Oleh : Kelompok 7
NAMA :
1. Melody Gracia Putri M (22212025)
2. Yabes Putra Saragih (
3. Yerielo Iriola Purba (22212054)
4. Yoel Christoper Halawa (22212043)
5. Yulike Keren Murfafam (22212056)
6. Victor Christian Halim (22212041)
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN 2023
A. PENGERTIAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Dalam Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan,
komponen Langkah-langkah Pembelajaran merupakan salah satu komponen RPP
yang letaknya setelah komponen “Media, Alat, dan Sumber Belajar” dan sebelum
komponen Penilaian. Ada tiga tahapan dalam langkah-langkah pembelajaran, yaitu
tahap pendahuluan, inti, dan penutup.
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional yang
sesungguhnya. Kegiatan awal ini berguna untuk mempersiapkan siswa agar secara
mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Guru yang
baik tidak akan bisa langsung membawa anak membahas topik inti hari itu,
pastinya harus ada pengantar atau apersepsi unuk masuk ke pembahasan topik
pembelajarannya.
Dalam komponen Pendahuluan ada beberapa subkomponen berikut bagan
subkomponen “Pendahuluan”
Ada tiga macam, yaitu deskripsi singkat, referensi, dan indikator hasil belajar.
Deskripsi singkat adalah penjelasan secara global tentang isi pembelajaran yang
berhubungan dengan indikator hasil belajar. Dari penjelasan singkat yang
disampaikan guru dapat mempermudah siswa mengetahui apa yang akan mereka
pelajari pada pertemuan tersebut, Relevansi adalah adanya kaitan isi pembelajaran
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga dapat
memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Indikator hasil belajar berisi
pengetahuan, keterampilan, sikap atau kinerja yang diharapkan dapat dicapai
siswa pada akhir pembelajaran. Dari adanya indikator pembelajaran, siswa belajar
lebih cepat bila ada tanda-tanda atau penjelasan berupa tujuan pembelajaran.
Biasanya waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan komponen pendahuluan tersebut
hanya 3-5 menit dari 45-90 menit waktu pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti diartikan juga sebagai tahap penyajian sebagai pengajaran yang
sesungguhnya, karena merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Ada tiga
pengertian pokok yaitu uraian, contoh dan noncontoh, latihan, tes formatif,
rangkuman dan glosarium.
Menurut Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan, ciri-ciri dari kegiatan intinya yaitu kegiatan inti ini menggunakan
model, metode, media, dan sumber pembelajaran yang selalu disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan mata pelajarannya.
a. Sikap. Suatu kegiatan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik sikap, yaitu
proses afeksi yang dimulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan.
b. Pengetahuan. Pengetahuan dapat dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
c. Keterampilan. Hal ini dapat dimiliki melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
a. Umpan Balik
Umpan balik merupakan kegiatan yang memberitahukan hasil tes formatif.
Kegiatan inti penting bagi siswa supaya siswa mendapatkan kepastian tentang
hasil belajarnya dan hal itu akan membuat proses belajar menjadi lebih efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik bukan saja memberikan kunci
jawaban tes formatif tetapi juga menekankan pada pemberian penjelasan
terhadap kesalahan jawaban siswa dan menunjukkan cara memperbaikinya.
Tahapan umpan balik menjadi salah satu kegiatan pembelajaran yang
memiliki pengaruh besar terhadap motivasi peserta didik untuk belajar lebih
lanjut pada masa yang akan datang.
b. Tindak lanjut
Tahapan ini dilakukan setelah kegiatan tes formatif da umpan balik. Lalu
untuk siswa yang telah tercapai hasil baik dalam tes formatif maka perlu
didorong untuk mempelajari bahan pengayaan supaya memperluas dan
memperdalam pengetahuan yang dipelajari oleh siswa tersebut. Apabila siswa
mendapatkan hasil yang kurang dalam tes formatif maka perlu didorong untuk
mengulang isi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang sama dan
memberikan keyakinan supaya berhasil lebih baik dalam proses pembelajaran
selanjutnya.
