Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA WNI DENGAN WNA JERMAN

DALAM KANAL CHANNEL YOUTUBE “Baytak Jerman”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Budaya
Dosen Pengampu : Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh :

Ervita Riliana

Kelas :

3D

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
A. Latar Belakang
Sebagai warga negara Indonesia, kita sudah terbiasa berinteraksi dengan sesama
warga negara Indonesia yang hadir dalam lingkungan kita sehari-hari. Berinteraksi
dengan sesama warga tanah air, tentunya akan berbeda ketika kita akan berinteraksi
dengan warga negara asing yang memiliki kebiasaan dan culture yang berbeda pula.
perkembangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan dinamika hubungan internasional.
Fenomena ini telah membuka peluang dan mendorong berbagai bentuk interaksi yang
melibatkan individu dapat mengikuti program-program negara asing yang sengaja
diadakan dengan tujuan pertukaran budaya.
Pola komunikasi yang melibatkan Warga Negara Asing ini juga dapat pula terjadi
dengan adanya program pertukaran pelajar, beasiswa, dan kerja sama penelitian
antarnegara yang memberikan kesempatan bagi warga Indonesia untuk berinteraksi
dengan secara langsung dengan komunitas luar negeri. Munculnya teknologi informasi
saat ini mempermudah semua orang untuk dapat mempermudah individu untuk dapat
memperoleh informasi tentang bagaimana dapat berkunjung ke suatu negara asing
untuk mempelajari budaya mereka. Dari berbagai banyak program yang memberikan
izin keluar negeri salah satunya adalah program AuPair. Program Aupair ini merupakan
salah satu program yang diadakan oleh suatu negara untuk penduduk negara asing
dapat mempelajari budaya negara tersebut dengan jangka waktu tertentu.
Menurut Kedutaan Besar Republik Federal Jerman Jakarta, AuPair merupakan
program yang memberikan kesempatan bagi para individu pada usia muda
memperdalam kemampuan berbahasa asing mereka secara langsung di luar negeri dan
mengenal kebudayaan asing di negara tersebut. AuPair dapat dilaksanakan bagi siapa
saja yang berumur 18 hingga 26 tahun. Selain mempelajari bahasa asing dan budaya
pada negara tersebut, seorang AuPair juga menjadi anggota angkat suatu keluarga
dalam negara tersebut dan diberikan izin tinggal selama mereka berada dalam masa
program AuPair.
Keluarga dalam program ini mengharuskan anak muda yang menjalankan program
AuPair untuk les berbahasa negara tersebut. Seorang AuPair dalam keluarga tersebut
memiliki peran sebagai “Kakak Angkat” bagi keluarga tersebut. Oleh karena itu,
seorang AuPair mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan mendapatkan makanan
sehari-hari dari keluarga tersebut.
Salah satu pemilik channel YouTube “BayTak Jerman” merupakan seorang AuPair
yang berada di Eropa dengan sebutannya “Negeri Industri” yaitu Jerman. Perempuan
bernama Sintha yang berasal dari Medan ini memulai kehidupannya sebagai AuPair
pada tahun 2022 di usianya yang ke 26 tahun. Keinginannya yang besar untuk pergi
keluar negeri, membawanya pergi ke Jerman untuk mewujudkan mimpinya sejak
dahulu. Pada awalnya, Shinta merupakan salah satu lulusan Pendidikan Bahasa Inggris
di Universitas Negeri Medan yang saat itu ia kira dengan mengeyam pendidikan bahasa
asing, dapat membawanya pergi keluar negeri. Saat ia lulus dan bekerja barulah ia
mengejar program AuPair ke negara Jerman.
Dalam video yang ia tampilkan pada Channel YouTube “BayTak Jerman”, Shinta
sering membagikan vlog tentang bagaimana proses ia selama menjalani program
AuPair di Jerman, lalu berlanjut melaksanakan program relawan di Jerman selama 1
tahun dalam bidang sosial (BFD), hingga kini Sekolah Vokasi (AusBildung). Selama
Sintha menjalani program ini terdapat sekali cerita tentang bagaimana ia berinteraksi
dengan Warga Negara Jerman dan bagaimana ia beradaptasi dengan kebiasaan orang
Jerman yang berbeda dengan kehidupannya selama berada di Indonesia. Shinta secara
aktif pula mengenalkan budaya dan masakan Indonesia kepada warga negara Jerman
melalui channel YouTubenya. Selain itu, Shinta sering menjelaskan bagaimana ia
culture shock dengan sistem dan mekanisme pemerintahan Jerman dalam mengurus
segala perizinannya yang berbeda dengan di Indonesia.
Menurut Shinta, bagaimana warga negara Jerman berinteraksi berbeda dengan di
Indonesia yang dapat membuatnya lebih mandiri daripada ketika dirinya berada di
Jerman. Terbiasanya Shinta dalam berkomunikasi serta beradaptasi di Jerman
mempengaruhi gaya hidupnya dan kebiasaannya selama berada di Jerman. Dengan
latar belakang ini, peneliti ingin mencari tahu lebih dalam bagaimana pola komunikasi
Shinta sebagai warga negara Indonesia yang sedang melaksanakan program
internasonal di negara Jerman berinteraksi secara langsung dengan warga negara
Jerman.
B. Fokus Permasalahan

