Presentasi
Sansan Abdul Malik dan
Muhammad Wafi Wuddan
IBARAH AN - NASH
Makna yang dapat dipahami dari apa yang disebut
dalam lafaẓ, baik dalam bentuk naṣ maupun ẓahir.
(Abu Zahrah, kitab Ushul Fiqh).
Ibarah :mengartikan atau menafsirkan mimpi
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya,"
(QS. al-Baqarah (2): 275)
CONTOH
Ṣigat naṣ ini menunjukkan dengan dalalah yang
jelas atas dua makna, yang masing-masing makna dikehendaki
dari susunan kalimatnya. Yaitu: pertama, bahwa hukum jual
beli dihalalkan dan hukum riba’ diharamkan. Kedua, makna
tersebut dipahami dari susunan kalimat naṣ tersebut dan
dimaksudkan dari susunannya, akan tetapi makna yang
pertama dikehendaki secara asli dari susunannya. Karena
ayat tersebut dikemukakan untuk membantah orang-orang yang
mengatakan bahwasanya jual beli itu seperti riba’’,
sedangkan makna yang kedua dimaksudkan dari susunan
kalimatnya secara mengikut saja.
CIRI-CIRI IBARAH NASH
2
1
m e r l u k a n
n t u a n Tidak me
Me m b a w a k e t e d u k u n g .
dalil pe n
def i n i t i v e
(huku m q a ṭ’ ī )
DALALAH IQTIDHA
Sebuah lafadh kepada makna terkadang
bergantung pada sesuatu yang tidak
disebutkan. Atau dilalah yang harus
mentaqdirkan lafadh yang terbuang, karena
suatu nash tidak dapat dipahami dengan benar
menurut syara’ kecuali dengan mentaqdirkan
lafadh yang berbuang.
CONTOH
َك ْن َم َف
ْمُك ْن ِم َن ا
ًض
َّم ِر ْي ا َاْو َع ىٰل ُا َا
ٌة َف َس َف َرَخ ٍم ا َّي
ٍر ِع َّد ِّم ْن
n g s a k i t
u a d a y a
t a r a k a m b
d i a n a ( w a j i
“Maka a l a n a n , m a k
l a m p e r j
ata u d a r i y a n g
a n y a k h a in ”
a s a ) s e b y a n g l a
berp u a r i - h a r i
n p a d a h
i n g g a l k a
di t 1 8 4 ) .
B a q a r a h :
(QS. A l -
CONTOH
u l a f a d h
k a n s u a t
m e m e r l u a r a
t e r s e b u t u f a a f t h
Ayat a n , y a i t
d i s e b u t k ) ,
g t i d a k a m a k a . .
y a n a b e r b u k
( l a l u i i
a t u n a b a g
faidd q a d l a p u a s
e w a j i b a n b e r b u k a
seb a b k b i l a i a
a n y a a p a a
i r i t u h d a n g j i k
mus a f i t u . S e
l a n a n n y a b
a m p e r j a d a k w a j i
d a l m a k a t i
b e r p u a s a
ia t e t a p q a d l a ' .
n t i a t a u
a m e n g g a
baginy
DALALAH ISYARAH
Makna yang ditarik dari lafadh,
namun bukan itu yang dimaksud oleh
lafadh, akan tetapi ia memeliki
hubungan kelaziman dengan konteks
uraiannya.
CONTOH
ُاِح َّل َلـُکۡم َلۡي َلَة الِّص َي اِم الَّر َف ُث ِاىٰل ِنَس ٓإِٮ ُك ؕۡم ُه َّن ِلَب اٌس َّلـُكۡم َو َاۡنـُت ۡم ِلَب اٌس َّلُه َّن َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُکۡم ُكۡنُت ۡم
ۡن ُكۚۡم َف ۡل ٰٔـ
ُلُك ُك َل َتَک
َو اۡب ۡو ا َم ا َب ُهّٰللا ـ ۡم َو ۡو ا ُغ َت َّن ُه َباِش ُرۡو َن ا ــ َتۡخَت اُنۡو َن َاۡنُف َس ُکۡم َف َت اَب َع َلۡي ُكۡم َو َع َف ا َع
ۚ َو اۡش َر ُبۡو ا َحّٰت ى َيَت َبَّي َن َلـُكُم اۡلَخـۡي ُط اَاۡلۡبَي ُض ِم َن اۡلَخـۡي ِط اَاۡلۡس َو ِد ِم َن اۡلَف ۡج ِؕر ُثَّم َاِتُّم وا الِّص َي اَم ِاىَل اَّلۡي ِل
َو اَل ُتَب اِش ُرۡو ُه َّن َو َاۡنـُت ۡم ٰع ِك ُف ۡو َن ِفى اۡلَم ٰس ِج ِؕد ِتۡلَك ُحُد ۡو ُد ِهّٰللا َف اَل َتۡق َر ُبۡو َه ا َكٰذ ِلَك ُيَبِّي ُن ُهّٰللا ٰاٰيِته
ِللَّن اِس َلَع َّلُه ۡم َيَّت ُق ۡو َن
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa (QS. Al-Baqarah: 187).
CONTOH
Ayat di atas memperbolehkan suami istri untuk berhubungan
seks pada malam puasa, yakni sampai batas berakhirnya malam.
Hal itu mengisyaratkan bahwa seorang yang dalam keadaan junub
tidak batal puasanya, walau hubungan seks itu berlanjut dan
selesai pada detik terakhir sebelum berakhirnya malam. Bagi
mereka yang melakukan hubungan seks pada akhir detik malam,
tentu saja ketika itu dia masih dalam keadaan junub (karena
belum mandi janabah) (Shihab, 2013: 173). Berarti ayat ini
memperbolehkan puasa dalam keadaan junub
DALALAH MAFHUM
Mafhum secara bahasa berarti faham
atau dapat difahami. Secara
ishtilahi, mafhum adalah makna yang
ditunjukkan oleh lafadh tidak
berdasarkan pada bunyi bacaan.
DALALAH MAFHUM
ِࣖاَّن اَّلِذْي َن َيْأُكُلْو َن َاْم َو اَل اْلَي ٰت ٰم ى ُظ ْل ًم ا ِاَّنَم ا َيْأُكُلْو َن ِف ْي ُبُط ْو ِنِه ْم َناًر اۗ َوَس َي ْص َلْو َن َس ِع ْي ًر ا
Ayat ini menunjukkan pula keharaman membakar harta anak yatim atau
menyia-nyiakan dengan cara berbuat kerusakan dengan cara apapun.
Dalalah demikian disebut dengan lahnul khitab, karena ia sama nilainya
dengan memakan harta tersebut sampai habis tidak tersisa sama sekali
(al-Qatthan, 2006: 174)
MAFHUM
MUKHALAFAH
makna yang tidak terucapkan dan yang ditarik dari manthuq, namun
berbeda dengan makna yang dikandung oleh manthuq (Shihab, 2013:
174).
َو َم ْن َّلْم َيْس َت ِط ْع ِم ْن ُكْم َط ْو اًل َاْن َّيْن ِك َح اْلُم ْحَص ٰن ِت اْلُم ْؤ ِم ٰن ِت َف ِم ْن َّم ا َم َلَكْت َاْي َم اُنُكْم
ِّم ْن َف َت ٰي ِت ُكُم اْلُم ْؤ ِم ٰن ِۗت