Dalam kegiatan penutup guru dan siswa atau sendiri dapat membuat rangkuman
atau simpulan pembelajaran dan melakukan penilaian atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan secara konsisten dan terprogram lalu memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran serta merencanakan lebih
lanjut untuk pembelajaran seperti remedial atau program pengayaan atau
memberikan tugas individual maupun kelompok sesuai hasil belajar siswa dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
1. ` Adanya Efisiensi
Efisiensi mengandung beberapa arti, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempal menyebutkan, yaitu:” pertama, ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya) atau istilah lainnya
kedayagunaan: ketepatgunaan: atau kesangkilan. Arti kedua, yaitu kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepal (dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya).Dalam hal ini, efisiensi meliputi penggunaan waktu, metode, sumber
belajar dalam upa memberi pengalaman belajar yang riil kepada setiap peserta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi secara efektif. Peserta didik diajak
menemukan permasalahan nyata di lingkung an dan bagaimana menggunakannya
dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
2. Kontekstual
Model pembelajaran tematik juga menggunakan pendekatan kontekstual,
Kontekstual di sini secara istilah maknanya, berhubungan dengan situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian. Pendekatan pembelajaran kontekstual bertumpu
pada masalah-masalah nyata. Pembelajaran pun lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaku kan, mencoba, dan mengalami sendiri
(leraning to do), dan bukan sekadar sebagai pendengar pasif yang hanya menjadi
penerima semua informasi yang disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu, melalui
pembelajaran ini, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa
dengan menghafal sejumlah konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,
akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemam
puan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
3. Student Centered (Berpusat pada Siswa)
Guru tidak diperkenankan memperlakukan siswa sebagai pihak yang pasif. Karena
dalam pembelajaran tematik guru hanya sebagai fasilitator, dalam arti melakukan
beberapa hal berikut ini: pertama, memfasilitasi kegiatan belajar para siswa; kedua,
memberi kesem- patan kepada siswa untuk bertanya, dan melayani pertanyaan
mereka; ketiga, memberikan ruang sepenuhnya agar mereka bisa berekspresi sesuai
dengan tema pelajaran; keempat, merangsang keingintahuan para siswa terhadap
materi pelajaran yang diajarkan; kelima, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan atau mengungkapkan pemaham- an mereka; keenam, memberikan
kemudahan kepada para siswa untuk melakukan aktivitas belajar: dan ketujuh, jika
menemukan kesalahan dari yang dilakukan oleh para siswa maka guru perlu
meluruskan dan menjelaskan hal yang sebenarnya.
4. Memberika Pengalaman Langsung (Autentik)
Menyuguhkan pengalaman langsung di sini maksudnya adalah para siswa dituntut
mengalami dan mendalami materi secara langsung dengan diri mereka masing-
masing. Arti- nya, mereka dihadapkan dengan pembelajaran konkret, bukan hanya
memahaminya melalui keterangan guru atau dari buku-buku pelajaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran akan lebih bermakna.
1. TAHAP PENDAHULUAN
Tujuan kegiatan pembukaan pelajaran adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa.
Ini dapat dicapai dengan meyakinkan siswa bahwa kegiatan atau pengalaman belajar
yang akan dilakukan akan bermanfaat bagi mereka, melakukan hal-hal yang dianggap
aneh bagi mereka, dan terlibat dalam interaksi yang menyenangkan. Kedua,
meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dapat dicapai dengan cara-cara seperti
menciptakan lingkungan yang akrab bagi siswa, seperti menyapa dan berkomunikasi
secara kekeluargaan; menumbuhkan rasa ingin tahu, seperti mengajak siswa untuk
mempelajari topik pembicaraan hangat; dan mengaitkan materi atau pengalaman belajar
yang akan dipelajari dengan kebutuhan mereka. ketiga, memberikan arahan atau garis
besar untuk belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan yang harus
dicapai dan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapainya. untuk mencapai
tujuan ini, bagian pendahuluan harus dibuat dengan mempertimbangkan pencapaian
tiga tujuan tersebut.
