Anda di halaman 1dari 17

Modul 5

Teori Perilaku Konsumen

Kegiatan Belajar 1
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Pada bagian ini, kita akan mempelajari tentang teori perilaku konsumen. Pada
dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam
hukum permintaan. Oleh karena itu teori perilaku konsumen akan menerangkan: (1)
mengapa para konsumen akan membeli lebih banyak barang pada harga yang rendah dan
mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, dan (2) bagaimanakah seorang
konsumen menentukan jumlah dan kombinasi barang yang akan dibeli dari pendapatannya.

2. Uraian Materi
Konsumsi : Aktivitas atau kegiatan menghabiskan nilai guna suatu benda.
Konsumen: Orang yang melakukan kegiatan konsumsi.
Penjelasan mengenai perilaku kosumen yang paling sederhana didapati dalam hukum
permintaan bila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta berkurang dan
sebaliknya jika harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diminta bertambah,
dengan asumsi cateris paribus (faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan tetap,
tidak berubah).

Ada tiga pendekatan (approach) untuk menerangkan mengapa konsumen berperilaku


seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan, yaitu:
A. Pendekatan Marginal Utility
Pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utility) setiap
konsumen bisa diukur dengan uang atau satuan lain seperti kita mengukur volume air,
panjang jalan atau berat sekarung beras (utility yang bersifat cardinal).
Dalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengonsumsi barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Total utility (nilai guna
total) adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi sejumlah barang
tertentu.

48
Marginal utility adalah pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat
dari pertambahan (atau pengurangan) satu unit barang yang dikonsumsi.Asumsi yang
berlaku pada pendekatan marginal utility.
 Utility bisa diukur dengan satuan tertentu (misal uang).
 Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility) berlaku.
 Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan yang maksimum.

Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility):


Tambahan nilai guna (marginal utility) yang akan diperoleh sesorang dari mengonsumsi
suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus
menambah konsumsinya terhadap barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna
(marginal utility) akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi terhadap barang tersebut
ditambah satu unit lagi, dan total utility-nya akan menjadi bertambah sedikit (menurun).

Untuk menjelaskan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan dalah hukum
permintaan dan dimana tingkat konsumsi yang akan mencapai kepuasan maksimum dapat
digunakan kurva Marginal Utility (MU) seperti di bawah ini.

Gambar 1.1 Equilibrium Konsumen


Keterangan:
Kurva MU menurun dari kiri atas ke kanan bawah, menggambarkan semakin banyak
barang-barang X yang dikonsumsi semakin kecil MU yang diperoleh dari barang yang
dikonsumsi (Hukum Gossen)

a. Bila harga barang X adalah 0Px maka pada tingkat konsumsi yang lebih rendah dari 0X2
tingkat kepuasan total (TU) konsumen belum mencapai maksimum. Misalnya pada
tingkat konsumsi 0X1 maka setiap tambahan pembelian satu unit akan memberikan

49
tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1B. Sedangkan pengorbanan
(berupa pembayaran harga) untuk satu unit tersebut adalah hanya X1A (0PX). Jadi ada
tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli banyak X. Oleh sebab itu
masih menguntungkan baginya apabila ia menambah pembelian barang X.
b. Sebaliknya pada tingkat konsumsi yang lebih besar dari 0X2 maka kepuasan total
konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi 0X3, tambahan
kepuasan yang diperoleh dari pembelian satu unit terakhir dari barang X hanya sebesar
X3E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X3D (0PX). Jadi akan
menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi
(pembeliannya).
c. Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi
(pembelian) dimana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut
(yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan
tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut. Jadi kepuasan total maksimum
tercapai bila:
Px = MUx atau 𝑀𝑈
𝑃
𝑥
= 1 merupakan syarat equilibrium konsumen
𝑥

Keadaan ini dicapai pada tingkat konsumsi 0X2 dimana harga (pengorbanan konsumen)
untuk pembelian barang tersebut adalah sama dengan tambahan kepuasan yang
diterimanya (Px=MUx).
d. Bila harga barang X naik dari 0Px menjadi OPx’ maka untuk mencapai posisi kepuasan
total yang maksimum (posisi equilibrium konsumen) konsumen akan memilih tingkat
konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX2). Jadi perilaku konsumen
yang dinyatakan oleh hukum permintaan terbukti.Dengan pendekatan marginal utility
ini, kurva MU (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen
karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang diminta) pada berbagai
tingkat harga.

