Lantai adalah bagian bangunan berupa suatu luasan yang dibatasi dinding-dinding sebagai
tempat dilakukannya aktifitas sesuai dengan fungsi bangunan. Pada gedung bertingkat,
lantai memisahkan ruangan-ruangan secara vertikal. Lantai dapat dikategorikan sebagai
elemen struktural maupun elemen non-struktural dari suatu bangunan.
Fungsi lantai antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
Tumpuan pada dinding / balok harus mencukupi untuk menyalurkan beban sehingga sekaligus
Lantai harus mempunyai masa yang cukup untuk meredam getaran dan mencegah
pemantulan suara
4.
Porositas lantai harus tetap mampu menjadi isolasi pertukaran suhu dan kelembaban
5.
6.
7.
Lantai harus awet, dapat terus berfungsi seiring dengan umur rencana bangunan
Storey/story; tingkat: bagian bangunan di antara satu lantai dengan lantai di atasnya
Lantai tanah
Lantai kerikil
Lantai kayu
Ubin semen
2. Lantai aspal
Aspal pulasan
Aspal beton
Aspal pasir
Lantai sederhana
Lantai paling sederhana yang mula-mula dibuat berupa lantai tanah pada bangunan sederhana atau
bangunan sementara
Tanah dipadatkan secukupnya, kemudian diberi pasir agar tidak melekat / lengket. Permukaan akan
menjadi lebih baik bila pasir dicampur kerikil dan ditumbuk
Dapat juga di atasnya diberi pasangan bata merah kosongan (tanpa perekat) dan hanya siarnya yang
diberi spesi.
Apabila diinginkan menjadi lebih kuat, pasangan bata diberi spesi baik pada dasar pasangan bata dan
pada siar-siarnya.
Lantai tidak diplester, namun pada saat masih basah permukaannya dihaluskan. Jika diinginkan
diplester, diberikan plester setipis mungkin dan dilakukan pada saat beton masih basah agar tidak terpisah
Seteleh selesai dicor, permukaan harus dibasahi / digenangi air sekitar 7 hari untuk menghindari retak /
pecah.
Untuk bidang lantai yang luas, pengecoran dilakukan dalam kotak-kotak yang kecil untuk
mempermudah pelaksanaan dan perawatannya.
Pada lantai dasar, di atas pasir urug diberi plesteran kemudian spesi untuk merekat ubin
Pada lantai-lantai bangunan bertingkat, di atas pelat beton diberi lapisan pasir 5 cm, kemudian spesi
untuk perekat ubin
Jenis ubin / penutup lantai ; tegel, keramik, plastik / PVC, karet, teraso, marmer / granit, papan kayu /
parket
Pada lantai dengan penutup dari keramik, pemasangan harus dilakukan dengan cara-cara khusus agar
keramik tidak meledak atau pecah serentak.
Tegel; keramik; marmer/granit; parket; dipasang di atas lapisan pasir menggunakan perekat
spesi campuran semen dan pasir. Ukuran dari penutup lantai jenis ini bervariasi, 2020, 3030, 3060,
4040 dll.
2.
Tegel terbuat dari campuran dan pasir. Cara pembuatan dimulai dengan menuangkan
campuran semen khusus ke dalam cetakan, menambahkan campuran semen dan pasir kemudian
dipres menggunakan alat khusus. Setelah dipress direndam dalam bak perendaman selama 3 hari,
kemudian diangkat dan dikeringkan di rak yang terlindung dari panas matahari langsung.
3.
Marmer dalah bahan alami yang asalnya berupa bongkahan-bongkahan besar yang dipotong
dengan alat khusus agar dapat diangkut ke pabrik. Di dalam pabrik selanjutnya dipotong dalam ukuran
yang diinginkan dan dipoles / digosok dengan alat sebelum dikirim ke lokasi pembangunan.
4.