Fokus penelitian adalah benang merah dari suatu penelitian sehingga penelitian dan
observasi yang dilakukan lebih terarah dan Menyusun susunan permasalahan yang
lebih jelas. Fokus permasalahan dalam penelitian ini dibatasi dengan studi kualitatif
dengan menggunakan data yang relevan dan mana yang relevan untuk penelitian ini.
Penelitian ini berfokus pada tayangan channel YouTube “BayTak Jerman”. Tayangan
yang dipilih dalam penelitian ini adalah tayangan yang berfokus pada bagaimana Shinta
berinteraksi dan menceritakan bagaimana kehidupannya hidup berdampingan langsung
bersama warga negara Jerman. Dalam dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan tingkat
priotitas penelitian.

Fokus penelitian yang akan diambil untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang
terjadi antara warga negara Indonesia dengan warga negara Indonesia adalah Shinta
dalam channel YouTube “Baytak Jerman sebagai Warga Negara Indonesia berinteraksi
secara langsung dengan warga negara Jerman yang dan menjelaskan bagaimana
culture, budaya dan kebiasaan orang jerman dengan masyarakat Indonesia serta apakah
Shinta dapat beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat Jerman. Sehingga
penelitian ini terfokuskan pada penelitian ini terfokuskan pada “ Komunikasi Antar
Budaya WNI dengan WNA Jerman dalam Channel YouTube ‘BayTak Jerman’ “.
C. KAJIAN TEORI
Teori Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik adalah cara berpikir seseorang mengenai pikiran, diri
sendiri, serta pola pikir yang ada pada masyarakat. Teori yang digagas oleh George
Herbert Mead pada tahun (1863-1931) ini merupakan kajian teori yang bersifat
subjektif akan suatu individu dalam kehidupan sosial (Kuswarno:2013) .Teori
interaksionisme simbolik merupakan teori yang pada dasarnya adalah ide mengenai
suatu individu dengan masyarakat. Suatu individu bergerak untuk melakukan suatu
perilaku karena adanya makna yang tercipta berdasarkan apa yang ia berikan kepada
suatu benda, peristiwa maupun orang disekitarnya. Interaksi simbolik memiliki
tanggapan bahwa seorang individu memahami suatu hal baru melalui pengalaman yang
ia alami (Sari et al., n.d.)

