Anda di halaman 1dari 6

Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.

1 Mei 2020 : 4 – 9

Analisis Kelayakan Investasi Penambangan Timah


Metode Cutter Suction Dredger dengan Washing Plant Terpisah

Investment Feasibility Study of Tin Mining


Cutter Suction Dredger Method With Separated Washing Plant

Nelsen Wijaya1*, Mixsindo Korra Herdyanti2


1,2
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti,
Jalan Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta 11440, Indonesia

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author): nelsen984@gmail.com

ABSTRAK - Cutter suction dredger (CSD) merupakan metode penambangan baru yang akan diterapkan untuk
melakukan penambangan timah jenis sekunder. Penambangan dengan CSD tersebut merupakan upaya untuk
memanfaatkan potensi endapan timah yang berada di daerah pesisir (kedalaman ±15-20 m) yang tidak
terjangkau oleh Kapal Isap dan Kapal Keruk. Dengan sistem penambangan timah sekunder yang terbilang baru
ini, maka perlu dilakukan kajian ekonomi untuk mengetahui kelayakan dari proyek tersebut. Parameter
kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period
(PP), dan harga pokok produksi (HPP). Diketahui bahwa total investasi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp
53.970.572.628,-; dengan proyeksi NPV sebesar Rp 105.163.154.782,-; IRR 161,96%; PP 0,45 tahun. Nilai tersebut
diasumsikan dengan skenario dimana harga timah konstan diangka USD 20.975 per ton, dan pencapaian 100%
dari target penambangan. Berdasarkan skenario yang sama, besarnya HPP adalah USD 13.086 per ton timah. HPP
tersebut adalah yang terendah dibandingkan dengan unit produksi timah lainnya. Sehingga proyek CSD tersebut
layak untuk dioperasikan dan layak untuk diterapkan pada daerah usaha lainnya yang memiliki karakteristik yang
sesuai.

Kata kunci: investasi, NPV, IRR, payback period, harga pokok produksi

ABSTRACT - Cutter suction dredger (CSD) is a new mining method that will be applied for secondary type tin mining.
Tin mining with CSD is an effort to utilize the potential of tin deposits in coastal areas with a depth of ± 15-20
meters which is not possible by Suction Dredger and Dredger. With this fairly new secondary tin mining method,
it is important to conduct economic study to determine the economics aspect of the project. In this investment
feasibility study, the parameters used are Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period
(PP), and cost of production (HPP). Iit is known that the total investment spent for the project is Rp
53.970.572.628,-; with a projected NPV of Rp 105.163.154.782,-; IRR 161,96%; PP 0,45 years. This value is
assumed by a scenario where the price of constant tin commodities is estimated at USD 20.975 per ton, and
achieving 100% of the mining production target. Based on the same scenario, the cost of production (HPP) is $
13.086 per ton timah, which is the lowest HPP compared to others tin production units. So its proved that the CSD
project is feasible to operate and feasible to be applied to the other business areas that have the appropriate
characteristics.

Keywords: investment, NPV, IRR, payback period, production cost

PENDAHULUAN

Penambangan timah sekunder dilakukan menggunakan kapal hisap (suction vessel) dan kapal keruk
(dredger), yang kemudian hasil penambangan berupa bijih diolah langsung pada kapal. Hingga periode
November 2017, produksi penambangan Unit Produksi Laut A hanya mencapai 67% dari target rencana
kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) dan untuk Unit Produksi Laut B hanya tercapai 80% dari target
RKAP. Hal ini dikarenakan banyaknya jam berhenti produksi. Tecatat bahwa jam berhenti produksi
yang tidak terencana akibat rusaknya peralatan sebesar 28,2%. Bila jam berhenti produksi akibat
peralatan rusak dibagi menjadi dua, yaitu peralatan penambangan bijih (ore getting) dan peralatan

4
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.1 Mei 2020 : 4 – 9
pencucian, maka porsinya adalah 90% untuk kerusakan peralatan penambangan dan 10% untuk
kerusakan perlatan pencucian.

Pada penambangan timah Unit Produksi Laut selama ini hanya pada endapan yang terdapat pada 25–
80 m di bawah permukaan laut. Karena peralatan yang tersedia hanya dapat beroperasi pada
kedalaman tersebut, hal ini menyebabkan endapan pada daerah pesisir dengan kedalaman 15-20 m
belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2017, mulai direncanakan penambangan
dengan metode cutter suction dredger (CSD). CSD merupakan unit kapal keruk dengan ukuran yang
lebih kecil tanpa fasilitas pencucian bijih timah pada kapal, yang artinya bijih hasil penambangan timah
sekunder tersebut dipompa terlebih dahulu ke washing plant yang ada di darat untuk selanjutnya
dilakukan pencucian. Namun karena hal tersebut adalah sesuatu yang baru, maka perlu dilakukan
kajian keekonomian lebih lanjut atas rencana tersebut, yang mempertimbangkan kelayakan dari nilai
investasi dan juga biaya operasional unit penambangan CSD tersebut. Juga perlu dilakukan proyeksi
harga pokok produksi (HPP) per ton timah guna membandingkan biaya produksi antara unit
penambangan CSD dengan unit penambangan yang sudah berjalan sebelumnya (suction vessel dan
dredger). Dari kedua aspek yang akan diteliti tersebut, maka dapat disimpulkan kelayakan dari proyek
cutter suction dredger tersebut.

METODE

Kapal Cutter Suction Dredger

Cutter suction dredger adalah kapal keruk yang dilengkapi dengan cutter head (kepala pemotong)
untuk memberai tanah sebelum dihisap oleh pompa. Kapal jenis ini umumnya menggunakan spud
untuk bergerak atau berpindah dengan cara menarik dan mengulur pada kedua kabel. Namun, Kapal
Isap yang digunakan pada proses penambangan tidak menggunakan alat gerak spud, melainkan
menggunakan sistem ulur-tarik jangkar yang berada di sisi kiri dan kanan kapal. Maka itu, diperlukan
bantuan dari kapal kecil lainnya untuk menempatkan jangkar apabila kapal keruk jenis ini hendak
berpindah area kerja. Sementara untuk transportasi jarak jauh, kapal ini ditarik dengan tug boat.

Gambar 1 menunjukkan layout kapal cutter suction dredger. Dimana cutter berada di bawah
permukaan laut untuk menggali material yang kemudian disedot oleh pompa melalui pipa hisap,
setelah itu material akan ditransportasikan melalui pipa HDPE menuju stockpile di darat.

Gambar 1. Layout kapal cutter suction dredger

5
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.1 Mei 2020 : 4 – 9
Parameter Investasi

Dalam penelitian ini, parameter investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). NPV adalah akumulasi dari aliran kas yang sudah
dikurangi dengan discount rate. IRR adalah tingkat discount rate yang akan membuat nilai NPV menjadi
nol (0). Sementara, PP adalah waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi
(initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan
rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.

1. Nilai NPV dapat dicari menggunakan persamaan berikut :


𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡 = 1 1+ 𝐾𝑡
− 𝑙0 (1)

Dimana CFt merupakan aliran kas pertahun pada periode t, I0 mendefinisikan investasi awal pada
tahun 0, dan K adalah suku bunga (discount rate) yang digunakan dalam asumsi investasi suatu proyek.

2. Nilai IRR dapat dicari menggunakan persamaan berikut:

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 ) 2
− 𝑖1 ) (2)

Dimana i1 merupakan tingkat diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+), sementara i2
merupakan tingkat diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (-). NPV1 adalah net present value
yang bernilai positif, sementara NPV2 adalah net present value yaitu bernilai negatif.

3. Nilai PP dapat dicari menggunakan persamaan berikut :


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑃 = × 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 (3)
𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Nilai investasi adalah seluruh biaya modal (capital expenditure) yang dikeluarkan untuk suatu proyek,
sementara kas masuk bersih adalah nilai revenue yang telah dikurangi oleh biaya biaya produksi.

4. Nilai harga pokok produksi (HPP) dapat dicari menggunakan persamaan berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝐻𝑃𝑃 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
(4)

Total biaya adalah total dari semua beban beban yang dikeluarkan secara langsung maupun tidak
langsung demi menunjang produksi. Sementara total produksi adalah jumlah total produk yang
dihasilkan dari proses produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 menjelaskan bahwa penambangan akan dibagi menjadi 14 blok, dan setiap blok memiliki isi
jumlah yang sama yaitu 300.000 m3. Setiap blok akan membutuhkan waktu 1 bulan untuk
penambangan, sehingga total target umur penambangan adalah 14 bulan.

Dengan menggunakan data sekunder yang ada, maka dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan
parameter kelayakan investasi. Dilakukan perhitungan untuk mendapatkan tiga parameter kelayakan
investasi, yaitu NPV, IRR, PP. Selain itu, dilakukan juga perhitungan HPP untuk mendapatkan
perbandingan antara biaya penambangan dengan metode CSD dengan metode lainnya. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Perhitungan dibuat berdasarkan beberapa skenario
untuk dapat melihat kelayakan investasi berdasarkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi.

6
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.1 Mei 2020 : 4 – 9

Gambar 2. Layout rencana penambangan

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada proyek penambangan timah sekunder dengan metode
CSD dan washing plant yang terpisah di darat, didapatkan nilai yang layak dari parameter perhitungan
yang dihasilkan, sehingga dapat dikatakan cadangan masih ekonomis untuk ditambang walaupun umur
tambang yang terbilang singkat, yaitu 14 bulan (sesuai target produksi).

Tabel 1. Proyeksi arus kas proyek penambangan

Tahun Arus Kas


2018 − Rp 53.970.572.628,-
2019 + Rp 64.779.845.693,-
2020 + Rp 124.066.787.649,-

Hasil perhitungan berdasarkan lima skenario, yaitu skenario optimis, skenario moderat, skenario
moderat-pesimis, skenario pesimis, dan skenario terburuk dapat dilihat pada Tabel 2. Asumsi yang
digunakan adalah harga komoditas timah tetap, yaitu USD 20.975 per ton, nilai konversi USD terhadap
Rupiah sebesar Rp 14.133/USD, dan biaya operasional tetap.

Tabel 2. Proyeksi parameter investasi berdasarkan skenario

Skenario
Parameter Unit Moderat-
Optimis Moderat Pesimis Terburuk
Pesimis
NPV Rp 105.163.154.782 94.805.964.410 85.484.234.572 62.543.861.110 (−) 9.577.288.442
IRR % 161,96 116,62 104,67 81,65 55,45
PP tahun 0,45 0,76 0,91 1,18 1,5

Nilai IRR pada setiap skenario menghasilkan nilai yang jauh di atas nilai biaya modal proyek atau
weighted cost of capital (WACC), yaitu sebesar 8,85%. Namun, terdapat suatu kondisi yang mana dapat
menyebabkan proyek penambangan CSD menjadi merugi, yaitu apabila pencapaian produksi yang
terealisasi adalah sebesar 37,5% dari target RKAP, serta dengan asumsi harga komoditas timah turun
20%, dan biaya operasional yang meningkat 20%. Nilai NPV yang dihasilkan dari kemungkinan tersebut
adalah (−) Rp 9.577.288.442,-. Di samping itu, proyeksi HPP timah yang dihasilkan dari proyek
penambangan CSD ini memiliki harga pokok produksi yang paling rendah dibandingkan dengan unit
produksi lainnya (Kapal Keruk, Kapal Isap, Kapal Isap Mitra, dan Tambang Darat). Apabila menggunakan

7
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.1 Mei 2020 : 4 – 9
skenario optimis sesuai target RKAP 2019, maka proyeksi HPP yang dihasilkan dari proyek ini adalah
USD 13,086 per ton.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dikatakan penambangan dengan CSD lebih
menguntungkan dibandingkan dengan HPP pada unit produksi lain, sehingga penambangan sejenis
dapat juga diterapkan di daerah usaha yang memiliki karakteristik yang sesuai.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada PT X, yang sudah menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian dan kepada
Prodi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti yang membantu dalam penyusunan laporan dan
luaran penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aswath, Damodaran. 2001. Corporate Finance: Theory and Practice, International Edition. Willey, New York.

Djatmiko, M. Budi. 2012. Studi Kelayakan Bisnis Cetakan II STEMBI-Bandung Bussiness School, Bandung.

Emery, R, Douglas; Finnerty, D, John. 1997. "Corporate Financial Management". Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice Hall Inc.

Freddy Rangkuti. 2012. Studi Kelayakan Bisnis & Investasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Goran Karanovic. 2010. ”Financial Analysis Fundament For Assessment The Value of The Company”. UMTS
Journal of Economic, Vol.1, no.1, pp. 73-84.

Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edsisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Penyajian Laporan
Keuangan (Revisi 2009). Jakarta: Salemba Empat.

Kieso,et.al. 2011. Intermediate Accounting, (Jilid 1) Edisi ke-12. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Erlangga.

Lukman Syamsudin. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi ke-8, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Ross et al. 2010. Fundamental of Corporate Finance (9th Edition). New York: McGraw-Hill.

Stermole, Faranklin J. dan John M. Stermole. 1987. Economic Evaluation and Investment Decision Methods.
Chicago: Investment Evaluations Corporation.

Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Sujitno, Sutedjo. 2017. Sejarah Pertambangan Timah di Indonesia PT Timah (Persero), Tbk. Pangkalpinang.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Yogyakarta: Kanisius.

Umar, H. 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. 8 Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

8
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3, No.1 Mei 2020 : 4 – 9

Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Vlasblom, W.J. 2003. Chapter 3: Cutter Suction Dredger.

Wibowo, dan Abu Bakar Arif. 2003. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Cikal Sakti.

Anda mungkin juga menyukai