PERTEMUAN KE-7
OLEH :
diukur dan dievaluasi. Contoh sasaran spesifik: mengurangi biaya departemen sebanyak 7
persen, memperbaiki pelayanan dengan memastikan bahwa semua pesanan lewat telepon
diproses dalam 24 jam setelah diterima, atau untuk meningkatkan kualitas untuk menjaga
agar barang kembali kurang dari 1 persen dari penjualan.
Sasaran-sasaran dalam MBO tidaklah ditentukan secara sepihak oleh atasan dan
kemudian ditugaskan kepada bawahan. MBO menggantikan tujuan-tujuan yang
dipaksakan dengan tujuan-tujuan yang ditentukan secara partisipasif. Atasan dan bawahan
bergabung untuk memilih tujuan-tujuan dan sepakat mengenai bagaimana tujuan-tujuan
itu akan diukur.
Tiap sasaran mempunyai kurun waktu yang khas untuk penyelesaiannya. Lazimnya
kurun waktu itu adalah tiga bulan, enam bulan atau setahun. Jadi para manajer dan
bawahan tidak hanya mempunyai sasaran yang spesifik, tetapi juga kurun waktu yang
ditetapkan untuk mencapai sasaran itu.
Unsur terakhir dalam program MBO adalah umpan balik terhadap kinerja. MBO
berusaha memberikan umpan balik yang terus menerus mengenai kemajuan kearah tujuan.
Idealnya ini dicapai untuk memberikan umpan balik yang berkelanjutan kepada individu-
individu sehingga mereka dapat memantau dan mengoreksi tindakan mereka sendiri. Ini
dilengkapi dengan evaluasi manajerial secara berkala, ketika kemajuan itu ditinjau ulang.
Ini berlaku baik pada puncak organisasimaupun pada dasar organisasi. Wakil presiden
penjualan, misalnya, mempunyai sasaraan-sasaran untuk penjualan keseluruhan dan untuk
tiap produk utamanya. Ia akan memantau laporan penjualan yang berkelanjutan untuk
menetapkan kemajuan kearah sasaran divisi penjualan. Contoh lain yaitu manajer distrik
mempunyai sasaran-sasaran, seperti juru jual di lapangan, umpan balik dalam bentuk data
penjualan dan kinerja diberikan untuk memberitahu orang-orang bagimana kinerja
mereka. Pertemuan penilaian yang formal juga diadakan dalam mana atasan dan bawahan
dapat meninjau ulang kemajuan kearah tujuan-tujuan dan dapat diberikan umpan balik
lebih lanjut.
2. Menautkan MBO dan Teori Penentuan-Tujuan
Teori penentuan-tujuan menunjukan bahwa tujuan-tujuan yang sukar menghasilkan
tingkat kinerja individual yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang mudah, karena
bahwasanya tujuan sukar yang spesifik menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi
daripada tanpa tujuan sama sekali atau tujuan yang bersifat umum. Dan bahwa umpan
balik terhadap kinerja seseorang akan membimbing ke kinerja yang lebih tinggi.
MBO membela langsung tujuan spesifik dan umpan balik. MBO menyiratkan,
bukannya menyatakan secara eksplisit, bahwa tujuan-tujuan harus dipersepsikan sebagai
dapat dilaksanakan. Konsisten dengan penemuan tujuan, MBO akan paling efektif bila
tujuan-tujuan itu cukup sukar untuk menuntut orang itu untuk memaksa diri bekerja.
3. MBO dalam praktik
Kepopuleran MBO hendaknya tidak ditafsirkan sebagai arti bahwa MBO selalu
berhasil. Dalam sejumlah kasus yang terdokumentasi MBO telah dilaksanakan akan tetapi
gagal memenuhi pengharapan manajemen. Tetapi apabila kasus-kasus ini dicermati,
ternyata jarang masalahnya terletak bersama komponen-komponen dasar MBO itu.