Dalam komunikasi interpersonal, interaksi simbolik menerangkan bahwa pikiran


merupakan sebuah percakapan dalam diri pada alam bawah sadar yang terefleksikan
melalui interaksi kita dengan orang lain. Lalu, dari interaksi tersebut manusia mulai
beradaptasi dan menjadi manusiawai antara satu sama lain. Melalui interaksi tersebut,
manusia sebagai mahluk sosial yang aktif dalam masyarakat akan membentuk
perilakunya sendiri sesuai dengan bagaimana lingkungan yag ia tinggali. Studi yang
mempelajari perilaku manusia melalui pandangan interaksi simbolik ini memerlukan
pemahaman mengenai tindakan yang ada dalam diri manusia tersebut tidak hanya
perilaku yang terlihat oleh orang lain (Kuswarno:2009)

Proses sosial membentuk masyarakat, diri, dan membentuk masyarakat, diri


sendiri, dan interaksi sosial, dan masing-masing saling memberi umpan balik.
Pandangan ini melihat masyarakat terdiri dari sistem interaksi dan hubungan peran
yang terorganisir dan kompleks mosaik dari kelompok-kelompok yang berbeda,
komunitas-komunitas, dan institusi yang berbeda, dipotong oleh berbagai demarkasi
berdasarkan kelas, usia, jenis kelamin, etnis, agama, dll. Pendekatan interaksionisme
simbolik melihat keragaman bagian sebagai sesuatu yang terkadang saling bergantung
dan terkadang independen satu sama lain, terkadang terisolasi dan terisolasi satu sama
lain dan terkadang tidak, terkadang bekerja sama dan terkadang bertentangan,
terkadang sangat resisten terhadap perubahan dan terkadang kurang begitu..

Dikatakan bahwa individu objek yang bisa secara langsung ditelaah


dandianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Pada intinya
menjelaskantentang kerangka referendi untuk memahami manusia, bersama dengan
orang lain,menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku
manusia. Interaksi simbolik ada karena ide ide dasar dalam membentuk makna
yangberasal dari pikiran manusia (mind) mengenai diri (self), dan hubungannya di
tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi
maknadi masyarakat (society) dimana individu tersebut menetap.

Teori Interaksionisme simbolik sebagai suatu perspektif melalui empat ide dasar.

a. Teori interaksionisme simbolik lebih memfokuskan diri pada interaksi sosial, di


mana aktivitas-aktivitas sosial secara dinamik terjadi antar individu. Dengan
memfokuskan diri pada interaksi sebagai sebuah unit studi, perspektif ini telah
menciptakan gambaran yang lebih aktif tentang manusia dan menolak gambaran
manusia yang pasif sebagai organisme yang terdeterminasi.
b. Tindakan manusia tidak hanya disebabkan oleh interaksi sosial akan tetapi juga
dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi dalam diri individu.
c. Fokus dari perspektif ini adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan pada
waktu sekarang, bukan pada masa yang telah lampau.
d. Manusia dipandang lebih sulit untuk diprediksi dan bersikap lebih aktif,
maksudnya, manusia cenderung untuk mengarahkan dirinya sendiri sesuai
dengan pilihan yang mereka buat.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain,
demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol,
maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara
membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
menggunakan metode interaksionisme. Deskriptif kualitatif, yakni suatu teknik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan
memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada
saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang
keadaan sebenarnya (Kriyantono, 2007) Menurut (Moleong, 2010)dengan
menggunakan metode deskriptif berarti peneliti menganalisa data yang dikumpulkan
dapat berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi,
catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya

Sedangkan metode interaksionisme, menurut (Sari et al., n.d.) memfokuskan


penelitian pada perilaku manusia yang dilihat sebagai produk dari hasil interpretasi
manusia terhadap dunia di sekitar mereka. Metode interaksionisme berfokus kepada
meneliti perilaku manusia yang dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia
membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi
orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada
orang lain. situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku
mamusia Sebagaimana ditegaskan Blumer, dalam pandangan interaksi simbolik, proses
sosial dalam kehidupan kelompok yang menciptakan dan menegakkan aturan- aluran
bukan sebaliknya (Kuswarno:2009)

