Anda di halaman 1dari 16

Kewirausahaan 1

Manajemen Fungsional

Fakultas : Bisnis dan Ilmu Sosial


Program Studi : Manajemen

Tatap Muka

10
Kode Matakuliah : U5319012
Disusun oleh : Abednego Priyatama, SE., MMSI
ABSTRAK TUJUAN
Modul ini menjelaskan Setelah membaca modul ini,
mengenai fungsi – fungsi mahasiswa diharapkan
manajemen dan dasar – mampu untuk :
dasar aplikasi serta
penerapannya dalam 1. Memahami dasar – dasar
organisasi dan perusahaan. manajemen dalam
Mahasiswa didorong untuk mewujudkan bisnis dan
mengenal peran penting usahanya.
dari manajemen fungsional 2. Mengaplikasikan fungsi –
sehingga tercapai fungsi manajemen dalam
tujuannya. organisasi yang
berkenaan dengan dunia
bisnis dan usaha.
3. Mempraktekkan
manajemen dalam
organisasi yang
diikutinya untuk
mengembangkan bisnis.
PEMBAHASAN
Manajemen Fungsional
10.1. Pengertian Manajemen Fungsional
Pengertian dari fungsi adalah suatu klasifikasi yang menunjuk pada sekelompok
akktivitas serupa dalam suatu organisasi seperti pemasaran. Pengertian fungsional adalah
sesuatu hal yang di rancang untuk mampu melakukan satu atau lebih kegiatan yang practical,
lebih mengutamakan fungsi dan kebergunaan daripada hal-hal yang bersifat dekorasi atraktif.
Manajemen fungsional adalah untuk mempertahankan kontribusi departemen pada
tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi tidak
berharga jika manajemen sumber daya manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat
kebutuhan organisasi.

10.2. Aktivitas Manajemen Fungsional


Manajemen fungsional dilihat dari pendekatan manajemen klasik terdiri dari dan
merupakan fungsi – fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengimplementasian dan pengendalian dan pengawasan, secara garis besar sudah dibahas di
bab 9.
10.2.1. Perencanaan
Perencanaan secara garis besar diartikan sebagai proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkann rencana
aktivitas kerja organisasi. Definisi perencanaan adalah Pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Dalam manajemen, perencanaan adalah sebuah patokan untuk mempermudah
manajer agar tercapainya sebuah tujuan, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Perencanaan yang baik mempertimbangkan:
1. Kondisi mendatang
2. Kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Periode sekarang rencana dibuat
Kebutuhan perencanaan berada pada semua tingkatan organisasi. Manajemen puncak
mengarah pada perencanaan jangka panjang dan strategi-strategi organisasi, dan manajemen
bawah mengarah pada perencanaan jangka pendek dan pada kelompok kerja/unit.
Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak berakhir dan akan dikembangkan
perencanaan kembali, jadi perencanaan bersifat ― fleksibilitas, aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif ― disesuaikan dengan tujuan organisasi dan perkembangan
bisnis.
Aspek penting dalam perencanaan:
1. Pembuatan keputusan.
2. Proses pengembangan
3. Penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan masalah

10.2.1.1. Tujuan Perencanaan


Tujuan dari perencanaan menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter adalah:
1. Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial.
Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan
siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja
sendiri- sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
2. Mengurangi ketidakpastian.
Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan,
meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun
rencana untuk menghadapinya.
3. Meminimalisir pemborosan.
Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efisien dan
mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat
mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefisiensi dalam
perusahaan.
4. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses
pengontrolan dan pengevaluasian.
Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana
dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai
kinerja perusahaan.
10.2.1.2. Elemen Perencanaan
Elemen perencanaan terdiri dari dua, yaitu sasaran dan rencana itu sendiri.
a. Sasaran Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.
Sasaran sering pula disebut tujuan, sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan
membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. Sasaran dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu
1. Sasaran yang dinyatakan (stated goals). Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan
organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan,
laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen.
Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk
memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan.
2. Sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil
hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya.
1. Pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran- sasaran umum, yang
kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih
terperinci. Bawahannya kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan
terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat
gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan
sasaran atasan oleh bawahan. sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran
yang sudah ditetapkan dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran.
2. Pendekatan management by objective atau MBO.
Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer
puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama
membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan
merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Tapi terdapat
beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan
keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang
cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya
kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa memedulikan
rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang.
b. Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan.
Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting
lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya.
1. Berdasarkan cakupan, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana
operasional.
a. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku diseluruh lapisan organisasi.
b. Rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota
organisasi.
2. Berdasarkan jangka waktu, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan
rencana jangka pendek.
a. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka
waktu tiga tahun,
b. Rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun.
c. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate
time frame.
3. Menurut kekhususan, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana
spesifik.
a. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara
umum, tidak mendetail. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat
ambiguitasnya tinggi.
b. Rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
4. Rencana berdasarkan frekuensi penggunan, yaitu single use atau standing.
a. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali saja.
b. Standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut berdiri,
yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan, dan lain-lain.