Parket adalah penutup lantai berupa papan kayu asli atau kayu lapis dengan ukuran seperti
layaknya ubin. Penggunaan penutup lantai parket biasanya untuk memenuhi nilai estetika khusus.
Pemasangan diletakan di atas plesteran kedap yang rata dan setelah terpasang harus dilapisi dengan
pernis untuk mencegah kontak langsung dengan air.
5.
Aspal, biasanya digunakan pada bengkel-bengkel kerja, ruang pabrik, ruangan olahraga dll.
Ada tiga jenis; aspal pulasan, aspal tuang dan aspal beton. Aspal
memulaskan aspal panas menggunakan kuas bertangkai pada permukaan lapisan krikil yang sudah
dipadatkan. Lantai aspal tuang dilaksanakan dengan menuangkan aspal panas cair ke atas permukaan
kerikil yang dipadatkan sehingga dapat masuk ke celah-celahnya. Aspal beton dibuat dengan
memasukkan kerikil dan pasir kering ke dalam cairan aspal panas dan selanjutnya dituangkan ke atas
permukaan kerikil yang sudah dipadatkan,
Keramik dibuat dari tanah olahan yang kemudian dipress dalam cetakan.
Setelah dicetak dan dikeringkan (dianginkan) kemudian dilapisi pada satu sisinya
dengan cairan pasta sebagai lapisan mengkilap, dan selanjutnya dibakar dalam
tungku. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan keramik adalah kesamaan
ukuran dan corak/warna dalam satu seri. Pemasangan keramik memerlukan
keahlian khusus terutama untuk menghindari keramik meledak.
6.
Lantai karet dapat diperoleh dalam bentuk gulungan dengan panjang 30m,
lebar 1,8m dan tebal 6 s.d. 9 mm. Karet dipasang di atas papan lantai kayu atau
beton dengan bahan perekat khusus. Bila digunakan pada papan lantai kayu harus
diberi hardboard/plywood agar permukannya menjadi rata.
8.
9.
Penutup lantai khusus yang lain, antara lain PVC, magnesit, fiber dll.
Konstruksi Lantai
Pada konstruksi lantai, akan lebih banyak membahas lantai pada bangunan
bertingkat. Konstuksi lantai yang dimaksud adalah lantai dengan konstruksi kayu dan beton
bertulang. Pada konstruksi lantai kayu, penutup lantai juga akan menggunakan penutup
lantai dari kayu. Beban-beban akan lantai didukung oleh balok-balok dari kayu. Pada
konstruksi lantai beton bertulang, penutup lantainya memiliki variasi yang lebih
banyak. Pada gedung bertingkat banyak dengan struktur utama dari beton, lantai dapat saja
didukung oleh balok beton atau balok baja. Pada gedung bertingkat banyak dengan struktur
rangka baja, lantai juga akan didukung dengan balok-balok dari baja.
1. Lantai kayu
Konstruksi lantai kayu biasa digunakan pada rumah atau bangunan kantor maksimal 4
lantai. Penutup lantai kayu menggunakan papan kayu (parket) yang dipasang di atas
rangkaian balok-balok dan papan lantai dengan menggunakan penyambung paku dan juga
ditanam dalam beton. Selain penutup parket, penutup lantai kayu dapat juga terbuat dari
papan yang panjang, dengan tebal 2 s.d. 3 cm yang dipasang di atas balok-balok yang
dipasang pada arah lebar dari luasan lantai. Maksud pemasangan adalah untuk
memperoleh jarak terkecil sehingga balok yang digunakan sependek mungkin. Pada luasan
yang berbeda perlu dilakukan peninjauan tersendiri untuk pemasangan balok-baloknya.
Pemasangan balok diatur sebagai berikut :
Pada bagian tepi ruangan (dekat tembok), balok dipasang pada jarak 5 s.d. 10 cm dari tembok agar air
dari tembok tidak langsung mengenai balok.