Sebabnya lebih cenderung berupa faktor-faktor seperti misalnya pengharapan yang tak
realistis mengenai hasil, kurangnya komitmen manajemen puncak, dan suatu
ketidakmampuan atau ketidaksediaan manajemen untuk membagikan ganjaran-ganjaran
yang didasarkan pada pencapaian tujuan. Meskipun demikian MBO memberikan kepada
manajer sarana untuk melaksanakan teori penentuan tujuan.
B. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku atau apa yang telah menjadi lebih dikenal dengan sebutan OB
Mod, menyatakan penerapan teori penguatan kepada individu-individu dalam situasi kerja.
1. Definisi OB Mod
OB Mod adalah suatu program dimana para manajer mengidentifikasikan perilaku
karyawan yang dikaitkan dengan kinerja dan kemudian melaksanakan suatu strategi
untuk memperkuat perilaku kinerja yang diinginkan dan melemahkan perilaku yang tidak
diinginkan.
Program OB Mod yang lazim mengikuti model pemecah masalah lima langkah,
yaitu:
a. Identifikasi perilaku yang berkaitan dengan perilaku.
b. Pengukuran perilaku.
c. Identifikasi kemungkinan-kemungkinan (contingencies) perilaku.
d. Pengembangan dan pelaksanaan suatu strategi campur tangan (intervensi).
e. Evaluasi perbaikan kinerja.
Semua hal yang dilakukan oleh karyawan pada pekerjaannya tidak sama
pentingnya dilihat dari keluaran kinerjanya. Oleh karena itu, langkah pertama dalam OB
Mod adalah mengidentifikasikan perilaku kritis yang membuat dampak yang bermakna
pada kinerja pekerjaan karyawan itu. Langkah kedua menuntut manajernya untuk
mengembangkan beberapa data kinerja dasar (baseline). Ini diperoleh dengan
menentukan banyaknya waktu perilaku yang dikenali itu terjadi pada kondisi sekarang
ini. Langkah ketiga adalah menentukan analisis fungsional untuk mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan perilaku atau konsekuensi-konsekuensi dari kinerja. Sekali
Qubaila F.E.Soraya S.Pd., MM.
PERILAKU ORGANISASI 2019
analisis fungsional itu telah lengkap, manajer itu siap untuk mengembangkan dan
melaksanakan suatu strategi campur tangan untuk memperkuat perilaku kinerja yang
diinginkan dan melemahkan perilaku kinerja yang tidak diinginkan. Langkah terakhir
dalam OB Mod adalah mengevaluasi perbaikan kinerja.
Langkah-langkah dalam OB Mod
a. Identifikasikan perilaku yang berkaitan dengan kinerja.
b. Ukur: Garis dasar frekuensi respons.
c. Identifikasikan kemungkinan-kemungkinan perilaku melalui analisis fungsional.
d. 1). Kembangkan strategi campur tangan.
2). Terapkan strategi yang tepat.
3). Ukur: Bagan frekuensi respon setelah campur tangan
4). Pertahankan perilaku yang diinginkan
e. Evaluasikan perbaikan kinerja.
2. Menautkan OB Mod dan Teori Penguatan
Teori penguatan mengandalkan pada penguatan positif, pembentukan, dan
pengakuan dampak dari jadwal-jadwal penguatan yang berlainan pada perilaku. OB Mod
menggunakan konsep-konsep ini untuk memberikan kepada para manajer suatu cara yang
ampuh dan bukti untuk mengubah perilaku karyawan.
3. OB Mod dalam Praktik
OB Mod telah digunakan oleh sejumlah organisasi untuk memperbaiki
produktivitas karyawan dan mengurangi kekeliruan, kemangkiran, kelambatan, dan
tingkat kecelakaan. Organisasi seperti General Eectric, Weyerhauser, Kotamadya Detroit,
Toko-toko Dayton-Hudson, dan Xerox melaporkan hasil-hasil yang mengesankan dari
penggunaan OB Mod. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, frustasi oleh keluhan
pelanggan, manajemen puncak dari Xerox mengubah dasar untuk rencana bonus
eksekutifnya dari kuota tradisional ke kepuasan pelanggan jangka panjang. Sekarang
perusahaan mensurvai 40.000 pelanggan di seluruh dunia setiap bulan untuk menentukan
persentase yang terpuaskan dengan produk dan jasa Xerox. Pada tiap awal tahun,
manajemen puncak memeriksa dari tahun sebelumnya dan mengembangkan suatu tujuan.
