.7 Selain itu, penggunaan terapi obat-obatan sintetik juga telah dilaporkan berpotensi
dalam menyebabkan resistensi.8,9 Penggunaan Antelmintik yang terlalu sering dalam
pengendalian infeksi cacing mampu menimbulkan kasus resistensi obat. ( Arrasyid et al., 2020 )

Menurut Vercruysse et al. (2002), penggunaan antelmintik sebaiknya menggunakan obat yang
mempunyai efikasi 90 persen atau lebih. Pemakaian antelmintik yang mempunyai efikasi yang
rendah dapat memicu terjadinya resistensi.Adanya kemungkinan telah terjadi resistensi
tersebut sangat merugikan peternak karena berarti obat yang diberikan kurang efektif lagi
dalam mengendalikan penyakit sehingga produktivitas ternak tetap rendah dan incomenya
menurun. ( Zalizar, 2017 )

Penanganan dan pengendalian dampak helminthiasis dapat dilakukan dengan pencegahan


melalui perbaikan manajeman pemeliharaan dan dengan pengobatan

menggunakan preparat anthelmintik seperti Albendazole, Ivermectin, Fenbendazole dan


Piperazine. Pengendalian menggunakan preparat anthelmintik seperti ivermectin, doramectin,
albendazole dan fenbendazole dapat mengurangi jumlah telur cacing dalam feses sampai 95%
dan 71-87% berturut-turut pada hari ke 24 dan 64 setelah pemberian. Penggunaan
anthelmintik yang berlebihan telah dilaporkan menyebabkan resistensi pada anak sapi dan
ruminansia kecil. ( Astiti et al., 2011 )

Penanganan utama masalah cacingan adalah menggunakan obat cacing seperti Pirantel
Pamoat, Praziquantel, dan golongan Benzimidazol. Pirantel Pamoat merupakan agen
penghambat neuromuskular yang bersifat mendepolarisasi, sehingga terjadi penghambatan
kolinesterase dan keluarnya asetilkolin yang dapat menyebabkan cacing mati dalam keadaan
spastik4. Praziquantel efektif menyebabkan kerusakan pada tegumental cacing dan
menyebabkan paralisis otot cacing. Ketidakstabilan pada integument ini dapat menyebabkan
cacing rentan terhadap sistem imun hospes5. Sedangkan golongan Benzimidazol memiliki
mekanisme kerja menghambat pembentukan sitoskeleton dengan berinteraksi secara selektif
dengan beta tubulin, sehingga cacing mati karena tidak mampu menghasilkan ATP dan
bereproduksi6. ( Arfi et al., 2020 )
Program pencegahan dan pengendalian nematodiasis pada ternak dilakukan melalui
penggunaan obat cacing (anthelmentik) spektrum luas seperti kelompok benzimidazole (BZ),
levamisole (LEV) atau ivermectin (IVM). Penggunaan anthelmintik saat ini, telah banyak
dilaporkan kejadian resistensi cacing nematoda terhadap anthelmintik di beberapa negara yang
semakin meningkat termasuk Indonesia . Meningkatnya kejadian resistensi obat cacing
nematoda gastrointestinal dan timbulnya residu obat dalam tubuh hewan dapat menjadi
ancaman yang serius bagi produksi ternak. Tingginya persentase larva H. contortus
dibandingkan dengan larva cacing lain dapat membahayakan produktivitas ternak sehingga
perlu strategi pengendalian yang tepat terhadap hemonchosis. ( Ekawasti et al., 2019 )

Anda mungkin juga menyukai