Anda di halaman 1dari 25

“Hannya’s Curse”

Chapter 1 - The Beginning


Dahulu kala ada seorang prajurit yang berperang melawan roh kutukan dari
negara Jepang, ia dikenal dengan keahliannya dalam membasmi roh iblis dari
jepang. Banyak iblis yang tunduk kepadanya namun mereka tidak mau
dianggap makhluk terendah di hadapan manusia, saat itu para bangsa iblis
merencanakan untuk mencelakai dan membalas dendam karena telah banyak
bangsa mereka dihabisi oleh dia.

Awalnya dia memiliki seorang istri dan anak yang sangat ia cintai, mereka
hidup dengan saling memiliki satu sama lain. Tidak ada rasa kekurangan di
antara mereka semua tetapi semua rasa kebahagiaan itu pudar. Istrinya memiliki
saudara perempuan yang dipanggil Zeni, wanita yang cantik, suka menolong,
rendah hati, setia, dan penuh kasih sayang. Ia sangat mencintai kakaknya dan
sebaliknya, mereka berdua saling melindungi satu sama lain, Zeni merawat
kakaknya yang pernah tertidur lemas karena sakit, Ia adik yang penyayang.
Kemudian semuanya berubah ketika kakaknya dilamar seorang yang dulunya
pernah ia dekati.

Hatinya menjadi sangat kacau setelah mendengar berita bahwa kakaknya akan
segera menikah dengan pria yang pernah Ia cintai, Zeni pertama kali bertemu
dengan pria itu ketika kakaknya jatuh sakit parah, Ia pergi meminta tolong dan
menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakit dengan
mudahnya. Ia merasa kagum dengan keahliannya itu dan menanyakan apakah
dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, Zeni memiliki rasa penasaran
yang tinggi waktu itu bahkan dia menjadi terbawa suasana mendengarkan cerita
pria itu.

Pria itu sering berkunjung ke tempat tinggal mereka untuk menanyakan


keadaan kakaknya Zeni yang kedengarannya Ia merasa jauh lebih baik. Ia
menyarankan kepada kakaknya untuk memakan buah Roka, karena ia berasumsi
bahwa penyakit dia itu bukanlah penyakit biasa tetapi merupakan ulah roh jahat.
Ia meminta adiknya untuk mencari buah itu di desa jauh, Ia pun meminta izin
kepada kakaknya untuk menemani dirinya mencari buah itu.
Keesokan harinya Zeni dan pria itu pergi ke tempat jauh untuk mendapatkan
buah Roka. Zeni merasa dirinya nyaman berada di sekitar dia, saat itu juga dia
jatuh cinta kepadanya pria itu tetapi Zeni tidak berani mengungkapkan
perasaannya itu. Usaha mereka mencari buah Roka itu tidak berjalan dengan
baik karena banyak sekali halangan yang mempersulit mencapai tujuan mereka
datang ke desa jauh itu. Pada saat Zeni merasa dirinya gelisah dan bertingkah
aneh tidak seperti biasanya, pria itu sudah mulai curiga duluan dan bergegas
memberikan ia jamuan yang membuat dirinya tenang. Zeni pun semakin suka
dengan pria itu yang selalu peduli kepadanya, tetapi Zeni lupa semua ini
dilakukan demi kakaknya dan dia ingin selalu dekat dengannya.

Pada akhirnya mereka telah mendapatkan buah Roka yang dicari-cari dan
segera kembali ke tempat tinggal mereka, Kakaknya Zeni pun memakan buah
itu dan hasilnya Kakaknya sembuh dari penyakit yang dideritanya. Pria itu
merasa senang dan lega. Zeni dan Kakaknya sangat berterima kasih dengan pria
itu atas bantuannya, pria itu pun memiliki perasaan kepada Kakaknya dan ingin
segera melamarnya.

Padahal awalnya Zeni sudah bersedia membantu pria itu untuk mencari buah
yang mampu menyembuhkan Kakaknya, awalnya pria itu menyukai Zeni
karena sifatnya yang penyayang dan peduli. Tetapi ia merasa ada yang salah
dengan Zeni pada akhirnya rasa cinta itu berpindah pada Kakaknya, Reni.

Reni sangat menyayangi adiknya Zeni. Ia selalu mencintai keluarga satu-


satunya, tetapi Zeni yang awalnya juga saling menyayangi timbul perasaan
benci, cemburu, dan marah. hubungan adik kakak mereka menjadi pudar
semenjak Reni menikah dengan pria itu. Zeni jarang menghubungi atau
berkunjung ke rumah pria itu yang sekarang ditinggali bersama Reni.
Chapter 2 - Family
Beberapa tahun kemudian Reni melahirkan seorang anak lelaki, anak itu diberi
nama Wu, mereka sangat bahagia dengan kehadiran putra pertama mereka. Reni
sangat menyayangi Wu bagaikan suaminya, Fu. Pria yang pernah
menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Fu sudah lama tidak pernah bertemu
dengan adiknya Zeni. Saat itu Ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah adik
iparnya yang dulu istrinya tinggali.