Ukuran ruangan setelah dikurangi (2x 5 s.d. 10) dibagi menjadi bagian yang sama dengan jarak sekitar
75 s.d. 100 cm, tegantung dari ukuran balok yang akan digunakan.
Pada beberapa balok dipasang angker pada kesdua sisinya dengan berselang pada setiap balok dalam
satu luasan lantai. Hal ini dimaksdukan untuk menghindari gerakan mendatar pada saat lantai dibebani.
Pada tembok yang dapat bergerak bebas, (tembok luar) dipasang angker yang melalui dua balok.
(angker pengubung). Untuk tembok bagian dalam tidak perlu diberi angker penghubung.
Untuk luasan lantai yang cukup besar, perlu dilakukan pemecahan tersendiri dengan perinsip
mengusahakan balok yang panjang-panjang tidak terlalu banyak.
berbagai luasan
Penyusunan balok pada luasan yang cukup luas
Perletakan papan lantai tergantung pada pemasangan balok-baloknya. Papan lantai akan
tegak lurus dengan balok-baloknya. Bila diinginkan arah papan lantai yang seragam pada
seluruh bangunan, maka pemasangan balok tidak bisa mengikuti perinsip mengusahakan
jarak terkecil. Pemasangan balok ada 2 macam:
Pemasangan Angker
Jenis Sambungan
Untuk Pertemuan Antar BalokPada pemasangan balok lapisan bersih, ada dua tipe
pemasangan:
Papan lantai terlihat dari bawah, sekaigus berfungsi sebagai langit-langit (plafond). Di bawah
papan lantai diberi langit-langit (plafond) tersendiri, sehingga akan ada rongga udara.
Rongga udara akan berfungsi menahan suara dari atas, menampung debu yang lolos lewat
sela-sela antar papan lantai. Rongga udara dapat juga diisi dengan gabus yang berfungsi
selain menahan suara juga sebagai penahan suhu. Langit-langit (plafond) dapat juga
diletakan di atas balok sedangkan papan lantai diletakkan di atas balok tulangan.
Pemasangan Balok
Lapisan Bersih2. Lantai beton bertulang
Ada dua jenis plat lantai beton bertulang; cetak di tempat (cast in site) dan pracetak
(precast). Lantai beton bertulang cast in site/in situ dicetak secara lengkap pada keranga
struktur yaitu balok dan kolom sehingga mebentuk konstruksi gedung. Lantai pracetak tidak
memberikan tambahan kekuatan pada strukturnya. Lantai beton bertulang memerlukan
perancah/acuan untuk mendukung berat beton basah dan perancah baru dapat dibongkar
setelah beton mempunyai kekuatan yang cukup.
A. Jenis pelat beton cetak di tempat (cast in site) :
Konstruksi Flush
Slab
Keuntungan; tidak memerlukan perancah/bekisting, campuran dapat dibuat dengan baik, ukuran dapat
teliti, waktu pengerjaan menjadi lebih cepat.
Lantai jenis ini tidak dapat membentuk kesatuan konstruksi dengan rangka dindingnya
Ada batasan jarak antar tumpuan pelat sehingga diperlukan perencanaan yang baik.
Jenis lantai pracetak: plat datar masif, plat papan berongga pacetak prategang, plat papan bentuk canal
pracetak prategang, plat rusuk berongga pracetak prategang
Lantai Beton
Pracetak3. Lantai beton perkuatan plat baja
Digunakan bila diinginkan pelaksanaan dalam waktu yang lebih cepat. Struktur lantai
menjadi ringan karena betonnya menjadi lebih tipis. Ada dua jenis baja yang digunakan;
sheet steel dan cellular steel.
Berikut ini adalah rangkuman yang ada didalam peraturan pembebanan gedung di Indonesia.
Kombinasi Pembebanan :
- Pembebanan Tetap
:M+H
- Pembebanan Sementara : M + H + A
:M+H+G
- Pembebanan Khusus
:M+H+G
: M + H + A+ K
:M+H+G+K
dengan,
Keras
5,0
50
Sedang
2,0 5,0
30
Lunak
0,5 2,0
0 - 30
Sangat Lunak
0,0 - 0,5
Faktor keamanan (SF 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll. Beban Mati, berat sendiri bahan bangunan
komponen gedung.