Dalam tahun 1989 targetnya adalah 86 persen. Tiap tahun berikutnya tujuan itu
ditingkatkan; sekarang adalah 100 persen. Dan masih ada contoh yang lainnya.
OB Mod juga telah terbukti efektif dalam organisasi olahraga. Misalnya, para
peneliti membantu suatu tim hockey universitas di sekitar Chicago memenangkan lebih
banyak pertandingan dengan meningkatkan secara mencolok banyaknya blockade tubuh
yang legal atau pukulan oleh anggota tim. Pukulan yang legal ini menentukan utnuk
Bagi hasil hampir mirip dengan bagi laba. Dengan menekankan pada perolehan
produktivitas, bagi hasil mengganjar perilaku-perilaku khusus yang kurang dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal. Karyawan dalam suatu rencana bagi hasil dapat menerima
ganjaran insentif bahkan bila organisasi ini tidak mendapatkan keuntungan.
Program upah variabel berhasil dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas.
Seperti contohnya pada suatu studi Asosiasi Manajemen Amerika terhadap 83 perusahaan
yang menggunakan bagi hasil, menjumpai bahwa rata-rata keluhan turun sebanyak 83
persen, absensi turun 84 persen dan kecelakaan yang menghabiskan waktu berkurang
dengan 69 persen. Cacat upah variabel dilihat dari perspektif karyawan yang tidak
dapatnya diramalkan. Dengan suatu gaji dasar yang lurus, para karyawan tahu berapa yang
akan mereka terima. Mereka akan membuat ramalan yang cukup akurat mengenai berapa
yang akan mereka terima tahun depan dan tahun berikutnya dengan menambahkan jasa
dan biaya hidup.
2. Menautkan Program Upah Variabel dan Teori Harapan
Upah variabel paling sesuai dengan ramalan-ramalan teori harapan. Karena secara
khusus, individu-individu seharusnya mempersepsikan suatu hubungan yang kuat antara
kinerja dan ganjaran yang mereka terima jika motivasi harus dimaksimalkan. Jika
ganjaran dialokasikan sama sekali bukan atas dasar kinerja, misalkan berdasarkan titel
pekerjaan maka kemungkinan besar karyawan akan mendapatkan upah yang berkurang
yaitu hanya upah pokok saja. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan dengan rencana
insentif upah mencapai produktivitas 43 sampai 64 persen lebih besar daripada perusahaan
tanpa rencana semacam itu.
Insentif-insentif kelompok dan seluruh organisasi memperkuat dan mendorong para
karyawan untuk menggantikan tujuan-tujuan pribadi mereka dengan kepentingan yang
terbaik untuk perusahaan. Dengan menautkan lganjaran-ganjaran ke kinerja tim, para
karyawan didorong untuk melakukan upaya ekstra untuk membantu kesuksesan timnya.
3. Program Upah Variabel dalam praktik
Upah variabel merupakan suatu konsep yang dengan cepat menggantikan kenaikan
biaya hidup tahunan. Satu alasan yang baru saja dikutip adalah daya motivasionalnya
tetapi jangan mengabaikan implikasi biayanya. Bonus, bagi hasil, dan program ganjaran
berdasar variabel menghindari pengeluaran tetap dari kenaikan gaji yang bersifat
permanen.
Upah kinerja sedang digemari para manajer. Dalam tahun 1989, 44 persen
perusahaan mempunyai rencana upah untuk kinerja bagi karyawan selain manajemen
senior. Presentase itu telah naik 51 persen menjelang tahun 1991.
