Anda di halaman 1dari 20

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI

BETHEL INDONESIA TUGAS PAPER


MATAKULIAH KURIKULUM II

Dosen Pengampu: Dr. Purim Marbun, M. Th

JUDUL PAPER: MENYUSUN


LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN

Oleh : Kelompok 7

NAMA :
1. Melody Gracia Putri M (22212025)
2. Yabes Putra Saragih (
3. Yerielo Iriola Purba (22212054)
4. Yoel Christoper Halawa (22212043)
5. Yulike Keren Murfafam (22212056)
6. Victor Christian Halim (22212041)

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN 2023
A. PENGERTIAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Dalam Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan,
komponen Langkah-langkah Pembelajaran merupakan salah satu komponen RPP
yang letaknya setelah komponen “Media, Alat, dan Sumber Belajar” dan sebelum
komponen Penilaian. Ada tiga tahapan dalam langkah-langkah pembelajaran, yaitu
tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

Langkah pembelajaran sering disebut juga tahapan pembelajaran, prosedur


pembelajaran, ataupun pengalaman belajar. Menurut Abdul Majid, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran adalah suatu komponen yang wajib dicantumkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan yang biasanya diawali
dengan kegiatan awal sebagai pendahuluan, kegiatan inti dan diakhiri dengan kegiatan
penutup, dan hal itu disertai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan. Rangkaian atau
prosedur pembelajaran disusun berdasarkan karakteristik model pembelajaran yang
dipilih dan menggunakan sintaks yang sesuai dengan model pembelajarannya.

B. KOMPONEN UTAMA LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DALAM


RPP TEMATIK TERPADU
Langkah-langkah pembelajaran meliputi tiga komponen penting, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan pengalokasian waktu per kegiatan.
Menurut Yunus Abidin, tiga hal itu merupakan hal yang paling peting dan dalam
konteks pembelajarannya dilakukan dalam beberapa kali pertemuan, pada setiap
pertemuan harus tergambar secara jelas bagian pendahuluan, inti, dan akhir
pembelajaran yang selalu disertai dengan alokasi waktu untuk tiap tahapannya.
Menurut pandangan Atwi Suparman juga menegaskan hal serupaa. Dalam urutan
langkah pembelajaran harus sesuai yaitu pendahuluan, inti, dan penutup, Hal itu harus
runtut dan tidak terbalik. Dan setiap subkomponen terdiri dari beberapa langkah,
sebagai berikut.

1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan instruksional yang
sesungguhnya. Kegiatan awal ini berguna untuk mempersiapkan siswa agar secara
mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Guru yang
baik tidak akan bisa langsung membawa anak membahas topik inti hari itu,
pastinya harus ada pengantar atau apersepsi unuk masuk ke pembahasan topik
pembelajarannya.
Dalam komponen Pendahuluan ada beberapa subkomponen berikut bagan
subkomponen “Pendahuluan”

Ada tiga macam, yaitu deskripsi singkat, referensi, dan indikator hasil belajar.
Deskripsi singkat adalah penjelasan secara global tentang isi pembelajaran yang
berhubungan dengan indikator hasil belajar. Dari penjelasan singkat yang
disampaikan guru dapat mempermudah siswa mengetahui apa yang akan mereka
pelajari pada pertemuan tersebut, Relevansi adalah adanya kaitan isi pembelajaran
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga dapat
memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Indikator hasil belajar berisi
pengetahuan, keterampilan, sikap atau kinerja yang diharapkan dapat dicapai
siswa pada akhir pembelajaran. Dari adanya indikator pembelajaran, siswa belajar
lebih cepat bila ada tanda-tanda atau penjelasan berupa tujuan pembelajaran.
Biasanya waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan komponen pendahuluan tersebut
hanya 3-5 menit dari 45-90 menit waktu pembelajaran.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti diartikan juga sebagai tahap penyajian sebagai pengajaran yang
sesungguhnya, karena merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Ada tiga
pengertian pokok yaitu uraian, contoh dan noncontoh, latihan, tes formatif,
rangkuman dan glosarium.
Menurut Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan, ciri-ciri dari kegiatan intinya yaitu kegiatan inti ini menggunakan
model, metode, media, dan sumber pembelajaran yang selalu disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan mata pelajarannya.
a. Sikap. Suatu kegiatan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik sikap, yaitu
proses afeksi yang dimulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan.
b. Pengetahuan. Pengetahuan dapat dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
c. Keterampilan. Hal ini dapat dimiliki melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara interaktif,


inspiratif menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif
menjadi pencari informasi serta memberikan ruang yang cukup dalam menjadi
kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat dan minat peserta didik hal itu dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan ini menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, melalui proses
observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi (Tabel
10.2) Di dalam pembelajarannya berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur
yang dapat memfasilitasi guru dan agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan oleh guru. Sehingga peserta didik dapat
menirukan lalu guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik dan
latihan lanjutan kepada peserta didik.

Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan kompetensi yang


terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, dapat
menghargai orang lain yang sesuai dengan silabus dan RPP.
Abdul Majid berpendapat bahwa proses pembelajaran siswa harus mengamati
objek nyata berupa benda nyata atau hubungan di sekitarnya lalu melaporkan hasil
pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca
sumber-sumber bacaan, lalu bertanya dan memberi jawaban. Di dalam proses
pembelajaran guru harus selalu memberikan umpan agar siswa dapat mencari
jawaban dan permasalahan yang dipelajari, biasanya guru dapat memberikannya
melalui pertanyaan menantang yang membangkitkan semangat berpikir dan
mencari solusi melalui kegiatan belajar.
3. Penutup
Penutup adalah subkomponen terakhir dalam urutan kegiatan pembelajaran.
Didalam tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu umpan balik dan tindak lanjut,
seperti pada Tabel 10.3

a. Umpan Balik
Umpan balik merupakan kegiatan yang memberitahukan hasil tes formatif.
Kegiatan inti penting bagi siswa supaya siswa mendapatkan kepastian tentang
hasil belajarnya dan hal itu akan membuat proses belajar menjadi lebih efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik bukan saja memberikan kunci
jawaban tes formatif tetapi juga menekankan pada pemberian penjelasan
terhadap kesalahan jawaban siswa dan menunjukkan cara memperbaikinya.
Tahapan umpan balik menjadi salah satu kegiatan pembelajaran yang
memiliki pengaruh besar terhadap motivasi peserta didik untuk belajar lebih
lanjut pada masa yang akan datang.
b. Tindak lanjut
Tahapan ini dilakukan setelah kegiatan tes formatif da umpan balik. Lalu
untuk siswa yang telah tercapai hasil baik dalam tes formatif maka perlu
didorong untuk mempelajari bahan pengayaan supaya memperluas dan
memperdalam pengetahuan yang dipelajari oleh siswa tersebut. Apabila siswa
mendapatkan hasil yang kurang dalam tes formatif maka perlu didorong untuk
mengulang isi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang sama dan
memberikan keyakinan supaya berhasil lebih baik dalam proses pembelajaran
selanjutnya.
Dalam kegiatan penutup guru dan siswa atau sendiri dapat membuat rangkuman
atau simpulan pembelajaran dan melakukan penilaian atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan secara konsisten dan terprogram lalu memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran serta merencanakan lebih
lanjut untuk pembelajaran seperti remedial atau program pengayaan atau
memberikan tugas individual maupun kelompok sesuai hasil belajar siswa dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

C. KARAKTERISTIK LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DALAM RPP


TEMATIK TERPADU DAN SAINTIK
Langkah-Langkah Pembelajaran RPP Tematik Terpadu dan Santifik Memiliki
Sejumlah Karakteristik yang membedakan dengan RPP lainnya Hal ini sejalan dengan
pendekatan Pembelajaran tematik terpadu dan pendekatan pembelajaran Saintifik
yang memiliki karakteristik berbeda berbeda dengan pendekatan pembelajaran
lainnya. Untuk karakteristik langkah-langkah pembelajaran merujuk dari prinsip-
prinsip dan karakteristik pembelajaran tematik terpadu dan pembelajaran Saintifik.
Abdul Majid dalam Bukunya Pembelajaran tematik terpadu mengungkapkan bahwa
pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: pertama
pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual dekat dengan dunia
siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedua pembelajaran tematik integratif
perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait dengan
demikian materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.
Ketika pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetapi sebelumnya pembelajaran tematik integratif harus
mendukung pencapaian tujuan untuk kegiatan pembelajaran yang termuat dalam
kurikulum.
Adapun karakteristik pembelajaran tematik terpadu di SD /MI meliputi: pertama
berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa atas student centered.
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak mendapatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Kedua
, memberikan pengalaman langsung. Pembelajaran tematik dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa atau direct eksperiences . Dengan pengalaman
langsung ini siswa diharapkan pada sesuatu yang nyata atau konkret sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.Ketika, pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar antar pelajaran menjadi
tidak begitu jelas fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.Keempat, menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran, pembelajaran tematik menyajikan konsep dan berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, dengan demikian siswa mampu
memahami konsep tersebut secara utuh hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Kelima,
bersifat fleksibel , pembayaran tematik bersifat luwes atau fleksibel dimana Guru
dapat mengaitkan bahan aja dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya bahkan mengingatkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada, dan keenam yaitu menggunakan prinsip belajar
sambil bermain dan menyenangkan. Selanjutnya Prastowo berhasil mengidentifikasi
18 karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut, berbagai karakteristik tersebut
kalau di kerucutkan menjadi 18/18 macam yaitu,