10.2.1.3. Jenis Rencana


Organisasi menggunakan dua rencana utama yaitu:
(1) Rencana strategic
(2) Rencana operasional.
Rencana operasional tumbuh dari rencana strategic dan pernyataan misi, terdapat
empat pokok perbedaan antara rencana strategic dan operasional:
1. Horison waktu
2. Ruang lingkup
3. Kerumitan dan dampak
4. Ketidaktergantungan

10.2.1.4. Tahap Dasar Perencanaan


Tahap Dasar Perencanaan terdiri dari empat tahap, yaitu:
Tahap 1: Menetapkan keadaan saat ini
Tahap 2: Merumuskan keadaan saat ini
Tahap 3: Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Tahap 4: Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan

10.2.1.5. Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi Manajemen


Perencanaan adalah fungsi yang paling dan meresap ke seluruh fungsi - fungsi
Manajemen; Saling berhubung, Saling tergantung dan berinteraksi.
Contoh hubungan:
a. Proses pengaturan kerja bersama sumber daya organisasi.
b. Penyusunan personalia
c. Penerapan dan menentukan kombinasi dari faktor, kekuatan, sumber daya dan
hubungan mengarahkan dan memotivasi karyawan
d. Pengawasan sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana
Menurut Donald C. Mosley dan Paul H. Pietri: The Art Of Working With And Through
People, 1975. Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan erat; Dalam Manajemen
disebut ― Kembar Siam ― Tujuan setiap rencana adalah membantu sumber daya dalam
kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Para manajer
harus dapat menentukan hubungan-hubungan organisasi, kualifikasi personalia, bagaimana
bawahan diarahkan dan cara pengawasan yang diterapkan.

10.2.2. Pengorganisasian
Definisi organisasi dalam arti umum merupakan sekumpulan atau sekelompok orang
(dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan untuk bekerjasama dengan pembagian atau
alokasi tugas dan tanggung jawab tertentu dalam sistem koordinasi, kooperatif, dorongan-
dorongan, dan pengaturan guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah
ditetapkan. Definisi pengorganisasian adalah langkah untuk merancang struktur formal,
menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-
tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh oleh pemimpin kepada staf dalam
rangka mencapai tuuan organisasi dalam efisiensi. Organisasi sebagai ― proses
pengorganisasian, yaitu proses penyusunan struktur formal, mengelompokan, mengatur dan
menbagi tugas-tugas pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat
dicapai dengan efisien dan sesuai dengan sumber daya dan lingkungan organisasi.
Istilah pengorganisasian dapat digunakan untuk hal-hal:
1. Cara Manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif
sumber daya organisasi.
2. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatan organisasi dan penugasan
seorang manajer.
3. Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, tugas dan para karyawan.
4. Cara para manajer membagi lebih lanjut tugas yang harus dilaksanakan dalam
departemennya dan delegasi wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

10.2.2.1. Proses Pengorganisasian


Menurut Ernest Dale ― Organization ― tiga langkah pengorganisasian:
1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Pembagian beban pekerjaan total secara logika dapat dilaksanakan oleh satu orang.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan
para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
Aspek-aspek organisasi dan proses pengorganisasian:
1. Pembagian kerja
2. Departementalisasi
3. Bagan organisasi formal
4. Rantai perintah dan kesatuan perintah
5. Tingkat hirarki manajemen
6. Saluran komunikasi
7. Penggunaan komite
8. Rentang Manajemen dan kelompok informal yang tak dapat dihindarkan
10.2.2.2. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah tugas - tugas yang diberikan kepada anggota
organisasi dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan dengan tugas
setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus dalam
menangani tugas – tugas yang dibebankan. Tujuannya adalah:
1. Membantu koordinasi
2. Memperlancar pengawasan
3. Maksimalisasi manfaat
4. Penghematan biaya
5. Meningkatkan kerukunan

10.2.2.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi menggambarkan ― Mekanisme-mekanisme formal organisasi
dikelola”, Kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi,
bagian, posisi, dan orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur organisasi adalah
susunan komponen-komponen (unit kerja) dan hubungan antara tiap bagian secara posisi
yang ada pada perusahan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan. Pekerjaan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan (integrasi) secara formal.