Metode interaksionisme tersebut menunjukkan adanya interaksi antara Shinta,


dengan masyarakat sekitar yang merupakan warga negara jerman. Shinta juga
melakukan interaksi secara intens dengan para penontonnya mengenai bagaimana ia
berinteraksi serta beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan orang jerman.
E. Pembahasan
Penelitian ini pembahasannya tertuju tentang bagaimana komunikasi yang terjadi
antara WNI dan WNA Jerman dalam kanal YouTube Baytak Jerman. Perbedaan negara
tentunya memiliki perbedaan pada culture, budaya, serta kebiasaan yang
mempengaruhi kita sebagai warga negara Indonesia untuk bisa memahami serta
beradaptasi dengan budaya mereka. Berdasarkan hasil analisis YouTube Baytak
Jerman ditemukan banyak sekali perbedaan yang menonjol selama Shinta yang
merupakan host dari Channel Youtube “Baytak Jerman” tinggal di Jerman.

Budaya Orang Jerman Berkomunikasi Tanpa Basa-Basi


Dalam praktek komunikasinya, Shinta yang merupakan warga negara Indonesia
sempat shock dengan gaya komunikasi warga negara jerman yang berbicara sangat
cepat dan sempat membuatnya tidak dapat memahami apa yang warga negara jerman
itu katakan. Komunikasi verbal yang disampaikan oleh orang jerman tidak hanya cepat,
namun topik pembahasannya cenderung on-point, straight, dan jujur. Shinta dalam
video ini menjelaskan bahwa ia cukup kaget dengan keterbukaan orang Jerman yang
terbuka baik dalam baik maupun hal buruk. Warga negara jerman tidak segan untuk
menegur teman kerja Shinta yang memiliki profesionalitas yang buruk dan
menyarankannya untuk segera memperbaiki kebiasaanya. Sehingga, ketika
berinteraksi dengan orang Jerman jarang sekali Shinta menemukan adanya
pembicaraan yang membicarakan orang lain atau yang sering disebut ghibah.

Gambar 1.
Budaya Orang Jerman yang Tertutup dan Kurang Ramah
Shinta dalam video juga ini menjelaskan bahwa etika dalam berinteraksi
dengan mereka melalui vlognya juga dinilai kurang baik. Sehingga, Shinta memilih
untuk tidak merekam kesehariannya bersama keluarga angkatnya dan teman-temannya
di karenakan tidak semua orang Jerman memperizinkan mereka untuk masuk ke vlog
seseorang. Shinta juga mengatakan dalam video tersebut tentang bagaimana tidak
acuhnya warga Jerman terhadap urusan orang lain. Dalam kasusnya, Shinta bercerita
bahwa dirinya pernah mengalami kecelakaan yaitu “Jatuh” dihadapan banyak orang
Jerman. Namun, saat itu Shinta mengatakan tidak ada satupun yang membantunya.
Dalam kasus lain, dalam video tersebut Shinta bercerita bahwa temannya yang sesama
menjalani program “AuPair” memiliki nasib yang berbeda dengannya, teman Shinta
yang tidak disebutkan namanya dalam video tersebut juga mengalami insiden yang
kurang mengenakkan ketika dirinya lupa membawa kunci rumah keluarga angkatnya.
Pada saat itu, temannya Shinta masih belum memiliki akses internet yang hanya dapat
diakses di Jerman sehingga ia tidak dapat menghubungi keluarganya. Berbeda dengan
Shinta, tetangga dari temannya Shinta justru berinisiatif untuk membantunya ketika ia
merasa kesulitan. Shinta mengatakan bahwa temannya memang tinggal di Jerman yang
bukan dekat pusat kota. Berbeda dengannya yang saat itu berada di pusat kota yaitu
Frankfurt.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa orang Jerman tidak menyukai
berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal meskipun orang tersebut meminta
bantuan itu bergantung dimana individu itu tinggal. Dalam kasus tadi, Shinta
mengatakan bahwa perbedaan interaksi dalam kasus diatas di karenakan Frankfurt
merupakan salah satu kota terbesar di Jerman yang mayoritas adalah campuran warga
negara jerman dengan warga negara asing yang terkenal dengan ke “Metropolitan” nya.
Sehingga perbedaan budaya dan interaksi antara kota besar dan kota kecil di jerman
sangat terlihat.
Gambar 2.

