id
Oleh :
NIM : K 1502010
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Genteng Pres
Genteng pres adalah suatu bagian dari strukrtur bahan bangunan yang
berfungsi sebagai penutup atap, terbuat dari campuran antara tanah liat dan bahan-
bahan campuran lainnya seperti padas dan pasir ladu, yang dilumatkan dengan air
sehingga terbentuk suatu adonan yang homogen, selanjutnya digiling untuk
melumatkan partikel-partikelnya sehingga mudah dicetak sesuai dengan bentuk
yang dikehendaki kemudian dikeringkan lalu dibakar hingga matang dan keras
(tidak mudah hancur ketika direndam atau terkena air).
Menurut Peraturan Genteng Keramik Indonesia (N.I-19. 1978. Cetakan
ketiga) pengertian genteng pres adalah suatu unsur bangunan yang berfungsi
sebagai pentutup atap dan yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur
dengan bahan tambahan, dibakar dalam suhu yang cukup tinggi, sehingga tidak
dapat hancur apabila direndam dalam air.
Dalam peraturan tersebut genteng dapat dikatakan baik apabila tidak
hancur jika direndam dalam air, hal ini dipengaruhi oleh bahan dasar yang
dipergunakan untuk membuat genteng dan proses pembuatan atau pengerjaannya.
Sedangkan menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(PUBBI. 1982) menyebutkan mengenai definisi genteng pres yaitu suatu unsur
bangunan yang berfungsi sebagai penutup atap dan dibuat dari tanah liat dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau tanpa campuran bahan lainnya, dibakar sampai suhu yang cukup tinggi,
sehingga tidak hancur apabila direndam dalam air.
Genteng pres adalah suatu unsur bangunan yang berfungsi sebagai penutup
atap dan yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur dengan bahan
tambah, dibakar dalam suhu yang tinggi, sehingga tidak dapat hancur apabila
direndam dalam air. Tingkat kepadatan dari proses pembuatan genteng sangat
berpengaruh pada berat jenis dan tingkat kemampuan menahan perembasan air
demikian pula proses pembakaran juga sangat berpengaruh pada tingkat kekerasan
dari genteng tersebut. Semakin matang proses pembakaran maka genteng yang
dihasilkannyapun juga semakin keras dan kuat, sehingga tidak mudah pecah
ketika direndam atau terkena air yang lama. Ismoyo (1996)
Genteng Pres adalah bahan penutup8 atap yang dari tanah liat dengan atau
tanpa campuran bahan lain, dibakar sampai temperatur tinggi sehingga menjadi
keras dan tidak hancur bila direndam dalam air. Nugroho (1996)
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa genteng
pres adalah unsur bangunan yang dibuat untuk penutup atap, terbuat dari
campuran yang merata antara tanah liat dan air, dengan atau tanpa bahan
campuran lain, yang dibentuk sedemikian rupa dalam ukuran tertentu dan dibakar
dengan temperatur tinggi sehingga tidak hancur bila direndam dalam air. Semakin
padat proses pembuatannya berpengaruh pada berat jenisnya dan semakin kuat
menahan perembesan air. Proses pembakaran yang sempurna sangat berpengaruh
terhadap kualitas genteng tersebut.
Adapun sketsa bentuk dan ukuran dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Keterangan :
a= 22,15 cm
b= 29,95 cm
c= 3,2 cm
d= 1,5 cm
e= 0,9 cm
f= 1,3 cm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
11
12
Tabel 3. Pandangan luar ketepatan bentuk dan kekuatan terhadap beban lentur
13
Tanah liat dalam pembuatan genteng pres ini adalah sebagai bahan pokok,
sedangkan air berfungsi sebagai pelarut dalam proses percetakan.
Bahan-bahan yang digunakan untuk campuran pembuatan genteng pres
adalah :
a. Tanah liat
Tanah liat merupakan bahan pokok dalam pembuatan genteng pres. Tanah
liat yang dipergunakan dalam pembuatan genteng pres, bahan asalnya tanah
porselin yang dalam alamnya telah tercampur dengan tepung pasir kwarts dan
tepung oxid besi (Fe2O3) dan tepung kapur (CaCO3).
