Anda di halaman 1dari 14

JURNAL INTERVENSI PSIKOLOGI

P-ISSN: 2085-4447; E-ISSN: 2579-4337


Volume 14, Nomor 1, Juni 2022
DOI :10.20885/intervensipsikologi.vol14.iss1.art6

Article History Recevied: 15-03-2022 Reviced: 14-06-2022 Accepted: 30-06-2022

MAMA TRAINING: PELATIHAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK


MENINGKATKAN SELF-REGULATION GURU SEKOLAH DASAR

Dedi Nasruddin1
V. Heru Hariyanto2

Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Keywords/Kata kunci ABSTRACT/ABSTRAK:


emotional intelligence, The task of the teachers in addition to educating students, they also have
self-regulation, teacher a standard of achieving performance targets given by the school. The
heavy workload makes the need for good self-regulation on the individual.
Self-regulation is related to a series of planning actions that are directed
towards realizing the achievement of targets that can improve
performance. This training brings emotional intelligence as a variable
that can improve self-regulation in elementary primary school teachers.
The research design is a one group pre-posttest experimental design. The
number of participants who took part in the training was 13 people. The
results of this study show that there is a positive correlation of emotional
intelligence in improving self-regulation in elementary school teachers.

emotional intelligence, Tugas seorang guru selain mendidik siswa tentunya juga memiliki
self-regulation, guru standar target pencapaian kinerja yang diberikan oleh pihak sekolah.
Beratnya beban tugas tersebut membuat perlu adanya self-regulation
yang baik pada diri individu. Self-regulation berkaitan dengan
serangkaian tindakan perencanaan yang terarah dalam mewujudkan
pencapaian target yang dapat meningkatkan kinerja. Pelatihan ini
mengusung emotional intelligence sebagai variabel yang dapat
meningkatkan self-regulation pada guru sekolah dasar. Desain
penelitian ini adalah one group pre-posttest experimental design. Jumlah
peserta yang mengikuti pelatihan sebanyak 13 orang. Hasil dari
penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat korelasi yang positif
emotional intelligence dalam meningkatkan self-regulation pada guru
sekolah dasar.

____________________
1Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: dedinasruddin6@gmail.com
2Email: herruhva@staff.ubaya.ac.id

Copyright © 2022 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons 55
Attribution-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

Sekolah merupakan tempat satuan Materi yang diajarkan oleh guru bukan
pendidikan yang berjenjang dan hanya mengenai hard skills. Tetapi juga soft
berkesinambungan untuk menyeleng- skills seperti cara bekerjasama, cara
garakan kegiatan belajar mengajar penyampaian pendapat, kepemimpinan, dan
(Republik Indonesia, 2012). Berdasarkan lain sebagainya termasuk pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun karakter. Guru diharapkan mampu
2005 menyatakan bahwa semua sekolah di mengajarkan, mendidik dan memberikan
Indonesia diarahkan dapat role model kepada siswa. Akan tetapi jika
menyelenggarakan pendidikan yang guru sendiri tidak dapat mengatur diri
memenuhi standar nasional. Standar yang dengan baik secara personal (self-
telah ditetapkan harus bisa dipenuhi oleh regulation), maka guru akan kesulitan dalam
setiap sekolah, tanpa memandang lokasi menjalani tugas sebagai pengajar serta tidak
keberadaan sekolah tersebut. bisa menjadi role model yang baik. Dengan
Sekolah SDN X & Y RJ ini merupakan demikian, seorang guru penting menjadi
sekolah yang berada di daerah terpencil, self-regulation yang baik dalam menjalankan
jarak sekolah ke kota kabupaten yaitu 40 km tugas professional.
dengan jarak tempuh 1 jam 7 menit. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Nugroho (2017) menyatakan bahwa salah orang tua murid dan beberapa murid SDN X
satu faktor yang menjadi hambatan dalam & Y RJ, terdapat beberapa permasalahan
penyelenggaraan sistem pendidikan adalah yang dialami sekolah seperti, banyak guru
lokasi sekolah di daerah terpencil. Sekolah yang masih mencampur antara aktivitas
SDN X & Y RJ masih memiliki banyak dinas dengan aktivitas pribadi. Misalnya
kekurangan termasuk dalam peningkatan guru sering bolos mengajar untuk
kompetensi tenaga pendidiknya. menghadiri kondangan atau acara keluarga
Kompetensi guru merupakan salah lainnya, sering terlambat, masih terdapat
satu hal penting dalam penyelenggaraan guru yang menggunakan hukuman secara
pendidikan termasuk guru SD. Guru SD fisik kepada siswa yang melakukan
memiliki peranan penting untuk kesalahan, serta masih terdapat guru yang
membangun karakter dasar seorang anak. menggunakan konotasi tata bahasa yang
Hal ini dikarenakan pendidikan karakter kurang etis seperti pemberian stigma bodoh.
diajarkan sejak dini di bangku sekolah dasar. Permasalahan yang dipaparkan tersebut
Tanggung jawab yang harus dijalani guru termasuk dalam dimensi impulse control.
selain mengajar adalah memantau Brown et al. (1999) menyatakan bahwa
keseharian anak dan mengevaluasi impulse control merupakan adanya
perencanaan serta hasil kegiatan belajar. kegagalan guru dalam mengontrol dorongan
Guru juga berperan sebagai pengajar dalam diri untuk bertindak yang sesuai
(menyampaikan materi pelajaran), penjaga aturan yang ada.
gawang (menyaring pengaruh negatif dari Aturan Permendiknas No 16 Tahun
lingkungan), katalisator (menggali dan 2007 dalam kompetensi kepribadian, guru
mengoptimalkan potensi anak), fasilitator diharapkan mampu bertindak sesuai dengan
(membantu proses pembelajaran dan norma agama, hukum, sosial dan
diskusi), dan penghubung (membantu anak kebudayaan nasional Indonesia. Adapun
dalam mendapatkan sumber-sumber dalam kompetensi sosial, guru diharapkan
informasi yang beragam dari berbagai mampu berkomunikasi secara efektif,
pihak) (Kemendikbud, 2018). empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua

56 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

serta masyarakat. Selain itu, sekolah SDN X Guru di SDN X & Y RJ mash kurang
& Y RJ memiliki misi yaitu guru diharapkan aware dengan kendala yang dihadapi siswa.
bersikap disiplin waktu dan meningkatkan Jika ditinjau dari aturan Permendiknas No
etos kerja. 16 Tahun 2007 dalam kompetensi
Berdasarkan misi dari sekolah, guru pedagogik yang harus dimiliki guru yaitu
diharapkan mampu dalam bekerjasama dan guru memahami karakteristik peserta didik
menjalin komunikasi secara aktif dengan yang berkaitan dengan aspek fisik,
menjunjung tinggi semboyan Bugis yang intelektual, sosial-emosional, moral dan
diterapkan di sekolah. Semboyan tersebut latar belakang sosial budaya. Selain itu, juga
berbunyi “sipakatau (saling menghargai), terdapat guru yang merasa tidak memiliki
sipakalebbi (saling menghormati), kehidupan yang layak sebagai profesi guru
sipakainge (saling mengingatkan)”. dan guru kurang yakin dengan cara
Semboyan tersebut memiliki arti bahwa mengajarnya karena tidak mendapatkan
dapat saling menghargai, menghormati dan pelatihan peningkatan profesionalitas
mengingatkan antara satu sama lain. secara optimal.
Berdasarkan hasil wawancara yang Permasalahan yang dipaparkan
dilakukan di sekolah SDN X & Y RJ, terdapat tersebut termasuk dalam dimensi goal
beberapa guru yang merasa kurang adanya orientation. Terdapat orientasi harapan
kerjasama antara guru dalam memberikan yang berbeda dengan kenyataan, yang
pelayanan pada peserta didik, baik dalam hal menyebabkan kinerja guru menurun.
akademik maupun non akademik. Selain itu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
bahkan terdapat beberapa guru yang sering tahun 2005, merupakan kebijakan yang
bertengkar dalam lingkungan sekolah dan di mengatur tentang kesejahteraan guru dan
saksikan oleh siswa. Munculnya peningkatan kompetensi profesional.
permasalahan tersebut disebabkan karena Berdasarkan hasil observasi dan
adanya kelompok-kelompok guru di dalam wawancara dengan pihak sekolah, sekolah
sekolah tersebut berdasarkan hobi, usia, dan SDN X & Y RJ sering tidak melaksanakan
perbedaan tugas. Sekolah juga kurang program kerja arahan dinas dengan alasan
mengadakan kegiatan gathering untuk tidak ada evaluasi oleh pihak terkait.
meningkatkan keakraban dan perasaan Menurut pernyataan kepala sekolah
saling menghargai antara guru. terdapat beberapa guru yang terkadang
Permasalahan berikutnya berdasar ketika diberikan tanggung jawab tugas
kan hasil wawancara dengan orang tua dan tertentu dan mereka diminta melakukannya
guru, menyatakan bahwa guru kurang secara kreatif. Tugas tersebut sering tidak
koordinasi dengan orang tua siswa terkait dikerjakan dengan alasan guru tidak yakin
perkembangan peserta didik. Guru tidak dengan hasil kerjanya serta guru
pernah memberikan pelaporan terkait mengharuskan kepala sekolah memberikan
dengan perkembangan peserta didik kepada pendampingan secara langsung di lokasi
orang tua, dan bahkan terkadang guru tidak pada saat kerja. Selain itu, kepala sekolah
membagikan raport peserta didik kepada juga mengeluhkan bahwa ketika melakukan
orang tua siswa. Permasalahan yang perjalanan dinas maka kegiatan di sekolah
dipaparkan tersebut termasuk dalam terkadang tidak berjalan dengan maksimal
dimensi goal orientation. Brown et al. (1999) karena menurut guru mereka perlu
menyatakan bahwa goal orientation yang akomodasi setiap saat, bahkan hal ini juga
berarti adanya orientasi harapan yang berkaitan dengan pola kebersihan di
berbeda haluan, sehingga menciptakan sekolah.
hubungan yang kurang harmonis.

