Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN ELIMINASI URINE

A. Defenisi
Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi
dari plasma darah di glomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal
untuk di filterisasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin sebagian
besar hasil filterisasi akan di serap kembali di tubulus ginjal untuk di
manfaatkan oleh tubuh.

B. Indikasi
Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet
1. Pada pasien yang bedrest total
2. Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karena
terlalu banyak bergerak

C. Tujuan Tindakan
1. Membantu pasien dalam rangka memenuhi kebutuhan elimiasi pasien
2. Mengobservasi output
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien

D. Masaalah keperawatan
1. Urgensi adalah merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
2. Disuria adalah merasa nyeri atau sulit berkemih
3. Frekuensi adalah berkemih dengan sering
4. Keraguan poliuria adalah sulit memulai berkemih
5. Oliguria adalah haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk
6. Nokturia adalah berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
7. Dribling adalah kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap
pengeluaran urine
8. Hematuria adalah terdapat darah dalam urine
9. Retensi adalah akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai
ketidakmampuan kandung kemih untuk benar-benar mengosongkan urine
10. Residu urine adalah volume urine yang tersisa setelah berkemih

E. Rasional Tindakan
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan.
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-beda, maka
pengambilan/pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan
tujuannya.
2. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal.
Menolong buang kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil
sendiri di kamar kecil sendiri di kamar kecil menggunakan alat
penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine dan mengetahui
kelainan dari urine (warna dan jumlah).

F. Prosedur Pelaksanaan

Persiapan alat:

1. Pispot atau steekpan bertutup dan urinal


2. Alat pispot
3. Botol berisi air cebok
4. Kapas cebok dalam tempatnya
5. Kertas kloset bila tersedia
6. Bengkok (nierbekken)
7. Sampiran(scherm)
8. Selimut atau kain penutup
9. Bel, bila tersedia

Persiapan pasien:

Pasien di beri penjelasan tentang hal hal yang dilakukan

1. Pintu di tutup, kemudian sampiran (scherm) dipasang


2. Pakaian pasien bagian bawah di tanggalkan, kemudian bagian badan dan
yang terbuka itu di tutup dengan selimut atau kain penutup
3. Pasien di anjurkan menekuk lutut dan mengangkat bokong
4. alas pispot di pasang
5. Pispot disorongkan sampai terletak di bawah bokong pasien. Jika pasien
tidak dapat melakukanya sendiri, petugas membantu menekukkan lutut
dan mengangkat pinggul pasien dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan petugas menyorongkan pispot sedemikian rupa sehungga posisinya
tepat dan nyaman.
6. Bila pasiebila pasien sudah selesai BAB atau BAK, kakinya di
renggangkan dan selimut di buka sedikit, selanjutnya anus dan daerah
genitalia di bersihkan dengan kapas cebok. Pasien di miringkan, tangan
kiri petugas membuka bokong pasien, tangan kanan memebersihkan anus
dengan kapas cebok atau kertas kloset lalu di buang kedalam pispot.
Pembersihan ini di lakukan beberapa kali sampai anus bersih. Setelah
pasien selesai bab pispot di angkat, ditutup dan diturunkan.
7. Bila pasien menginginkan cebok sendiri, petugas membantu menyiram
dan selanjutnya tangan pasien di cuci lalu pispot di angkat, di tutup dan di
turunkan
8. Bokong pasien di keringkan dengan pengalas
9. Setelah selesai pasien di rapikan, sedangkan peralatan di bersihkan,
dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
10. Pintu dan sampiran (scherm) dibuka kembali.
perhatian :
11. Bila tidak dapat di tolong oleh satu orang petugas, misalnya pasien gemuk
haemi plegia, payah diperlukan lebih dari satu petugas.
12. Bila urin akan di tamping untuk bahan pemeriksaan, lebih dahulu
tuangkan kedalam bengkok, lalu pispot atau urina di pasang kembali
setelah itu baru di ceboki
13. Bila vases akan di periksa, perlu disiapkan dua pispot yaitu satu untuk
tempat vases dan satu lagi untuk cebok.
14. Pispot atau urina yang diberikan harus dalam keadaan bersih dan kering.
15. Pispot sebaiknya tidak di berikan pada waktu:

 Makan
 Kunjungan keluarga atau menerima tamu

6. Kunjungan dokter urin harus diperhatikan dan di catat:


7. jumlahnya karenanya
8. Warnanya
9. Adanya kelainan (darah, nanah dan lainnya)
10. Faeces harus di perhatikan dan di catat:
11. Keadaannya (keras, lembek, cair)
12. Bentuknya
13. Warnanya
14. Adanya kelainan (darah, lender, nana atau cacing)
15. Baunya
16. Keluhan lain dari pasien.

G. Kesenjangan Teori
Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat, misalnya pasien gemuk,
maka di perlukan lebih dari satu orang perawat dan caranya adalah sebagai
berikut :
1. Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah kanan dan kiri
pasien,satu orang perawat tangan dan mengangkat dengan dua perawat
yang lain membantu sambil menyorongkan pispot.
2. Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah kanan pasien dan
satu lagi berdiri di sebelah pasien (sebaliknya) dua orang perawat
mengangkat pasien dan satu orang menyorongkan pispot sambil
membantu dan mengangkat bokong pasien.
3. Menggunakan pispot yang bersih dan kering.
4. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan anda segera
sebelum dan sesudah melaksanakan prosedur untuk mencegah
penularan penyakit ke orang lain dan juga ke diri anda sendiri.
5. Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat pasien
senyaman mungkin selama prosedur tindakan.
6. Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan, berkunjung atau
menerima tamu kunjungan (visit) Dokter.

Anda mungkin juga menyukai