Ismoyo (1996) memberikan pengertian tanah liat (tanah liat) sebagai
berikut: hasil desintegrasi atau penghancuran batuan silikat alam (biasanya adalah
batuan feldspad) oleh pengaruh air dan karbon dioksida.
Suwardono (2001) memberikan pengertian bahwa tanah liat atau tanah liat
adalah kerak bumi yang merupakan pelapukan dari batuan beku ataupun batuan
endapan seperti basalt, andesit, granit dan lain-lain, berbutir halus dan unsur
utamanya silikat.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanah liat
adalah bagian kerak bumi yang merupakan pelapukan dari batuan-batuan karena
pengaruh air dan karbon dioksida yang memiliki butiran-butiran halus.
Suwardono (2001) sifat-sifat tanah liat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Sifat kimia
Susunan kimia tanah liat terdiri dari mineral-mineral sebagai berikut :
a) Mineral-mineral tanah liat (AL2O3) yang memberikan sifat plastis.
b) Senyawa-senyawa silika (SiO2), senyawa kapur, senyawa magnesium,
dolomite, magnesit yang merupakan bawaan dari batuan asal sebelum
melapuk.
c) Senyawa-senyawa besi (Fe2O3) yang memberikan warna gelap pada tanah
liat.
2) Sifat phisis
Sifat phisis atau sifat plastis sangat mempengaruhi ketika tanah akan
dibentuk, manfaat sifat phisis :
a) Sifat plastis atau keplastisan tanah sangat penting karena memungkingkan
tanah liat untuk dibentuk sesuai kegunaannya.
b) Sifat plastis dapat diketahui apabila tanah liat ditambah dengan air dengan
jumlah yang tepat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
15
(2) Material tanah liat harus mengandung zat-zat yang dapat menghasilkan
gas pada temperatur tinggi tersebut.
b. Air
Air merupakan bahan pelarut yang sangat baik didalam badan air terdapat
benda-benda hidup yang sangat menentukan karakteristik air baik secara fisik
kimia maupun biologis. Penentuan karakteristik air sangat penting untuk
mengetahui kualitas air, karena kualitas air merupakan parameter yang digunakan
untuk mengetahui kelayakan air apakah dapat digunakan atau tidak. Terutama
untuk keperluan industri. Fardiaz (1992)
Pada umumnya air yang dapat diminum, dapat dipakai untuk campuran
genteng. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, tercemar
garam, minyak, gula asam atau bahan-bahan kimia lainnya, bila dipakai untuk
campuran dapat menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat
tanah. Selain itu air yang demikian juga dapat pula mempengaruhi kemudahan
pengerjaannya.
Dalam kenyataan dilapangan tidak selamanya air yang berada disekitar
tempat pelaksanaan pencampuran genteng betul-betul sempurna, terbebas dari
kandungan zat-zat kimia yang dapat merugikan genteng.
Sebagai pedoman menurut PUBBI (1971) memberikan air sebagai berikut:
1) Air bersih yang dapat diminum.
2) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan
contoh air kelembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki
sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak genteng.
3) Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat 2 itu tidak dapat
dilakuakan, maka dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air harus
diadakan percobaan dengan menggunakan air tersebut.
4) Jumlah air yang dipakai untuk membuat campuran adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-
tepatnya.
SK SNI (1989) persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan
penggunaannya harus memenuhi syarat sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
17
18
sehingga tinggi air di dalam bejana tidak kurang dari 5 cm diukur dari bagian
terdalam. Selama 3 jam bagian bawah dari genteng-genteng diamati dan diuji ada
tidaknya penetesan. Dalam hal ini genteng dianggap rapat air apabila dalam
waktu minimum 2 jam dari bagian bawah 4 buah genteng ujian tidak ada air yang
menetes. Apabila dari 5 buah genteng ujian ternyata 2 buah diantaranya menetes
maka pengujian harus diulangi dengan 5 buah genteng yang baru. Apabila dalam
pengujian ulang hal tersebut terjadi lagi maka genteng dinyatakan tidak tahan
terhadap perembesan air. Peraturan Genteng Keramik Indonesia (N.I-19. 1978.