Kembali ke tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa, kita dapat menggunakan
metode yang disebut 3 Minutes Motivator, yang diciptakan oleh Kathy Paterson pada
tahap awal. Alat pembangkit motivasi 3 Minute Motivator adalah sebuah aktivitas
singkat yang diawasi oleh instruktur, yaitu guru. Karena mereka menganggapnya
sebagai permainan, para siswa senang berpartisipasi. Main-main adalah sesuatu yang
mereka suka lakukan dan membuat mereka bersenang-senang. Aktivitas ini
memberikan selingan yang sangat dibutuhkan untuk pekerjaan yang mulai membuat
siswa kehilangan minat (apakah dengan kegiatan yang melibatkan kerja sama,
kompetisi, atau pemikiran dan tindakan individu). Ini kemudian membuat siswa
kembali fokus pada tugas belajar dan mengajar. Alat pemusatan kembali konsentrasi ini
akan membantu siswa kembali ke arah yang benar (memfokuskan kembali perhatian
mereka). Beberapa teknik motivasi termasuk napas perut, mengumpulkan awan,
mencoba memasukkan saya ke dalam kotak, buku-tutup-goyang, dan gerakan kaki
cepat. Beberapa hal yang dapat di lakukan di bagian pendahuluan ini adalah:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Salah satu
cara untuk mengukur kemampuan guru adalah dengan melihat seberapa banyak siswa
terlibat dalam pengajaran. Ketidakhadiran siswa tidak selalu disebabkan oleh kondisi
siswa yang bersangkutan, seperti sakit, malas, atau bolos. Ini juga bisa terjadi karena
guru dan siswa tidak menyenangkan, sikap mereka tidak disukai siswa, atau karena
tindakan guru sebelumnya dianggap merugikan siswa, seperti memberikan penilaian
yang tidak adil, memberi hukuman yang membuat siswa frustasi atau rendah diri.
b. Tanya siswa di mana pelajaran sebelumnya berakhir. Oleh karena itu, guru dapat
mengetahui apakah siswa memiliki kebiasaan belajar di rumahnya sendiri. Paling
tidak kesiapan untuk pelajaran hari itu.
c. Bertanya kepada siswa di kelas atau siswa tertentu tentang materi yang sudah
diajarkan sebelumnya. Ini dilakukan untuk menentukan tingkat pemahaman materi
yang diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
belum mereka kuasai dari pelajaran sebelumnya.
e. Mengulangi materi pelajaran sebelumnya secara singkat, tetapi mencakup semua
aspek materi yang telah dibahas sebelumnya. Ini dilakukan untuk membangun dasar
untuk pelajaran hari berikutnya dan untuk menciptakan lingkungan di mana siswa
dapat belajar.
Ini sesuai dengan pedoman yang dibuat dalam Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013
tentang pengembangan tahap pendahuluan pembelajaran sebagai upaya untuk
menerapkan Kurikulum 2013, yang menyatakan bahwa guru:
a. Menyediakan siswa secara fisik dan mental untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
c. Mengantarkan siswa ke suatu masalah atau tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari topik, serta menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan
dicapai.
d. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan contoh tugas atau masalah yang
akan dilakukan siswa untuk menyelesaikannya.
2. TAHAP INTI
Tahap kedua adalah tahap pengajaran, juga dikenal sebagai tahap inti. Tahap ini
memberikan siswa pengalaman belajar. Tahap ini akan sangat bergantung pada
strategi pembelajaran yang digunakan, seperti strategi ekspositori, inkuiri, dan
pembelajaran kooperatif. Wina Sanjaya mengatakan ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan saat merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa,
seperti: pertama, harus sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai;
kedua, harus sesuai dengan jenis bahan atau materi pembelajaran; ketiga, pengalaman
belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, pengembangan pengalaman
belajar harus mempertimbangkan empat prinsip, yaitu:
a. Berpusat pada tujuan. Maksudnya, tujuan adalah bagian penting dari sistem
pembelajaran. Setiap upaya guru dan siswa harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ini sangat penting karena pembelajaran adalah proses yang
berorientasi pada hasil. Oleh karena itu, pengembangan pengalaman belajar efektif
ditentukan oleh keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran terdiri dari tiga kategori: sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan. Karena itu, tidak mungkin untuk mencapai semua tujuan tersebut
dengan menggunakan satu pendekatan.
b. Aktivitas. Belajar tidak hanya menghafal beberapa hal. Belajar adalah
mengalami pengalaman tertentu dengan tujuan tertentu. Akibatnya, pengalaman
belajar siswa harus dapat mendorong mereka untuk terlibat dalam aktivitas. Aktivitas
tidak terbatas pada fisik; itu juga mencakup aktivitas yang berkaitan dengan psikologi,
seperti aktivitas mental.
c. Individuitas. Mengajar adalah upaya untuk mengembangkan setiap siswa.
karena itu, pengalaman belajar dirancang khusus untuk setiap siswa. Walaupun kita
mengajar pada kelompok siswa, tujuan sebenarnya adalah perubahan perilaku setiap
siswa.
d. Integritas. Mengajar harus dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan
seluruh pribadi siswa. Pengembangan aspek afektif dan psikomotorik juga termasuk
dalam pengembangan kemampuan kognitif. Oleh karena itu, pengalaman belajar
siswa harus dapat mengintegrasikan semua aspek kepribadian siswa.