1. ` Adanya Efisiensi
Efisiensi mengandung beberapa arti, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempal menyebutkan, yaitu:” pertama, ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya) atau istilah lainnya
kedayagunaan: ketepatgunaan: atau kesangkilan. Arti kedua, yaitu kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepal (dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya).Dalam hal ini, efisiensi meliputi penggunaan waktu, metode, sumber
belajar dalam upa memberi pengalaman belajar yang riil kepada setiap peserta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi secara efektif. Peserta didik diajak
menemukan permasalahan nyata di lingkung an dan bagaimana menggunakannya
dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
2. Kontekstual
Model pembelajaran tematik juga menggunakan pendekatan kontekstual,
Kontekstual di sini secara istilah maknanya, berhubungan dengan situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian. Pendekatan pembelajaran kontekstual bertumpu
pada masalah-masalah nyata. Pembelajaran pun lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaku kan, mencoba, dan mengalami sendiri
(leraning to do), dan bukan sekadar sebagai pendengar pasif yang hanya menjadi
penerima semua informasi yang disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu, melalui
pembelajaran ini, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa
dengan menghafal sejumlah konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,
akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemam
puan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
3. Student Centered (Berpusat pada Siswa)
Guru tidak diperkenankan memperlakukan siswa sebagai pihak yang pasif. Karena
dalam pembelajaran tematik guru hanya sebagai fasilitator, dalam arti melakukan
beberapa hal berikut ini: pertama, memfasilitasi kegiatan belajar para siswa; kedua,
memberi kesem- patan kepada siswa untuk bertanya, dan melayani pertanyaan
mereka; ketiga, memberikan ruang sepenuhnya agar mereka bisa berekspresi sesuai
dengan tema pelajaran; keempat, merangsang keingintahuan para siswa terhadap
materi pelajaran yang diajarkan; kelima, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan atau mengungkapkan pemaham- an mereka; keenam, memberikan
kemudahan kepada para siswa untuk melakukan aktivitas belajar: dan ketujuh, jika
menemukan kesalahan dari yang dilakukan oleh para siswa maka guru perlu
meluruskan dan menjelaskan hal yang sebenarnya.
4. Memberika Pengalaman Langsung (Autentik)
Menyuguhkan pengalaman langsung di sini maksudnya adalah para siswa dituntut
mengalami dan mendalami materi secara langsung dengan diri mereka masing-
masing. Arti- nya, mereka dihadapkan dengan pembelajaran konkret, bukan hanya
memahaminya melalui keterangan guru atau dari buku-buku pelajaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran akan lebih bermakna.