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 57


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

Permasalahan yang dipaparkan menggunakan kemampuan pikiran sehingga


tersebut termasuk dalam dimensi self- individu dapat bereaksi terhadap
direction dan dimensi decision making. lingkungannya.
Brown et al. (1999) menyatakan bahwa self- Salah satu cara untuk meningkatkan
direction merupakan kemandirian guru pada self-regulation ialah dengan memberikan
saat bertindak dan menjadi lebih kreatif pemahaman tentang emotional intelligence.
dalam mengerjakan sesuatu karena tidak Siregar et al. (2018) menyatakan bahwa
mendapatkan evaluasi dari pihak terkait. emotional intelligence dapat meningkatkan
Decision making yang berarti pengambilan kognitif yang lebih baik sehingga individu
keputusan dalam menyelesaikan sebuah dapat meningkat self-regulation, seperti
permasalah kurang tepat. mengenali, memahami, dan menggunakan
Berdasarkan penjabaran masalah di emosi dengan baik.
SDN X & Y RJ, semua dimensi yang dibahas Arifin (2019) menyatakan bahwa guru
berdasarkan persoalan sekolah merupakan yang memiliki emotional intelligence yang
dimensi dari self-regulation, sehingga dapat baik maka guru tersebut akan memiliki
disimpulkan bahwa permasalahan yang pengelolaan diri yang baik. Kaur et al. (2019)
dihadapi berkaitan dengan rendahnya self- menyatakan bahwa salah satu pelatihan
regulation yang dimiliki guru. yang dapat meningkatkan pengajaran yang
Bandura (Hergenhahn & Olson, 2010) efektif dan kinerja yang unggul pada guru
menyatakan self-regulation merupakan adalah pelatihan emotional intelligence.
suatu kemampuan yang dimiliki manusia Goleman (2015) menyatakan bahwa
berupa kemampuan berfikir dan dengan emotional intelligence merupakan bagian
kemampuan itu mereka memanipulasi penting (faktor) dalam membentuk self-
lingkungan, sehingga terjadi perubahan regulation seseorang.
lingkungan akibat kegiatan tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian
Bandura (Hergenhahn & Olson, 2010) sebelumnya, ditemukan bahwa emotional
menyatakan dengan adanya self-regulation, intelligence berpengaruh untuk
seseorang dapat mengatur sebagian dari meningkatkan self-regulation. Sadri dan
pola tingkah laku diri sendiri. Rahmah Janani (2015) memperlihatkan bahwa
(2009) menyatakan bahwa self-regulation terdapat korelasi positif antara emotional
adalah tugas seseorang untuk mengubah intelligence dengan self-regulation. Ketika
respon-respon, seperti mengendalikan individu memiliki emotional intelligence
impuls perilaku (dorongan perilaku), yang tinggi maka individu tersebut juga
menahan hasrat, mengontrol pikiran dan memiliki self-regulation yang tinggi.
mengubah emosi. Ramdaniar dan Rosiana (2018)
Florez (2011) mengungkapkan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
“regulating one’s thinking, emotions, and positif yang erat antara emotional
behavior is critical for success in school, work, intelligence dengan self-regulation. Oleh
and life”, yaitu dengan adanya regulasi diri karena itu, riset ini bertujuan untuk menguji
seseorang akan mampu untuk mengatur pengaruh pelatihan emotional intelligence
pikiran, emosi dan perilaku seseorang untuk dengan teori dasar emotional intelligence
menuju kesuksesan di lingkungannya baik milik Goleman (2015) dengan aspek self-
sekolah, pekerjaan dan kehidupannya. awareness, social awareness, self-
Dengan kata lain, self-regulation adalah management dan relationship management
suatu kemampuan yang dimiliki oleh untuk meningkatkan self-regulation guru
individu dalam mengontrol tingkah laku, SDN X & Y RJ.
dan memanipulasi sebuah perilaku dengan

