Anda di halaman 1dari 4

BURHANUDDIN HARAHAP (12 AGUSTUS 1955-3 MARET 1956)

Merupakan kabinet ke-lima pada masa pemerintahan demokrasi parlementer,


menggantikan kabinet Ali Sastroamidjoyo I dan demisioner pada 3 Maret 1956.

KOALISI
Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan hasil dari 13 Koalisi partai namun, kabinet ini di
dominasi oleh partai Masyumi.
(Majelis Syuro Muslimin Indonesia, partai Indonesia Raya ,partai Syarikat Islam Indonesia,
Demokrat, Nahdlatul Ulama, partai Sosialis Indonesia, partai Katolik Republik Indonesia,
partai Buruh, partai Rakyat Nasional, partai Republik Indonesia Raya, partai Rakyat
Indonesia, partai Kristen Indonesia independen)
Masyumi yang mendominasi kabinet ini. PNI tidak duduk kabinet ini, tetapi PNI bersama-
sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI progresif bertindak sebagai oposisi.

PROGRAM KERJA

 Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah, kepercayaan Angkatan


Darat dan masyarakat kepada Pemerintah.
 Melaksanakan pemilu menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyegerakan
terbentuknya Parlemen yang baru.
 Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun
1955 ini juga.
 Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
 Memberantas korupsi.

PRESENTASI

 Diadakannya pemilu pertama


Pada masa kepemimpinan kabinet Burhanuddin Harahap berhasil di laksanakan pemilu
pertama, dimana yg pada sebelumnya rencana pemilu telah dirancang pada masa kabinet
ali Sastrowardoyo namun belum tercapai, dan baru dapat di realisasikan pada masa kabinet
Burhanuddin Harahap
Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama di Indonesia yang diselenggarakan pada 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
Dewan Konstituante. Pemilu 1955 diikuti oleh lebih dari 30 partai politik dan lebih dari 100
daftar kumpulan. Sisem yang digunakan dalam Pemilu 1955 adalah perwakilan proporsional
dengan tiap daerah pemilih mendapat jumlah kursi atas dasar jumlah penduduknya.
Setiap daerah mendapat jatah minimal enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk
parlemen. Adapun partai-partai politik yang ikut dalam Pemilu 1955 adalah sebagai berikut.
PNI, Masyumi, NU, PKI, PSII, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Sosialis Indonesia,
Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, pergerakan Tarbiyah Islamiyah, Partai Rakyat
Nasional, Partai Buruh, GPPS, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Pegawai Polisi RIR Murba,
Baperki, PIR Wongsonegoro, Gerindra, Permai, PD, PIR Hazairin, PPTI, AKUI, Persatuan
Rakyat Desa, Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM), Angkatan Comunis Muda (Acoma)R
Soedjono Prawirisoedarso
Dari partai-partai politik yang ikut dalam Pemilu 1955, PNI keluar dengan mendapat suara
terbanyak. PNI mendapat peroleh suara sebanyak 22,32 persen untuk anggota DPR dan
23,97 persen untuk Konstituante.

 Persetujuan Finek
Persetujuan finek / finansial ekonomi merupakan rencana perjanjian yang dilakukan antara
Belanda dengan Indonesia untuk menyelesaikan masalah finansial ekonomi antara kedua
negara yaitu Belanda dan Indonesia.
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim delegasi
dengan misi merundingkan masalah Finansial Ekonomi (Finek) yaitu Anak Agung Gede pada
tanggal 7 Januari 1956 di jenewa, Delegasi tersebut mengajukan untuk membatalkan
permasalahan hutang Hindia Belanda yang tertuang pada KMB dan membatalkan sistem
UNI Indonesia-Belanda.
Adapun rancangan kesepakatan dalam persetujuan finek yaitu:

 Hasil Konferensi Meja Bundar dibubarkan


 Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
 hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional
Namun, perjanjian ini tidak diterima oleh Pemerintah Belanda, sehingga pemerintah
Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan fineknya dengan membubarkan Uni
Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Febuari 1956 dengan tujuan melepaskan diri dari ikatan
ekonomi dengan Belanda.
Dengaan demikian kebijakan Finek adalah untuk melakukan renegosiasi perjanjian KMB
terutama masalah hutang dan kedudukan Uni Indonesia-Belanda.
 Dikembalikannya Nasution sebagai KSAD
Jenderal A.H Nasution terpaksa diberhentikan oleh presiden Soekarno karena sebelumnya
terlibat dalam peristiwa 17 oktober menuntut Presiden Soekarno untuk segera
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS). Nasution dan Simatupang
kemudian diperiksa oleh Jaksa Agung Suprapto. Pada bulan Desember 1952, mereka berdua
kehilangan posisi mereka di ABRI dan diberhentikan dari ikatan dinas.
Pada 27 Oktober 1955, sesudah tiga tahun pengasingan, Nasution dipercaya dan dinaikkan
kembali ke posisi lamanya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

 Pembubaran Uni Indonesia-Belanda


Uni Indonesia-Belanda merupakan hubungan konfederasi antara Indonesia dan belanda
yang didirikan pada 27 desember 1949 yang mana dimaksudkan untuk ‘mempromosikan
kepentingan militer bersama antara kedua belah pihak’. Uni Indonesia-Belanda dibubarkan
pada 1956. Karena belanda menunjukkan berbagai ketidaksesuaian dengan apa yang
menjadi kepentingan bangsa Indonesia,contohnya seperti masalah irian barat dan tidak di
setujui nya FINEK.

PERISTIWA PENTING
Jelasin atau sebutin aja soalnya sama kaya yg di prestasi itu

PENYEBAB JATUH
 Keberhasilan program kerjanya .
 Jumlah suara partai pada pemilu yang diwakilinya tidak cukup besar untuk mencapai
jumlah kursi yang dimenangkan di DPR .
 Kalangan oposisi menganggap kabinet Burhanuddin sudah selesai .
 Jumlah suara pada pemilu yg ditampilkannya tidak cukup besar .
 Adanya gelombang protes karena harahap memilih jalan berunding untuk
menyelesaikan masalah Irian barat.

Kejatuhan kabinet Burhanuddin Harahap mulai tampak saat ia memilih jalan berunding
untuk dapat menyelesaikan masalah Irian Barat. Keputusan tersebut berakibat banyaknya
gelombang protes dari Soekarno maupun dari partai-partai.

Anda mungkin juga menyukai