Cetakan ketiga)
5. Kuat Lentur
Pengertian kuat lentur menurut M. Satir (1996) adalah apabila pada suatu
balok yang bertumpu pada kedua belah ujungnya yang dibebani gaya terpusat arah
vertikal, maka balok tersebut akan melentur. Akibat melenturnya batang tersebut
pada bagian atas dari balok terjadi desakan (-) sedangkan bagian bawah dari balok
terjadi tarikan (+). Melenturnya balok tersebut akibat adanya momen yang
disebabkan bekerjanya kekuatan (P) tersebut.
Besarnya momen lentur pada sembarang penampang dari sebuah struktur
adalah merupakan jumlah aljabar dari semua momen dari satu fihak saja dari
penampang yang ditinjau terhadap penampang tersebut. Harga maksimum dari
momen lentur terjadi pada titik dimana gaya geser adalah nol. Smith dan Ismoyo
(2002)
Kekuatan sampel terhadap beban lentur selain tergantung dari bahan
penyusunnya juga dipengaruhi oleh lebar permukaan yang menerima beban
tersebut. Semakin luas permukaan sampel maka semakin kecil kemampuan
menahan beban lentur dan sebaliknya jika semakin sempit permukaan sampel
maka kemampuan menahan beban lentur semakin besar. Untuk menentukan
beban lentur diperlukan paling sedikit 6 buah sampel genteng. Alat-alat pengujian
terdiri dari mesin tekan pisau-pisau penumpu dan pembebanan yang mempunyai
sisi tumpu dan sisi beban beradius lengkung 5 mm bingkai kayu dengan tebal
minimum 20 mm dan lebar maksimum 30 mm (lihat lampiran 13 gambar 11)
sedangkan perekat dipakai semen portland atau gibsa.
Cara pengujian dilakukan sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
20
Diketahui:
P : 200 mm
l : 221,5 mm
t : 13 mm
21
2. Zainal Abidin Nasution pada tahun 1996 dengan Judul ”Kualitas Genteng
Beton Berwarna Produksi Sumatra Utara ditinjau dari SNI. 03-0096-1987”
menyimpulkan:
a. Jumlah industri genteng beton yang memenuhi syarat mutu sebanyak 6
unit usaha dan 3 unit usaha lainnya belum memenuhi syarat mutu.
b. Dimensi dari genteng pres masih belum seragam, berarti ukuran cetakan
genteng pres belum sesuai standar.
c. Pemilihan jenis agregat belum diawasi dan dikendalikan dengan baik oleh
perusahaan. Sehingga kecenderungan kekuatan tingkat perembesan
genteng relatif rendah.
Dari kesimpulan diatas dapat diambil pengertian bahwa dari industri
genteng beton yang ada belum semuanya memenuhi standar mutu yang
ditetapkan dalam SNI 03-0096-1987.
3. Mukhamad Yunus, Penelitian pada tahun 2001 dengan judul Studi Kuat
Lentur Genteng Beton dengan Penambahan Ijuk pada Variasi Panjang dan
Prosentase menyimpulkan :
a. Ada pengaruh penambahan serat ijuk terhadap kuat lentur genteng beton,
diperoleh kuat lentur tertinggi pada penambahan serat ijuk pada panjang
1,5-2,0 cm dengan presentase 5% yaitu sebesar 36,617%
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
23
D. Hipotesis
Hipotesis yang dapat penulis ajukan untuk menjawab permasalahan yang
timbul dalam penelitian ini adalah :
1. Dimungkinkan ada perbedaan kualitas dan perbandingan berat jenis genteng
pres produk Kabupaten Kebumen dan produk Kabupaten Sukoharjo.
2. Dimungkinkan ada perbedaan kualitas dan perbandingan permeabilitas/tingkat
perembasan genteng pres produk Kabupaten Kebumen dan produk Kabupaten
Sukoharjo.
3. Dimungkinkan ada perbedaan kualitas dan perbandingan kuat lentur genteng
pres produk Kabupaten Kebumen dan produk Kabupaten Sukoharjo.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24