58 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

Terdapat tiga hipotesis dalam pertama emotional intelligence yaitu self-


penelitian ini, yaitu: management (self-management: “set yourself
1) Ada perbedaan tingkat pengetahuan up for the better”). Sesi ketiga membahas
materi pelatihan yang signifikan mengenai aspek kedua emotional
sebelum dan sesudah pelatihan; intelligence yaitu self-awareness (self-
2) Ada perbedaan tingkat self-regulation awareness: “know yourself”). Sesi keempat
yang signifikan sebelum dan sesudah berbicara mengenai aspek ketiga emotional
pelatihan; intelligence yaitu relationship management
3) Ada korelasi antara emotional (relationship management: “good
intelligence dan self-regulation. management for a good relationship). Serta
sesi terakhir yaitu sesi kelima membahas
METODE PENELITIAN manfaat dan sesi yang terakhir, yaitu sesi
Desain Penelitian kelima dengan materi aspek emotional
Penelitian ini dilakukan dengan intelligence yaitu social awareness (social
menggunakan metode quasi eksperimen. awareness: “care to each other”).
Hastjarjo (2019) menyatakan bahwa
eksperimen kuasi merupakan metode Subjek Penelitian
eksperimen dengan pembentukkan Kriteria subjek penelitian yaitu guru
kelompok sampel eksperimen tidak secara sekolah SDN X & Y RJ, baik kepala sekolah,
random. Peserta pelatihan terdiri dari satu guru kelas dan guru bidang studi. Jumlah
kelompok yang akan diukur keadaan seluruh guru di SDN X & Y RJ adalah 15
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan orang, yang terdiri dari 3 laki-laki dan 12
(one group pretest-posttest design). perempuan. Usia guru berkisar dari 24-57
Pelatihan ini dinamakan MAMA tahun. Teknik penentuan sampel yang
Training. MAMA merupakan sebuah digunakan dalam penelitian ini adalah
singkatan dari aspek emotional intelligence, teknik sampling jenuh. Sugiyono (2017)
yaitu self-Management, self-Awareness, sampling jenuh merupakan teknik
relationship Management, dan social penentuan sampel yang semua anggota
Awareness. Persiapan pelatihan dilakukan populasi dijadikan sampel. Hal ini dilakukan
dengan pencarian literatur mengenai jika jumlah populasi relatif kecil atau kurang
emotional intelligence, pembuatan materi dari 30. Adapun desain riset one group pre-
emotional intelligence yang berkaitan posttest experimental design boleh
dengan self-regulation, serta perencanaan menggunakan sampel 13 subjek (n kurang
pelaksanaan pelatihan. Peneliti menjadikan dari 30) agar mempertahankan cara peneliti
teori emotional intelligence yang disusun menjaga standar deviasi yang ketat dalam
oleh Goleman (2015) dengan aspek self- melakukan analisis data. Dari 15 sampel,
awareness, social awareness, self- yang bersedia mengikuti pelatihan
management dan relationship management, sebanyak 13 orang yang telah mengisi prates
sebagai landasan dalam pemberian materi. dan pascates serta bersedia mengikuti
Pelatihan dilaksanakan dengan lima materi pelatihan. 2 subjek yang
sesi dan setiap sesi memiliki durasi mengundurkan diri secara mendadak di
bervariasi. Sesi pertama mengenai tengah sesi pelatihan dikarenakan ada
pengantar dengan materi terkait pengertian, keperluan keluarga.
aspek serta hubungan antara self-regulation
dan emotional intelligence (introduction to Metode Pengumpulan Data
self-regulation and emotional intelligence). Pengukuran self-regulation dilakukan
Sesi kedua berbicara mengenai aspek dengan menggunakan alat ukur Self-

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 59


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

Regulation Questionnaire (SRQ-CZ) dari Prosedur pengukuran skala yaitu


Brown et al. (1999). Skala SRQ-CZ memiliki skala SRQ-CZ, subjek diminta menentukan
jumlah aitem sebanyak 22 butir dengan derajat persetujuan untuk setiap butir, dari
melibatkan empat aspek. Empat aspek rentang angka 1-5. Angka 1 menunjukkan
tersebut, yaitu goal orientation (5 butir pernyataan tersebut sangat sesuai dengan
aitem), self-direction (7 butir aitem), decision kondisi subjek. Sebaliknya untuk angka 5
making (6 butir aitem) serta impulse control menunjukkan pernyataan tersebut sangat
(4 butir aitem). tidak sesuai dengan kondisi subjek.
Self-Regulation Questionnaire (SRQ-
CZ) memiliki reliabilitas untuk model baru Prosedur Intervensi
fit (terdiri dari 21 item) mencapai 0,85, Perlakuan yang diterima oleh
menunjukkan baik konsistensi internal. kelompok eksperimen adalah pelatihan
Adapun validitas dari setiap aspek, yaitu emotional intelligence yang terdiri dari lima
goal orientation terdiri dari 5 item dengan sesi, yang pada masing-masing sesi
factor loadings sebesar 0,8, 0,7, 0,6, 0,5, dan berdurasi 80, 50, 45, 62, dan 30 menit.
0,5, nilai tersebut menunjukkan relevansi Materi pelatihan dibuat sendiri oleh peneliti
yang tinggi. Aspek kedua yaitu self-direction, dibawah bimbingan professional psikolog
terdiri dari 7 item dengan factor loadings 0,7, industri organisasi serta psikolog
06, 0,6, 0,6, 0,5, 0,5, 0,4. Aspek ketiga, pendidikan yang berfokus pada pelatihan.
decision making mencakup 7 item dengan Dalam penyelenggaraan pelatihan, peneliti
factor loadings 0,7, 0,6, 0,6, 0,6, 0,5, 0,4. mengombinasikan berbagai metode seperti
Aspek terakhir, kontrol impuls, terdiri dari 4 ceramah, permainan diskusi antar
item dengan nilai factor loadings 0,7, 0,6, 0,6, kelompok, tanya jawab dan audio visual
0,6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa serta pemateri menyampaikan materi
hanya terdapat 2 aitem dari skala ini yang dengan memberikan contoh yang relevan
tidak valid, akan tetapi dengan pertimbang dengan kehidupan budaya subjek (dengan
oleh peneliti kedua aitem tersebut tetap bahasa daerah). Hal ini dilakukan demi
dikarenakan bunyi aitem juga cukup untuk mengoptimalkan penyampaian
mewakili dalam melihat gambar self- materi pada subjek penelitian.
regulation.