BAHAN BANGUNAN.
Baja
: 7.850 kg/m3
Batu Alam : 2.600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) : 1.500 kg/m3
Batu karang (berat tumpuk) : 700 kg/m3
Batu pecah : 1.450 kg/m3
Besi tuang : 7.250 kg/m3
Beton (1) : 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) : 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) : 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) : 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah : 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung : 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak : 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang : 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) : 1.600 kg/m3
Pasir (jenuh air)
: 1.800 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) : 1.850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) : 1.700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) : 2.000 kg/m3
Tanah hitam
: 11.400 kg/m3
KOMPONEN GEDUNG
Adukan, per cm tebal :
- dari semen : 21 kg/m2
- dari kapur, semen merah atau tras : 17 kg/m2
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal : 14 kg/m2
Dinding Pas. Bata merah :
- satu batu
: 450 kg/m2
- setengah batu : 250 kg/m2
Dinding pasangan batako :
Berlubang :
- tebal dinding 20 cm (HB 20) : 200 kg/m2
- tebal dinding 10 cm (HB 10) : 120 kg/m2
Tanpa lubang
- tebal dinding 15 cm : 300 kg/m2
- tebal dinding 10 cm : 200 kg/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
- semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm : 11 kg/m2
- kaca, dengan tebal 3 4 mm 10 kg/m2
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentang maksimum 5m : 40 kg/m2,
dan untuk beban hidup maksimum : 200 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 7 kg/m2 5m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 50 kg/m2
Bidang atap
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2 : 40 kg/m2
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng : 10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, 24 kg/m2 tanpa adukan, per cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) : 11 kg/m2
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
Beban Hidup pada lantai gedung, sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan
kegunaan dan juga dinding pemisah ringan (q 100 kg/m'). Beban berat dari lemari arsip, alat dan mesin harus
ditentukan tersendiri.
Tabel Beban Hidup pada Lantai Gedung.
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam 200 kg/m2
b.
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, 250 kg/m2
hotel, asrama dan rumah sakit.
400 kg/m2
500 kg/m2
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan 400 kg/m2
yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti
masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan
panggung penonton
500 kg/m2
300 kg/m2
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, 500 kg/m2
e, f dan g.
125 kg/m2
250 kg/m2
800 kg/m2
400 kg/m2
300 kg/m2
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya
sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atauvpenunjang
lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar
minimum 200 kg.
Beban Hidup Horizontal perlu ditinjau akibat gaya desak orang yang nilainya berkisar 5% s/d 10% dari beban
hidup vertikal (gravitasi).
Reduksi Beban Hidup pada perencanaan balok induk dan portal (beban vertikal/gravitasi), untuk
memperhitungkan peluang terjadinya nilai beban hidup yang berubah-ubah, beban hidup merata
tersebut dapat dikalikan dengan koefisien reduksi.
Sebuah gedung parkir sebagai bagian dari komplek perniagaan akan dibangun di kota Bandung.
Komponen struktur direncanakan menggunakan material beton bertulang dengan spesifikasi sebagai
berikut.
Beton
Kuat
desak
beton,
fc
=
25
Mpa
atau
K-300
Modulus
elastisitas
beton,
Ec
=
4700
fc
=
23500
Mpa
Poisson
ratio
beton,
c
=
0,2
Berat
jenis
beton,
c
=
2400
kg/m3
Baja
Tulangan
Tulangan
longitudinal,
BJTD
40
(ulir)
fy
=
400
Mpa
Tulangan
transversal/sengkang,
BJTP
24
(polos)
fys
=
240
Mpa
Poisson
ratio
baja,
s
=
0,3
Berat jenis baja, s = 7850 kg/m3
Tabel 1.1. Tebal Minimum Balok Non Prategang Bila Lendutan Tidak Dihitung SNI 2487-2002
Pada pelatihan ini digunakan jenis beton normal dan jenis tulangan BJTD 40. Berdasarkan tabel
diatas didapatkan tebal minimum untuk balok dengan satu ujung menerus h = l/18,5 = 8000 mm/18,5
= 432,43 mm dan untuk balok dengan dua ujung menerus h = l/21 = 8000 mm/21 = 380,95 mm.
