Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN 9

PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI


A. KONSEP DASAR
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang akan
dicapai. Setiap tujuan kegiatan yang dilakukan dapat juga disebut
“sasaran” atau “target”. Akan tetapi tujuan dan sasaran mempunyai
pengertian yang berbeda, yaitu: tujuan mempunyai pengertian yang lebih
luas sedangkan sasaran mempunyai pengertian lebih khusus.
Istilah tujuan dan sasaran digunakan dalam pengertian yang sama untuk
menunjukkan hasil akhir yang dicari dan dicapai. Keduanya mempunyai
nilai orientasi dan mencerminkan kondisi-kondisi yang diinginkan,
terutama untuk meningkatkan prestasi organisasi.
B. MISI DAN TUJUAN ORGANISASI
Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi.
Misi suatu organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang
membedakan organisasi dari organisasi lainnya dan mengidentifikasikan
ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar. Misi organisasi juga
menunjukkan fungsi yang hendak dijalankannya dalam sistem sosial atau
ekonomi tertentu
Dua unsur penting tujuan adalah:
1. Hasil akhir yang diingikan diwaktu mendatang.
2. Usaha-usaha atas kegiatan sekarang diarahkan

C. BERBAGAI FUNGSI TUJUAN ORGANISASI


Konsep tujuan oragnisasi dipandang secara luas mempunyai beberapa
fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan, antara lain
sebagai berikut:
1. Pedoman bagi kegiatan
2. Sumber legitimasi
3. Standar pelaksanaan
4. Sumber motivasi
5. Dasar rasional pengorganisasian
Menurut Peter Drucker, terdapat 8 bidang pokok dimana perusahaan harus
menetapkan tujuan sebagai berikut:

C. BERBAGAI FUNGSI TUJUAN ORGANISASI :


1. Pedoman bagi kegiatan = memberikan arah dan pemusatan kegiatan
organisasi mengenai apa yg harus dan tidak harus dilakukan.
2. Sumber legitimasi = pembenaran kegiatan-kegiatannya untuk
meningkatkan kemampuan organisasi mendapatkan berbagai sumber
daya dan dukungan dari lingkungan disekitarnya.
3. Standar pelaksanaan = memberikan standar langsung bagi penilaian
pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi untuk mengukur
kesuksesan yg dicapai.
4. Sumber motivasi = tujuan organisasi sering memberikan insentif
(bonus) bagi anggota (misal : perusahaan asuransi, olahraga).
5. Dasar rasional pengorganisasian = dasar bagi perancangan
organisasi (pola komunikasi, mekanisme pengawasan,
departementalisasi)
D. TIPE-TIPE TUJUAN
Klasifikasi tipe tujuan yang paling luas yang diterima ialah Klasifikasi
Perrow, klasifikasinya membedakan 5 tipe tujuan yaitu menurut sudut
pandang masyarakat, langganan, investor, eksekutif puncak atau lainya,
seperti:
1. Tujuan kemasyarakatan (societal goals)
2. Tujuan keluaran (output goals)
3. Tujuan Sistem (system goals)
4. Tujuan Produk (product goals)
5. Tujuan Turunan (derived goals)

D. TIPE-TIPE TUJUAN :
Menurut Peter Drucker, terdapat 8 bidang pokok dimana perusahaan
harus menetapkan tujuan sebagai berikut:

8 BIDANG POKOK PERUSAHAAN HARUS MENETAPKAN TUJUAN :


1. Posisi pasar = harus menetapkan tujuan mengenai bagian pasar yg
akan “direbut” melalui analisa : - langganan dan produk/jasa -
segmen pasar (kelompok yg membeli produk/jasa) - saluran
distribusi
2. Produktifitas/efisiensi = rasio antara masukan (efisiensi tenaga
kerja, kemajuan peralatan, keuangan) dengan keluaran organisasi
(hasil produksi)
3. Sumber daya phisik dan keuangan = menetapkan bagaimana
sumber daya phisik dan keuangan dikembangkan dan digunakan
dengan memperhatikan mesin dan peralatan serta penyediaan bahan
baku.
4. Profitabilitas = menetapkan tujuan laba untuk mencapai tujuan lain
(penelitian dan pengembangan untuk inovasi, mengganti mesin dan
peralatan, gaji untuk karyawan)
5. Inovasi = kebutuhan terus menerus akan produk/jasa baru dan
inovatif.
6. Prestasi dan pengembangan manajer = harus menetapkan tujuan
tentang kualitas pelaksanaan manajemen dan untuk menjamin
pengembangan para manajer di semua tingkatan.
7. Prestasi dan sikap karyawan = menetapkan tentang produktivitas
karyawan, kualitas produk, dan tingkatan semangat kerja.
8. Tanggung jawab sosial dan publik = tujuan ini ditetapkan untuk
menangani publik, kegiatan-kegiatan hukum, kegiatan-kegiatan
pemerintah.
E. PROSES PERUMUSAN TUJUAN