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013, berikut adalah
beberapa contoh penggunaan kelima kegiatan belajar (learning event) yang didasarkan
pada pendekatan saintifik:
a. Mengamati. Guru memberi peserta didik banyak kesempatan untuk melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca selama kegiatan mengamati. Guru
membantu siswa melakukan pengamatan dan mengajarkan mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal-hal penting.
b. Menanya. Guru memberi peserta didik banyak kesempatan untuk bertanya tentang
apa yang mereka lihat, simak, baca, atau lihat selama kegiatan mengamati. Guru
harus membantu siswa mengajukan pertanyaan, mulai dari yang berkaitan dengan
hasil pengamatan objek nyata hingga pertanyaan yang lebih abstrak tentang hal-
hal seperti fakta, ide, prosedur, dll. Pertanyaan yang bersifat faktual berkembang
menjadi pertanyaan hipotetik. Jika siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan
kepada guru, mereka masih membutuhkan bantuan guru untuk mengajukan
pertanyaan sampai siswa dapat mengajukan pertanyaan secara mandiri. Banyak
pertanyaan dibuat dari kegiatan kedua. Rasa ingin tahu peserta didik
dikembangkan melalui kegiatan bertanya. Semakin banyak latihan bertanya,
semakin besar kemungkinan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Pertanyaan
tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam
dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari
sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan. Menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Untuk mencapai hal ini, siswa dapat
melakukan eksperimen, membaca lebih banyak buku, atau memperhatikan hal-hal
yang lebih rinci. Ada banyak informasi yang dikumpulkan dari kegiatan tersebut.
Kegiatan selanjutnya bergantung pada informasi ini untuk memprosesnya untuk
menemukan hubungan antara variabel, menemukan pola yang menunjukkan
hubungan, dan bahkan menghasilkan berbagai kesimpulan.
d. Mengkomunikasikan hasil. Kegiatan berikutnya, yaitu menulis atau menceritakan
apa yang ditemukan saat mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan
pola. Hasil ini dipresentasikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
siswa atau kelompok siswa.
Pengembangan dan pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah inti dari
kelima kegiatan belajar tersebut. Namun, dalam Kurikulum 2013, bentuk ketiga
kegiatan tersebut lebih dispesifikkan. Ini dilakukan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3. TAHAP PENUTUP
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar
adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan dari tahapan ini, yaitu untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tahapan
kedua (instruksional). Ketiga tahap yang disebutkan di atas adalah kumpulan tindakan
yang saling berhubungan. Guru harus dapat mengatur waktu dan kegiatan secara
fleksibel agar ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa. Abdul Majid
menambahkan bahwa kegiatan akhir dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru setelah pelajaran selesai dengan tujuan untuk memberikan
gambaran mendalam tentang apa yang telah dipelajari siswa serta hubungannya
dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah pelajaran
berakhir, guru dapat meninjau kembali dan menilai. Kegiatan meninjau kembali dapat
dilakukan dengan membuat kesimpulan atau ringkasan materi. Selama kegiatan
evaluasi, guru dapat menggunakan pendekatan seperti demonstrasi keterampilan,
menerapkan konsep baru ke situasi lain, menyampaikan pendapat siswa sendiri, atau
mengajukan soal tertulis.
Selain itu, Standar Proses Pendidikan (Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013)
menjelaskan bahwa guru dan siswa melakukan refleksi secara individual atau
kelompok selama kegiatan penutup untuk mengevaluasi: pertama-tama,
mengidentifikasi semua aktivitas pembelajaran dan hasilnya untuk kemudian
mengidentifikasi manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran;
kedua, memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dan hasilnya; ketiga,
melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas kepada individu dan kelompok;
dan keempat, memberikan informasi tentang rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
E. ALOKASI WAKTU DALAM LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Secara umun Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013 menjelaskan penentuan alokasi
setiap KD didasarkan jumlah minggu efektif dan meaa pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD dan diperinci lagi di dalam RPP.