Dengan kata lain, pembelajaran tematik (terpadu) memungkinkan siswa memahami se


cara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar
secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekadar
pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi
lebih autentik. Contohnya hukum gravitasi diperoleh siswa melalui kegiatan
eksperimen dengan melepaskan bola dari atas meja. Dalam hal ini, guru lebih banyak
bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, se dang siswa bertindak sebagai aktor
pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan ke arah mana yang
dilalui dan memberikan fasilitas scoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Pemisahan Mata Pelajaran yang kabur
Ketidakjelasan pemisahan antarmata pelajaran ini bukan berarti menghilangkan
esensi mata pelajaran dan mengaburkan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, tema
“jual-beli dapat dibahas melalui materi pelajaran pendidikan agama, IPS, dan
matematika. Dengan demikian, pemisahan antara materi pelajaran agama, IPS, dan
matematika dalam tema “jual- beli” yang sedang dipelajari oleh para siswa menjadi
kabur. Namun pembelajaran tematik menuntut guru agar memfokuskan pembelajaran
kepada pembahasan mengenai tema-tema yang dianggap paling dekat dan berkaitan
dengan kehidupan para siswa. Artinya, tema dari satu mata pelajaran bukan sekadar
terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain.
6. Holistik
Dalam pembelajaran berbasis kurikulum tematik, guru harus menyajikan konsep dari
berbagai materi pelajaran. Tujuannya agar pemahaman para siswa terhadap materi
pelajar an tidak parsial (sepotong-sepotong). Dengan demikian, siswa mampu
memahami semua materi pelajaran dan konsep yang diajarkan secara utuh. Dengan
kata lain, suatu gejala atau fenomena yang menjadi perhatian dalam pembelajaran
terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. Selain itu juga memungkinkan siswa untuk memahami
suatu fenomena dari segala sisi yang pada gi- lirannya, hal ini akan membuat siswa
menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi a atau menghadapi kejadian yang ada
di depan mereka.
7. Fleksibel
Guru dalam pembelajaran tematik tidak boleh kaku ketika mengadakan kegiatan
belajar Jan mengajar. Proses belajar harus luwes (fleksibel). Sebagai contoh, ketika
menyampaikan teri pelajaran, guru harus mengaitkan materi dari satu mata pelajaran
yang sedang di- sarkan dengan mata pelajaran lainnya. Bahkan jika diperlukan, guru
harus pula mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan lingkungan para peserta
didik, baik dari sisi kehidupan Leluarga, pertemanan, masyarakat, profesi orangtua,
lingkungan sekolah, dan semua ling- ungan tempat para siswa. Hal ini sangat penting
dilakukan karena pada dasarnya belajar merupakan proses interaksi antara peserta
didik dan lingkungan mereka. Mereka belajar dari hal-hal yang konkret, yaitu yang
dapat dilihat, didengar, dicium, dan diraba.
8. Hasil Pembelajaran Berkembang Sesuai Minat dan Kebutuhan Siswa
Maksudnya, yang diperoleh oleh siswa dari kegiatan belajar adalah sesuatu yang
memang sangat berguna bagi mereka, sangat dibutuhkan, sangat digemari, serta
sangat memengaruhi perkembangan intelektual dan kehidupan mereka. Ada tiga hal
pokok yang harus dilakukan guru agar hasil belajar sesuai dengan minat dan
kebutuhan para siswa, yaitu: pertama, guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada para siswa untuk dapat memaksimalkan dan mengembangan potensi yang
dimiliki mereka sesuai dengan minat dan kebutuhannya; kedua, menyesuaikan
kegiatan pembelajaran dan materi pembelajaran dengan minat dan ke- butuhan para
siswa, dalam batas-batas tidak boleh keluar dari inti dan esensi materi pelajaran yang
diajarkan; ketiga, mengembangkan lingkungan belajar yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan para siswa.
9. Kegiatan Belajarnya Sangat Relevan dengan Kebutuhan Siswa SD/MI
Melalui pembelajaran tematik, proses mental anak akan bekerja secara aktif dalam
menghubungkan informasi yang terpisah menjadi satu kesatuan yang utuh. Siswa pun
di- arahkan untuk mengintegrasikan isi dan proses pembelajaran lintas kompetensi
sekaligus, contohnya antara pengembangan kognisi, estetika, dan bahasa. Dan,
penggalian pemahaman swa dilakukan dengan cara menolong terfungsikannya
berbagai gaya belajar siswa, baik melalui pengalaman mendengar (audio), melihat
(visual), interaksi interpersonal (hubungan sosial), dan sebagainya.Hal itu sangatlah
relevan dengan karakteristik ting- kat perkembangan dan kebutuhan siswa pada
sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang memiliki kecenderungan utama, yaitu
konkret, integratif, dan hierakis.
10. Kegiatan yang Dipilih Bertolak dari Minat dan Kebutuhan Siswa
Pendekatan pembelajaran tematik bertolak dari suatu tema yang dipilih dan
dikembang- kan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya
dengan isi mata pela jaran. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai
konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep
dari mata pelajaran lainnya. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu
yang menekankan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah,
sehingga hal ini menumbuhkan kreativitas se suai dengan potensi dan kecenderungan
mereka yang berbeda satu dengan lainnya. Sekali- gus, dengan diterapkannya
pembelajaran tematik, peserta didik diharapkan dapat belajar dan bermain dengan
kreativitas yang tinggi. Karena dalam pembelajaran tematik, pembelajaran tidak
semata-mata mendorong peserta didik untuk mengetahui (learning to know), tetapi
belajar juga untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be),
dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).
D. CARA MENGEMBANGKAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
DALAM RPP TEMATIK TERPADU
Dalam RPP Tematik Terpadu, langkah-langkah pembelajaran terdiri dari tiga tahap:
tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Untuk mengembangkan langkah-
langkah pembelajaran tersebut, masing-masing tahap harus diuraikan dengan langkah-
langkah pembelajaran.