Suatu survai tahun 1993 terhadap 382 perusahaan ukuran sedang dan besar
menemukan bahwa kira-kira tiga perempat menggunakan upah variabel untuk
meningkatkan produktivitas. Survai itu menemukan 14 persen perusahaan Amerika Serikat
menggunakan bonus berdasarkan kinerja untuk menggantikan kenaikan gaji tahunan
dalam tahun 1993, dan presentase itu naik menjadi 21 persen dalam tahun 1994.
Popularitas bagi hasil tampaknya secara sempit terfokus diantara perusahaan
manufaktur besar non-serikat-buruh. Bagi hasil digunakan dalam kira-kira 2000
perusahaan termasuk perusahaan besar seperti Bell & Howell.
Perusahaan-perusahaan yang belum memasukkan program kompensasi berdasarkan
kinerja mereka memikirkan mengenai apa yang seharusnya merupakan penyusun kinerja
dan bagaimana itu diukur. Mereka harus mengatasi lekatan historis pada penyesuaian
biaya hidup dan keyakinan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk mengusahakan
agar upah semua karyawan selangkah dengan inflasi.
H. HARGA SEBANDING
1. Apakah Harga Sebanding Itu?
Harga sebanding adalah suatu ajaran yang mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan
yang sama nilainya bagi sebuah organisasi hendaknya diimbali secara sama, tak peduli
apakah isi kerja dari pekerjaan-pekerjaan itu serupa atau tidak. Secara khusus, harga
sebanding berargumen bahwa pekerjaan-pekerjaan seharusnya dievaluasi dan diskor atas
empat kriteria: ketrampilan, upaya, tanggung jawab, dan kondisi kerja. Kriteria itu
hendaknya dibobot dan diberi poin, yang kemudian poin itu digunakan untuk menilai dan
memperbandingkan pekerjaan-pekerjaan.
2. Harga Sebanding dan Teori Keadilan
Harga sebanding memperluas gagasan “upah yang sama untuk kerja yang sama”,
yang mencakup pekerjaan-pekerjaan yang tidak serupa tetapi nilainya sepadan. Jadi, harga
sebanding merupakan penerapan langsung dari teori keadilan.
Sejauh kelas-kelas pekerjaan mencerminkan diskriminasi kelamin yang historis dan
menciptakan ketidakadilan upah, harga sebanding memberikan suatu penyembuhan
potensial. Misalnya, suatu studi mengenai pekerja negara bagian di Washington
memberikan penyelia kerani poin yang lebih banyak daripada ahli kimia, meskipun ahli
kimia digaji 41 persen lebih banyak; dan memberi kerani eceran poin yang lebih tinggi
daripada sopir truk, tetapi sopir truk mendapat upah 30 persen lebih banyak. Bagi wanita
dalam kelas-kelas pekerjaan yang didiskriminasi ini, penerapan konsep harga sebanding
seharusnya mengurangi ketidakadilan dan meningkatkan motivasi kerja.
3. Harga Sebanding dalam Praktik
Di Amerika Serikat, isyu harga sebanding hampir eksklusif dikaitkan dengan
pekerjaan-pekerjaan dalam sektor publik. Dua puluh negara bagian secara khusus
memberlakukan perundangan atau memungut kebijakan untuk dengan agresif
melaksanakan standar harga sebanding dalam kepegawaian negara bagian itu. Sejumlah
negara bagian lain mempelajari angkatan-angkatan kerja untuk mengetahui adanya
ketidakadilan upah berdasarkan kelamin. Dalam sektor swasta, kegiatan yang paling
penting dan tampak terjadi di Ontario, Kanada.
Provinsi Ontario memberlakukan Undang-undang Ekuitas Upah dalam tahun 1987.
Undang-undang itu mendefinisikan kelas-kelas pekerjaan pria dan wanita, menegakkan
kriteria dengan mana kelas-kelas itu dihargai, dan mewajibkan kesamaan upah antara
kelas-kelas dengan harga sebanding, baik dalam sektor publik maupun sektor swasta.
Karena biaya yang diproyeksikan bagi para majikan Kanada, undang-undang itu
memberikan kurun-waktu berlakunya selama lima tahun.
Karena biaya tinggi yang dikaitkan dengan korelasi ketidakadilan upah, perusahaan-
perusahaan tidak memandang gagasan harga sebanding itu sebagai menguntungkan.
Ketika perundangan harga sebanding dikemukakan, eksekutif bisnis lazimnya
mengoordinasikan dan melobi perlawanan terhadap perundangan itu dengan kuatnya.
Argumen mereka berfokus pada pentingnya membiarkan kekuatan-kekuatan pasar untuk
menetapkan tingkat-tingkat upah. Pembela harga sebanding menjawab dengan statistik
yang menunjukkan bahwa kekuatan budaya dan sistem pengupahan masyarakat telah
menciptakan diskriminasi berdasarkan-kelamin dalam kelas-kelas pekerjaan tertentu dan
hanya perundangan dapat memberikan suatu pemecahan jangka-pendek terhadap masalah
itu.
profesional. Mereka memiliki komitmen dan berjangka panjang yang kuat di bidang
keahliannya. Sehingga mereka lebih sering memberikan kesetiannya pada profesinya,
bukan pada majikannya.
Pada akhirnya yang membuat mereka termotivasi bukanlah uang dan promosi,
karena uang dan promosi terletak dibawah dalam daftar prioritas mereka. Selain itu,
mereka cenderung digaji dengan baik dan mereka menikmati apa yang mereka kerjakan.
Mereka menginginkan agar yang lain-lain mengira apa yang mereka kerjakan itu penting.
Sementara mungkin ini benar untuk semua karyawan, karena para profesional lebih
difokuskan pada kerja mereka sebagai kepentingan-kepentingn lain di luar sentral. Para
non-profesional lazimnya mempunyai kepentingan-kepentingan lain di luar kerja yang
dapat mengimbali untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak dipuaskan pada pekerjaannya.
Penjelasan diatas menyiratkan beberapa garis panduan untuk diingat-ingat jika kita
mencoba untuk memotivasi kaum profesional. Untuk itu dalam memotivasi profesional
sebagai berikut:
a. Memberikan proyek-proyek menantang yang berkelanjutan.
b. Memberikan otonomi untuk menyalurkan bakat.
c. Memberikan imbalan dengan kesempatan pendidikan-pelatihan, lokakarya, menghadiri
konferensi yang memungkinkan mereka untuk tetap menguasai perkembangan bidang
mereka.
d. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan tindakan lain yang menunjukan
kepada mereka bahwa anda secara tulus tertarik dengan apa yang mereka kerjakan.
2. Memotivasi pekerja sementara
Lazimnya para karyawan sementara ini adalah mereka yang tidak memiliki
keamanan atau stabilitas seperti yang dimiliki karyawan tetap. Mereka tidak diidentikkan
dengan organisasi atau diminta menunjukkan komitmen yang dilakukan oleh pekerja-
pekerja lain. Umumnya pekerja sementara tidak diberi atau hanya sedikit diberi perawatan
kesehatan, pensiun atau tunjangan yang dimiliki pekerja tetap.
Tidak ada solusi yang sederhana untuk memotivasi karyawan tidak tetap.
Sekelompok kecil pekerja sementara tersebut lebih menyukai kebebasan dari statusnya.
Akan tetapi, yang menjadi tantangan adalah menangani karyawan tidak tetap yang
menerima status ini secara terpaksa.
Yang akan memotivasi karyawan sementara adalah kesempatan untuk status
permanen. Dimana karyawan permanen dipilih keras dengan harapan akan dijadikan
permanen. Suatu jawaban yang kurang jelas adalah kesempatan untuk pelatihan.
Kemampuan seorang karyawan sementara untuk menemukan suatu pekerjaan baru sangat
bergantung pada ketrampilannya. Jika karyawan itu melihat pekerjaan yang dia kerjakan
untuk anda dapat membantu mengembangkan ketrampilan yang dapat dijual, maka
motivasi tersebut akan ditingkatkan.