Budaya Orang Jerman yang Serba Mandiri


Selain itu, dalam video lainnya diterangkan bedanya perbedaan budaya
yang ada di Jerman adalah kemandirian seseorang dalam melakukan segala hal
sendiri tanpa berdiskusi secara kolektif mengenai hal yang ingin diurus seperi
dokumen, visa, data pribadi warga negara asing. Dalam video diatas, Shinta
mengatakan bagaimana budaya hidup mandiri di Jerman sangatlah membuatnya
kerimpungan dalam menjalani kehidupan di Jerman.
Di Jerman, Shinta mengatakan bahwa pengurusan dokumen bagi warga
negara asing haruslah diurus secara mandiri oleh WNA tersebut. Berbeda dengan
Indonesia yang dimana segala hal dapat dimudahkan dengan adanya pihak yang
membantu seperti calo dan agensi. Di Jerman, Shinta diharuskan untuk memahami
panduan yang diberikan pemerintahan Jerman melalui website dan mengurusnya
sendiri baik melalui email, telephon maupun mengurusnya secara langsung tanpa
melalui agensi. Dalam video tersebut, dikatakan bahwa Jerman kurang fleksibel
dalam terkait dokumen-dokumen baik penduduk maupun warga asing. Semua
orang yang membutuhkan dokumen terentu, diharuskan untuk melengkapi
dokumen yang diharuskan tanpa ada kekurangan satu apapun. Sehingga, Shinta
yang terbiasa dengan sistem Indonesia yang fleksibel mengenai pengurusan
dokumen mengalami culture shock dalam beradaptasi dengan pemerintahan Jerman
yang cukup strict dalam sistem pemerintahannya.
Gambar 3.

Budaya Orang Jerman yang Tidak Sabaran


Dalam video diatas, ditampilkan Shinta yang Tengah berbelanja di
supermarket mengatakan pengalamannya bahwa orang tua di Jerman cenderung
merasa “superior” ketika sedang mengantri di supermarket. Menurutnya, orang tua
di Jerman merasa bahwa dirinya sudah tidak mampu lagi dalam mengantri sehingga
pada saat itu Shinta ketika mengantri, seorang ibu-ibu menyelaknya dan mengatakan
“Kamu itu masih muda, sudah seharusnya kamu mengutamakan yang lebih tua” kata
ibu-ibu tersebut. Shinta cukup terkejut dengan budaya tersebut, Jerman dikenal
sebagai kota yang taat aturan, tetapi pengalaman berinteraksi dengan ibu-ibu tua ini
membuatnya tersadar bahwa sebagian besar orang Jerman ada yang memiliki sifat
tidak sabaran khususnya dalam budaya mengantri. Menurut pengalaman Shinta,
beberapa sifat orang Jerman yang tidak sabaran ini hanyab dimiliki oleh orang yang
sudah berumur. Mayoritas orang Jerman yang berusia muda tetap ketat dengan
peraturan sehingga hingga kini ketertiban di Jerman tetap terjalin dengan baik.
Gambar 4.

