Anda di halaman 1dari 2

Nama: M Agil Pratama

Kelas: R-004
Nim: C1F023115
Prodi: Ekonomi Islam

ARTIKEL POPULER

MILITERISME DALAM APARATUS


PENDIDIKAN

Negara merupakan suatu bangunan yang memuat basis yang diatasnya berdiri dua
suprastruktur. Kekuasaan negara dimiliki oleh aparatus negara. Aparatus negara terdiri dari
aparatus represif dan aparatus ideologi. Aparatus negara represif berada pada wewenang
publik yang berfungsi melalui kekerasan dan kuasa. Contoh dari aparatus negara represif ini
adalah pemerintah, administrasi, angkatan bersenjata, polisi, pengadilan, dan sebagainya.
Aparatus negara ideologi kebanyakan merupakan wewenang privat yang berfungsi secara
ideologi. Contoh dari aparatus ideologi ini adalah aparatus negara agama, aparatus
negara keluarga, aparatus negara budaya, aparatus negara komunikasi, dan sebagainya.

Kenyataannya, adanya peresapan fungsi antara aparatus Negara represif dengan aparatus
Negara ideologi. Di mana aparatus Negara represif tidak melulu berfungsi secara represif
atau kekerasan dan berkuasa saja, akan tetapi juga berfungsi secara ideologi. Sebagai contoh,
angkatan bersenjata dan polisi pun berfungsi lewat ideologi, baik untuk menjamin kepaduan
dan reproduksinya, maupun dalam nilai-nilai yang diajukannya. Sebaliknya, aparatus negara
ideologi juga berfungsi secara represif. Karena sebagian besar pengambil kebijakan adalah
aparatus negara represif.

Rutinitas yang dilakukan aparatus negara ideologi menawarkan kita contoh-contoh mengenai
aparatus negara ideologi yang berfungsi secara represif. Aparatus negara pendidikan adalah
aparatus negara ideologi yang paling dominan. Dimana aparatus negara pendidikan
merupakan tempat transformasi suatu kebudayaan yang ada dalam masyarakat serta sebagai
tempat perjuangan kelas. Dalam hal ini aparatus negara pendidikan juga tidak lepas dari
fungsinya secara represif. Terlihat dalam rutinitas yang dilakukan oleh aparatus negara
ideologi pendidikan, yaitu salah satunya upacara bendera yang dilakukan di sekolah-sekolah.

Upacara bendera mempunyai fungsi secara represif dengan beroperasinya militerisme


(kekerasan maupun pengawasan) dalam pelaksanaanya. Sebagai sebuah ritus yang
mempunyai nilai simbolis, upacara bendera tidak lepas dengan adanya kekuasaan dan
mekanisme pengawasan seperti halnya militer yang terdapat di dalam penyelenggaraannya.
Masuknya militerisme dalam aparatus pendidikan memberikan cermin bahwasanya
pendidikan saat ini masih bersifat membelenggu pada tiap diri individu dalam
mengembangkan kepribadiannya.
Individu masih dianggap seperti kertas putih, di mana individu dapat dibentuk
kepribadiannya sedemikian rupa seperti halnya menulis dalam kertas yang masih bersih.
Di sisi lain individu juga diperlakukan seperti halnya mesin yang dapat diperintahkan dan
disuruh apa saja sesuai perintah atau kebijakan pendidik tanpa memperhatikan inisiatif
masing-masing individu. Hal ini menjadikan individu kurang kreatif dalam menanggapi
setiap masalah yang dihadapi di depan, karena terbiasa digerakkan dan diatur
oleh perintah-perintah dari pendidik tanpa inisiatif sendiri.

Anda mungkin juga menyukai