E. PROSES PERUMUSAN TUJUAN :


1. Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu yg
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan.
2. Manajer puncak sebagai perumus tujuan umum, hendaknya bertanggung
jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pd tingkatan yg lebih rendah.
3. Tujuan harus realistik, diselaraskan dengan lingkungan internal dan
eksternal, baik sekarang maupun yg akan datang.
4. Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang para anggota
organisasi.
5. Tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah
dipahami dan diingat oleh pelaksana.
6. Tujuan bidang fungsional organisasi konsisten dengan tujuan umum.
7. Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan yg telah ditetapkan,
dan bila perlu merubah dan memperbaikinya sesuai dengan
perkembangan lingkungan.

PERTEMUAN 10
KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN

KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN


Kemampuan manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif sebagian
besar tergantung pada jumlah bawahan yang melapor kepadanya, yang di
kenal sebagai” rentang “manajemen” atau” rentang kendali”.
A. KOORDINASI
Koordinasi (coordination) adalah proses penintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiaatan-kegiatan pada satuan- satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efesien.
Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam- macam satuan pelaksanaanya.

Menurut James D. Thompson, ada tega macam saling ketergantungan


di antara satuan- satuan organisasi1), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang manyatu (pooled interdapandence)
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)
Reciprocal interdependence
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)

Tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi


(Handoko, 2003:197)
B. MASALAH-MASALAH PENCAPAIAN KOORDINASI YANG
EFEKTIF
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch telah mengemukakan empat tipe
perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu
dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas
pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formasi Struktu
Ada tiga pendakatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif yaitu:
1. Teknik-teknik dasar
2. Meningkatkan koordinasi potensil
3. Mengurangi kebutuhan akan koordinasi
Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar adalah komponen-
komponen vital manajemen yaitu:
1. Hirarki manajerial
2. Aturan dan prosedur
3. Rencana dan penetapan tujuan

C. RENTANG MANAJEMEN
Rentang manajemen sering juga disebut istilah-istilah:
1. Span of control
2. Span of authority
3. Span of attention
4. Span of supervision
Ada dua alasan utama mengapa penentuan rentang manajemen yang tepat
adalah penting:
1. Rentang manajemen, mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer
dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
2. Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan
struktur organisasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang Manajemen:
1. Kesamaan fungsi-fungsi: semakin sejenis fungsi-fungsi yang
dilaksanakan oleh kelompok kerja, rentangan semakin melebar.
2. Kedekatan geografis: semakin dekat kelompok kerja ditempatkan,
secara phisik, rentangan semakin melebar.
3. Tingkat pengawasan langsung yang di butuhkan: semakin sedikit
pengawasan langsung yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
4. Tingkat koordinasi pengawasan yang di butuhkan: semakin
berkurang koordinasi yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
5. Perencanaan yang di butuhkan manajer: semakin sedikit perencanaan
yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas: lebih banyak
bantuan yang diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti
penarikan, pelatihan dan pengawasan mutu, rentangan semakin
melebar.
Pedoman lainnya yang dapat dipakai untuk menetukan rentang
manajemen mencakup beberapa faktor:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bawahan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan atasan.
Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif
Tiga pendekatan untuk koordinasi yang efektif, para manajer menggunakan
metode-metode berikut:
1. Pendekatan I: Teknik-Teknik Manajemen dasar (aturan dan prosedur,
hirarki manajemen, penetapan tujuan dan rencana)
2. Pendekatan II: Meningkatkan Koordinasi Potensial (investasi dalam
sistem informasi vertikal, penciptaan hubungan-hubungan
kesamping)
3. Pendekatan III: Mengurangi Kebutuhan Akan Koordinasi (penciptaan
sumber daya tambahan, penciptaan tugastugas yang dapat berdiri
sendiri)

PERTEMUAN 11
WEWENANG DAN PENDELEGASIAN
A. KONSEP DASAR
Menurut Handoko (2003:212) Wewenang (authority) adalah hak untuk
melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang,
yaitu:
1. Teori formal. Pandangan wewenang formal menyebutkan bahwa
wewenang adalah dianugerahkan; wewenang ada karena seseorang di beri
atau dilimpahi atau di warisi hal tersebut.
2. Teori Penerimaan (acceptance theory pf authority) menyanggah
pendapat bahwa wewenang dapat dianugerahkan.
Secara ringkas dapat disimpulkan, wewenang dan tanggung jawab adalah
sama dalam jangka panjang (in the long run). Dalam jangka pendek (in the
short run), bagaimana juga, tanggung jawab seorang manajer hampir selalu
lebih besar dari wewenangnya, karena ini merupakan ciri delegasi.