Tinggi balok induk harus diambil lebih besar dari kedua nilai tersebut yaitu h = 650 mm. Lebar balok
induk
ditentukan
sebesar
b
=
350
mm.
Dimesi
balok
induk
B1-350x650
Dimensi balok anak ditentukan dengan tinggi h = 550 mm dan lebar b = 250 mm B2-250x550.
Sebagai pengikat struktur diatas tanah digunakan sloof SL1-300x600 dan SL2-250x550. Sloof ini
diharapkan dapat menahan beban dinding diatasnya serta meningkatkan kekuatan serta kekakuan
lentur pondasi. Elevasi sloof diasumsikan 0.5 m diatas level penjepitan lateral.
Tebal pelat lantai diasumsikan 150 mm PL-150 dan tebal pelat atap/dak diasumsikan 120 mm PL120.
Tabel 1.2. Preliminary Design Dimensi Kolom
_________________________________________________________________________
Jenis Kolom
Pu
fc'
Dimensi
kN
N/mm2
A = P/(0.3*fc')
mm2
a perlu = A
mm
a pakai
Dimensi
mm
Kolom
-------------------------------------------------------------------------------------------------K1
2135
25
284731
534
550
K1-550x550
K2
1281
25
170739
413
500
K2-500x500
K3
498
25
66380
258
450
K3-450x450
_________________________________________________________________________
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah
dengan kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa
Rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Kota Bandung termasuk dalam wilayah gempa 4.
Gambar 1.1. Peta Gempa Indonesia Untuk Wilayah Bandung dan Sekitarnya SNI 1726 - 2002
Percepatan puncak muka tanah untuk wilayah gempa 4 untuk masing-masing jenis tanah ditunjukkan
dalam
tabel
berikut
ini.
Tabel 1.3. Percepatan Puncak Muka Tanah Wilayah Gempa 4 SNI 1726 - 2002
Respon spektrum gempa rencana untuk wilayah gempa 4 ditetapkan menurut peraturan kegempaaan
SNI 1726 -2002 sebagai berikut,
Gambar 1.2. Respon Spektrum Gempa Rencana Untuk Wilayah Gempa 4 SNI 1726-2002
Respon spektrum merupakan grafik respon maksimum (perpindahan, kecepatan, percepatan
maksimum ataupun besaran yang diinginkan) dari fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan
sistem berderajat kebebasan tunggal (Mario Paz, 1985). Untuk menentukan respon dari suatu grafik
respon spektrum untuk suatu pengaruh tertentu, kita hanya perlu untuk mengetahui frekuensi atau
periode natural dari sistem tersebut. Gambar 1.2 merupakan grafik respon spektrum percepatan C
(sebagai ordinat) terhadap periode struktur T (sebagai absis) untuk wilayah gempa 4 Indonesia. C
merupakan pseudo acceleration (Sa) yang telah dinormalisasi terhadap satuan gravitasi ( C = Sa/g).
Pada pelatihan SAP 2000 ini, diasumsikan gedung berada diatas kondisi tanah sedang. Untuk
penjelasan lebih lanjut mengenai persyaratan spesifikasi kategori jenis tanah ini dapat dilihat dalam
peraturan.