Budaya Orang Jerman yang Dingin ketika Bergaul dengan Orang Baru
Dalam video diatas, kini Shinta memulai karirnya sebagai “Ausbildung” di
Jerman. Selama menjalani program Ausbildung ini, ia banyak mulai berinteraksi
dengan orang asli Jerman yang turut melakukan program Ausbildung. Anehnya,
Shinta merasa bahwa meski ia sudah berkenalan dan sering berinteraksi dengan
orang-orang jerman tersebut, ia merasa ia tetap sulit memiliki hubungan yang dekat.
Salah satu “Bule” Jerman yang disebutkan dalam video Shinta mengatakan bahwa
orang jerman cenderung sulit untuk berteman. Negara yang jauh lebih fokus dengan
kinerja mereka (efektif dan efisien). Jadi memang budaya di Jerman bisa dibilang
lebih "dingin".. mereka jarang berinteraksi dengan orang lain, lebih jarang bergaul
dengan orang lain, karena orang Jerman cenderung memiliki sifat yang harus serba
cepat. Sehingga, orang Jerman lebih memandang orang yang memiliki output
untuk berkembang sebagai temannya dan kebanyakan orang Jerman sangat
professional baik ketika pendidikan hingga pekerjaan, sehingga sulit untuk
menjalin hubungan dengan mereka di luar aktivitas mereka. Shinta mengatakan
bahwa orang Jerman memang sulit untuk diajak dekat karena memamg sifat orang
Jerman yang “Dingin”. Namun, ketika orang Jerman sudah menemukan orang yang
pas, cocok dan dapat dipercaya olehnya, orang Jerman akan menjaga hubungan
tersebut baik itu hubungan pertemanan maupun pasangan. Oleh karena itu, Shinta
cenderung memiliki circle yang kecil dengan WNA Jerman di karenakan
budayanya seperti itu.

Gambar 5.

Budaya Orang Jerman yang Tidak Suka Membuang Makanan Sisa


Dalam video diatas, Shinta bersama pasangannya sedang makan bersama
dengan makanan khas Indonesia yang disajikan. Pasangan Shinta yang kerap kali
disebut “Ohm” ini mengatakan bahwa Pisang Goreng yang dibuat Shinta terlalu
manis karena disajikan oleh susu. Namun, orang Jerman terkenal dengan budaya
tidak membuang makanan walaupun makanan tersebut kurang cocok di lidahnya.
Pada saat itu, Shinta mengatakan kepada Ohm bahwa ia tidak perlu
menghabiskannya jika pisang yang dimasaknya terlalu manis. Namun, Ohm
bersikeras untuk mennghabiskannya tanpa sisa karena ia mengatakan sudah
menjadi kewajiban bagi kita “Orang Jerman” untuk menghabiskan makanan tanpa
membuangnya.

F. Kesimpulan
Seorang individu yang memiliki banyak perbedaan tempat tinggal khususnya antar
negara akan melihat banyak perbedaan budaya, bahasa kebiasaan serta perilaku yang
harus ia lalui selama berada di negara yang asing tersebut. Namun, kini dalam channel
Youtube “Baytak Jerman” terlihat bahwa Shinta yang merupakan hostnya dapat
menerima dan dapat beradapatasi dengan budaya serta perilaku orang Jerman yang
sangat berbeda dengan saat ia tinggal di Indonesia. Perbedaan bahasa dan budaya
membuat mereka dapat bsaling berkesinambungan serta saling menerima antara satu
sama lain yang hingga kini dapat dibuktikan bahwa perjalanan Shinta dalam channel
Youtubenya terus berlanjut hingga kini dengan berbagai peristiwa menarik yang ia
pelajari dari budaya warga negara Jerman.

DAFTAR PUSTAKA

Kriyantono. (2007). Teknis Praktis Riset Komunikasi (1st ed.). Kencana, 2007.

Kuswarno:2009. (n.d.). Fenomenologi: metode penelitian komunikasi : konsepsi, pedoman, dan


contoh penelitiannya.
Moleong. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Sari, G. G., Salam, E., & Awza, R. (n.d.). POLA KOMUNIKASI NARAPIDANA PEREMPUAN
WARGA NEGARA ASING DALAM BERINTERAKSI DENGAN NARAPIDANA WARGA
NEGARA INDONESIA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II b KOTA
PEKANBARU. http://www.tarif.depkeu.

Anda mungkin juga menyukai