1. TAHAP PENDAHULUAN
Tujuan kegiatan pembukaan pelajaran adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa.
Ini dapat dicapai dengan meyakinkan siswa bahwa kegiatan atau pengalaman belajar
yang akan dilakukan akan bermanfaat bagi mereka, melakukan hal-hal yang dianggap
aneh bagi mereka, dan terlibat dalam interaksi yang menyenangkan. Kedua,
meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dapat dicapai dengan cara-cara seperti
menciptakan lingkungan yang akrab bagi siswa, seperti menyapa dan berkomunikasi
secara kekeluargaan; menumbuhkan rasa ingin tahu, seperti mengajak siswa untuk
mempelajari topik pembicaraan hangat; dan mengaitkan materi atau pengalaman belajar
yang akan dipelajari dengan kebutuhan mereka. ketiga, memberikan arahan atau garis
besar untuk belajar. Ini dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan yang harus
dicapai dan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapainya. untuk mencapai
tujuan ini, bagian pendahuluan harus dibuat dengan mempertimbangkan pencapaian
tiga tujuan tersebut.
Kembali ke tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa, kita dapat menggunakan
metode yang disebut 3 Minutes Motivator, yang diciptakan oleh Kathy Paterson pada
tahap awal. Alat pembangkit motivasi 3 Minute Motivator adalah sebuah aktivitas
singkat yang diawasi oleh instruktur, yaitu guru. Karena mereka menganggapnya
sebagai permainan, para siswa senang berpartisipasi. Main-main adalah sesuatu yang
mereka suka lakukan dan membuat mereka bersenang-senang. Aktivitas ini
memberikan selingan yang sangat dibutuhkan untuk pekerjaan yang mulai membuat
siswa kehilangan minat (apakah dengan kegiatan yang melibatkan kerja sama,
kompetisi, atau pemikiran dan tindakan individu). Ini kemudian membuat siswa
kembali fokus pada tugas belajar dan mengajar. Alat pemusatan kembali konsentrasi ini
akan membantu siswa kembali ke arah yang benar (memfokuskan kembali perhatian
mereka). Beberapa teknik motivasi termasuk napas perut, mengumpulkan awan,
mencoba memasukkan saya ke dalam kotak, buku-tutup-goyang, dan gerakan kaki
cepat. Beberapa hal yang dapat di lakukan di bagian pendahuluan ini adalah:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Salah satu
cara untuk mengukur kemampuan guru adalah dengan melihat seberapa banyak siswa
terlibat dalam pengajaran. Ketidakhadiran siswa tidak selalu disebabkan oleh kondisi
siswa yang bersangkutan, seperti sakit, malas, atau bolos. Ini juga bisa terjadi karena
guru dan siswa tidak menyenangkan, sikap mereka tidak disukai siswa, atau karena
tindakan guru sebelumnya dianggap merugikan siswa, seperti memberikan penilaian
yang tidak adil, memberi hukuman yang membuat siswa frustasi atau rendah diri.
b. Tanya siswa di mana pelajaran sebelumnya berakhir. Oleh karena itu, guru dapat
mengetahui apakah siswa memiliki kebiasaan belajar di rumahnya sendiri. Paling
tidak kesiapan untuk pelajaran hari itu.
c. Bertanya kepada siswa di kelas atau siswa tertentu tentang materi yang sudah
diajarkan sebelumnya. Ini dilakukan untuk menentukan tingkat pemahaman materi
yang diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
belum mereka kuasai dari pelajaran sebelumnya.
e. Mengulangi materi pelajaran sebelumnya secara singkat, tetapi mencakup semua
aspek materi yang telah dibahas sebelumnya. Ini dilakukan untuk membangun dasar
untuk pelajaran hari berikutnya dan untuk menciptakan lingkungan di mana siswa
dapat belajar.

Ini sesuai dengan pedoman yang dibuat dalam Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013
tentang pengembangan tahap pendahuluan pembelajaran sebagai upaya untuk
menerapkan Kurikulum 2013, yang menyatakan bahwa guru:
a. Menyediakan siswa secara fisik dan mental untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
c. Mengantarkan siswa ke suatu masalah atau tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari topik, serta menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan
dicapai.
d. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan contoh tugas atau masalah yang
akan dilakukan siswa untuk menyelesaikannya.
2. TAHAP INTI
Tahap kedua adalah tahap pengajaran, juga dikenal sebagai tahap inti. Tahap ini
memberikan siswa pengalaman belajar. Tahap ini akan sangat bergantung pada
strategi pembelajaran yang digunakan, seperti strategi ekspositori, inkuiri, dan
pembelajaran kooperatif. Wina Sanjaya mengatakan ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan saat merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa,
seperti: pertama, harus sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai;
kedua, harus sesuai dengan jenis bahan atau materi pembelajaran; ketiga, pengalaman
belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, pengembangan pengalaman
belajar harus mempertimbangkan empat prinsip, yaitu:
a. Berpusat pada tujuan. Maksudnya, tujuan adalah bagian penting dari sistem
pembelajaran. Setiap upaya guru dan siswa harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ini sangat penting karena pembelajaran adalah proses yang
berorientasi pada hasil. Oleh karena itu, pengembangan pengalaman belajar efektif
ditentukan oleh keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran terdiri dari tiga kategori: sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan. Karena itu, tidak mungkin untuk mencapai semua tujuan tersebut
dengan menggunakan satu pendekatan.
b. Aktivitas. Belajar tidak hanya menghafal beberapa hal. Belajar adalah
mengalami pengalaman tertentu dengan tujuan tertentu. Akibatnya, pengalaman
belajar siswa harus dapat mendorong mereka untuk terlibat dalam aktivitas. Aktivitas
tidak terbatas pada fisik; itu juga mencakup aktivitas yang berkaitan dengan psikologi,
seperti aktivitas mental.
c. Individuitas. Mengajar adalah upaya untuk mengembangkan setiap siswa.
karena itu, pengalaman belajar dirancang khusus untuk setiap siswa. Walaupun kita
mengajar pada kelompok siswa, tujuan sebenarnya adalah perubahan perilaku setiap
siswa.
d. Integritas. Mengajar harus dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan
seluruh pribadi siswa. Pengembangan aspek afektif dan psikomotorik juga termasuk
dalam pengembangan kemampuan kognitif. Oleh karena itu, pengalaman belajar
siswa harus dapat mengintegrasikan semua aspek kepribadian siswa.
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013, berikut adalah
beberapa contoh penggunaan kelima kegiatan belajar (learning event) yang didasarkan
pada pendekatan saintifik:
a. Mengamati. Guru memberi peserta didik banyak kesempatan untuk melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca selama kegiatan mengamati. Guru
membantu siswa melakukan pengamatan dan mengajarkan mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal-hal penting.
b. Menanya. Guru memberi peserta didik banyak kesempatan untuk bertanya tentang
apa yang mereka lihat, simak, baca, atau lihat selama kegiatan mengamati. Guru
harus membantu siswa mengajukan pertanyaan, mulai dari yang berkaitan dengan
hasil pengamatan objek nyata hingga pertanyaan yang lebih abstrak tentang hal-
hal seperti fakta, ide, prosedur, dll. Pertanyaan yang bersifat faktual berkembang
menjadi pertanyaan hipotetik. Jika siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan
kepada guru, mereka masih membutuhkan bantuan guru untuk mengajukan
pertanyaan sampai siswa dapat mengajukan pertanyaan secara mandiri. Banyak
pertanyaan dibuat dari kegiatan kedua. Rasa ingin tahu peserta didik
dikembangkan melalui kegiatan bertanya. Semakin banyak latihan bertanya,
semakin besar kemungkinan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Pertanyaan
tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam
dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari
sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan. Menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Untuk mencapai hal ini, siswa dapat
melakukan eksperimen, membaca lebih banyak buku, atau memperhatikan hal-hal
yang lebih rinci. Ada banyak informasi yang dikumpulkan dari kegiatan tersebut.
Kegiatan selanjutnya bergantung pada informasi ini untuk memprosesnya untuk
menemukan hubungan antara variabel, menemukan pola yang menunjukkan
hubungan, dan bahkan menghasilkan berbagai kesimpulan.
d. Mengkomunikasikan hasil. Kegiatan berikutnya, yaitu menulis atau menceritakan
apa yang ditemukan saat mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan
pola. Hasil ini dipresentasikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
siswa atau kelompok siswa.
Pengembangan dan pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah inti dari
kelima kegiatan belajar tersebut. Namun, dalam Kurikulum 2013, bentuk ketiga
kegiatan tersebut lebih dispesifikkan. Ini dilakukan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pembelajaran.

3. TAHAP PENUTUP
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar
adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan dari tahapan ini, yaitu untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tahapan
kedua (instruksional). Ketiga tahap yang disebutkan di atas adalah kumpulan tindakan
yang saling berhubungan. Guru harus dapat mengatur waktu dan kegiatan secara
fleksibel agar ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa. Abdul Majid
menambahkan bahwa kegiatan akhir dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru setelah pelajaran selesai dengan tujuan untuk memberikan
gambaran mendalam tentang apa yang telah dipelajari siswa serta hubungannya
dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah pelajaran
berakhir, guru dapat meninjau kembali dan menilai. Kegiatan meninjau kembali dapat
dilakukan dengan membuat kesimpulan atau ringkasan materi. Selama kegiatan
evaluasi, guru dapat menggunakan pendekatan seperti demonstrasi keterampilan,
menerapkan konsep baru ke situasi lain, menyampaikan pendapat siswa sendiri, atau
mengajukan soal tertulis.
Selain itu, Standar Proses Pendidikan (Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013)
menjelaskan bahwa guru dan siswa melakukan refleksi secara individual atau
kelompok selama kegiatan penutup untuk mengevaluasi: pertama-tama,
mengidentifikasi semua aktivitas pembelajaran dan hasilnya untuk kemudian
mengidentifikasi manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran;
kedua, memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dan hasilnya; ketiga,
melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas kepada individu dan kelompok;
dan keempat, memberikan informasi tentang rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
E. ALOKASI WAKTU DALAM LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Secara umun Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013 menjelaskan penentuan alokasi
setiap KD didasarkan jumlah minggu efektif dan meaa pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD dan diperinci lagi di dalam RPP.
Adapula ketentuan beban belajar SD/MI dalam Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013
sebagai berikut :
1. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV dan V dalam 1 semerter paling sedikit 8
minggu dan palinh banyak 20 Minngu
2. Beban belajar di kelas VI semester ganjil paling sedikit 18 minggu paling
banyak 20 minggu
3. Beban belajar di kelas VI semester genap paling sedikit 14 minggu paling
banyak 16 minggu
4. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu paling
banyak 40 minggu
5. Jumlah tema yang diajarakan di SD/MI terdiri dari terdiri dari kelas I dan II
sebanyak 8 tema kelas IV sebanyak 9 tema, kelas V sebanyak 5 tema kelas VI
sebanyak 6 tema
Adapun pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan waktu, yaitu
sebagai berikut
1. Pada semester 1 terdapat empat tema. Setiap tema terdiri dari empat subtema, setiap
sub tema diuraikan menjadi enam pembelajaran setiap pembelajaran selesai dalam 1
hari
2. Empat subterma direncanakan selesai dalam empat minggu
3. Aktivitas minggu IV berupa kegiatan yang dirancang dari keterpaduan subtem 1-3.
Berbeda dengan subtema 1-3 , kegiatan IV diarahkan untuk mengubah daya nalar dan
berpikir tingkat tinggi
4. Kegiatan dirancang untuk membuka kesempatan menggali informasi yang dekat
dengan kesharian siwa.
5. Perkiraan alokasi waktu dapat merujuk pada struktur kurikulim. Guru diharapkan
menentukan sendiri alokasi waktu berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah dan
pendekatan sitemasi terpadu.
Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa 1 petemuan kelas I SD/MI
yaitu 5 jam Pelajaran (1 kali pertemuan), pemgalokasian pembagian waktunya :kegiatan
pendahuluan(10 menit), kegiatan inti 1(60 menita), Kegiatan inti 2(60 menit), kegiatan
inti 3(30 menit) dan kegiatan penutup (15 menit).
F. CARA MENULISKAN DAN MENYUSUN LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN DALAM RPP TEMATIK TERPADU

