Hannya's Curse
Hannya's Curse
Awalnya dia memiliki seorang istri dan anak yang sangat ia cintai, mereka
hidup dengan saling memiliki satu sama lain. Tidak ada rasa kekurangan di
antara mereka semua tetapi semua rasa kebahagiaan itu pudar. Istrinya memiliki
saudara perempuan yang dipanggil Zeni, wanita yang cantik, suka menolong,
rendah hati, setia, dan penuh kasih sayang. Ia sangat mencintai kakaknya dan
sebaliknya, mereka berdua saling melindungi satu sama lain, Zeni merawat
kakaknya yang pernah tertidur lemas karena sakit, Ia adik yang penyayang.
Kemudian semuanya berubah ketika kakaknya dilamar seorang yang dulunya
pernah ia dekati.
Hatinya menjadi sangat kacau setelah mendengar berita bahwa kakaknya akan
segera menikah dengan pria yang pernah Ia cintai, Zeni pertama kali bertemu
dengan pria itu ketika kakaknya jatuh sakit parah, Ia pergi meminta tolong dan
menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakit dengan
mudahnya. Ia merasa kagum dengan keahliannya itu dan menanyakan apakah
dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, Zeni memiliki rasa penasaran
yang tinggi waktu itu bahkan dia menjadi terbawa suasana mendengarkan cerita
pria itu.
Pada akhirnya mereka telah mendapatkan buah Roka yang dicari-cari dan
segera kembali ke tempat tinggal mereka, Kakaknya Zeni pun memakan buah
itu dan hasilnya Kakaknya sembuh dari penyakit yang dideritanya. Pria itu
merasa senang dan lega. Zeni dan Kakaknya sangat berterima kasih dengan pria
itu atas bantuannya, pria itu pun memiliki perasaan kepada Kakaknya dan ingin
segera melamarnya.
Padahal awalnya Zeni sudah bersedia membantu pria itu untuk mencari buah
yang mampu menyembuhkan Kakaknya, awalnya pria itu menyukai Zeni
karena sifatnya yang penyayang dan peduli. Tetapi ia merasa ada yang salah
dengan Zeni pada akhirnya rasa cinta itu berpindah pada Kakaknya, Reni.
“Sudah lama sekali aku tidak mendengar kabar adikmu Zeni, Ren. Mungkin dia
sedang sibuk disana.”
“Aku yakin dia tinggal disana dengan nyaman Fu.”
“Ya..Kita pernah mengajaknya untuk tinggal bersama kita tetapi ia menolak
permintaanku.”
“Mungkin dia masih ingin tinggal disana sementara.”
“Sebaiknya aku mengunjunginya Ren, karena ia mungkin tidak bisa bepergian.”
“Baiklah. Titipkan salamku padanya, aku akan menjaga putra kita ini.”
“Aku tidak akan lama-lama disana, karena masih ada yang harus kujaga disini.”
Fu memutuskan untuk pergi ke rumah adik iparnya, mereka sama sekali tidak
mendengarkan kabar tentang Zeni setelah bertahun-tahun.
“Ini semua kacau..! Aku benci kau Reni..! Kau mengambilnya dari aku..! Aku
bersumpah suatu hari akan aku buat kacau dirimu..!”
Ternyata benar selama ini Zeni merasa cemburu kepada kakaknya yang telah
dinikahi dengan pria dicintainya.
“Aku akan mencari tahu tentang roh yang membuat kakakku jatuh sakit, tidak
peduli sebesar apa bayarannya asal mereka berdua akan kacau!”
“Yang aku ingat, aku pernah menyimpan sebuah buku tentang kutukan-kutukan
berbahaya sekaligus mematikan, pasti akan berguna untukku.”
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk-ketuk
“Renn..? Apakah kau ada di dalam?”
“Ini aku Fu!”
Zeni kaget setelah mendengar nama itu, karena ia tahu siapa orang yang
datang mengunjunginya.
“Ya..? Baiklah sebentar!”