Untuk kasus konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli maka posisi
equilibrium konsumen adalah:
𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦 𝑀𝑈𝑧
= =⋯ =1
𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑃𝑧

Dengan perkataan lain konsumen akan mencapai equilibrium bila tambahan kepuasan
dari rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk masing-masing barang adalah sama (MU
dari setiap barang sama dengan harga masing-masing barang). Syarat tersebut bisa

50
dicapai dengan anggapan atau asumsi bahwa konsumen mempunyai uang yang cukup
untuk dibelanjakan untuk setiap barang sampai MU sama dengan harga masing-masing
barang. Bila konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak
cukup membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang maka
bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang terbatas konsumen bisa mencapai posisi
kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembeliannya sehingga
dipenuhi syarat:
𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦 𝑀𝑈𝑧
= =⋯ >1
𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑃𝑧

Ini disebut syarat equilibrium (keseimbangan) konsumen dengan constraint (yaitu


dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai)

B. Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasan yang
dinikmati konsumen dari mengonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan
totalnya (pembayaran) untuk memperoleh atau mengonsumsikan jumlah barang tersebut.
Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pengorbanannya (pembayarannya).
Kurva marginal utility juga dapat digunakan untuk menjelaskan tentang surplus
konsumen, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Px B

0 A X
Gambar 1.2 Surplus Konsumen

Kurva permintaan menurut pendekatan MU adalah kurva MU yang dinilai dengan


uang. Jadi area 0ABD adalah total utility (yang dinilai dengan uang) yang diperoleh
konsumen dari mengonsumsi barang X sebanyak 0A. Pengorbanan totalnya adalah jumlah
51
uang yang ia bayar untuk memperoleh jumlah barang sebanyak 0A tersebut yaitu 0A X
harga 0Px (area 0PxBA). Surplus konsumen adalah selisih dari kedua area yaitu segitiga
PxDB. Arti pentingnya: Surplus konsumen menunjukkan keuntungan netto (dalam bentuk
kepuasan) yang diperoleh konsumen karena pertukaran bebas dan spesialisasi dalam
produksi sehingga memungkinkan konsumen untuk membayar barang-barang dengan
harga yang lebih rendah daripada nilai barang tersebut untuknya (kepuasan yang
diperolehnya). Adanya pembatasan (berupa pajak) terhadap pertukaran bebas akan
mengurangi surplus konsumen yang dinikmati oleh konsumen itu sendiri dan masyarakat.
D

Px’ C

Px E B

0F A X
Gambar 1.3 Pengaruh Pajak terhadap Surplus Konsumen

Seandainya pajak dikenakan atas harga per unit X yang dikonsumsikan konsumen
maka harga belinya menjadi Px + pajak = Px’. Sehingga surplus konsumen turun menjadi
Px’CD (semula PxBD). Surplus konsumen sebesar Px ECPx’ yang diambil darinya sekarang
dinikmati oleh pemerintah sebagai pendapatan pajak. Dari segi masyarakat bagian surplus
konsumen ini tidak hilang tetapi harga berpindah tangan. Tetapi surplus konsumen sebesar
CEB ternyata memang benar-benar hilang. Inilah kerugian masyarakat dengan adanya
pembatasan terhadap pertukaran bebas (berupa pengenaan pajak tersebut).