10.2.2.4. Perancangan Struktur Organisasi


Faktor-faktor penentu perancangan struktur organisasi:
1. Strategi organisasi
2. Teknologi yang digunakan
3. Anggota dan orang-orang yang terlibat
4. Ukuran organisasi
Unsur-unsur struktur organisasi
1. Spesialisasi kerja
2. Standarisasi
3. Koordinasi
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Besaran/ukuran satuan kerja
10.2.2.5. Bagan Organisasi
Bagan organisasi membentuk struktur organisasi, bagan organisasi adalah bagan yang
memperlihatkan adanya saling keterkaitan berbagai posisi pada suatu organisasi dalam
pengertian wewenang dan tanggung jawabnya, pada dasarnya terdapat tiga pola organisasi,
yaitu organisasi lini, organisasi fungsional, dan organisasi lini dan staff.
Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama struktur organisasi:
1. Pembagian kerja
2. Manajer dan bawahan (rantai perintah)
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Keuntungan bagan organisasi:
1. Memberikan gambaran bagaimana organisasi disusun
2. Manajer, bawahan dan tanggung jawab digambarkan dengan jelas
3. Untuk menangani masalah khusus
4. Menunjukan posisi seseorang dapat ditemukan.
5. Dapat menunjukkan potensi kelemahan organisasi
Kelemahan bagan organisasi:
1. Masih banyak hal yang tidak jelas dan tidak ditunjukkan.
2. Tidak menunjukkan berapa besar tingkat wewenang dan tanggung jawab.
3. Tidak menunjukkan hubungan informal dan saluran komunikasi

10.2.2.6. Bentuk bagan organisasi


Menurut Henry G. Hodges, Management principles, prantice and problem, terdapat
empat bentuk, yaitu:
1. Bentuk pyramid
2. Bentuk vertical
3. Bentuk horizontal
4. Bentuk lingkaran

10.2.3. Pelaksanaan – Pengarahan


Aktivitas fungsi manajemen selanjutnya adalah actuating atau pelaksanaan atau
pengarahan, merupakan aktivitas terpenting dalam konsep manajemen dan mengarah kepada
hubungan manusia di dalam organisasi. Pengarahan di definisikan sebagai proses menuntun
kegiatan – kegiatan para anggota organisasi ke arah yang tepat. Arah yang dapat
menghantarkan pada tercapainya tujuan dari sistem manajemen.
Menurut George R. Terry, mengemukakan bahwa actuating adalah usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan
tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut Maka
pelaksanaan (actuating) merupakan suatu upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung
jawabnya

10.2.3.1. Komponen Proses Pengarahan


Pada pengarahan terdapat konsep mempengaruhi orang lain, atau disebut dengan
istilah influencing, kemampuan ini akan menentukan keberhasilan seorang manajer. Dalam
proses pengarahan perlu melibatkan empat komponen, yaitu:
1. Memimpin
2. Memotivasi
3. Mempertimbangkan kelompok – kelompok
4. Berkomunikasi

10.2.3.2. Prinsip Pengarahan


Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif
serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat
kompleks karena disamping menyangkut manusia, menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusia itu sendiri. Pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang
pada beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip mengarah pada tujuan
Bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan
bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Dalam melaksanakan fungsi pengarahan
perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari faktor-faktor lain seperti perencanaan,
struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang kemungkinan tidak
sama dengan tujuan perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing
individu. Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi
kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila
mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan
kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para
bawahan. Jika para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala
kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan
didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab
mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