Jenis wewenang dalam organisasi:


1. Wewenang lini, wewenang dimana atasan melakukannya atas
bawahannya langsung.
2. Wewenang staf, hak yang dipunyai oleh satu-satuan staf atau para
spesialis menyarankan, memberi rekomendasi atau konsultasi kepada
personalia lini.
3. Wewenang staf fungsional, hubungan terkuat yang dapat dimiliki
staf dengan satuan-satua lini.
B. PENDELEGASIAN WEWENANG
Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan
wewenang kebawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya.
Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan, yaitu:
1. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada
bawahan
2. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai tujuan atau tugas
3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan
kewajiban atau tanggungjawab
4. Pendelegasian menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-
hasil yang dicapai
C. ALASAN-ALASAN PENDELEGASIAN
1. Pendelegasian memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila
mereka menangani setiap tugas sendiri.
2. Delegasi wewenang dari atasan ke bawahan merupakan proses yang
diperlukan agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3. Delegasi juga memungkinkan manajer memusatkan tenaganya pada
tugas- tugas prioritas yang lebih penting.
4. Delegasi memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang
bhkan dapat digunakan sebagai alat untuk belajardari kesalahan.
Prinsip klasik yang dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif
adalah:
1. Prinsip Skalar.
2. Prinsip kesatuan perintah.
3. Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
Perlu dicari solusinya:
1. Mengapa manajer gagal mendelegasikan
2. Mengapa bawahan tidak menerima delegasi
3. Bagaimana penanggulangan hambatan-hambatan delegasi
Louis Allen (Handoko, 2003:228) mengemukakan beberapa teknik
khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif:
1. Tetapkan tujuan.
2. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang.
3. Berikan motivasi kepada bawahan.
4. Meminta penyelesaian kerja.
5. Berikan latihan.
6. Adakan pengawasan yang memadai.
PERTEMUAN 12
MOTIVASI DALAM ORGANISASI
A. KONSEP DASAR
Motivasi tidak dapat dibahas dengan cermat apabila masih dipahami
sebagai suatu kepribadian (personality) yang dimiliki oleh sementara
orang saja
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Siswanto (2006:119)
mendefinisikan motivasi sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan, dan mengarahkan
atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan
B. MOTIVASI DAN PERILAKU
Menurut Paul Hersey dan Kennet H. Blanchard dalam Siswanto (2006:120)
bahwa perbedaan individu tidak hanya terletak pada kemampuan saja,
tetapi juga terletakpada kemauannya. Sedangkan motif seringkali
dirumuskan sebagai:
1. Kebutuhan (need)
2. Keinginan (want)
3. Dorongan (drive)
4. Bisikan hati (impluse)

Berkurangnya kekuatan suatu kebutuhan menurut Paul Hersey dan


Kennet H. Blanchard dalam Siswanto (2006:121) disebabkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pemuasan kebutuhan (need satisfaction)
2. Pemblokiran pemuasan kebutuhan (bloking need satisfaction)
3. Ketegangan kognitif (cognitive dissonance)
4. Frustasi (frustration)
5. Rasionalisasi (rasionalization)
6. Regresi (regrision)
7. Fiksasi (fixation)
8. Resignasi (resignation)
9. Kekuatan motif yang meningkat (increasing motive strength)
C. ELEMEN DAN BENTUK MOTIVASI

D. TEORI-TEORI MOTIVASI
Teori motivasi menurut Jones dan George dalam Solihin 2009
1. Teori ekuitas, teori yang memusatkan studinya kepada persepsi yang
dimiliki seseorang mengenai adil tidaknya hasil yang dia peroleh
secara relatif dibandingkan dengan input yang mereka berikan pada
pekerjaan.
2. Teori penetapan tujuan, tujuan yang ingin dicapai oleh masing-
masing anggota organisasi merupakan penentu utama motivasi
mereka dan berbagai kinerja yang mereka tunjukan.
3. Teori pembelajaran, bahwa manajer dapat meningkatkan motivasi
karyawan dan kinerjanya dengan cara menghubungkan hasil yang
akan diterima karyawan dengan kinerja yang dihasilkan melalui
perilaku yang diinginkan oleh organisasi dan menunjang pencapaian
tujuan perusahaan