Zeni membuka pintu perlahan dan mengintip “Fu..?”
“Ya! Ini aku Fu!”
“Apa yang kau lakukan disini?!”
“Ayolah sudah lama kita tidak bertemu.”
“O-oh.. silahkan masuk.”
“Terima kasih Zeni.”
Fu duduk dan melihat sekeliling rumah Zeni, ia menjadi teringat masa lalu
waktu ia pertama kali berkunjung.
“Woah, sungguh tidak ada yang berbeda sama sekali sejak terakhir ku lihat.”
“Tentu saja, aku membiarkan semua ini tersusun persis seperti terakhir kau
melihatnya.”
“Ngomong-ngomong bagaimana kabar kakakku?”
“Kami berdua hidup dengan sangat baik.”
“Syukurlah, aku juga disini tinggal dengan rasa nyaman.”
“Zen, sebaiknya kau berkunjunglah.”
Zeni menahan rasa cemburunya yang masih dia alami hingga saat ini.
“Aku tidak bisa, Fu. Mereka sangat memerlukan aku disini.”
“Siapa mereka itu?”
“Tanamanku.”
“Zen, jika kau memang sulit untuk keluar rumah. Setidaknya kabari lah kami
tentang dirimu.”
“Aku rasa tidak bisa.”
“Zen apa maks-”
“Kau mendengarkan ku, Fu.”
“Jadi kau membenci kami ya?”
“Tidak, aku sangat menyayangi kakakku. Tidak ada alasanku untuk
membencinya.”
“Lantas, kenapa engkau seolah-olah tidak suka denganku?”
“Fu, aku yakin kalian hidup dengan bahagia sekarang, dan aku yakin kalian
percaya dengan kehidupanku sekarang ini.”
“Zen, tidak ada salahnya kau mengabari kami.”
“Sudahlah Fu, aku ada banyak urusan yang harus diselesaikan.”
Fu tidak menyangka dengan sikap adik iparnya saat ini yang sudah berbeda
semenjak ia menikah dengan kakaknya Reni. Fu merasakan hal yang tidak
cocok dengannya dan ternyata benar. ia pun pulang ke rumahnya.
Chapter 3 - The Deal
Sementara itu Zeni telah merencanakan untuk melakukan sesuatu yang mampu
mencelakai kakaknya. Ia membuat perjanjian kepada roh iblis.
Saat itu malam bertiupan angin kencang, Zeni merasakan kehadiran seseorang
selain dirinya.
“Oh..Jadi kau..anakku..”
“Aku ingin kehidupan keluarga kakakku segera kacau..! Aku bersedia
membayar persyaratannya..!”
Reni ikut merasakan ada bahaya yang datang menimpa mereka, ia pun
langsung menutup seluruh jendela rumahnya serta mengunci seluruh akses
untuk masuk dalam ke rumahnya.
Zeni merasakan dirinya mampu berpindah tempat dengan kedipan mata ia pun
berencana untuk pergi ke rumah kakaknya.
“Inikah..Rumah kakak?”
“Aku bisa merasakan anak lelaki didalamnya.”
Zeni mencoba untuk masuk ke dalam rumah tetapi semua usahanya sia-sia.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengancam kakaknya
“ZENI! Tidak mungkin, kau bisa berhasil datang kesini lebih duluan, mengapa
engkau melakukan ini?”
“Tidakkah kau mengerti Fu, aku dulu mencintaimu dan kau juga mencintaiku.
Tetapi kau malah menikahi kakakku!”
“Aku dari dulu mencintai kalian berdua, aku mencintaimu karena Reni dan aku
juga mencintai Reni karena kau.”
“Lantas kenapa engkau lebih memilih dia dan bahkan menikahinya?”
“Karena aku mampu merasakan ada yang salah dengan dirimu.”
Zeni seketika terdiam, dan lalu ia menjadi sangat marah. Ia mulai menyerang
Fu dengan kutukan Hannya sehingga Fu jatuh pingsan.