Tabel 1. Materi Pelatihan Setiap Sesi


Sesi Materi Target Pencapaian
1 ● Pengisian prates. Sesi pertama ditujukan
● Materi I: Self-Regulation, materi ini menjabarkan sebagai sesi pembuka dengan
terkait dengan definisi dan manfaat dari self- harapan guru memahami
regulation dalam pekerjaan seorang guru. kondisi dirinya terkait dengan
self-regulation dan
● Materi II: Emotional Intelligence, materi ini
mengetahui bahwa emotional
menjabarkan terkait dengan manfaat kecerdasan
intelligence sebagai cara dalam
emosi dalam meningkatkan self-regulation guru
meningkatkan self-regulation.
dalam bekerja.

60 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

Sesi Materi Target Pencapaian


2 ● Self-Management Sesi kedua memasuki aspek
Materi: Set yourself up for the better, materi yang dari emotional intelligence.
disampaikan di sesi ini membahas terkait dengan Target dari sesi ini adalah guru
pentingnya pengaturan diri dalam melakukan dapat memahami manfaat dari
sebuah pekerjaan termasuk seorang guru serta manajemen dalam pekerjaan
pada materi ini juga diberikan contoh kasus yang seorang guru yang tentunya
dekat dengan lingkungan seorang guru. akan berdampak pada kinerja.
3 ● Relationship Management Sesi ketiga menargetkan agar
Materi: Good management for a good relationship. guru dapat memahami manfaat
Materi sesi 3 memaparkan terkait relasi dapat relasi yang positif dalam
meningkatkan kinerja positif dalam profesi lingkungan sekolah serta demi
seorang guru serta hal ini juga dikaitkan dengan meningkatkan self-regulation.
kasus lingkungan sekitar.
4 ● Self-Awareness Sesi keempat diharapkan guru
Materi: Know yourself. Materi ini menyajikan dapat memahami perbedaan
bahwa seorang guru penting memahami kondisi profesional kerja dengan
pribadi terlebih dahulu sebelum memahami lingkungan pribadi serta
kondisi orang lain, sehingga ketika bekerja tidak dampak kerugian ketika tidak
mencampurkan permasalahan internal dengan dapat mengelompokkan tugas
permasalah pekerjaan. kerja dan tugas rumah tangga
sebagai seorang ibu atau
bapak.
5 ● Social Awareness Sesi terakhir merupakan sesi
Materi: Care to each other. Materi terakhir penutup dengan target guru
membahas terkait dengan memahami kondisi dapat memahami pentingnya
lingkungan sekitar termasuk kondisi siswa demi pemahaman kondisi orang lain
untuk meningkatkan hubungan dan kinerja yang dan dapat berpikir untuk
lebih positif. memposisikan diri dalam
kondisi orang lain, sebelum
● Kesimpulan.
bertindak yang tidak etis
● Pengisian post-test. khususnya dalam lingkungan
sekolah.

Teknik Analisis Data HASIL PENELITIAN


Analisis data dilakukan dengan Hasil pengukuran terbagi menjadi dua
program IBM SPSS versi 20. Metode analisis bagian. Bagian pertama yaitu hasil
menggunakan paired sample t-test. Metode pengukuran aspek pengetahuan terkait
paired sample t-test digunakan untuk materi. Bagian kedua terkait hasil
menguji perbedaan keadaan sebelum dan pengukuran tingkat self-regulation dari
sesudah diberikan pelatihan pada satu peserta secara keseluruhan. Pengukuran
kelompok yang sama. yang pertama adalah pengukuran aspek
pengetahuan dengan hasil sebagai berikut:

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 61


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

Tabel 2. Hasil Uji Beda Pengetahuan

Test of
Tests of Test
Ranks Homogeneity of
Normality Statisticsa
Variances
Asymp.
Mean Sum of
Group N Sig. Sig. Sig. (2-
Rank Ranks
tailed)
Pretest 13 7.00 91.00 .105
.700 .000
Posttest 13 20.00 260.00 .015