“Sudah lama sekali aku tidak mendengar kabar adikmu Zeni, Ren. Mungkin dia
sedang sibuk disana.”
“Aku yakin dia tinggal disana dengan nyaman Fu.”
“Ya..Kita pernah mengajaknya untuk tinggal bersama kita tetapi ia menolak
permintaanku.”
“Mungkin dia masih ingin tinggal disana sementara.”
“Sebaiknya aku mengunjunginya Ren, karena ia mungkin tidak bisa bepergian.”
“Baiklah. Titipkan salamku padanya, aku akan menjaga putra kita ini.”
“Aku tidak akan lama-lama disana, karena masih ada yang harus kujaga disini.”
Fu memutuskan untuk pergi ke rumah adik iparnya, mereka sama sekali tidak
mendengarkan kabar tentang Zeni setelah bertahun-tahun.
“Ini semua kacau..! Aku benci kau Reni..! Kau mengambilnya dari aku..! Aku
bersumpah suatu hari akan aku buat kacau dirimu..!”
Ternyata benar selama ini Zeni merasa cemburu kepada kakaknya yang telah
dinikahi dengan pria dicintainya.
“Aku akan mencari tahu tentang roh yang membuat kakakku jatuh sakit, tidak
peduli sebesar apa bayarannya asal mereka berdua akan kacau!”
“Yang aku ingat, aku pernah menyimpan sebuah buku tentang kutukan-kutukan
berbahaya sekaligus mematikan, pasti akan berguna untukku.”
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk-ketuk
“Renn..? Apakah kau ada di dalam?”
“Ini aku Fu!”
Zeni kaget setelah mendengar nama itu, karena ia tahu siapa orang yang
datang mengunjunginya.
“Ya..? Baiklah sebentar!”
Zeni membuka pintu perlahan dan mengintip “Fu..?”
“Ya! Ini aku Fu!”
“Apa yang kau lakukan disini?!”
“Ayolah sudah lama kita tidak bertemu.”
“O-oh.. silahkan masuk.”
“Terima kasih Zeni.”
Fu duduk dan melihat sekeliling rumah Zeni, ia menjadi teringat masa lalu
waktu ia pertama kali berkunjung.
“Woah, sungguh tidak ada yang berbeda sama sekali sejak terakhir ku lihat.”
“Tentu saja, aku membiarkan semua ini tersusun persis seperti terakhir kau
melihatnya.”
“Ngomong-ngomong bagaimana kabar kakakku?”
“Kami berdua hidup dengan sangat baik.”
“Syukurlah, aku juga disini tinggal dengan rasa nyaman.”
“Zen, sebaiknya kau berkunjunglah.”
Zeni menahan rasa cemburunya yang masih dia alami hingga saat ini.
“Aku tidak bisa, Fu. Mereka sangat memerlukan aku disini.”
“Siapa mereka itu?”
“Tanamanku.”
“Zen, jika kau memang sulit untuk keluar rumah. Setidaknya kabari lah kami
tentang dirimu.”
“Aku rasa tidak bisa.”
“Zen apa maks-”
“Kau mendengarkan ku, Fu.”
“Jadi kau membenci kami ya?”
“Tidak, aku sangat menyayangi kakakku. Tidak ada alasanku untuk
membencinya.”
“Lantas, kenapa engkau seolah-olah tidak suka denganku?”
“Fu, aku yakin kalian hidup dengan bahagia sekarang, dan aku yakin kalian
percaya dengan kehidupanku sekarang ini.”
“Zen, tidak ada salahnya kau mengabari kami.”
“Sudahlah Fu, aku ada banyak urusan yang harus diselesaikan.”
Fu tidak menyangka dengan sikap adik iparnya saat ini yang sudah berbeda
semenjak ia menikah dengan kakaknya Reni. Fu merasakan hal yang tidak
cocok dengannya dan ternyata benar. ia pun pulang ke rumahnya.
Chapter 3 - The Deal

Sementara itu Zeni telah merencanakan untuk melakukan sesuatu yang mampu
mencelakai kakaknya. Ia membuat perjanjian kepada roh iblis.

“HANNYA! Tolonglah aku. Berikanlah aku kekuatanmu. Aku bersedia


membayar semuanya!”

Saat itu malam bertiupan angin kencang, Zeni merasakan kehadiran seseorang
selain dirinya.

“Siapakah yang telah memanggilku?”


“Apakah kau dikenal dengan sebutan Hannya?”

Fu merasakan ada yang salah dan mempercepat pergerakannya menuju pulang.

“Oh..Jadi kau..anakku..”
“Aku ingin kehidupan keluarga kakakku segera kacau..! Aku bersedia
membayar persyaratannya..!”

Reni ikut merasakan ada bahaya yang datang menimpa mereka, ia pun
langsung menutup seluruh jendela rumahnya serta mengunci seluruh akses
untuk masuk dalam ke rumahnya.

“Aku telah memberikan sebagian kekuatan kutukanku..Akan ku beri waktu


hingga terbit untuk membawa seorang anak lelaki untukku.”
“Akan aku laksanakan..”

Zeni merasakan dirinya mampu berpindah tempat dengan kedipan mata ia pun
berencana untuk pergi ke rumah kakaknya.

“Inikah..Rumah kakak?”
“Aku bisa merasakan anak lelaki didalamnya.”

Fu akhirnya sampai di rumahnya dan mendapati bahwa semuanya telah


terkunci, ia merasa lega dan hanya perlu melindungi siapa saja yang berusaha
menyakiti keluarganya.
“Usaha yang bagus Ren, lindungi lah anak kita.”
“Fu, aku tau kau diluar sana sedang melindungi kami. Aku serahkan semuanya
ini padamu!”

Zeni mencoba untuk masuk ke dalam rumah tetapi semua usahanya sia-sia.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengancam kakaknya

“Reni..Aku tahu kau di dalam sana, mohon keluarlah!”


“Zeni..Apa yang telah kau lakukan? Apakah kau baru saja membuat persetujuan
dengan roh?”

Fu mendapati Zeni yang sedang mencoba memasuki rumah mereka.

“ZENI! Tidak mungkin, kau bisa berhasil datang kesini lebih duluan, mengapa
engkau melakukan ini?”
“Tidakkah kau mengerti Fu, aku dulu mencintaimu dan kau juga mencintaiku.
Tetapi kau malah menikahi kakakku!”
“Aku dari dulu mencintai kalian berdua, aku mencintaimu karena Reni dan aku
juga mencintai Reni karena kau.”
“Lantas kenapa engkau lebih memilih dia dan bahkan menikahinya?”
“Karena aku mampu merasakan ada yang salah dengan dirimu.”

Zeni seketika terdiam, dan lalu ia menjadi sangat marah. Ia mulai menyerang
Fu dengan kutukan Hannya sehingga Fu jatuh pingsan.

“Bagus, sekarang giliran kakakku. Aku akan membuka ini dengan paksa
apabila kau tidak mengizinkan aku masuk loh kak!”

Zeni mampu membuka pintu yang telah di tutup dengan papan, Zeni
menemukan kakaknya Rena yang sedang menggendong seseorang.

“..Kalian sekarang bahkan memiliki seorang anak?!”


“Zeni, apa maumu katakanlah!”
“Ini bukan yang kumau kak, aku hanya ingin hidupmu menjadai kacau, kedua
anak mu harus aku bawa kepada Hannya.”
“Jadi kau membuat kesepakatan dengan dia ya?!”
“Hannya? Kak, apakah kau mengetahui siapa Hannya”

Fu terbangun dari pingsannya dan melihat bahwa rumahnya sudah dimasuki


oleh Zeni. Ia langsung berlari dengan kaki lemasnya.

“..ZENI! Hentikan semua ini..”


“Tidak bisa, Fu. Karena aku harus membawa anak kalian” Sambil
menggendong Wu.
“ZEN, apabila kau berani menyakiti anakku. Aku sumpahkan hidupmu tidak
pernah aman.
“Coba saja Fu.” Zeni langsung menghilang dalam kedipan mata

Fu mendapati istrinya Rena, tergeletak tidak sadarkan diri. Ia merasa sangat


marah kepada Zeni, dan rasa dendam dalam dirinya membara.

“ZENI! SIALAN KAU.”

Zeni kembali ke tempat dimana dia bertemu dengan Hannya pertama kalinya.
Zeni tidak pernah merasakan puas yang begitu tinggi dalam dirinya, setelah ia
mencelakai kehidupan kakaknya.

“Hannya..! Aku membawa sesuatu seperti yang kau minta.”

Sekali lagi angin bertiupan dengan kencang dan membekukan air sekitar,
sementara itu Fu mencari asal angin yang menghembus.

“Zeni..Kau membawa sesuatu yang seperti aku minta. Sekarang kau pantas
mendapatkan hasil usahamu, sebutkan sebuah permintaanmu.”
“Hannya, berikanlah kakakku penyakit yang tidak mampu dia sembuhi dari
apapun!”
“Apakah kau bodoh, Zeni. Semua ini hanya kesepakatan palsu, kau seharusnya
tidak mempercayai bangsa kami. Manusia rendahan!”
“Apa maksudnya ini?!” Zeni sempat kebingungan “Tetapi kau sendiri telah
memberikanku kepercayaan dengan meminjamkan sedikit kekuatan kutukanmu
itu!”
“Sesungguhnya, manusia gampang dimanipulasi. Kau hanyalah alat bagi kami.”
“Lalu bagaimana dengan anak itu!”
“Kami percaya anak ini membawa bencana besar bagi bangsa kami, maka dia
harus mati, begitu juga dengan kau.”
“T-Tunggu..! Biarkan aku hidup aku tidak melakukan kesalahan bukan?”

Akhirnya Fu menemukan Zeni dan Hannya, Ia sebelumnya tidak pernah


melihat wajah Hannya lagi, kakekknya dulu pernah bercerita tentang Hannya, si
iblis melambangkan kebencian, kecemburuan, dan kemarahan.

“Kau harus mati bukan berarti aku yang menghabisi mu, melainkan dia.”
“Dia..?”

Zeni menoleh ke belakang dan melihat Fu yang sudah siap menebas leher
dengan pedang yang dapat menetral energi kutukan, karena kekuatan Hannya
tidak bisa sembarang di kalahkan dengan pedang biasa.

“Maafkan aku kakak-..”

Zeni melihat momen-momen terakhir semasa hidupnya sebelum ia dinyatakan


mati akibat serangan Fu, ia awalnya menyesali perbuatannya namun akhirnya
dia paham karena rasa cemburu, benci, dan marah dia telah membutakannya.
Tetapi setidaknya ia menyadari kesalahan yang telah ia perbuat.

“Hannya..!” Fu yang kelihatannya sangat marah memandang Hannya dengan


tajam.

“Siapakah dirimu?”
“Kembalikan anakku, makhluk terkutuk!”
“Aku rasa itu hal yang mustahil, anakmu akan membawa bencana besar bagi
kami.”
“Akulah yang akan menjadi bencana besar bagi bangsa mu itu!”
Hannya tanpa basa-basi memakan anak Fu hidup-hidup dan menghilang dari
tempat kejadian itu.
“WU..!”

Fu saat itu merasakan sedih yang belum pernah ia derita sebelumnya. Ia telah
kehilangan keluarganya di depan matanya. Ia kehilangan 3 orang yang sangat ia
cintai, setelah itu Fu mendekati tubuh Zeni dan melihat hal yang tidak ia duga.
Chapter 4 - Hannya’s Reborn

Aku tidak percaya ini..Bagaimana bisa ia bangkit kembali? Sudah jelas aku
menebas kepalanya dan ternyata ia telah dibangkitkan kembali oleh roh itu.
Tapi yang bangun dari kematiannya itu bukanlah Zeni, aku melihat wajahnya
menjadi sedikit memerah kemudian mengeluarkan 2 tanduk di kepalanya dan
mulutnya tersenyum lebar dengan nafsu ingin membunuh. “Fu..”, dia
memanggilku dengan keras dan dendam. Kesedihan dan kemarahan karena
cemburu menggambarkan karakter Zeni bahwa dia telah menjadi salah satu
makhluk musuh bebuyutan dari kakeknya, yaitu Hannya.

“..Zeni..Apakah ini benar-benar dirimu sekarang..?


“...”
“..Jawablah Zeni! Ini kah maumu sekarang!? Kau bisa kapan saja membunuh ku
disini!”
“..Zeni? Orang itu sudah mati karena, kaulah sendiri yang telah membunuhnya.”
“Hannya..? Tidak mungkin kau terlahir kembali di dunia ini..”

Sebelumnya Hannya telah menjadi musuh bebuyutan keluarga Yasashi,


dimulai dari kakeknya, lalu ayahnya, dan sekarang Fu. Hannya memiliki rasa
dendam akibat cemburu yang membuatnya sedih dan marah kepada keluarga
Yasashi dari akibat membuat Hannya kecewa, dari ketiga jenis Hannya. Yang
pertama Shiro Hannya kulitnya masih berwana putih, yang menyatakan iri dari
seorang wanita. Yang kedua Aka Hannya memiliki wajah sedikit merah yang
hampir menuju kegilaan sepenuhnya, Rambutnya kelihatan berantakan. Dan
yang terakhirnya Kuro Hannya terlihat sedih dan marah yang benar-benar
menjadi gila, matanya berapi dan tanduknya semakin memanjang.

“Pedang ini telah diwariskan dari keluarga ku turun menurun, kali ini aku lah
keturunan terakhir yang akan mengakhiri kutukan mu Hannya! Kau akan
meninggalkan keluarga kami selamanya!”
“Sungguh sifat keluarga Yasashi yang sombong..Kalian sendiri lah yang
memulai semua ini. Aku telah berjanji kepada roh iblis untuk menghabisi
keluarga kalian.”
Aku sekarang disini berdiri menghadapi musuh bebuyutan kita. Kakek, Ayah.
Semuanya akan berakhir disini sekarang juga.

Awan gelap mulai bergumuruh seperti sedang melihat pertarungan yang akan
segera terjadi hanya terdengar suara angin yang berhembus kencang dan
hentakkan petir diantara keduanya,lalu....

“Haha....Hahahahahahah....HAHAHAHAHAHAHAHA!.kau sungguh berpikir


bisa mengalahkanku FU?!?...Sungguh lucu,aku bisa melihat tatapan mu yang
percaya diri dalam pertarungan ini...baiklah akan kutunjukkan padamu..apa itu
rasa sakit.”

keduanya terdiam dan menyiapkan kuda – kuda untuk menyerang,mereka


menunggu waktu yang tepat untuk salig menyerang,lalu disaat yang bersamaan
ada setangkai daun yang jatuh ke permukaan tanah dan disaat yang bersamaan
pula mereka beradu pedang.

*suara pedang terkikis*


Hannya tersenyum licik,sedangkan Fu hanya menatap tajam,mereka terus
beradu pukulan pedang tanpa henti sampai salah satunya tumbang.

“HAHAHAHAHAHAAAA..MENARIKK,TUNJUKKAN PADAKU FU!!


APAKAH HANYA SEGINI SAJA KEKUATANMU??!!SEBATAS INI TAK
AKAN MEMBUATKU TUMBANG!!KURASA PERLU 1000 TAHUN LAGI
UNTUKMU MENGALAHKANKU!!!”

Disaat hannya sedang asik berbicara tiba – tiba saja hannya merasakan adanya
pedang yang tertancap di dadanya
*muka hannya terkejut*

“a-apa.....”
“sudah saatnya untukmu kembali ke tempat yang seharusnya kau berada.”

Hannya tertawa terkikik – kikik


“ha....ha...HAHAHAHAHAHA”
Lalu tubuh hannya menghilang bagai debu
“HAHAHAAAAA HAHAHAHAAAAA”Suara gema diseluruh area mereka
bertarung.
“kuakui fu..kau kuat,tapi...kuat saja tak cukup untuk mengalahkanku!”
Tak lama muncul banyak hewan aneh yang datang kearah fu.

“apa ini?!”fu mencoba menjauhi mahluk – mahluk itu sembari menganalisa


monster – monster itu.
monster – monster itu memiliki beragam jenis,ada yang berbentuk serigala
bertanduk,elang,anjing bermata tiga dan banyak lagi.
Zeni, tidak kusangka dirimu yang dulu aku kagumi berubah menjadi yang aku
benci, kau telah merebut keluargaku dan menghancurkan hidupku. Inilah
saatnya aku mengeluarkan semuanya. “Maafkan aku Zeni..”
monster - monster itu berdatangan ke arahku dan menyerangku dengan hebat,
aku bahkan nyaris tidak sadarkan diri akibat serangan itu. Darah ku banyak
bertumpahan.
“HAHAHA..! Inilah yang kau rasakan! Sangat disayangkan keturunan Yasashi
yang terakhir harus mati disini juga HAHAH!”
“Aku..” Fu sempat teringat masa - masa indah bersama anak dan istrinya, Ia
membayangkan istrinya yang selalu menyemangati dirinya disaat Fu kesusahan.
“Reni..Apakah itu engkau??” Dia melihat Hannya yang tertawa menggila dan ia
merasakan kehadiran istrinya di depannya.
“Fu..Bangunlah dan selamatkan anak kita..!”
“Anak kita..?? Dia masih hidup..?!”
“Jika ia telah mati. Aku mungkin sekarang menggendongnya, tetapi
kenyataanya dia masih berada di suatu tempat.”
“Reni..”

Hannya menarik kembali semua hewan kutukannya, dan ia bersiap untuk


menghabisi Fu yang terlihat sudah sekarat. “Fu Yasashi, keturunan mu hanya
sampai disini.”. Hannya mengambil pedang milik Fu yang akan digunakan
untuk mengakhiri hidupnya. “Aku tidak akan merindukanmu Fu.” Hannya
langsung menusuk Fu pada bagian dadanya. Hannya merasa lega karena balas
dendamnya sudah terlaksana.

Chapter 5 - Fu’s Wrath


Aku mendengarkan seseorang memanggil nama ku dari kejauhan, suaranya
mirip seperti kakekku, ayahku, dan kau Reni..Apakah itu sungguh kalian
semua? Aku merasa keheningan dan hanya menunggu waktu ajalku tiba, aku
bisa melihat cahaya di atas sana pada awan gelap ini.

“Fu bangkitlah!” Kakek..


“Fu..Ini belum selesai!” Ayah..
“Selamatkan anak kita Fu!” Dan kau Reni..

Aku bangkit dari tidurku dan berusaha keras berdiri dengan perlahan-lahan,
aku menyadari pedang ini ditancapkan pada diriku. Aku langsung menarik
pedang itu dan ku genggam dengan erat.

“Ini masih belum berakhir Hannya..!” Aku merasakan amarah yang dahsyat dan
nafsu membunuh akan harus darah. Aku melihat roh kakek, ayah dan istriku
berdiri di sisiku. "Kau sekarang tidak sendirian Fu.."

"Kalian semua..aku akan berjuang hingga semua ini selesai."


"Pedang itu bukanlah pedang biasa Fu. Pedang itu bisa menjadi senjata terkuat
bagimu, jika kau percaya diri." Sambil kakekku memegang gagang pedangku.
"Fu. Tekadkan dirimu jangan sampai emosi menguasai mu, lakukan ini semua
demi kedamaian bukan dendam!" Sambil ayah memegang bahuku
"Aku yakin kau pasti akan memaafkan adikku, aku mohon selamatkan roh
adikku dan bebaskan putra kita.." Rena kemudian memelukku dari belakang.

Terima kasih semuanya, aku sekarang merasa lebih baik. Kehadiran kalian
seketika menyembuhkan luka-luka ku. Dan rasa lelah aku hilang, yang
sebelumnya aku lemah sekarang aku merasa bisa menghabisi dirinya dengan
mudah. Aku jauh lebih kuat dari sebelumnya.

"Majulah Hannya..!" Aku berlari ke arah Hannya untuk memulai serangan


pertama ku.
"Fu..!" Wajah Hannya yang sebelumnya putih pucat berubah menjadi merah
yang melambangkan kemarahan.
"Ini adalah kekuatan dari keluarga Yasashi!" Teriak Fu
Hannya sekali lagi mengeluarkan hewan kutukannya yang hampir
membunuhku. "MAJULAH MINIONKU!" Aku sudah menduga hal ini, tetapi
aku telah mempersiapkan semuanya. Dengan mudahnya aku mengayunkan
pedang dan menghabisi semua hewan-hewan itu. "Bagaimana mungkin..?"
Hannya menjadi semakin kesal dia pun memutuskan untuk turun tangan.

"Baiklah Fu! Akan aku layani kau sekarang. Majulah sini..!" Jawab si Hannya
"Sudah saatnya kita bertarung sekali lagi..!"

Aku mampu melihat pergerakannya, tidak satupun serangan dari Hannya


mengenai diriku, aku mampu menghindari serangannya dan membalasnya
secara bersamaan. Ini menunjukkan tingkat kekuatanku sudah jauh diatas
dirinya sekarang.

"Sial..! Kalau begini terus aku bisa saja kalah! Apa sebenarnya yang membuat
keluarga Yasashi bisa sekuat ini?!" Jawab Hannya dengan kesal
"Menyerahlah, Hannya. Kau sudah tidak mampu melawanku lagi, usahamu dan
kekuatan roh iblis mu itu sia-sia." Balas si Fu.

Hannya kini semakin marah dan dendam, wajahnya perlahan berubah menjadi
hitam, tanduknya memanjang, dan matanya berapi. Ini menunjukkan dia telah
menjadi Kuro Hannya, rasa marah yang membuat dirinya menjadi iblis
sepenuhnya.

"HAHAHA.. Aku merasa lebih kuat sekarang, aku bahkan mampu membunuh
YASASHI sekarang..!" teriak hannya menggila
"Apa-apaan ini..Ia tampaknya berubah lagi, kali ini aku harus berhati-hati" Fu
dengan waspada
"Kemarilah Fu! Akan ku buat kau menyusul dengan keluargamu yang telah
mati!"

"Ada yang salah.." Hannya merasakan sesuatu hal yang membuatnya


berwaspada. Dari awal Hannya sudah merasakan ada kejanggalan. "Ada yang
salah.." sekali lagi dia merasakan gelisah, tapi semua ini dianggap sepele oleh
Hannya.

Sekali lagi Hannya mengeluarkan bayangannya,entah sudah berapa banyak ia


keluarkan hnya untuk membunuh fu,tapi fu tetap saja tak kunjung mati. Ia mulai
sangat gelisah,dia juga sadar akan stamina nya yang terbuang sia-sia ,disaat dia
sedang memikirkan hal itu,tiba – tiba saja ada mata pedang yang berada di
depan mata nya…ia terkejut dan langsung menjauh,benar saja itu adalah pedang
fu yang ingin membelah kepalanya,ia sangat geram. Bagaimana mungkin
seorang manusia bisa sekuat ini?!!??apalagi dalam waktu yang sangat singkat.

“B-BAGAIMANA??!?! A-APA YANG KAU LAKUKAN PADA SELURUH


PASUKAN KU?!?!?!!”tanya fu sambal menghentakkan kakinya

Tidak ada jawaban dari fu,ia hanya berdiri tegak di hadapan Hannya.

“S-SIAPA YANG MEMBANTU MU?!K-KAU BUAT PERJANJIAN


DENGAN IBLIS MANA FU?!?!!” Hannya sekali lagi berteriak.

Tapi tetap saja, tidak ada jawaban dari Fu.

“Baiklah Fu….jika itu maumu….”

CHAPTER 6 – THE FINAL


Keduanya berdiri tegak,menunggu Gerakan dari satu sama lain. Hannya sangat
kesal terhadap Fu….Ia tak dapat berfikir dengan tenang setiap gerakannya
sangat ragu – ragu di lain sisi,Fu sangat tenang dan matanya tak sekali pun
berkedip…..
Mereka saling menatap seperti sedang menunggu wasit mengatakan
mulai….dan saat mereka saling menatap satu sama lain….suara gemuruh langit
yang sangat besar dan disaat itu pula mereka bergerak.

“FUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!”teriak Hannya

“Hannya.” Jawab Fu.

Kata yang sangat singkat dari mulut fu itu hanya membuat hannya terbingung…
dan tiba – tiba saja kepala hannya terpenggal.

“a-apa….apa yang terjadi??kenapa aku dibawah?”


Hannya melihat badannya yang masih berdiri tegak dan fu yang berada tepat
dibelakang badannya itu.ia tidak merasakan apa – apa. Pikirannya dipenuhi
dengan rasa negatif..ia tak sudi mati seperti ini…saat pandangannya mulai
kabur..tiba – tiba saja ada suara yang membisikkan telinga nya.

“jadilah satu dengan bayanganmu.”

Tak lama… kepala hannya ditutupi oleh bayangan,kepalanya terangkat ke udara


Bersama dengan badannya yang ditarik kearah itu.Fu yang melihat kejadian itu
terkejut,ia mengira bahwa ia sudah membunuh hannya.

“hehe…..EHHAHEAHAHAHAHAHA” Suara hannya bergema.

“terimakasih fu….HAHAHAHAHA!!!! BERKAT MU AKU BISA


MELAMPAUI BATASKU SEBELUMNYA!!!”

“HANNYA!!! SUDAH CUKUP, JANGAN MELAMPAUI


BATASMU!!!”Teriak Fu.
“KENAPA?!! KAU TAKUT KALAH DARIKU FU?!!KAU SAMA SAJA
DENGAN KAKEKMU!....DASAR MAHLUK – MAHLUK BODOH.”Jawab
Hannya.

*suara hujan dan suara gemuruh petir*

“MARI KITA AKHIRI INI!!!!!”teriak hannya

“MASIH BELUM TERLAMBAT HANNYA! CEPATLAH MENJAUH DARI


BISIKAN – BISIKAN ITU!!!” teriak fu sekali lagi

“DIAM KAU!!! INI ADALAH HAL YANG AKU DAMBAKAN!!”jawab


hannya

Bayangan yang menyelimuti hannya menghilang,fu melihat sosok hannya yang


berubah…badan dan kepala nya Bersatu lagi seakan ia beregenarasi..sekarang
dikepala fu terdapat tanduk membuatnya semakin mirip denga oni.’

“HANNYAAA!!!!!”Teriak fu.

“MAJULAH!!!!!!” Teriak hannya.

Mereka bertarung sangat sengit,suara dentuman pedang mereka terdengar


seperti Meriam yang terus menerus diluncurkan, mereka tak berhenti untuk
saling menyerang.

“FUUUUUUUUUUUUU!!!!!” Teriak hanya.


“HANNYAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!”Teriak Fu.

Kali ini fu melawan 2 hal, satu adalah hannya yang kedua ialah monster
bayangan yang terus menerus berdatangan. Fu mulai merasa kelelahan..

“HHHAHAHA..APA SEGINI SAJA KEKUATANMU FU?!!JIKA BEGINI


KAU HANYA AKAN MENYUSUL YASASHI!!”

Fu tak dapat menjawab ,ia fokus menyerang dan bertahan…badan fu sedikit


demi sedikit mulai tergores oleh pedang dan monster hannya….disaat fu sedang
fokus tiba – tiba ia melihat kakeknya yang sedang menatapnya dari kejauhan…
ia mengatakan.

“jaga nafasmu..tutup matamu..fokuskan dirimu pada 1 titik itu…kau akan


melihatnya.”

Tanpa berlama – lama, fu langsung melakukan hal itu….ia menjaga jarak


dengan hannya lalu berdiri tenang.. sembari hannya dan pasukannya
mengejarnya.

*suara hentakkan kaki hannya dan monster – monsternya yang berlari


kearahnya*

“HAHAHAHAAA!!!”tawa hannya.

Fu membuka matanya dengan tenang…lalu ia dapat melihat dengan jelas,seperti


ada benang yang mengarah ke tengkuk hannya..

“jadi begitu ya kakek…terimakasih atas sarannya.”kata fu dalam hati

Fu berlari kearah hannya mengikuti benang yang ada di tengkuk hannya…ia


menebas satu per satu bayangan hannya dan tanpa waktu yang lama Ia sudah
berada tepat di depan hannya…setelah itu ia pun langsung memenggal hannya.

“FUUUUUUUUU MATILAH KA-“belum sempat hannya menyelesaikan kata


– katanya..ia sudah terpenggal oleh fu.

sekali lagi hannya menyaksikan dunia yang terbalik dan tak merasakan apa –
apa.

Fu merasakan hawa hannya menghilang,bayangan – bayangan hannya pun


lenyap bagai debu,lalu ia melihat muka zeni yang kembali..zeni mengucapkan..

“terimakasih….Fu…Maafkan aku…”kata zeni sambil tersenyum


Fu yang melihat itu langsung berlari kearah zeni…

“AAAAAAAAAAAAAAAAGHH”Teriak Fu.
CHAPTER 7 – PEACE.

Ditengah – tengah rerumputan fu berdiri dengan tegak,ia melepaskan


genggaman pedangnya,ia mulai terjatuh ke tanah,berbaring sembari hujan
membasahi seluruh badannya dan tak lama ia pingsan.

Fu terbangun ditempat yang ia tak kenali,pemandangan yang sangat bagus…


udara yang sejuk dan padang rumput yang sangat luas..disaat dia sedang
berjalan – jalan..tiba – tiba saja ada keluarga kecilnya yang ada
didepannya..terutama sang kakek.

“selamat fu..kau berhasil..,dengan ini kutukan hannya berakhir.”kata yasashi


“kau telah berhasil anakku”kata ayah fu.

“terimakasih,akhirnya aku bisa hidup dengan tenang…”jawab fu…

“tidak…tempatmu bukan disini fu…perjalananmu masih panjang,kau masih


harus melanjutkan hidupmu..” kata yasashi.

“benar ,tempatmu bukan disini fu…lanjutkan lah hidupmu..”pernyataan ayah fu.

Semua mulai terlihat kabur,ayah dan kakek terlihat menghilang sedikit demi
sedikit.

“kurasa ini adalah perpisahan fu..” kata yasashi


“Fu,jagalah kesehatanmu baik – baik ,hiduplah untuk kami…semoga kau terus
berbahagia fu..” kata ayah
“selamat tinggal fu!” kata kakek dan ayah secara bersamaan.

Fu terbangun dari tidurnya,dapat ia lihat matahari sudah bersinar terang ,bau


hujan yang sudah usai, suara burung yang berkicau,angin berhembusan dari
arah utara..fu mulai mengangkat badannya pakaiannya sangat kotor dan sudah
banyak bolongan. Ia berdiri dan membuat penghormatan pada
kakeknya,ayahnya dan zeni. Ia lepas pakaian yang ia gunakan, membuat sebuah
prasasti singkat menggunakan pedangnya ,ditancapkan pedang itu ketanah dan
diikat kan pakaiannya ke pedang tersebut. Ia berdoa semoga semuanya berjalan
lancar dan semoga zeni tenang dialam sana…
CHAPTER 8 - ALIVE
Aku pun berjalan menuju pulang ke rumah dengan luka tubuh yang dihasilkan
dari pertarungan antara hidup dan mati dengan orang yang dulunya aku cintai
dan juga merupakan keluarga aku sendiri, aku memeluk tubuh Reni yang sudah
tak bernyawa sambil air mataku jatuh di pipinya

"Reni..semua ini telah berakhir, tidak ada lagi yang menganggu keluarga
kita..Kau sekarang bisa tenang di alam sana."
"..Terimakasih Fu.."

Sekali lagi aku melihat bayangan Reni di depanku, ia terlihat senang dan aku
bisa melihat senyumannya lagi untuk terakhir kalinya. Saat aku mencoba
meraih tangannya tiba-tiba ada dinding yang tidak terlihat menghalangiku.

"Kenapa?!..kenapa aku tidak dapat melewati ini.."


"Untuk saat ini..Fu. Aku yakin anak kita masih disana.. Tolonglah dia, sebelum
semuanya terlambat"
"Anak kita?! Wu masih hidup??"
"Aku mohon Fu..demi keluarga kita selamatkan dia."

Setelah mendengar perkataan Reni, aku langsung bergegas melaksanakan


permintaan Reni. Kaau tidak salah saat aku mengalahkan Hannya, dia
meninggalkan sebagian roh kutukan miliknya. Aku pun mengambil kembali
pedang yang ku tancapkan ke tanah tadi. Aku merasakan luka-luka di tubuhku
kembali pulih dalam sekejap. Lalu aku memanfaat roh itu untuk ritual membuka
sebuah pintu menuju dunia iblis.

"Aku berjanji pada mu Reni, demi anak kita."

Aku langsung memasuki portal itu, sungguh tidak dapat dipercaya dunia
mereka benar-benar mengerikan. Seharusnya tidak ada manusia seperti aku
berada disini. Tetapi mereka telah membawa anakku satu-satunya dan juga
demi janji istriku.

"KEMBALIKAN DIA KEPADAKU! KAU IBLIS TERKUTUK, HADAPI


AKU DISINI!"
"..Akhirnya kau telah melangkah sejauh ini ya? Sudah sekian lama aku tidak
melihat manusia seperti mu muncul dihadapan kami."

Aku melihatnya, aku melihat anakku di genggamannya. Aku menjadi semakin


marah kepada iblis itu. Aku pun langsung berlari ke arahnya.

"Tunggu disitu, jika kau masih ingin dia selamat."


"..Aku bersumpah sedikit saja luka kau buat kepadanya, setengah dari kalian
akan musnah."
"Kau..? Hahaha. Yang benar saja kau hanyala-"

Aku langsung mengayunkan pedangku dengan sederhana dan menghasilkan


gelombang tajam yang membelah sebagian besar iblis-iblis disana.

"Kau pikir aku bermain-main?"


"Baiklah..aku telah meremehkan kau tadi. Aku akui kau memang kuat."
"Aku mempertaruhkan nyawaku disini demi anakku, Wu. Aku tantang kau
berhadapan dengan ku 1 lawan 1"
"Kau menantangku? Di dunia aku sendiri?"

Dia langsung turun untuk menghadapi aku, aku merasakan nafsu


membunuhnya yang begitu kuat. Dia bukanlah makhluk yang pantas
disepelekan. Aku harus berwaspada.

"Baiklah. Dengan syarat, jika aku menang aku akan memakannya hidup-hidup
di depanmu. Dan jika kau menang. Hanya satulah yang bisa keluar dari sini."

Tidak kusangka bayarannya akan seberat ini, jika aku gagal kami berdua akan
mati disini, dan walaupun aku mengalahkannya salah satu kami harus mati
tinggal disini selamanya atau bahkan mati. Aku pun menyetujui tantangannya
itu.

Disini aku berhadapan dengan makhluk yang akan menjadi penentu nyawa
anakku. Aku memohon kepadamu, kakek, ayah. Dan kau Rena. Bimbing aku
untuk menghadapi iblis terkutuk ini. Karena kelak anakku bisa meneruskan
keluarga Yasashi.
"Baiklah, MAJU SINI!" iblis itu menyoraki
"Aku akan membawa anakku hidup hidup dari sini!."
"Manusia rendahan! Kau telah menggali kuburmu sendiri!"
"Wu, anakku! Bertahan lah sebentar saja!"

Serangan iblis itu sangat mematikan, ia bahkan tidak sengaja membunuh


makhluk iblis lain. Aku nyaris terbunuh jika membuat 1 kesalahan saja
nyawaku bisa berakhir disini. Tetapi aku masih bisa bertahan dan mengimbangi
kekuatannya.

"Aku belum mengerahkan semuanya dan kau sudah kewalahan"


"..Justru itu aku sengaja."
"Apa maksudmu?"

Aku memusatkan seluruh tenagaku untuk mengayunkan pedangku untuk


menghasilkan gelombang tajam yang berhasil membelah tangannya.

"Kau..!"
"Sekarang kau sudah tahu, manusia yang kau hadapi didepanmu ini tidak biasa."
"Aku terkesan..dengan mu, siapakah dirimu?
"Aku adalah Yasashi, disini aku akan membawa anakku pergi dari sini dalam
keadaan hidup."
"Jadi kau telah memutuskannya? Pilihan yang bagus."

Dia langsung menghilang dari hadapanku, selain kekuatannya yang


menakjubkan itu ia juga mampu bergerak dengan kecepatan tinggi. Aku melihat
sekeliling dan tidak menemukan dirinya. Salah satunya cara untuk melindungi
diriku yaitu menggunakan instingku. Dengan merasakan pergerakan iblis itu dia
sangat begitu cepat. Dan aku pikir dia kabur membawa anakku. Saat aku
menoleh ke arah anakku, secara tiba-tiba makhluk itu muncul dari belakangku.

"Kau lengah."
"..Apa?"

Dia memukulku dengan keras tapi untungnya aku sempat menangkisnya


dengan pedangku. Aku dibuat terpental jauh olehnya,
"Ternyata benar, kelemahan mu itu..anakmu sendiri"
"Sialan.."
"Yasashi, keluargamu akan berakhir disini. Kau seharusnya tidak perlu datang
jauh-jauh"
"Diamlah. Ini belum berakhir,"

Maafkan aku Reni, aku sempat lengah karena aku tidak bisa membiarkan Wu
dalam bahaya, aku tidak mampu melawannya seperti ini, tapi jika aku
menggunakan kartu terakhirku, pasti aku bisa mengakhiri ini semua.

"Maafkan aku Reni!! Demi anak kita, aku harus melakukannya karena untuk
mengalahkan sesuatu yang mustahil dimenangkan aku harus menjadi dia itu
sendiri."
"Kau selalu mengoceh enyahlah dari sini!!"

Aku menggunakan roh kutukan milik hannya dan mengubahnya menjadi


sumber kekuatanku yang artinya aku telah menjadi manusia dengan kutukan
iblis. Saat iblis itu hendak menyerangku, aku menebas tangan satunya lagi
hingga terpotong

"Sekarang kau tak bisa menghajarku dengan tanganmu lagi."


"Ada apa dengan dia ini?! Manusia sepertimu mampu memanfaatkan kekuatan
para iblis!?"
"Aku tak punya banyak waktu, kutukan ini sebentar lagi akan mengubah aku
sepenuhnya, kau harus segera mati agar Wu bisa segera keluar dari sini."

Dengan mudahnya iblis itu menumbuhkan kedua lengannya dengan mudah,


bahkan luka-luka yang disebabkan dari serangan Wu sembuh kembali.

"Baiklah, mungkin aku harus lebih serius lagi. Aku mendeklarasi kaulah
lawanku yang terkuat saat ini Yasashi! Aku semakin bersemangat haha."
"Kau betul-betul lawan yang merepotkan, selanjutnya kepala mu lah yang akan
kutebas."
"Atau..sebaliknya..kepala Yasashi lah yang hancur di tanganku."
Aku langsung maju dan mengeluarkan serangan beruntun dengan pedangku,
dia menangkisnya dengan tangan kosong dan mencoba menyerang balik, tetapi
aku berhasil menghindarinya sambil melakukan serangan balik. Sebelumnya
aku tidak mampu mengimbangi kecepatan tetapi sekarang akulah yang lebih
unggul.

"Aku melihatnya! Saat hendak kau menyerangku aku bisa memprediksi


gerakanmu!"
"Yasashi..! Apakah kau melupakan sesuatu?"
"Coba saja."
"Sial..Kau menyepelekan kami!?"

Aku melihatnya bergerak ke arah Wu, dia sedang merencanakan sesuatu selain
membahayakan anakku. Tidak mungkin dia dengan bodohnya mencoba
mendekati Wu pada situasi saat ini. Ternyata benar ia memerintahkan anak-
anaknya untuk membawa Wu jauh dariku.

"Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan kepada anakku?"


"Bodoh, kau membahayakan anakmu sendiri"
"Aku tidak mengerti."
"Lihatlah kerusakan yang telah kau perbuat."

Aku melihat sekeliling ternyata perkataan dia benar, semua kerusakan ini
merupakan akibat dari serangan aku sendiri karena secara tidak sengaja, setiap
ayunan pedangku menghasilkan gelombang yang memotong semua di arahnya.

"Bukankah itu rencanamu? Menghabisi nyawa anakmu demi keselamatan dunia


kalian."
"Mengapa kau malah mendukung rencana kami? Yasashi."
"Entahlah, aku sudah terlalu lama meminjamkan kutukan ini sehingga
mempengaruhi pikiranku"
"Kau telah menjadi iblis sebenarnya.."
"Kau, raja iblis telah dikalahkan dengan manusia biasa yang telah menjadi iblis
sepertimu sendiri"
"Anak-anakku pergi bawa Wu dari sini!"
"Tidak akan kubiarkan."
Fu langsung pergi ke arah anaknya Wu dalam sekejap ia telah sampai di depan
anaknya. Dia pun melenyapkan anak-anak iblis itu dengan mudahnya. Fu
melihat Wu dengan rasa lega dapat melihat anaknya kembali.

"Anakku Wu, aku mohon maaf kepadamu. Sampai kau di luar sana, hiduplah
dengan tenang jangan sampai orang mempengaruhi dirimu dan berhati-hatilah
saat hendak kau mencari pasangan hidupmu, cukup cintai 1 orang saja."

Fu langsung membuka portal ke dunia luar dengan kekuatan kutukan miliknya


dan mengeluarkan Wu dari dunia iblis.

"Apa!? Kau mampu membuka pintu ke luar? Bagaimana bisa!?"


"Aku telah memutuskan ini semua dari awal." Sambil menutup kembali portal
"Aku tidak mengerti, Yasashi. Padahal kau bisa saja keluar dari sini kapan saja."
"Kutukan ini telah sepenuhnya mempengaruhi diriku, aku tak mampu lagi
mengeluarkan kekuatan ini dariku. Bisa dibilang aku telah permanen menjadi
manusia iblis. Dan aku tidak mau menimbulkan kekacuan di dunia luar sana"
"Lalu..apa rencana selanjutmu?"
"Kita berdua harus mati disini. Seperti yang kau bilang hanya satu oranglah
yang bisa keluar dari sini, yaitu anak aku sendiri."

Iblis itu seketika marah, dan langsung bergegas ke arah Fu.

"Aku sudah muak diremehkan olehmu! Kau bukan apa-apa melainkan hanya
manusia biasa..!"
"Maafkan aku Reni, tapi setidaknya anak kita selamat."

Fu berencana untuk memusnahkan seluruh makhluk di dalam dunia ini yaitu


dengan melepaskan gelombang kejut yang melenyapkan seluruh makhluk
termasuk Fu sendiri. Lalu Fu mengumpulkan seluruh tenaganya hingga
membentuk bola kecil dan melepaskannya sehingga menciptakakan ledakan
dahsyat yang menghancurkan dunia serta seisinya.
Chapter 8 - True Ending
Dunia iblis seketika terhapus menjadi abu tidak ada satupun makhluk disana
yang tersisa, dari hasil gelombang yang dihasilkan oleh Fu. Kejahatan di dunia
terhapuskan dengan bayaran nyawa Fu sendiri.

“Beristirahatlah Fu, tugasmu telah selesai.”


“Siapa disana..?” Fu terbangun dari tidurnya

Dia melihat sekeliling hanya tumbuhan dan pepohonan, rasanya seperti di


sebuah taman yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

“Masih ingatkah kau dengan tempat ini Fu..?”


“Reni, apakah itu kau?”
“Ini aku. Kau berhasil menyelamatkannya, terima kasih Fu.”
“Ini tempat kita biasanya kunjungi saat sore hari, sambil melihat matahari
terbenam bersama anak kita.”
“Benar, tetapi..Sekarang hanya kita berdua yang menyaksikannya. Wu masih
disana sendiri.”
“Aku mengirimnya kepada seseorang yang telah aku kenal sejak lama. Aku
yakin ia bisa menjaga Wu.”
“Syukurlah..Kita bisa tenang disini sekarang.”

Saat Fu hendak membuka pintu jalan menuju dunia manusia, ia mengirimnya


kepada salah satu teman dekatnya yang ingin sekali memiliki anak, tetapi
istrinya tidak mampu akhirnya Fu memutuskan untuk menitipkan anaknya
kepada teman dia dengan meletakkan Wu di belakang halaman rumahnya.
Setelah itu mereka mendengarkan suara tangisan di sekitar rumah mereka dan
menemukan bayi. Mulai saat itu lah Wu dirawat oleh seseorang dengan penuh
kasih sayang seperti Fu dan Reni.

“Tumbuhlah dan menjadi anak yang kuat Wu.” Kata Fu


“Kami selalu akan menjagamu walaupun dunia kita tidak sama.” Sambung Reni

Anda mungkin juga menyukai