Adapula ketentuan beban belajar SD/MI dalam Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013
sebagai berikut :
1. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV dan V dalam 1 semerter paling sedikit 8
minggu dan palinh banyak 20 Minngu
2. Beban belajar di kelas VI semester ganjil paling sedikit 18 minggu paling
banyak 20 minggu
3. Beban belajar di kelas VI semester genap paling sedikit 14 minggu paling
banyak 16 minggu
4. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu paling
banyak 40 minggu
5. Jumlah tema yang diajarakan di SD/MI terdiri dari terdiri dari kelas I dan II
sebanyak 8 tema kelas IV sebanyak 9 tema, kelas V sebanyak 5 tema kelas VI
sebanyak 6 tema
Adapun pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan waktu, yaitu
sebagai berikut
1. Pada semester 1 terdapat empat tema. Setiap tema terdiri dari empat subtema, setiap
sub tema diuraikan menjadi enam pembelajaran setiap pembelajaran selesai dalam 1
hari
2. Empat subterma direncanakan selesai dalam empat minggu
3. Aktivitas minggu IV berupa kegiatan yang dirancang dari keterpaduan subtem 1-3.
Berbeda dengan subtema 1-3 , kegiatan IV diarahkan untuk mengubah daya nalar dan
berpikir tingkat tinggi
4. Kegiatan dirancang untuk membuka kesempatan menggali informasi yang dekat
dengan kesharian siwa.
5. Perkiraan alokasi waktu dapat merujuk pada struktur kurikulim. Guru diharapkan
menentukan sendiri alokasi waktu berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah dan
pendekatan sitemasi terpadu.
Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa 1 petemuan kelas I SD/MI
yaitu 5 jam Pelajaran (1 kali pertemuan), pemgalokasian pembagian waktunya :kegiatan
pendahuluan(10 menit), kegiatan inti 1(60 menita), Kegiatan inti 2(60 menit), kegiatan
inti 3(30 menit) dan kegiatan penutup (15 menit).
F. CARA MENULISKAN DAN MENYUSUN LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN DALAM RPP TEMATIK TERPADU
Contoh format 1:
G.Langkah-langkah pembelajaraan
Pendahuluan
1. Mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran melalui kegiatan berdoa
dan mendata kehadiaran siswa
2. Siswa menyanyikan lagi berjudul “Macam-macam Anggota Tubuh”
3. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab isi lagu
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai
pada pertemuan hari ini
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan yang akan
mereka lakukan hari ini
Inti
Inti 1 (60 menit)
1. Eksplorasi
a. Siswa mengamati diri nya sendiri dan temannya
b. Siswa menujukan bagian anggota tubuh sesuai yang diucapkan oleh guru
2. Elaborasi
c. Siswa menunjukkan bagian anggota tubuh teman dalam bentuk permainan
d. Siswa menyebutkan cara-cara sederhana dalam merawat anggota tubuh
3. Konfirmasi
e. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang kebiasaan menjaga anggota tubuh
f. Guru memperjuat hal-hal yang telah dikemukakan oleh siswa
Contoh format 2 :
Langkah -langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal / Pedahuluan (15 menit)
a. Mengajak siswa berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
b. Mengajak siswa menyanyikan lagi “Bung Bing Bang”
c. Menginformasikan tema yang akan dipelajari (Hidup Hemat)
2. Kegiatan inti (150 menit)
a. Siswa diminta mengamati gambar uang saku dan bertanya jawab
tentang uang saku
b. Bertanya apakah siswa memiliki tanbungan
c. Menugaskan siswa dikaitakan dengan bekal yang dibawa dari rumah
d. Beratanya jawab tentang kesan naik ke kelas 2
e. Dan Seterus nya …..
3. Penutup (15 menit)
a. Bersama-sama menyimpulkan hasil belajar
b. Mengevaluasi hasil belajar
c. Mengajak semua siswa untuk berdoa diakhir pembelajaran
Meskipun pembelajaran di SD/MI menekankan pada penggunaan pembelajaran yang
sintifik. Sebagai guru kita harus tetap kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, dan juga
Langkah – Langkah pembelajaran harus memberikan pengalaman belajara pula bagi
siswa untuk terbiasa membaca dan menulisa yang baik dalam bebagai kegiatan.