Berdasarkan uji normalitas, diketahui sebab itu, uji beda dilakukan dengan
bahwa signifikansi data pascates bernilai menggunakan statistik non parametrik.
0.015. Nilai ini kurang dari 0.05 sehingga Pengujian hipotesis pertama dilakukan
menunjukkan bahwa persebaran data tidak secara non parametrik menggunakan Two-
normal. Di sisi lain, data prates memiliki Independent-Samples Tests dengan Mann-
persebaran yang normal karena memiliki Whitney U. Dari tabel 2 dapat diketahui
signifikansi yang lebih besar dari 0.05, yaitu bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan
0.105. Uji asumsi yang dilakukan yang signifikan sebelum dan sesudah
selanjutnya adalah uji homogenitas. diberikan pelatihan. Hal ini dapat dilihat dari
Berdasarkan perhitungan SPSS, tampak nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed))
bahwa data pre-test dan post-test bersifat yang kurang dari .05 (Asymp. Sig = .000)
homogen dan memiliki varians yang sama didukung dengan perbedaan mean.
karena signifikansi Levene’s Test bernilai Berdasarkan hasil analisis data tersebut
lebih dari 0.05, yaitu 0.700. Meskipun data dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama
prates dan pascates bersifat homogen, diterima, yaitu ada perbedaan pengetahuan
distribusi data post-test tidak normal. Oleh secara signifikan sebelum dan sesudah
pelatihan dilakukan.

Tabel 3. Hasil Uji Beda Variabel Self-Regulation


Test of Paired
Tests of
Ranks Homogeneity of Samples
Normality
Variances Test
Asymp.
Mean Sum of
Group N Sig. Sig. Sig. (2-
Rank Rank
tailed)
Pretest 13 7.00 91.00 .086
.290 .000
Posttest 13 20.00 260.00 .034

62 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

Berdasarkan uji normalitas, sebab itu, uji beda dilakukan dengan


diketahui bahwa signifikansi data pascates menggunakan statistik nonparametrik.
bernilai 0.034. Nilai ini kurang dari 0.05 Pengujian hipotesis kedua untuk
sehingga menunjukkan bahwa persebaran variabel self-regulation dilakukan secara non
data tidak normal. Di sisi lain, data prates parametrik menggunakan Two-Independent-
memiliki persebaran yang normal karena Samples Tests dengan Mann-Whitney U. Dari
memiliki signifikansi yang lebih besar dari tabel 3 dapat diketahui bahwa ada
0.05, yaitu 0.086. Uji asumsi yang dilakukan perbedaan tingkat self-regulation yang
selanjutnya adalah uji homogenitas. signifikan sebelum dan sesudah diberikan
Berdasarkan perhitungan SPSS, tampak pelatihan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
bahwa data prates dan pascates bersifat signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) yang
homogen dan memiliki varians yang sama kurang dari .05 (Asymp. Sig = .000)
karena signifikansi Levene’s Test bernilai didukung dengan perbedaan mean. Dapat
lebih dari 0.05, yaitu 0.290. Meskipun data disimpulkan bahwa hipotesis ketiga
prates dan pascates bersifat homogen, diterima, yaitu ada perbedaan self-
distribusi data pascates tidak normal. Oleh regulation secara signifikan sebelum dan
sesudah pelatihan dilakukan.

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi antara emotional intelligence dan self-regulation.

Self Emotional
Regulation Intelligence
Self Regulation Pearson 1 .533*
Correlation
Sig. (1-tailed) .030
N 13 13
Emotional Pearson .533* 1
Intelligence Correlation
Sig. (1-tailed) .030
N 13 13
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil uji korelasi diatas, diterima, yaitu ada korelasi antara emotional
tampak nilai pearson correlation sebesar intelligence dan self-regulation pada
0,533 dan nilai signifikansi data sebesar pelatihan yang dilakukan.
0.030. Nilai pearson correlation tersebut
berada pada nilai sama dengan r tabel untuk PEMBAHASAN
14 subjek dan memiliki tanda satu bintang Berdasarkan uraian hasil pelatihan
(*) yang artinya terdapat korelasi antara di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
variabel self-regulation dengan emotional skor pretest self-regulation peserta pelatihan
intelligence, serta nilai signifikansinya lebih sebesar 47,38 dan rata skor nilai pascates
kecil dari 0.05, nilai tersebut menunjukkan self-regulation sebesar 88,77. Dengan
bahwa ada korelasi yang signifikan antara melihat perbandingan nilai rata-rata pada
self-regulation dengan emotional intelligence seluruh peserta, maka dapat dinyatakan
pada pelatihan ‘MAMA Training’. Dapat bahwa peserta mengalami perubahan yang
disimpulkan bahwa hipotesis ketiga signifikan lebih baik setelah mengikuti