3. Rangkuman
Marginal utility adalah pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat
dari pertambahan (atau pengurangan) satu unit barang yang dikonsumsi.Asumsi yang
berlaku pada pendekatan marginal utility: (1) Utility bisa diukur dengan satuan tertentu
(misal uang), (2) Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility) berlaku, dan (3)
Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan yang maksimum.Surplus konsumen adalah
kelebihan atau perbedaan antara kepuasan yang dinikmati konsumen dari mengonsumsikan
52
sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (pembayaran) untuk memperoleh
atau mengonsumsikan jumlah barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar
daripada pengorbannya (pembayarannya).

4. Tes Formatif 1
1. Apa beda marginal utility dengan total utility!
2. Asumsi apa saja yang berlaku pada pendekatan marginal utility?
3. Apa yang dimaksud Surplus konsumen?
4. Bagaimana pengaruh pajak terhadap surplus konsumen?

Kegiatan Belajar 2
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Pada bagian ini, kita akan mempelajari tentang perilaku konsumen dengan
menggunakan pendekatan indifference curve. Bagaimana keseimbangan konsumen
dicapai. Di sini akan dijelaskan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan dengan
pendapatan yang terbatas.

2. Uraian Materi
A. Pendekatan Indifference Curve
Pendekatan yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen
bisa diukur. Anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa
dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah (utility yang bersifat ordinal).Indifference Curve
adalah suatu kurva yang menghubungkan kombinasi dari barang-barang tertentu yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen.
Syarat-syarat daripada indifference curve (IC):
1. Mempunyai slope yang negatif
Artinya turun dari kiri atas ke kanan bawah.
2. Cembung ke arah origin (convec to origin)
Y Ini untuk menunjukkan marginal rate of substitusion (MRS)
yang semakin kurang.
MRS (tingkat substitusi marginal) ditunjukkan oleh slope
sebuah IC pada sebuah titik

IC
0

Gambar 2.1 Marginal Rate of Substitusion


53
MRS: menunjukkan jumlah unit Y yang harus dikorbankan untuk mendapatkan 1 unit X
∆𝑌
sehingga tingkat kepuasan tetap tidak berubah.MRS = ∆𝑋
Contoh. X Y
A 2 10
B 3 7
C 4 5
D 5 4
E 7 3
F 10 2

Gambar 2.2 Kurva Kepuasan Sama


0𝐴
Slope : − 0𝐵
𝑀 𝑃𝑌
= −𝑀 𝑃𝑋
𝑀 𝑃𝑋 𝑃𝑋
=− × =−
𝑃𝑌 𝑀 𝑃𝑌

MRS yang semakin berkurang mengandung arti:


1. Pada saat kita mempunyai barang y yang relatif banyak jumlahnya dan barang x yang
relative sedikit jumlahnya, diperlukan pengurangan konsumsi yang besar terhadap
barang y untuk memperoleh satu tambahan barang x.
2. Semakin banyak barang x yang telah diperoleh, semakin sedikit pengurangan konsumsi
barang y yang harus dilakukan unutk memperoleh 1 unit barang.
3. Tidak saling berpotongan.

54
Gambar 2.3 Kurva MRS tidak saling berpotongan
A = B berlawanan yang aksioma.
Dimana B lebih memberikan kepuasan daripada A karena B terletak pada IC yang lebih
tinggi.
4. IC yang terletak sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
(tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal utility).

Asumsi-asumsi yang berlaku:


1. Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi (misal: X & Y)
yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari IC..
2. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
3. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

B. Keseimbangan Konsumen

Gambar 2.4 Keseimbangan Konsumen

Equilibrium konsumen adalah suatu keadaan di mana konsumen telah mencapai


kepuasan yang tinggi dengan pendapatan terbatas. Dengan sejumlah pendapatan tertentu
(M) konsumen bisa membelanjakan semuanya untuk barang x dan akan memperoleh
𝑀 𝑀
barang sebanyak 𝑃 Atau membeli barang y semua dengan memperoleh sebanyak 𝑃
𝑥 𝑦