10.2.3.3. Elemen Pengarahan


Elemen – elemen pengarahan yang dapat digunakan dalam manajemen untuk
mengarahkan karyawan agar sesuai dengan tujuan perusahaan dan pencapaian tujuan
perusahaan efektif dan efisien. Elemen – elemen pengarahan sebagai berikut:
1. Coordinating
Menurut George R. Terry, merupakan fungsi yang harus dilakukan oleh seorang
manajer dapat melakukan komunikasi dari berbagai kepentingan dan perbedaan
kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
2. Motivating
George R. Terry memberikan pandangan bahwa motivasi merupakan salah satu
elemen penting dalam manajemen perusahaan, dengan memberikan fasilitas yang
baik dan gaji yang cukup maka kinerja para karyawan dalam perusahaan akan optimal
dan efektif.
3. Communication
Menurut George R. Terry, komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan menjalin komunikasi yang baik
maka akan menimbulkan suasana kerja yang kondusif di perusahaan dan
menumbuhkan sikap teamwork yang baik dalam berbagai kegiatan perusahaan.
4. Commanding
Pemberian perintah harus diperhitungkan dan dipertimbangkan agar memberikan efek
atau pengaruh positif di dalam perusahaan. Menurut Prajudi Atmosudirdjo, Dengan
pengarahan yang baik dari para atasan dengan visi dan misi yang jelas dari suatu
manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk perusahaan,
teamwork yang baik dan dapat memunculkan decision maker yang bagus. Decision
maker dan teamwork dalam suatu perusahaan adalah kunci kesuksesan dalam
mencapai tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
Menurut George R. Terry, bahwa fungsi actuating – pengarahan tercakup dalam lima
sub fungsi manajemen yaitu: Communicating, Leading, Directing, motivating dan
Facilitating.

10.2.3.4. Tahapan Pengarahan


Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang penting dan langsung berhubungan
dengan karyawan di dalam organisasi, Dalam pengarahan seorang atasa dapat memberikan
pengarahan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Memberikan motivasi, inspirasi, semangat atau dorongan kepada setiap karyawan
untuk bekerja sesuai harapan untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Muninjaya,
hal ini disebut dengan motivasi, motivasi merupakan proses seorang manajer
merangsang bawahan untuk bekerja dalam rangka upaya mencapai sasaran
organisasi sebagai alat untuk memuaskan keinginan pribadi.
2. Menurut Nuraida, memberikan kesempatan pengembangan diri melalui pemberian
Pendidikan dan pelatihan.
3. Pengarahan yang dilakukan dengan memberikan petunjuk yang benar, jelas dan tegas.
Menurut Muninjaya bahwa saran atau instruksi dalam pelaksanaan tugas diberikan
dengan jelas agar setiap tugas dapat dilaksanakan dengan baik terarah kepada tujuan
yang sudah ditetapkan.

10.2.4. Pengendalian
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang menentukan proses manajemen
dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer. Pengendalian merupakan proses
pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti. Yang
menjadi ukuran pengendalian adalah standar. Standar merupakan pedoman atau tolak ukur
atau perbandingan yang ditetapkan untuk dasar pengukuran atau suatu pernyataan mengenai
hasil yang diharapkan. Fungsi dari fungsi pengendalian adalah:
1. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan dengan melakukan
pengendalian secara rutin, ketegasan dan pengawasan dan dengan pemberian sanksi
terhadap terjadinya penyimpangan.
2. Memperbaikan setiap penyimpangan yang terjadi, dengan pengendalian dapat
diusahakan cara – cara perbaikan, terutama terdapa penyimpangan yang sudah
terjadi.
3. Dibuat organisasi dinamis, dengan pengendalian diharapkan dapat mencegah dan
mengurangi tingkat penyimpangan yang terjadi dan dapat mencegah terjadi
penyimpangan.
4. Mempertebal rasa tanggung jawab, harapannya adalah setiap karyawan memiliki rasa
tanggung jawab terhadap pekerjaan, dengan adanya sistem pengendalian.

10.2.4.1. Jenis Pengendalian


Pengendalian dalam manajemen mengikuti pola pada proses sistem, yaitu input,
proses dan output. Jenis pengendalian yang memfokuskan pada proses sistem, adalah:
A. Metode pengendalian umpan maju
Metode ini disebut dengan istilah pengendalian untuk mengantisipasi masalah sebelum
terjadi. Metode ini dengan membuat berbagai standar kualitas dan kuantitas terdapat
berbagai input – masukan. Manajer harus sudah membuat standar mutu untuk
menghindari penyimpangan.
B. Metode pengendalian berjalan atau bersamaan
Dikenal dengan istilah mengelola masalah pada saat terjadi, metode ini memerlukan
standar perilaku, kegiatan dan pelaksanaan atau prosedur dari setiap aktivitas.
Dibutuhkan hasil observasi dari first line manager. Tindakan korektif – perbaikan
ditujukan kepada perbaikan kualitas dan kuantitas sumber daya dan operasi
perusahaan.
C. Metode pengendalian umpan balik
Metode ini disebut juga mengelola masalah setelah terjadi, dengan menentukan
standar kualitas dan kuantitas terhadap setiap output – keluaran. Tindakan korektif di
lakukan setelah output dikembalikan oleh konsumen.