“Bagus, sekarang giliran kakakku. Aku akan membuka ini dengan paksa
apabila kau tidak mengizinkan aku masuk loh kak!”
Zeni mampu membuka pintu yang telah di tutup dengan papan, Zeni
menemukan kakaknya Rena yang sedang menggendong seseorang.
Zeni kembali ke tempat dimana dia bertemu dengan Hannya pertama kalinya.
Zeni tidak pernah merasakan puas yang begitu tinggi dalam dirinya, setelah ia
mencelakai kehidupan kakaknya.
Sekali lagi angin bertiupan dengan kencang dan membekukan air sekitar,
sementara itu Fu mencari asal angin yang menghembus.
“Zeni..Kau membawa sesuatu yang seperti aku minta. Sekarang kau pantas
mendapatkan hasil usahamu, sebutkan sebuah permintaanmu.”
“Hannya, berikanlah kakakku penyakit yang tidak mampu dia sembuhi dari
apapun!”
“Apakah kau bodoh, Zeni. Semua ini hanya kesepakatan palsu, kau seharusnya
tidak mempercayai bangsa kami. Manusia rendahan!”
“Apa maksudnya ini?!” Zeni sempat kebingungan “Tetapi kau sendiri telah
memberikanku kepercayaan dengan meminjamkan sedikit kekuatan kutukanmu
itu!”
“Sesungguhnya, manusia gampang dimanipulasi. Kau hanyalah alat bagi kami.”
“Lalu bagaimana dengan anak itu!”
“Kami percaya anak ini membawa bencana besar bagi bangsa kami, maka dia
harus mati, begitu juga dengan kau.”
“T-Tunggu..! Biarkan aku hidup aku tidak melakukan kesalahan bukan?”
“Kau harus mati bukan berarti aku yang menghabisi mu, melainkan dia.”
“Dia..?”
Zeni menoleh ke belakang dan melihat Fu yang sudah siap menebas leher
dengan pedang yang dapat menetral energi kutukan, karena kekuatan Hannya
tidak bisa sembarang di kalahkan dengan pedang biasa.
“Siapakah dirimu?”
“Kembalikan anakku, makhluk terkutuk!”
“Aku rasa itu hal yang mustahil, anakmu akan membawa bencana besar bagi
kami.”
“Akulah yang akan menjadi bencana besar bagi bangsa mu itu!”
Hannya tanpa basa-basi memakan anak Fu hidup-hidup dan menghilang dari
tempat kejadian itu.
“WU..!”
Fu saat itu merasakan sedih yang belum pernah ia derita sebelumnya. Ia telah
kehilangan keluarganya di depan matanya. Ia kehilangan 3 orang yang sangat ia
cintai, setelah itu Fu mendekati tubuh Zeni dan melihat hal yang tidak ia duga.
Chapter 4 - Hannya’s Reborn
Aku tidak percaya ini..Bagaimana bisa ia bangkit kembali? Sudah jelas aku
menebas kepalanya dan ternyata ia telah dibangkitkan kembali oleh roh itu.
Tapi yang bangun dari kematiannya itu bukanlah Zeni, aku melihat wajahnya
menjadi sedikit memerah kemudian mengeluarkan 2 tanduk di kepalanya dan
mulutnya tersenyum lebar dengan nafsu ingin membunuh. “Fu..”, dia
memanggilku dengan keras dan dendam. Kesedihan dan kemarahan karena
cemburu menggambarkan karakter Zeni bahwa dia telah menjadi salah satu
makhluk musuh bebuyutan dari kakeknya, yaitu Hannya.
“Pedang ini telah diwariskan dari keluarga ku turun menurun, kali ini aku lah
keturunan terakhir yang akan mengakhiri kutukan mu Hannya! Kau akan
meninggalkan keluarga kami selamanya!”
“Sungguh sifat keluarga Yasashi yang sombong..Kalian sendiri lah yang
memulai semua ini. Aku telah berjanji kepada roh iblis untuk menghabisi
keluarga kalian.”
Aku sekarang disini berdiri menghadapi musuh bebuyutan kita. Kakek, Ayah.