55
Atau bisa membelanjakan jumlah uang (M) tersebut untuk berbagai kemungkinan
𝑀
kombinasi x dan y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan 𝑃𝑥
dan
𝑀
𝑃𝑦
. Garis tersebut disebut garis budget atau budget line (garis anggaran). Budget line adalah

tempat kedudukan kombinasi barang-barang yang dapat dibeli konsumen


denganpendapatan tertentu atau batas konsumen dapat melakukan kombinasi dari barang-
barang yang dikonsumsinya.
Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai pada titik B, bila konsumen
membelanjakan M untuk membeli barang y sebanyak OY dan barang X sebanyak OX
yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan IC dimana sebuah IC sama
dengan slope (tangens) dari budget line (posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang
maksimum atau posisi equilibrium konsumen).
Seperti diketahui slope dari budget line adalah (negative) ratio harga yaitu ratio
𝑃
harga x dibandingkan dengan harga y (-𝑃𝑥 ). Dan slope sebuah IC pada suatu titik
𝑦

dinamakan MRS. Maka titik keseimbangan konsumen ditentukan oleh kondisi yang
menyatakan bahwa MRS = ratio harga
𝑃
(MRS = 𝑃𝑥 )
𝑦

Bila harga x turun dari Px menjadi Px’ dan harga y tetap maka budget line (BL) akan
𝑀 𝑀
berayun ke kanan menjadi garis 𝑃 - 𝑃
𝑦 𝑥′

Posisi equilibrium yang baru adalah pada titik C. Jadi dengan adanya penurunan
harga barang x maka jumlah barang x yang diminta naik dari 0X1 dan 0X2.
 Perilaku konsumen menurut hukum permintaan terbukti.

C. Pengaruh Perubahan Pendapatan & Harga terhadap Budget Line


Misalkan seorang konsumen membeli barang x dan barang y dengan harga masing-
masing adalah Px dan Py. Dengan pendapatan tertentu sebanyak M maka akan diperoleh
persamaan:
M = Px . X + Py . Y  persamaan sebuah garis lurus
Bila kita memecahkan y karena y tercantum pada sumbu vertikal maka akan didapat:
1 𝑃 𝑀 𝑃
Y= 𝑃𝑦
∙ 𝑀 − 𝑃𝑥 ∙ 𝑋 Y = 𝑃 − 𝑃𝑥 ∙ 𝑋
𝑦 𝑦 𝑦

𝑀
 Term pertama pada ruas kanan yaitu 𝑃 menunjukkan jumlah y yang dapat dibeli apabila
𝑦

x tidak dibeli sama sekali. Hal ini ditunjukkan oleh jarak 0A pada Gambar 2.5.

56
Gambar 2.5 Garis Anggaran
𝑀
Jadi 𝑃 merupakan intersepsi ordinal daripada persamaan tersebut.
𝑦

𝑃
 Term kedua pada ruas kanan persamaan yaitu - 𝑃𝑥 merupakan slope garis tersebut.
𝑦

−𝑀
0𝐴 𝑃𝑦 𝑃
Slope : − 0𝐵 = − 𝑀 = − 𝑃𝑥
𝑃𝑥 𝑦

Contoh: Seorang konsumen mempunyai pendapatan Rp. 100.000,-


Harga barang x : Rp. 2.000,-
Harga barang y : Rp. 5.000,-
Diperoleh persamaan :
𝑀 𝑃 100.000 2.000
Y = 𝑃 − 𝑃𝑥 ∙ 𝑋 Y = 5.000
− 5.000 ∙ 𝑋
𝑦 𝑦

Y = 20 – 0,4 𝑋
Kalau kita membeli seluruh barang Y, maka X = 0
Kalau kita membeli seluruh barang X, maka Y = 0
Y
X = 0 maka Y = 20 – 0,4 X 50

Y = 20 40

Y = 0 maka Y = 20 – 0,4 X 30

0 = 20 – 0,4 X 20 Y = 20 – 0,4 X

0,4 X = 20 10

X = 50 0 10 20 30 40 50
Gambar 2.6 Budget Line (contoh)

57
Kalau pendapatan berubah
Kalau pendapatan berubah berarti M-nya juga berubah, maka pilihan konsumen
berubah, budget line bergerak ke atas atau ke bawah sejajar dengan garis sebelumnya. Bila
pendapatan bertambah sedangkan harga-harga tidak berubah si konsumen dapat membeli
lebih banyak barang X dan lebih banyak barang Y. Pembelian max Y bertambah dari 0A
ke 0A’. Pembelian max X bertambah dari 0B ke 0B’. Disebabkan oleh karena harga-harga
tetap konstan maka slope dari budget line tidak berubah (tetap), sedangkan interceptnya
berbeda.

0𝐴 𝑀 𝑃𝑦 𝑃𝑥 𝑀
Slope : − 0𝐵 = − 𝑀 = − 𝑃𝑦 Intercept : 0A = 𝑃𝑦
𝑃𝑥

A’

A‖

0 B‖ B B’ X
Gambar 2.7 Pengaruh Perubahan Pendapatan terhadap Budget Line
Contoh:
1. M = Rp. 150.000 (M mula-mula : Rp. 100.000)
Px dan Py tidak berubah
𝑀 𝑃
Y = 𝑃 − 𝑃𝑥 ∙ 𝑋
𝑦 𝑦

150.000 2.000
Y= 5.000
− 5.000 ∙ 𝑋 Y = 30 – 0,4 𝑋
X = 0  Y = 30
Y = 0  0 = 30 – 0,4 X
0,4 X = 30
X = 15
2. M = Rp. 50.000
50.000 2.000
Y= 5.000
− 5.000 ∙ 𝑋 Y = 10 – 0,4 𝑋
Jadi terlihat bahwa slopenya sama sedangkan interceptnya berbeda.
58
Kalau harga yang berubah
Kalau harga barang X turun sedangkan harga barang Y tetap maka slopenya
menjadi lebih kecil sedangkan interceptnya tidak berubah. Dengan turunnya harga barang
X maka jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah.
Misal: M = Rp. 100.000
Harga barang X dari Rp 2.000 menjadi Rp. 1.000
Harga barang Y tetap Rp. 5.000
100.000 1.000
Maka persamaan Y = 5.000
− 5.000 ∙ 𝑋 Y = 20 – 0,2 𝑋 Sebelumnya Y = 20 – 0,4 𝑋
Berarti lebih kecil dari sebelumnya.

Gambar 2.8 Pengaruh Perubahan Harga terhadap Budget Line

Kalau harga barang X naik, barang X yang dapat dibeli semakin sedikit
Misal: M = Rp. 100.000
Px = Rp. 3.000
Py = Rp. 5.000
100.000 3.000
Y= 5.000
− 5.000 ∙ 𝑋 Y = 20 – 0,6 𝑋
X = 0  Y = 20
Y = 0  0 = 20 – 0,6 𝑋
0,6 X = 20
X = 33,33
Secara matematis apabila konsumen ingin memaksimalkan utility-nya maka akan
terdapat suatu fungsi yaitu fungsi lagrangean. Misalkan terdapat adanya 2 barang yaitu X
dan Y dengan harga masing-masing Px dan Py. Konsumen yang bersangkutan mempunyai
pendapatan berupa uang yang fixed yaitu M.
Fungsi preferensinya ditunjukkan oleh:
U = U (X, Y)
59
Pembatasan budgetnya (budget constraint) adalah:
M = Px . X + Py . Y
Untuk memaksimalkan utility yang menghadapi pembatasan budget merupakan suatu
problema lagrangean yang sederhana.
Fungsi lagrangean:
L = U (X, Y) – λ (Px . X + Py . Y – M)
dimana λ merupakan sebuah multiplier lagrangean.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah derivatif-derivatif partial sama dengan 0.
𝛿𝐿 𝛿𝐿 𝛿𝑈 𝛿𝑈
𝛿𝑥
= 0 → 𝛿𝑥 = 𝛿𝑥
− 𝜆𝑃𝑥 =0→ 𝛿𝑥
= 𝜆𝑃𝑥
𝛿𝑈
𝛿𝑥
𝛿𝑈 = -Px/Py
𝛿𝑦