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 63


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

training. Dengan hal demikian dapat pembelajaran. Salah satu strategi


dikatakan bahwa terdapat pengaruh penyampaian pembelajaran atau informasi
pelatihan emotional intelligence terhadap yang bisa dikatakan efektif ketika seseorang
peningkatan self-regulation pada Guru (trainer) menyampaikan suatu informasi
Sekolah X & Y RJ. Kemudian setelah dengan menggunakan metode yang variatif
pelaksanaan pelatihan, dilakukan kembali dan menggunakan bentuk bahasa baik lisan
proses follow-up dengan menanyakan maupun tulisan secara sederhana serta
kembali materi yang masih diingat oleh pendekatan yang realistis dialami oleh
peserta serta penerapannya dalam peserta. Kemampuan menyampaikan
kehidupan sehari-hari. Hasil follow-up juga informasi secara spesifik terhadap
terlihat bahwa peserta sebagian besar masih rangsangan spesifik akan memperlihatkan
mengingat materi dan bisa diberikan contoh hasil pemecahan masalah maupun
penerapan secara konkret dalam kehidupan penerapan aturan yang efektif. Suprijono
sehari-harinya. (2013) menyatakan bahwa ketika metode
Pada kegiatan pelatihan ini yang yang digunakan menyenangkan bagi peserta
memberikan dampak peningkatan pada self- maka peserta akan lebih termotivasi
regulation peserta. Hal tersebut tentunya sehingga akan ikut terlibat dengan baik
dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
pada pelatihan yaitu menggunakan metode dilakukan. Hal ini terbukti dari hasil
yang variatif, serta penekanan pada metode observasi ketika pelatihan berlangsung
yang memperlihatkan informasi nyata dan sebagian besar peserta terlibat dengan baik
dekat dengan peserta. Misalnya dalam proses pelaksanaan pelatihan.
memperlihatkan video yang berkaitan Selain melihat hasil evaluasi level
dengan peserta kemudian pemateri learning untuk melihat keberhasilan
memberikan contoh yang sering terjadi di pelatihan, maka dilakukan juga terkait
lingkungan sekitar dengan menggunakan dengan uji korelasi antara kedua variabel
bahasa daerah. yang dijadikan bahan pelatihan.
Selain itu, pendekatan lain yang Berdasarkan uji korelasi didapatkan nilai
digunakan untuk meningkatkan korelasi sebesar 0,03, nilai tersebut berada
pemahaman peserta dengan memberikan dibawah nilai 0.05 dan dapat dikatakan
contoh implementasi dalam kehidupan bahwa nilainya menunjukkan hasil yang
sehari-hari dengan contoh yang lebih ringan signifikan. Dengan demikian pelatihan
serta mudah dipahami. Misalnya dalam emotional intelligence memiliki korelasi
menentukan skala prioritas diberikan yang signifikan terhadap peningkatan self-
contoh kegiatan penting (mengajar), tidak regulation.
penting (menghadiri kondangan) dan Hasil tersebut juga dibuktikan oleh
mendesak (siswa menunggu untuk beberapa hasil penelitian sebelumnya. Sadri
diajar/kegiatan belajar tidak bisa berjalan dan Janani (2015) menyatakan bahwa
tanpa adanya guru). Serta pendekatan yang terdapat pengaruh yang signifikan antara
digunakan trainer dalam menyampaikan emotional intelligence terhadap self-
materi dengan menggunakan istilah bahasa regulation. Selain itu penelitian yang lain
daerah yang ringan tapi bermakna, misal self juga mengemukakan hal yang sama seperti
awareness diganti dengan bahasa daerah Heshmati dan Ahmadkhanloo (2017);
isseng-aleta (tahu tentang diri). Martinez-Pons (2000); Mascia et al. (2020);
Slameto (2003) menyatakan bahwa Siregar et al. (2018).
keberhasilan suatu program pembelajaran Seseorang yang memiliki emotional
dipengaruhi oleh strategi penyampaian intelligence yang baik, maka akan

64 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

berdampak pada kemampuan manajemen dilakukan menggunakan metode yang


yang baik serta akan memperlihatkan variatif seperti, ceramah, audio visual,
performance yang baik pula. Hal tersebut diskusi, serta games. (b) Durasi
juga sesuai dengan hasil penelitian Arifin pelatihan yang cukup singkat dengan
(2019); Kaur et al. (2019), pada materi yang disampaikan dengan
penelitiannya memperlihatkan hasil bahwa bahasa yang sederhana. (c) materi
guru yang memiliki emotional intelligence disampaikan dengan menggunakan
yang baik akan memperlihatkan manajemen bahasa daerah setempat serta contoh
diri guru yang baik serta akan yang diberikan sesuai dengan kondisi
memperlihatkan performance sebagai subjek penelitian.
seorang guru yang baik pula. Dengan
demikian hasil follow-up juga Saran
memperlihatkan bahwa terdapat perubahan Saran yang dapat diberikan untuk
yang signifikan antara hasil prates dan pengembangan penelitian bidang pelatihan
pascates pada emotional intelligence dan emotional intelligence adalah:
memperlihatkan perilaku yang bisa 1. Kegiatan pelatihan dengan materi yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sama sebaiknya melibatkan semua
secara konkret oleh peserta. tatanan pendidikan baik itu kepala
sekolah, guru, pegawai administrasi,
SIMPULAN DAN SARAN serta penjaga sekolah, sebab semua
Adapun kesimpulan yang dapat pihak tersebut akan terlibat atau
dibuat berdasarkan hasil penelitian ini berhubungan langsung dengan siswa
sebagai berikut: dalam kegiatan bekerja.
1. Pelatihan yang dilakukan memberikan 2. Kegiatan pelatihan berikut disekolah
perubahan pada pengetahuan dan sikap dengan materi yang sama, sebaiknya
terhadap self-regulation secara melibatkan pihak orang tua
signifikan. dikarenakan orang tua juga merupakan
2. Beberapa faktor yang memungkinkan sosok penting yang langsung terlibat
menjadi penyebab pelatihan efektif dengan siswa dan pihak sekolah.
yaitu (a) model pelatihan yang

