Anda di halaman 1dari 2

Tidak terasa kita sudah hampir pada penghujung tuton.

Untuk topik diskusi pada sesi ini tentang


Management By Objective dan bagaimana penerapannya pada organisasi? Silakan diskusikan!

JAWABAN

Management By Objective (MBO) pertama kali digunakan oleh Drucker pada tahun 1954 sebgai suatu
system manajemen, yang kemudian diterjemahkan di Indonesia menjadi MBS (Manajemen Berdasarkan
Sasaran). MBO ini telah dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Mc Gregor, Odiorne, dan Humble (Ruky,
2006). Pertama, dalam pandangan Drucker, menyatakan bahwa pendekatan ini harus memastikan
adanya integrasi antara sasaran individu dan Perusahaan. Kedua, pendekatan ini akan menghapuskan
ketidakefektifan dan kesalahan arah yang disebut sebagai manajemen berdasarkan krisis dan desakan.
Akhirnya, yang terpenting adalah pendekatan tersebut memungkinkan para manajer untuk
mengendalikan kinerjanya sendiri. Mc Gregor menekankan bahwa tujuannya harus untuk mencapai
manajemen berdasarkan integrasi dan pengendalian diri. Tidak lama setelah Drucker megenalkan MBO
(MBS), konsep ini menggemparkan para praktisi dan pemikir ilmu manajemn sebagai sesuatu yang
sangat sederhana dan sangat masuk akal. MBO (MBS) dikembangkan sebagai suatu metode untuk
mengelola organisasi dan pegawai serta untuk meningkatkan kinerja para manajer.

Ada beberapa konsep MBO yaitu :

MBO merupakan system yang dirancang untuk memandu agar manajer bersama-sama dengan
bawahannya menetapkan sasaran yang harus dicapai dan merupakan tanggungjawab Bersama.

Semua organisasi didirikan dengan tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut.

MBO menekankan dialog ke dalam proses mengalihkan rencana dan sasaran dari satu tingkat ke
tingkatan lain dalam organisasi tersebut.

Atasan dan bawahan akan melakukan penilaian secara berkala atas kemajuan yang dicapai.

Sebagai hasil dari seluruh proses penilaian, bawahan yang berprestasi diberi penghargaan berupa
kenaikan gaji, promosi, atau kemudahan, atau fasilitas lain.

Kelebihan penggunaan MBO/MBS :

1. MBO/MBS merupakan proses yang efektif dan membantu manajemen dalam mengelola organisasi
dengan lebih baik.

2. MBO/MBS membentu mendorong usaha pengembangan sumber daya manusia.

3. MBO/MBS dapat memberikan cara kepada manajer, supervisor untuk dapat mendayagunakan
sumber daya manusia yang mereka miliki sehingga manajer maupun supervisor menerima lebih banyak
manfaat dari bawahannya.

Adapun kelemahan penggunaan MBO/MBS, antara lain :

1. MBO/MBS agar bertentangan dengan sistem nilai budaya mayoritas bangsa Asia.
2. MBO/MBS terlalu menekankan pada hasil tanpa memedulikan cara mencapai hasil tersebut

3. MBO/MBS sering dianggap sebagai resep untuk mengobati semua penyakit Organisasi.

PENERAPAN MBO/MBS DALAM ORGANISASI

Agar tidak terjadi kerancuan, maka penerapan MBO/MBS harus mengikuti prosedur seperti diuraikan
oleh Ruky (2006). Prosedur-prosedur tersebut adalah :

1. Atasan dan bawahan secara bersama-sama harus meneliti Kembali ruang lingkup tugas, tanggung
jawab, dan wewenang bawahan. Dengan demikian bawahan dan atasan akan dengan mmudah
mengenali bidang-bidang tanggung jawab di mana ia harus membuahkan hasil.

2. Atasan menyampaikan sasaran-sasaran Perusahaan dan sasaran yang menjadi tanggung jawab sendiri
kepada bawahan yang sedapat mungkin bersifat kuantitatif (dinyatakan dalam angka-angka)

3. Setelah memperoleh bahan tersebut, bawahan harus memikirkan sasaran-sasaran kerja sendiri yang
akan mendukung tercapainya sasaran atasan dan Perusahaan.

4. Bila sasaran-sasaran telah disetujui, bawahan harus langsung membuat rencana tindakan (action plan)
untuk setiap sasara tersebut.

5. Apabila action plan telah dibuat dan dilaksanakan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan,
maka harus mulai dilakukan pemantauan terhadap hasil-hasil intern yang diperoleh.

6. Pada akhir kurun waktu dilaksanakan penilaian prestasi kerja tahunan secara formal. Semua hasil yang
dicapai dicatat, hambatan-hambatan dan kegagalan diidentifikasi dan dicari penyebabnya.

7. Langkah selanjutnya adalah wawancara/pembicaraan antara atasan dan bawahan untuk mencari cara
mengatasi hambatan pada masa berikutnya.

8. Langkah terkahir adalah atasan membicarakan hasil penilaiannya tersebut dengan atasannya sendiri
lengkap dengan usulan atau rencana yang akan dilakukan terhadap bawahan yang bersangkutan.

Sumber Referensi : Buku Materi Pokok EKMA 4263 _ Manajemen Kinerja _ Modul 7

Anda mungkin juga menyukai