𝛿𝐿 𝛿𝐿 𝛿𝑈 𝛿𝑈
𝛿𝑦
= 0 → 𝛿𝑦 = 𝛿𝑦 − 𝜆𝑃𝑦 = 0 → 𝛿𝑦 = 𝜆𝑃𝑦
𝛿𝐿
𝛿𝜆
= 0 → 𝑃𝑥 . 𝑋 + 𝑃𝑦 . 𝑌 − 𝑀 = 0
Contoh :
Konsumen membeli barang X dan barang Y
M = Rp. 100 Px = Rp.1 Py = Rp. 2

Contoh Soal:
Berapa barang X dan barang y yang dapat dibeli untuk mencapai kepuasan maksimum?
Jika diketahui fungsi utility U = U (X, Y)

Penyelesaian :
U = U (X, Y)
M = Px . X + Py . Y  100 = X + 2 Y
L = U (X, Y) – λ (Px X + Py Y – M)
L = U (X, Y) – λ (X + 2 Y – 100)

60
Keseimbangan tercapai pada tingkat kombinasi barang X = 50 dan barang Y = 25

Contoh :
M = 300 Px = 4 Py = 5
2
A. Fungsi utility : U = X Y
Budget constraint: 300 = 4x + 5y
L = U (X,Y) – 𝜆 𝑃𝑥. 𝑋 + 𝑃𝑦 . 𝑌 − 𝑀
L = X2Y - 𝜆 4𝑋 + 5 𝑌 − 300
𝛿𝐿 𝛿𝐿 2𝑋𝑌 1
1. 𝛿𝑋
= 0 → 𝛿𝑋 = 2𝑋𝑌 − 4𝜆 = 0 → 4𝜆 = 2𝑋𝑌 → 𝜆 = 4
= 0,5𝑋𝑌 → 2 𝑋𝑌
𝛿𝐿 𝛿𝐿 𝑋2 1
2. 𝛿𝑌
= 0 → 𝛿𝑌 = 𝑋2 − 5𝜆 = 0 → 5𝜆 = 𝑋2 → 𝜆 = 5
= 0,2𝑋2 → 5 𝑋2
0,5𝑋𝑌 = 0,2𝑋 2
0,2𝑋2 2
Y= 0,5𝑋
→ 𝑌 = 0,4 𝑋 → 5 𝑋
𝛿𝐿
= 4𝑋 + 5𝑌 − 300 = 0
𝛿𝜆
4𝑋 + 5(0,4𝑋) − 300 = 0 Y = 0,4X
6X – 300 = 0 = 0,4 (50)
6X = 300 Y = 20
X = 50

B. U = XY
L = XY – λ(YX + 5 Y – 300)
𝛿𝐿 𝛿𝐿 1
1. 𝛿𝑋 = 0 → 𝛿𝑋 = 𝑌 − 4𝜆 = 0 → 𝜆 = 4 𝑌
𝛿𝐿 𝛿𝐿 1
2. 𝛿𝑌 = 0 → 𝛿𝑌 = 𝑋 − 5𝜆 = 0 → 𝜆 = 5 𝑋
0,25𝑌 = 0,20𝑋
0,20𝑋
Y= 0,25
→ 𝑌 = 0,8 𝑋
𝛿𝐿
= 4𝑋 + 5𝑌 − 300 = 0
𝛿𝜆
4𝑋 + 5(0,8𝑋) − 300 = 0 Y = 0,8X
8X – 300 = 0 = 0,8 (37,5)
8X = 300 Y = 30
X = 37,5