PERTEMUAN 13
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. KONSEP DASAR
Menurut Handoko (2003:272) bahwa komunikasi adalah proses
pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Konsep rantai pertukaran informasi mempunyai
unsurunsur sebagai berikut:
1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
2. Suatu sarana pengaliran informasi
3. Suatu system bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-
individu
B. PROSES KOMUNIKASI
Model komunikasi antar pribadi
pengirim – berita – penerima
Model ini menunjukkan tiga unsur esensi komunikasi. Bila salah satu
unsur hilang, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh,
seseorang dapat mengirimkan berita tetapi bila tidak ada yang menerima
atau mendengar maka komunikasi tidak akan terjadi.
Tujuan Komunikasi
1. Penerima pesan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh
pengirim.
2. Penerima pesan memberikan tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan.
3. Membangun hubungan saling menguntungkan
4. Membangun nama baik organisasi

Pola-Pola Komunikasi
1. Komunikasi internal.
Komunikasi jenis ini dilakukan oleh seorang manajer dengan berbagai
pihak di dalam lingkunga organisasi. Pola komunikasi yang dilakukan
dalam komunikasi internal ini bisa berbentuk pola:
a. Komunikasi vertikal (komunikasi antara atasan dan bawahan atau
sebaliknya).
b. Komunikasi horizontal (komunikasi antara manajer dengan
koleganya
c. Komunikasi jaringan (komunikasi antara manajer pemasaran staf
penelitian dan pengembangan untuk mendiskusikan perkembangan
produk.
2. Komunikasi eksternal
Komunikasi eksternal terjadi antara manajer dalam suatu perusahaan
dengan pihak lain diluar perusahaan

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


Fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Sedjati 2012, yaitu:
1. Fungsi komando: kegiatan berkomunikasi yang digunakan untuk
pemberian arah dan melakukan pembatasan perilaku terhadap
bawahan atau karyawan oleh atasan.
2. Fungsi hubungan: kegiatan interaksi antar individu dalam upaya
penyampaian pesan atau informasi dari komunikator sebagai pihak-
pihak yang melakukan hubungan.
Prinsip Komunikasi
1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
3. Komunikasi punya dimensi dan hubungan
4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
7. Komunikasi itu bersifat sistematik
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi.
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.
11. Komunikasi bersifat irreversible
12. Komunikasi bukan penasehar untuk menyelesaikan berbagai
masalah

C. TIPE JARINGAN DAN SALURAN KOMUNIKASI DALAM


ORGANISASI
Menurut Handoko (2003:278) bahwa tipe jaringan komunikasi berbentuk:
1. Lingkaran
2. Rantai
3. Huruf Y
4. Bintang
Sedangkan saluran komunikasi dalam organisasi terdiri dari:
1. Komunikasi vertikal
2. Komunikasi lateral atau horizontal
3. Komunikasi Diagonal

D. HAMBATAN KOMUNIKASI
1. Hambatan-hambatan Organisasi
a. Tingkatan Hirarki
b. Wewenang Manajerial
c. Spesialisasi
2. Hambatan- Antar Pribadi, yang terdiri dari :
a. Persepsi Selektif
b. Status / Kedudukan Komunikator
c. Keadaan Membela Diri
d. Pendengaran Lemah
e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa
E. PENINGKATAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
Cara-cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para
manajer untuk dapat meningkatkan efektivitas komunikasi antara lain:
1. Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif
2. Penggunaan umpan-balik
3. Menjadi komunikator yang lebih efektif
4. Pedoman komunikasi yang baik

PERTEMUAN
14 P E N G E N D A L I A N DAN PENGAWASAN
A.KONSEP DASAR
Pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan
balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi
yang sedang digunakan sedapat mungkin secara efisien dan efektif guna
mencapai sasaran organisasi.
Berdasarkan batasan tersebut di atas, terdapat empat langkah dalam
pengendalian, yaitu:
1. Menetapkan standar metode untuk mengukuran kinerja
2. Mengukur kinerja
3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar
4. Mengambil tindakan perbaikan
Baik dalam organisasi umum maupun dalam organisasi bisnis terdapat
beberapa faktor yang menuntut perlunya dioperasikan fungsi
pengendalian. Faktor yang dimaksud antara lain:
1. Perubahan dalam lingkungan organisasi
2. Kompleksitas organisasi
3. Kesalahan yang sering terjadi
4. Dampak delegasi wewenang

Proses Pengendalian
Menurut Robbins dan Coulters dalam Solihin 2012 proses pengendalian
terdiri dari 4 aktivitas:
1. Penetapan tujuan proses pengendalian diawali dengan adanya
penetapan terlebih dahulu berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan.
2. Pengukuran Merupakan penetapan satuan numerik terhadap suatu
objek yang diukur.
3. Membandingkan Merupakan proses membandingkan kinerja aktual
dengan standar kinerja dan berbagai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Tindakan manajerial Melakukan evaluasi terhadap kinerja yang
dicapai organisasi secara keseluruhan maupun pencapaian kinerja
individu.

Tindakan yang dilakukan manjerial sebagai berikut:


1. Tindakan perbaikan. Sebagai bagian dari tindakan manajerial
bertujuan agar penyimpangan yang terjadi tidak berlangsung secara
terus menerus dan aktivitas sumber daya organisasi berjalan kembali
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Revisi standar . Merevisi standar apabila standar yang digunakan
sebagai pembanding dianggap tidak akurat.
3. Tidak melakukan tindakan apa-apa. Manajer membiarkan kegiatan
berjalan sebagaimana mestinya
B. ELEMEN PENGENDALIAN
Siklus hubungan elemen pokok pengendalian menurut Siswanto (2008:141)

C. PERSPEKTIF DAN JENIS PENGENDALIAN


D. RANCANGAN PROSES PENGENDALIAN
Pada umumnya dalam organisasi, proses pengendalian yang ditempuh oleh
manajer menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2006:147) meliputi:
1. Menetapkan hasil yang diinginkan
2. Menentukan prediktor hasil
a. Pengukuran masukan
b. Hasil tahapan awal
c. Gejala
d. Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan

3. Menentukan standar atau prediktor dan hasil


4. Menentukan Jaringan informasi dan umpan balik

E. KARAKTERISTIK PENGENDALIAN YANG EFEKTIF

Objek Pengendalian
Menurut Jones dan George dalam Solihin 2012 membedakan berbagai
objek yang harus dikendalikan tiga kelompok yaitu:
1. Pengendalian output
Pengembangan sistem ini dimulai dengan memilih tujuan atau standar
kinerja yang mereka perkiraan akan dapat mengukur efisiensi, kualitas,
inovasi dan tanggap tidaknya perusahaan terhadap konsumen. Perusahaan
memiliki 3 perangkat pengendalian untuk melakukan pengendalian output,
yaitu: pengukuran kinerja keuangan, penetapan tujuan perusahaan dan
penetapan budget operasi.
2. Pengendalian perilaku
Manajer harus mengendalikan pekerjaan yang dilakukan oleh para
bawahannya dengan melakukan pengawasan secara langsung.
3. Pengendalian budaya perusahaan
Agar perusahaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
yang terjadi, maka budaya perusahaan yang diperlukan adalah budaya
perusahaan yang adaptif yang memungkinkan perusahaan mengembangkan
nilai-nilai baru sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan.

Konsep Pengawasan
Pengawasan manajemen menurut Mockler dalam Handoko 2012 adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Tipe-Tipe Pengawasan
1. Pengawasan pendahuluan
Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls,
dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah dari standar
atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu
tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
atau sering disebut screening control. Proses dimana aspek tertentu
dari suatu prosedur harus disetujui dahulu.
3. Pengawasan umpan balik atau sering disebut past action controls ,
mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan

Taha-tahap dalam Proses Pengawasan


1. Penetapan standar pelaksanaan Standar sebagai suatu satuan
pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian
hasil-hasil. Tiga bentuk standar yang umum adalah:
a. Standar phisik: meliputi kuantitas barang, kualitas produk,
jumlah langganan dsb
b. Standar moneter: yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan dsb.
c. Standar waktu: meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
suatu pekerjaan harus diselesaikan.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan Pengukuran ini
sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat
diterangkan kepada karyawan.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan Ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu, pengamatan, laporan secar
tertulis atau lisan, metoda otomatis,inspeksi, pengujian.
4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa
penyimpangan
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan

Anda mungkin juga menyukai