Tingkat kepentingan suatu struktur terhadap bahaya gempa dapat berbeda-beda tergantung pada
fungsinya. Oleh karena itu, semakin penting struktur tersebut maka semakin besar perlindungan yang
harus diberikan. Faktor Keutamaan (I) dipakai untuk memperbesar beban gempa rencana agar
struktur mampu memikul beban gempa dengan periode lebih panjang atau dengan kata lain dengan
tingkat
kerusakan
yang
lebih
kecil.
Tabel 1.4. Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung SNI 1726 - 2002
Dari tabel diatas, untuk jenis bangunan parkir digolongkan dalam gedung umum yang memiliki faktor
keutamaan
I
=
1,0.
Dalam prosedur SNI 1726-2002, struktur bangunan tahan gempa pada prinsipnya direncanakan
terhadap beban gempa yang direduksi dengan suatu faktor modifikasi struktur (faktor R) yang
merepresentasikan tingkat daktilitas yang dimiliki oleh struktur. Hal ini dimaklumi karena untuk
merencanakan bangunan yang tahan terhadap beban gempa elastis merupakan suatu yang mahal.
Detailing tulangan yang menjamin daktilitas struktur beton bertulang diatur dalam SNI 2847-2002
Pasal
23.
Faktor modifikasi struktur atau bisa dikatakan juga sebagai faktor reduksi gempa (R) untuk Struktur
Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) maksimum adalah 5,5. Pada pelatihan SAP 2000 ini
digunakan
juga
R
=
5,5.
Beban pada struktur gedung dapat berupa beban hidup (LL = LIVE LOAD), beban mati sendiri (SW =
SELF WEIGHT), beban mati tambahan (SIDL = SUPER IMPOSED DEAD LOAD), beban angin (W L
= WIND LOAD), beban gempa (E = EARTHQUAKE) dan beban-beban lainnya yang semuanya diatur
dalam
Peraturan
Pembebanan
Indonesia
Untuk
Gedung
(PPIUG)
1983.
Beban-beban
yang
digunakan
pada
desain
gedung
parkir
yaitu
:
Beban
Mati
(DL)
Beban
mati sendiri
(SW) dihitung
secara
otomatis oleh
program
SAP 2000
Beban mati tambahan (SIDL) terdiri dari ME, keramik, spesi semen, dll :
a.
lantai
1
dan
lantai
2,
SIDL
=
175
kg/m2
b.
lantai
dak
atap,
SIDL
=
150
kg/m2
Beban dinding beton = (2400 kg/m3 x tebal dinding m x tinggi dinding m) kg/m. Beban dinding
dipisahkan karena pemodelan struktur bersifat open frame sehingga dinding dianggap sebagai beban
garis
pada
balok.
Beban
hidup
(LL)
a.
lantai
1
dan
lantai
2,
LL
=
400
kg/m2
b.
lantai
dak
atap,
LL
=
100
kg/m2
Beban
Angin
(WL)
Beban angin tiup minimum WL = 25 kg/m2. Beban gempa untuk sebagian tempat di Indonesia dan
bangunan yang relatif rendah tidaklah signifikan jika dibandingkan dengan beban gempa. Sebagai
pembelajaran, pada pelatihan SAP 2000 ini beban angin tetap digunakan. Koefisien tiup angin 0,9
dan koefisien hisap angin 0,4 (Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam peraturan pembebanan).
Beban
Gempa
(E)
Secara lebih detail, pembebanan gempa pada struktur diatur dalam SNI 1926-2002. Gaya gempa
merupakan gaya inersia pada struktur yang bergantung pada massa struktur dan percepatan tanah
yang bekerja pada struktur (Ingat Hukum Newton II, F = m.a ). Dalam Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 diatur mengenai reduksi beban hidup yang digunakan
sebagai
sumber
massa
gempa
sebagai
berikut
:
Tabel 1.5. Faktor Reduksi Beban Hidup Untuk Peninjauan Gempa
Peraturan diatas dapat dipahami bahwa untuk kondisi terjadinya gempa maka beban hidup (LL,
misalnya manusia) akan berkurang daripada saat gedung dalam kondisi layan.