Semuanya akan berakhir disini sekarang juga.
Awan gelap mulai bergumuruh seperti sedang melihat pertarungan yang akan
segera terjadi hanya terdengar suara angin yang berhembus kencang dan
hentakkan petir diantara keduanya,lalu....
Disaat hannya sedang asik berbicara tiba – tiba saja hannya merasakan adanya
pedang yang tertancap di dadanya
*muka hannya terkejut*
“a-apa.....”
“sudah saatnya untukmu kembali ke tempat yang seharusnya kau berada.”
Aku bangkit dari tidurku dan berusaha keras berdiri dengan perlahan-lahan,
aku menyadari pedang ini ditancapkan pada diriku. Aku langsung menarik
pedang itu dan ku genggam dengan erat.
“Ini masih belum berakhir Hannya..!” Aku merasakan amarah yang dahsyat dan
nafsu membunuh akan harus darah. Aku melihat roh kakek, ayah dan istriku
berdiri di sisiku. "Kau sekarang tidak sendirian Fu.."
Terima kasih semuanya, aku sekarang merasa lebih baik. Kehadiran kalian
seketika menyembuhkan luka-luka ku. Dan rasa lelah aku hilang, yang
sebelumnya aku lemah sekarang aku merasa bisa menghabisi dirinya dengan
mudah. Aku jauh lebih kuat dari sebelumnya.
"Baiklah Fu! Akan aku layani kau sekarang. Majulah sini..!" Jawab si Hannya
"Sudah saatnya kita bertarung sekali lagi..!"
"Sial..! Kalau begini terus aku bisa saja kalah! Apa sebenarnya yang membuat
keluarga Yasashi bisa sekuat ini?!" Jawab Hannya dengan kesal
"Menyerahlah, Hannya. Kau sudah tidak mampu melawanku lagi, usahamu dan
kekuatan roh iblis mu itu sia-sia." Balas si Fu.
Hannya kini semakin marah dan dendam, wajahnya perlahan berubah menjadi
hitam, tanduknya memanjang, dan matanya berapi. Ini menunjukkan dia telah
menjadi Kuro Hannya, rasa marah yang membuat dirinya menjadi iblis
sepenuhnya.
"HAHAHA.. Aku merasa lebih kuat sekarang, aku bahkan mampu membunuh
YASASHI sekarang..!" teriak hannya menggila
"Apa-apaan ini..Ia tampaknya berubah lagi, kali ini aku harus berhati-hati" Fu
dengan waspada
"Kemarilah Fu! Akan ku buat kau menyusul dengan keluargamu yang telah
mati!"
Tidak ada jawaban dari fu,ia hanya berdiri tegak di hadapan Hannya.
“FUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!”teriak Hannya
Kata yang sangat singkat dari mulut fu itu hanya membuat hannya terbingung…
dan tiba – tiba saja kepala hannya terpenggal.
“HANNYAAA!!!!!”Teriak fu.
Kali ini fu melawan 2 hal, satu adalah hannya yang kedua ialah monster
bayangan yang terus menerus berdatangan. Fu mulai merasa kelelahan..
“HAHAHAHAAA!!!”tawa hannya.
sekali lagi hannya menyaksikan dunia yang terbalik dan tak merasakan apa –
apa.
“AAAAAAAAAAAAAAAAGHH”Teriak Fu.
CHAPTER 7 – PEACE.
Semua mulai terlihat kabur,ayah dan kakek terlihat menghilang sedikit demi
sedikit.
"Reni..semua ini telah berakhir, tidak ada lagi yang menganggu keluarga
kita..Kau sekarang bisa tenang di alam sana."
"..Terimakasih Fu.."
Sekali lagi aku melihat bayangan Reni di depanku, ia terlihat senang dan aku
bisa melihat senyumannya lagi untuk terakhir kalinya. Saat aku mencoba
meraih tangannya tiba-tiba ada dinding yang tidak terlihat menghalangiku.
Aku langsung memasuki portal itu, sungguh tidak dapat dipercaya dunia
mereka benar-benar mengerikan. Seharusnya tidak ada manusia seperti aku
berada disini. Tetapi mereka telah membawa anakku satu-satunya dan juga
demi janji istriku.
"Baiklah. Dengan syarat, jika aku menang aku akan memakannya hidup-hidup
di depanmu. Dan jika kau menang. Hanya satulah yang bisa keluar dari sini."
Tidak kusangka bayarannya akan seberat ini, jika aku gagal kami berdua akan
mati disini, dan walaupun aku mengalahkannya salah satu kami harus mati
tinggal disini selamanya atau bahkan mati. Aku pun menyetujui tantangannya
itu.
Disini aku berhadapan dengan makhluk yang akan menjadi penentu nyawa
anakku. Aku memohon kepadamu, kakek, ayah. Dan kau Rena. Bimbing aku
untuk menghadapi iblis terkutuk ini. Karena kelak anakku bisa meneruskan
keluarga Yasashi.
"Baiklah, MAJU SINI!" iblis itu menyoraki
"Aku akan membawa anakku hidup hidup dari sini!."
"Manusia rendahan! Kau telah menggali kuburmu sendiri!"
"Wu, anakku! Bertahan lah sebentar saja!"
"Kau..!"
"Sekarang kau sudah tahu, manusia yang kau hadapi didepanmu ini tidak biasa."
"Aku terkesan..dengan mu, siapakah dirimu?
"Aku adalah Yasashi, disini aku akan membawa anakku pergi dari sini dalam
keadaan hidup."
"Jadi kau telah memutuskannya? Pilihan yang bagus."
"Kau lengah."
"..Apa?"
Maafkan aku Reni, aku sempat lengah karena aku tidak bisa membiarkan Wu
dalam bahaya, aku tidak mampu melawannya seperti ini, tapi jika aku
menggunakan kartu terakhirku, pasti aku bisa mengakhiri ini semua.
"Maafkan aku Reni!! Demi anak kita, aku harus melakukannya karena untuk
mengalahkan sesuatu yang mustahil dimenangkan aku harus menjadi dia itu
sendiri."
"Kau selalu mengoceh enyahlah dari sini!!"
"Baiklah, mungkin aku harus lebih serius lagi. Aku mendeklarasi kaulah
lawanku yang terkuat saat ini Yasashi! Aku semakin bersemangat haha."
"Kau betul-betul lawan yang merepotkan, selanjutnya kepala mu lah yang akan
kutebas."
"Atau..sebaliknya..kepala Yasashi lah yang hancur di tanganku."
Aku langsung maju dan mengeluarkan serangan beruntun dengan pedangku,
dia menangkisnya dengan tangan kosong dan mencoba menyerang balik, tetapi
aku berhasil menghindarinya sambil melakukan serangan balik. Sebelumnya
aku tidak mampu mengimbangi kecepatan tetapi sekarang akulah yang lebih
unggul.
Aku melihatnya bergerak ke arah Wu, dia sedang merencanakan sesuatu selain
membahayakan anakku. Tidak mungkin dia dengan bodohnya mencoba
mendekati Wu pada situasi saat ini. Ternyata benar ia memerintahkan anak-
anaknya untuk membawa Wu jauh dariku.
Aku melihat sekeliling ternyata perkataan dia benar, semua kerusakan ini
merupakan akibat dari serangan aku sendiri karena secara tidak sengaja, setiap
ayunan pedangku menghasilkan gelombang yang memotong semua di arahnya.
"Anakku Wu, aku mohon maaf kepadamu. Sampai kau di luar sana, hiduplah
dengan tenang jangan sampai orang mempengaruhi dirimu dan berhati-hatilah
saat hendak kau mencari pasangan hidupmu, cukup cintai 1 orang saja."
"Aku sudah muak diremehkan olehmu! Kau bukan apa-apa melainkan hanya
manusia biasa..!"
"Maafkan aku Reni, tapi setidaknya anak kita selamat."