10.2.4.2. Proses Pengendalian


Proses pengendalian merupakan pengukuran kemajuan kegiatan berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan dalam rangka tujuan organisasi dan dievaluasi dan
mencari alternatif pemecahan untuk menyelesaikan masalah. Proses pengendalian terdiri dari
empat langkah yaitu:
A. Penetapan standar kinerja, target sebagai dasar untuk evaluasi
B. Pengukuran prestasi atau kinerja nyata
C. Membandingkan kinerja nyata dengan standar kinerja yang ditetapkan
D. Mengevaluasi hasil dan melakukan tindakan koreksi jika standar tidak tercapai.

10.2.4.3. Sistem Pengendalian Yang Efektif


Sistem pengendalian yang dapat dikatakan diandalkan dan efektif mempunyai
karakteristik tertentu yang sifatnya relatif. Dan memiliki ciri-ciri seperti berikut ini.
a. Akurat.
Informasi tentang hasil prestasi kerja harus akurat. Mengevaluasi ketepatan informasi
yang diterima merupakam salah satu tugas pengendalian paling penting yang dihadapi
manajer.
b. Tepat waktu.
Informasi hendaknya segera dimanfaatkan untuk pengambilan tindakan yang tepat
terhadap suatu masalah agar menghasilkan perbaikan.
c. Objektif dan komprehensif.
Informasi yang akan digunakan untuk pengawasan harus dapat dipahami dan
dianggap objektif. Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan kesalahan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
d. Dipusatkan pada titik pengendalian strategis.
Pengendalian harus dipusatkan pada area di mana kemungkinan terjadinya
penyimpangan relatif banyak, juga pada area di mana tindakan koreksi dilaksanakan
dalam waktu serta tempat yang tepat hingga efektif.
e. Ekonomis.
Biaya pengendalian hendaknya lebih sedikit atau paling banyak sama dengan
keuntungan yang diperoleh dalam sistem itu. Caranya ialah bahwa pengeluaran
hendaknya minimal dengan hasil yang hendaknya optimal.
f. Realistis dari organisasi.
Sistem pengendalian harus dapat di gabungkan dengan realitas organisasi.
g. Fleksibel.
Secara umum semua organisasi berada pada lingkungan yang tidak stabil sehingga
perubahan-perubahan yang terjadi perlu diantisipasi. Bentuk antisipasi ini perlu
didampingi dengan pengawasan agar jalannya organisasi tetap sesuai dengan
harapan.
h. Perspektif dan operasional.
Sistem pengawasan yang efektif harus dapat mengidentifikasikan tindakan korektif
apakah yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam bentuk yang umum di
tangan orang- orang yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan yang
diperlukan itu.
i. Diterima oleh anggota organisasi.
Bahwa sistem pengendalian dapat menghasilkan perstasi kerja yang tinggi di kalangan
para anggota organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki
otonomi, tanggung jawab, dan kesempatan untuk mencapai kemajuan.

DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard (2003), Manajemen, Edisi ke-5, Jilid 1 dan 2, Erlangga, Jakarta

Dimas, 2010, Dasar – dasar Manajemen Actuating,STPB, Bandung

F. Delmar dan S. Shane, "Does Business Planning Facilitate the Development of New
Ventures" Strategic Management Journal, December 2003, pp. 1165—1185.

Griffin, Ricky W., and Ebert, Ronald J., 2006, Business, 8th edition, Pearson Education Inc.,
New Jersey.

Griffin (2005), Fundamental of Management, 4th Ed., Houghton Mifflin Company

Madura, Jeff, 2007, Introduction to Business, 4th edition, South-Western College Publishing,
USA.

Mosley, Donald C. dan Paul H. Pietri (1975) : The Art Of Working With And Through People.

Hanafi, Mamduh M. (2003), Manajemen, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

N. Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.

Robbins, S. and Coulter, M. (2002), Management, 7th Ed., Prentice Hall, Inc. Upper Sadle
River, New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai