Anda di halaman 1dari 2

Menjadi Penjaga Kitab Ilahi

Gemilang Miftah Faizillah

Beberapa tahun belakang ini, kegiatan menghafal Al-Qur’an semakin mengalami


pengingkatan. Banyak orang-orang yang mulai mengikuti berbagai program menghafal Al-
Qur’an, baik itu secara daring atau luring, baik di masjid-masjid maupun di Pondok pesantren
demi bisa mendapat sebuah gelar yang mulia, yaitu seorang “Hafidz Al-Qur’an” atau “Penjaga
Al-Qur’an”. Hal ini tentu sesuai dengan Mukjizat Al-Qur’an, yaitu sebagai obat pembersih hati,
kitab yang penuh dengan keberkahan, dan juga memuliakan siapapun yang selalu berinteraksi
dengannya, termasuk dengan membacanya dan menghafalnya. Kemuliaan bagi orang yang
membaca Al-Qur’an sangat banyak, seperti diganjar setiap satu huruf dengan 10 kebaikan,
mendapat Syafa’at di hari Kiamat, senantiasa ditemani oleh malaikat, dan masih banyak lagi
keutamaan lainnya. Sedangkan untuk penghafal Al-Qur’an, Allah memberikan keutamaan yang
istimewa bagi mereka, seperti diberikan mahkota kemuliaan di akhirat kelak, mendapat gelar
sebagai “Keluarga Allah” di dunia, mendapat syafaat diakhirat kelak.
Kitab Al-Qur’an sendiri memiliki banyak keistimewaan, yaitu sebagai kitab langit yang murni
dari Allah, diwahyukan kepada Rasul dan Nabi-Nya, yaitu Muhammad SAW melalui perantara
malaikat yang mulia, yaitu Jibril a.s. Al-Qur’an adalah kitab yang sangat terjaga keasliannya.
Semenjak tertlulis didalam Lauh Mafudz, lalu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, lalu
disebarkan kepada para sahabat, para tabi’in, pengikut tabi’in, dan terus menyebar hingga ke
jaman sekarang, tak ada satupun yang berubah dalam Al-Qur’an walau hanya satu huruf pun. Hal
ini merupakan salah satu Mukjizat besar Al-Qur’an. Dengan penjelasan akan keistimewaan dan
mukjizat Al-Qur’an beserta keutamaan bagi yang menghafalnya, tentu hal ini menjadi motivasi
besar untuk mulai menghafal Al-Qur’an.
Namun, dalam perjalanannya, menghafal Al-Qur’an tidak selalu berjalan mulus. Walapun
Allah swt sudah menjanjikan dalam Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an itu kitab yang mudah dihafal,
pada kenyataannya, menghafal Al-Quran tetaplah harus diiringi dengan perjuangan yang besar
hingga menghafal 30 Juz. Dalam proses menghafal Al-Qur’an, tidak semua orang berada pada
kondisi yang sama. Ada yang memang Allah beri kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an
sehingga dalam waktu 1 tahun sudah selesai 30 Juz, namun ada juga bertahun-tahun menghafal
Al-Qur’an namun tidak juga selesai menghafal 30 Juz walaupun sudah berjuang sekuat tenaga.
Lalu bagaimana kita menyikapi hal ini ?
Penulis telah mewawancarai salah satu teman penulis yang tinggal satu pondok bersama
penulis sekarang, yaitu di Pondok Pesantren Lingkar Studi Al-Qur’an (eLSiQ) di pondok cabe.
Narasumber ini pernah belajar di Pondok Pesantren Al-Islah Danaupauh di jambi selama 3 tahun,
lalu sekarang melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Fakultas Dakwah
Jurusan Komisi Penyiaran Islam (KPI).
Menurut Narasumber, Dalam menghafal Al-Qur’an, kemudahan menghafal Al-Qur’an itu
bukan hanya dari Allah, melainkan juga ada perjuangan yang mengiringinya. Hal ini sesuai
dengan pemahaman Aqidah Asy’Ariyah dimana tidak semua perbuatan manusia itu murni dari
manusia, melainkan ada juga yang Allah Ciptakan. Sehingga dalam proses menghafal Al-Qur’an
jangan sampai bermalas-malasan dengan alasan hafalan Al-Qur’an itu didapat murni dari Allah
tanpa perlu melewati proses perjuangan. Lalu, ketika seseorang sudah hafal 30 Juz Al-Qur’an,
hal dikarenakan sudah ditakdirkan atau karena perjuangannya juga selama menghafal Al-
Qur’an ?. Dalam hal ini Narasumber menjelaskan bahwa tidak selalu Hafal Al-Qur’an 30 Juz
adalah takdir dari Allah Swt, melainkan juga ada faktor Usaha yang mengirinya. Hal ini masuk
dalam Takdir Qadar yang dimana kita sendiri yang bisa memilihnya. Jika kita memilih untuk
menjadi penghafal Al-Qur’an, namun selama prosesnya kita bermalas-malasan dengan alasan
akan hafal 30 Juz Al-Qur’an dengan sendirinya karena sudah ditakdirkan ?. Tentu mustahil hafal
30 Juz Al-Qur’an jika begitu caranya. Hal inilah yang mendorong narasumber untuk selalu giat
berjuang dalam menyelesaikan hafalan 30 Juz Al-Qur’annya setiap hari.
Lalu ketika seseorang hafal 30 Juz Al-Qur’an Mutqin selama 1 tahun, dan ada juga yang perlu
waktu bertahun-tahun baru selesai hafalan Al-Qur’annya, apakah hal ini pertanda bahwa Allah
Swt tidak adil ?. Pada masalah ini, narasumber berpendapat bahwa dalam masalah ini, Allah
tetaplah bersifat Adil. Hal ini dikarenakan walaupun, ada seseorang yang bisa menyelesaikan
Hafalannya dalam waktu 1 tahun, belum tentu dia bisa tetap Istiqamah setelah selesai menghafal
Al-Qur’an. Sebaliknya, orang bertahun-tahun belum selesai menghafal Al-Qur’an, bisa jadi itu
merupakan cara Allah swt agar orang tersebut bisa mendapat banyak pahala dari hasil
perjuangannya mengulang-ulang Hafalannya. Beliau juga menambahkan bahwa Hafalan Al-
Qur’an yang baik bukan dinilai dari seberapa cepat selesainya menghafal, namun dari seberapa
kuat dia bisa terus Beristiqamah bersama Al-Qur’an.
Penulis juga bertanya kepada beliau, apakah orang yang sudah Istiqamah menjaga Al-Qur’an
sampai mati sudah pasti masuk surga ?. Narasumber berpendapat bahwa orang tersebut belum
tentu masuk surga dikarenakan jika orang tersebut tidak mendapat keridhaan Allah untuk masuk
surga, maka dia tetap tidak akan masuk surga. Bisa jadi, ia Istiqamah bersama Al-Qur’an bukan
untuk Allah, melainkan untuk selain-Nya. Hal ini sesuai dengan pemahaman Asy’ariyah yang
dimana Allah tidak selalu memiliki kewajiban untuk memasukkan semua orang beriman dan
beramal Shaleh ke surga. Semua itu bergantung pada keridhaan Allah swt
Dari hasil wawancara ini, penulis sangat setuju dengan semua pemikiran narasumber karena
semua pemikiran beliau sesuai dengan pemikiran Ahlussunnah Wal Jamaah

Anda mungkin juga menyukai