61
3. Rangkuman
Indifference Curve adalah suatu kurva yang menghubungkan kombinasi dari
barang-barang tertentu yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi
konsumen.Syarat-syarat daripada indifference curve (IC): (1) mempunyai slope yang
negatif dan (2) cembung ke arah origin (convec to origin), (3) tidak saling berpotongan,
dan (4) IC yang terletak sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi (tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal utility).
Asumsi yang berlaku pada pendekatan indifference curve adalah:
1. Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi (misal: X & Y)
yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari IC.
2. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
3. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
Budget line adalah tempat kedudukan kombinasi barang-barang yang dapat dibeli
konsumen denganpendapatan tertentu atau batas konsumen dapat melakukan kombinasi
dari barang-barang yang dikonsumsinya. Equilibrium konsumen adalah suatu keadaan di
mana konsumen telah mencapai kepuasan yang tinggi dengan pendapatan terbatas. Tingkat
kepuasan yang maksimum (keseimbangan konsumen) dicapai yaitu pada posisi
persinggungan antara budget line dengan IC di mana sebuah IC sama dengan slope
(tangens) dari budget line (posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau
posisi equilibrium konsumen).

4. Tes Formatif 2
1. Definisikan tentang indifference curve!
2. Sebutkan syarat-syarat atau ciri-ciri indifference curve!
3. Asumsi-asumsi apa saja yang berlaku pada pendekatan indifference curve?
4. Definisikan pengertian budget line
5. Apa syarat tercapainya kondisi equilibrium konsumen?

Kunci Jawaban
1. Tes Formatif 1
1. Marginal utility adalah pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat
dari pertambahan (atau pengurangan) satu unit barang yang dikonsumsi.Total utility
(nilai guna total) adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi
sejumlah barang tertentu.
62
2. Asumsi yang berlaku pada pendekatan marginal utility: (1) Utility bisa diukur
dengan satuan tertentu (misal uang), (2) Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility) berlaku, dan (3) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan
yang maksimum
3. Surplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasan yang dinikmati
konsumen dari mengonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan
totalnya (pembayaran) untuk memperoleh atau mengonsumsikan jumlah barang
tersebut.
4. Pajak dapat mengurangi surplus konsumen.

2. Tes Formatif 2
1. Indifference Curve adalah suatu kurva yang menghubungkan kombinasi dari barang-
barang tertentu yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen
2. Syarat-syarat daripada indifference curve (IC): (1) mempunyai slope yang negatif
dan (2) cembung ke arah origin (convec to origin). 3. Tidak saling berpotongan. 4. IC
yang terletak sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
dari IC dibawahnya.
3. Asumsi yang berlaku pada pendekatan indifference curve adalah:
1) Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi (misal: X &
Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari IC.
2) Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
3) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
4. Budget line adalah tempat kedudukan kombinasi barang-barang yang dapat dibeli
konsumen denganpendapatan tertentu atau batas konsumen dapat melakukan
kombinasi dari barang-barang yang dikonsumsinya.
5. Tingkat kepuasan yang maksimum ( keseimbangan konsumen ) dicapai yaitu pada
posisi persinggungan antara budget line dengan IC dimana sebuah IC sama dengan
slope (tangens) dari budget line (posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang
maksimum atau posisi equilibrium konsumen).

Daftar Pustaka
Boediono. 1989. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis PIE No. 1. Yogyakarta: BPFE.
Nicholson, W. 1999. Teori Mikroekonomi Edisi Ke-5. Alih bahasa: Daniel Wirajaya.
Jakarta: Binarupa Aksara.

63
Mankiw, G. N. 2006. Principles of Economics Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Soeharno, TS, SU. 2007. Teori Mikroekonomi Edisi 1. Yogyakarta: ANDI.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Ekonomi Mikro Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suhardi. 2016. Pengantar Ekonomi Mikro Cetakan 1. Yogyakarta: Gava Media.

64

Anda mungkin juga menyukai