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 65


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (2019). Management of teachers’ Kaur, I., Shri, C., & Mital, K. M. (2019). The
emotional intelligence in the role of emotional intelligence
industrial revolution 4.0 era. competencies in effective teaching
Proceedings of the 5th International and teacher’s performance in higher
Conference on Education and education. Higher Education for the
Technology (ICET 2019). Future, 6(2), 188–206.
https://doi.org/10.2991/icet- https://doi.org/10.1177/234763111
19.2019.35 9840542

Brown, J. M., Miller, W. R., & Lawendowski, Kemendikbud. (2018). Permendikbud


L. A. (1999). The self-regulation nomor 22 tahun 2018 tentang standar
questionnaire. In Innovations in proses pendidikan dan menengah.
clinical practice: A source book, Vol.
17. (pp. 281–292). Professional Martinez-Pons, M. (2000). Emotional
Resource Press/Professional intelligence as a self-regulatory
Resource Exchange. process: A social cognitive view.
Imagination, Cognition and
Florez, I. R. (2011). Developing young Personality, 19(4), 331–350.
children’s self-regulation through https://doi.org/10.2190/WVMC-
everyday experiences. Young AEF1-T3XX-8P7A
Children, 66(4), 46–51.
https://eric.ed.gov/?id=EJ959717 Mascia, M. L., Agus, M., & Penna, M. P.
(2020). Emotional intelligence, self-
Goleman, D. (2015). Emotional intelegence- regulation, smartphone addiction:
kecerdasan emosional. PT Gramedia Which relationship with student well-
Pustaka Utama. being and quality of life? Frontiers in
Psychology, 11.
Hastjarjo, T. D. (2019). Rancangan https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.
eksperimen-kuasi. Buletin Psikologi, 00375
27(2), 187–203.
https://doi.org/10.22146/buletinpsi Nugroho, P. J. (2017). Pengembangan model
kologi.38619 pelatihan inovatif untuk
meningkatkan kompetensi guru
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2010). sekolah dasar daerah terpencil.
Theories of learning. In Prenada Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan
Media Group (7th ed.). Praktik Pendidikan, 26(2), 101–115.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.
Heshmati, R., & Ahmadkhanloo, E. (2017). 17977/um009v26i22017p101
Emotional intelligence, emotional
self-regulation and dispositional Rahmah, N. (2009). Manajemen sumber
mindfulness in high school gifted daya manusia. In Bumi Aksara.
students. Mediterranean Journal of
Clinical Psychology MJCP, 5(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.6
092/2282-1619/2017.5.1552

66 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022


Mama Training: Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan
Self-Regulation Guru Sekolah Dasar

Ramdaniar, S., & Rosiana, D. (2018). Siregar, Y. E. Y., S, Z. M., W, P. A.,


Hubungan antara kecerdasan emosi Rachmadtullah, R., & Pohan, N.
dengan self regulated learning siswa (2018). Self regulation, emotional
kelas XI SMA Langlangbuana intelligence with character building in
Bandung. Prosiding Psikologi, 4(2). elementary school. Proceedings of the
https://doi.org/http://dx.doi.org/10. Annual Civic Education Conference
29313/.v0i0.11145 (ACEC 2018).
https://doi.org/10.2991/acec-
Republik Indonesia. (2012). Undang- 18.2018.72
undang Republik Indonesia nomor 2
tahun 1989 tentang standar nasional Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor
penyelenggaraan pendidikan. In yang mempengaruhinya. In Rineka
Kementerian Riset, Teknologi, dan CiptaCipta.
Pendidikan Tinggi.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian
Sadri, A., & Janani, H. (2015). Relationship kuantitatif untuk penelitian yang
of emotional intelligence and self- bersifat eksploratif, enterpretif,
regulation of male elite swimmers. interaktif dan konstruksi. In Alfabeta.
Annals of Applied Sport Science, 3(4), Alfabeta.
9–18.
https://doi.org/10.18869/acadpub.a Suprijono, A. (2013). Cooperative learning.
assjournal.3.4.9 In Pustaka Pelajar.

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022 67


Dedi Nasruddin & V. Heru Hariyanto

68 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 14, Nomor 1, Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai