Anda di halaman 1dari 5

MENGULAS NOVEL JAWA

BERJUDUL “SIREPING PRAHARA”


KARYA YOSEP BAMBANG MARGONO

Tugas Teori Sastra Jawa


Dosen Pengampu: Dr. Aris Aryanto, M.Hum.

Nama: Intan Puspita Sari


NIM: 232160010

Sebelumnya, saya akan memaparkan sedikit biografi dari si penulis. Yosep


Bambang Margono, nama yang cukup dikenal di kalangan pegiat sastra kota Semarang.
Beliau pernah menempuh S1 di Undip dengan prodi Sastra Inggris dan S2 di UI Kajian
Wilayah Amerika. Beliau juga pernah menempuh S2 Kajian Wilayah Asia Tenggara di
Amerika Ohio University dan S3 dengan jurusan Literacy, Culture, and Language
Education di University Of Lowa. Kini Beliau masih aktif menjadi dosen Bahasa
Inggris di Universitas Tujuh Belas Agustus. Yosep mengaku sempat memiliki
keinginan menjadi dokter, namun saat berada di bangku kelas 2 SMA, beliau kehilangan
passion di mata pelajaran IPA. Semenjak kehilangan passionnya tersebut, Yosep
akhirnya mengisi hari-harinya dengan menulis novel mulai dari novel berbahasa Jawa,
Indonesia, dan Inggris. Sejak saat itu, Yosep berkeinginan menjadi seorang penulis
buku.
Dalam menuliskan novel ini, Yosep menggunakan bahasa Jawa Ngoko atau
bisa disebut bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari. Hal tersebut lebih memudahkan
pembaca untuk membaca novel dan mengikuti alurnya, karena bahasa yang mudah
untuk di mengerti. Dalam novel ini, mengisahkan suatu desa yang bernama desa
Pandanwangi dengan kehidupan yang masih sedikit kolot, dimana seorang gadis

1
bernama Ningrum yang pergi merantau untuk bekerja karena dia ingin membalas jasa-
jasa kakek neneknya malah dituduh memiliki pekerjaan tidak benar yang istilahnya
haram. Mereka menuduh tanpa meng-tes secara medis dahulu, karena di desa
Pandanwangi ini belum terdapat rumah sakit besar dan mereka belum mengenal test-
pack. Mereka biasa berobat di Puskesmas yang jaraknya memang sedikit jauh dari desa
tersebut. Yosep menggunakan sudut pandang orang ketiga yang di mana Yosep berada
di luar cerita dan menggunakan nama-nama orang yang terdapat di cerita ini lalu
menceritakan aktivitas atau kehidupan-kehidupan mereka. Novel ini bersifat fiktif
sehingga cerita yang berada didalamnya tidak benar-benar terjadi namun bisa dikatakan
relate dengan kehidupan nyata di desa kebanyakan. Pada faktanya, gosip sendiri
termasuk ke dalam fungsi kontrol sosial. Namun dalam hal ini, kontrol sosial di
masyarakat tersebut gagal, karena ketidakmampuan Ningrum meluruskan semuanya
dan hanya memilih untuk diam. Dalam hal ini, Ningrum memiliki alasan karena dirinya
merasa benar dan tidak perlu menjelaskan semuanya. Menurutnya, biarlah waktu yang
berbicara dan membuktikan mana yang benar mana yang salah.
Novel Sireping Prahara ini menekankan pada feminisme. Sebenarnya, masalah
yang dituduhkan kepada Ningrum kerap terjadi pada lelaki juga. Namun, mengapa yang
selalu terkena gunjingan kebanyakan perempuan? Karena sebagian dari mereka
menganggap perkara tersebut perempuan-lah yang salah, jarang dari mereka yang
menyalahkan lelaki. Padahal, kasus seperti hamil diluar nikah bukan sepenuhnya salah
dari perempuan itu sendiri. Mereka yang telah menganggap bahwa lelaki kedudukannya
lebih tinggi daripada perempuan, atau dapat kita sebut sebagai patriarkisme.
Saat membaca novel ini, saya tertarik dengan pembawaan kepribadian
tokoh-tokohnya dan penyelesaian konflik atau resolusi dalam cerita ini. Saya langsung
dapat membayangkan bagaimana watak tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ini
walaupun Yosep menggambarkan hanya melalu tulisan saja. Untuk penyelesaian
konfliknya, Yosep menuliskan di bab-bab akhir dengan terbuktinya bahwa tuduhan jika
Ningrum hamil diluar nikah itu tidak benar, karena hadirnya tokoh Leo, anak dari atasan
Ningrum saat masih bekerja datang ke desanya untuk mengakhiri tuduhan-tuduhan
yang tidak mendasar dari para warga Pandanwangi kepada Ningrum dan meminangnya
untuk menjadi pendamping hidupnya. Ini Cukup menarik bagi orang-orang yang

2
menyukai novel dengan genre romance. Dari sini, amanat yang dapat saya petik dari si
penulis yaitu, kesabaran akan selalu membuahkan hal-hal manis, seperti halnya
Ningrum yang menjadi buah bibir satu kampung dengan tuduhan hamil diluar nikah
namun dia memilih untuk diam dan menunggu gunjingan tersebut terbukti ketidak
benarannya.

Banyak yang mengemukakan teori tentang feminisme ini, salah satunya teori
yang berkaitan dengan masalah diatas yaitu, yang dikemukakan oleh Julia Kristeva,
dimana Julia mengatakan bahwasannya seorang perempuan adalah pemuas nafsu bagi
kaum laki-laki dalam fungsi biologisnya. Akan tetapi, dalam hal ini perempuan
seringkali dipandang sebagai kepuasan sementara. Dalam novel Sireping Prahara ini
menyinggung tentang bagaimana perjuangan seorang perempuan yang sedang
memperjuangkan harga dirinya berkaitan dengan fungsi biologis perempuan yang
dikemukakan Julia Kristeva. Hal ini bisa kita lihat dalam satu penggambaran
perjuangan dari tokoh Ningrum bagaimana ia berjuang mengembalikan nama baiknya
lagi setelah adanya perkara tuduhan hamil yang dituduhkan oleh Bu Karsono.

3
❖ Berikut adalah foto Sampul dan Sinopsis dari novel Sireping Prahara.

4
5

Anda mungkin juga menyukai