Dalam Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013, Langkah-langkah pembelajaran dalam


RPP diletakan setelah menulis komponen “Media, Alat, dan Sumber Belajar”. Contoh
nya sebagai berikut.

G.Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


1. Pertemuan 1
a. Pendahuluan (…menit)
b. Inti (…menit)
c. Penutup (menit)
2. Pertemuan 2
a. Pendahuluan (…menit)
b. Inti (…menit)
c. Penutup (…menit)
3. Pertemuan 3
a. Pendahuluan (…menit)
b. Inti (…menit)
c. Penutup (…menit)
4. Dan seterusnya…
Namun dari beberapa sumber yang diperoleh dapat diidentifikasikan bahwa model
penulisan Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP tematik terpadu untuk
kurikulum 2013 SD/MI terdapat beberapa jenis, yaitu format penulisan yang
menggunakan tabe dan format dengan list daftar kegiatan. Meskipun demikian
penyusunan Langkah-langkah pembelajaran harus memenuhi komponen utamanya
seperti jenis kagiatan (pendahuluan, inti, penutup) deskripsi kegiatan , dan alokasi
waktu ( per kegiatan )

Contoh format 1:
G.Langkah-langkah pembelajaraan

Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu


(175 menit)

Pendahuluan
1. Mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran melalui kegiatan berdoa
dan mendata kehadiaran siswa
2. Siswa menyanyikan lagi berjudul “Macam-macam Anggota Tubuh”
3. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab isi lagu
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai
pada pertemuan hari ini
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan yang akan
mereka lakukan hari ini
Inti
Inti 1 (60 menit)
1. Eksplorasi
a. Siswa mengamati diri nya sendiri dan temannya
b. Siswa menujukan bagian anggota tubuh sesuai yang diucapkan oleh guru
2. Elaborasi
c. Siswa menunjukkan bagian anggota tubuh teman dalam bentuk permainan
d. Siswa menyebutkan cara-cara sederhana dalam merawat anggota tubuh
3. Konfirmasi
e. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang kebiasaan menjaga anggota tubuh
f. Guru memperjuat hal-hal yang telah dikemukakan oleh siswa

Inti 2 (60 menit)


1. Eksplorasi
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
Inti 3 (30 menit)
1. Eksplorasi
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
Penutup:
1. Siswa Bersama guru membuat simpulan tentang cara ;
2. Memeliha anggota tubuh
3. Siswa Bersama guru mengadakan refleksi;
4. Siswa mendapatkan kegiatan tindah lanjut dari guru
5. Doa penutup

Contoh format 2 :
Langkah -langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal / Pedahuluan (15 menit)
a. Mengajak siswa berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
b. Mengajak siswa menyanyikan lagi “Bung Bing Bang”
c. Menginformasikan tema yang akan dipelajari (Hidup Hemat)
2. Kegiatan inti (150 menit)
a. Siswa diminta mengamati gambar uang saku dan bertanya jawab
tentang uang saku
b. Bertanya apakah siswa memiliki tanbungan
c. Menugaskan siswa dikaitakan dengan bekal yang dibawa dari rumah
d. Beratanya jawab tentang kesan naik ke kelas 2
e. Dan Seterus nya …..
3. Penutup (15 menit)
a. Bersama-sama menyimpulkan hasil belajar
b. Mengevaluasi hasil belajar
c. Mengajak semua siswa untuk berdoa diakhir pembelajaran
Meskipun pembelajaran di SD/MI menekankan pada penggunaan pembelajaran yang
sintifik. Sebagai guru kita harus tetap kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, dan juga
Langkah – Langkah pembelajaran harus memberikan pengalaman belajara pula bagi
siswa untuk terbiasa membaca dan menulisa yang baik dalam bebagai kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai