Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PERILAKU BUANG

SAMPAH SEMBARANGAN
BY FATIHFADHIL ON NOVEMBER 4, 2013

Tugas Softskill Ilmu Sosial Dasar

MAKALAH
PERILAKU BUANG SAMPAH SEMBARANGAN

*Sumber Gambar (www.google.com)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Disusun oleh:
Kelompok 6 :

1. Andika Arta Kurnia


2. Muhammad Fahmi
3. Sheila Gusmiarti
4. Nur Fatih Fadhil
5. Ricky Ramadhan
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
KATA PENGANTAR

Sampah, sebuah kata yang sering kita dengar dan barang yang selalu kita lihat setiap saat.
Dimanapun dan kapanpun kita berada selalu ketemu dengan yang namanya sampah. Apakah itu
sampah ? Ada banyak pengertian yang sering kita temui yang dilontarkan oleh para ahli dan pakar.
Sampai saat ini masih beredar anggapan bahwa sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak
berguna lagi dan harus dibuang. Padahal sebetulnya sampah merupakan mutiara yang masih
terpendam dan kalau dikelola akan menjadi barang yang sangat berguna.

Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa Pengertian Sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi
atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan atau
buangan.

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan Untuk Manajemen,
Ecolink 1996), sedangkan Dr.Tanjung menyatakan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak
berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Sedangkan dalam Undang-
UndangNo.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
(http://madanitec.com/knowledge/pengertian-sampah/)

DAFTAR ISI
– KATA PENGANTAR
– DAFTAR ISI
– BAB I PENDAHULUAN
– BAB II PENYEBAB PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
– BAB III PERUBAHAN PARADIGMA SAMPAH
– BAB IV SOLUSI UNTUK MENGURANGI JUMLAH SAMPAH
– BAB V PENUTUP
I . PENDAHULUAN
Masalah sampah rasanya tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas. Meskipun sudah banyak
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Sampah tetap saja terlihat menumpuk di mana-mana.
Masyarakat masih suka membuang sampah sembarangan. Tempat sampah khusus sudah
disediakan seperti tempat sampah khusus bahan organik, tempat sampah khusus plastik, dan
tempat sampah khusus logam. Anehnya tempat sampah itu sepertinya tidak berfungsi. Tempat
sampah organik isinya plastik, sandal, dan sampah-sampah lain campur jadi satu. Seperti yang
diketahui bersama, setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia akan menimbulkan zat buang. Baik
berupa gas, cair, maupun padat. Buangan berbentuk padat biasa kita sebut sebagai sampah.
Dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, maka timbulan sampah yang
dihasilkanpun juga meningkat. Menyusuri Jabodetabek, berarti harus menyiapkan diri untuk
menyusuri jejak-jejak pemukiman sampah di tengah pemukiman warga. Bukan hal baru, masalah
sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi boomerang bagi umat manusia. Kesadaran
yang sangat penuh dari tiap-tiap insan terkadang jarang tercermin dari kesehariannya. Oleh karena
itulah, belakangan ini banyak grup, lembaga profit maupun non profit bahkan pribadi-pribadi yang
“ringan tangan” dan “ramah” mulai menggerakkan komunitasnya untuk turun secara aktif
membersihkan sampah. Caranya bermacam-macam, mulai dari orang yang diam-diam mengelola
sampah pribadi di rumah maupun ketika dimana saja, sampai teriakan lantang dan sapaan ramah
penggiat lingkungan memberikan selebaran untuk dibaca orang banyak. Mirisnya, hal itu belum
menyentuh semua lapisan masyarakat.
II. PENYEBAB PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini bisa terbentuk dan
bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah: a. Sistem kepercayaan masyarakat terhadap perilaku
membuang sampah. Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap
bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan wajar untuk
dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku membuang sampah
sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak berdosa. b. Norma dari lingkungan sekitar
seperti keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan.
Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Perilaku
membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan
sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah menjadi
pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua orang melakukannya. Secara
tidak sadar maka perilaku membuang sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku
yang terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang
salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah adalah dengan imitasi dan
sebagain besar masyarakat belajar suatu perilaku adalah dengan imitasi. c. Perceived behavior
control Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya
karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila
tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan.
III. PERUBAHAN PARADIGMA SAMPAH
Selama ini program-program pengelolaan sampah lebih terfokus pada bagaimana mengolah
sampah-sampah. Tidak ada yang salah, tetapi program-program itu melupakan sisi yang lain. Atau,
paling tidak ‘menganak tirikan’ sisi yang tidak kalah pentingnya, yaitu: orang yang menghasilkan
sampah. Sebenarnya jika masalah yang ada di ‘orangnya’ bisa diselesaikan, masalah-masalah
sampah tidak akan terjadi. Masyarakat memiliki karakter dan perilaku yang buruk tentang sampah.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan sikapnya ‘BUANG SAMPAH SEMBARANGAN’. Karakter ini
sepanjang pengamatan tidak mengenal status sosial atau pun tingkat pendidikan. Kalau
diperhatikan di kampus-kampus atau di kantor-kantor yang umumnya lulusan perguruan tinggi
masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Terkadang di jalanpun, ada orang
naik mobil Mewah tetap membuang sampah sembarangan dari jendela mobilnya. Merubah perilaku
masyarakat bukan pekerjaan yang mudah. Upaya ini memerlukan waktu yang lama dan terus
menerus. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui dunia pendidikan dengan cara memberikan
pelajaran tentang sampah kepada anak-anak didik sejak mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.
Mereka diajari untuk membuang sampah plastik di tempat sampah plastik, sampah daun di tempat
sampah organik, dan seterusnya. Mereka juga diberi pemahaman tentang akibat-akibat buruk
membuang sampah sembarangan. Para guru dan pendidik harus dapat memberikan contoh/teladan
membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan bisa juga dilakukan untuk masyarakat umum.
Misalnya dengan cara penyebaran leaflet tentang membuang sampah yang baik, tulisan-tulisan di
media massa, atau iklan-iklan layanan masyarakat di televisi. Materi-materi ini harus disampaikan
secara menarik dan tidak monoton. Dan yang penting adalah berkesinambungan. Tidak hanya
sebentar atau musim-musiman saja. Bisa saja iklan layanan ini diselipkan di iklan-iklan komersial,
atau di acara sinetron, acara talk show atau di cerita-cerita televisi. Pemerintah bisa
menyelengarakan pelatihan, penyuluhan, atau seminar-seminar tentang pengelolaan sampah.
Proses penyadaran dilakukan di seluruh lapisan masyarakat. Proses penyadaran dimulai dari aparat
pemerintahan kemudian ke desa dan lanjut ke masyarakat. Perusahaan-perusahaan bisa
menyalurkan sebagian dana CSR untuk program-program penyadaran masyarakat tentang
pengelolaan sampah yang baik. Program-program pemerintah yang sudah berjalan, seperti
penghargaan KALPATARU dan ADIPURA dapat digalakkan kembali. Hadiahnya diperbesar
sehingga lebih menarik daerah-daerah untuk meraih penghargaan tersebut. Demikian pula perlu
diberikan penghargaan-penghargaan lain untuk perorangan atau kelompok-kelompok masyarakat
yang telah berhasil mengelola sampah dengan baik. Di tingkat wilayah yang lebih kecil bisa
dilaksanakan lomba-lomba kebersihan. Misalnya: tingkat kampung, tingkat desa, tingkat sekolah,
dan lain-lain. Dari kegiatan-kegiatan di atas secara bertahap diharapkan terjadi perubahan perilaku
masyarakat. Masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak membuang
sampah di selokan atau saluran air. Masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat
mulai memisah-misahkan sampah sesuai kelompoknya: organik, plastik, logam, dan kaca.
Masyarakat tidak lagi membakar sampah. Dan yang lebih penting muncul ’social control’ dari
masyarakat itu sendiri untuk mengelola sampah dengan baik. Misalnya saja ada semacam hukuman
sosial jika ada orang yang membuang sampah sembarangan. Atau orang akan menegur orang lain
yang membuang sampah sembarangan. Lebih jauh lagi, orang malu dan takut membuang sampah
sembarangan.
IV. SOLUSI UNTUK MENGURANGI JUMLAH SAMPAH
Ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalkan timbunan sampah
yang dihasilkan, yaitu:
1. Kurangi pola konsumsi / belanja yang berlebihan.
2. Usahakan untuk tidak membungkus makanan dan membawa pulang kerumah.
3. Menggunakan produk dengan sistem sewa/pinjam.
4. Menggunakan produk dengan sistem refill.
5. Melakukan pemilahan sampah. Sediakan tempat khusus untuk sampah plastik/kertas/kaca/kaleng
yang mungkin masih bernilai ekonomis yang nantinya bisa anda jual.
6. Memanfaatkan kembali barang bekas. Misal, botol kaca bekas syrup bisa digunakan untuk tempat
air atau mungkin anda bisa melakukan hal-hal kreatif terhadap barang tersebut.
7. Sebisa mungkin melakukan komposting terhadap sampah kebun dan sampah basah sehingga
bisa digunakan sebagai pupuk untuk kebun/taman sendiri atau dijual.
8. Jangan pernah bosan mengingatkan diri sendiri, teman, dan keluarga untuk melakukan hal-hal
diatas.
9. Jangan pernah merasa bahwa apa yang anda lakukan ini sia-sia. Memang dampak bagi anda
mungkin kecil, tapi jika setiap orang melakukan hal ini, maka bisa jadi apa yang kita lakukan diatas
dapat mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA. Tanpa mengubah persepsi tentang
sampah maka peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah sampah akan terbatas.
Sebab masalah sampah hanya mampu diatasi lewat sinergi antara kebijakan pemerintah bersama
kepedulian masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan terdekat dan terkecil.Namun, untuk
merubah hal luar biasa ini harus dengan cara yang luar biasa pula. Dimulai dengan penambahan
sarana kebersihan dengan penambahan tempat sampah di tempat-tempat yang strategis dan
memberikan Pendidikan sejak usia dini, karena akan lebih mudah untuk membentuk karakter cinta
lingkungan. Penyuluhan akan pentingnya menjaga kebersihan, disertai dampak negatif yang
dihasilkan karena membuang sampah sembarangan, sampai dengan penetapan sanksi walaupun
hal ini terasa berat namun hal ini penting untuk dilaksanakan untuk kebaikan bersama.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pejelasan-penjelasan karya tulis ini adalah sampah merupakan
konsekuensi yang ada karena aktifitas manusia. Akan tetapi, manusia tidak menyadari bahwa setiap
hari manusia menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik. Kebanyakan orang tidak mau
untuk mengolah sampah yang telah mereka hasilkan tersebut, karena mereka menganggap bahwa
hal itu sah-sah saja untuk dilakukan. Oleh karena itu, peran serta setiap orang sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah sampah yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi muda
diharapkan untuk dapat mengolah sampah dengan baik dan benar agar tidak mencemari
lingkungan.

B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca karya tulis ini, antara lain :
1. Janganlah membuang sampah sembarangan. Agar jumlah sampah yang ada tidak meningkat.
2. Jagalah kebersihan. Kegiatan menjaga kebersihan ini dapat dimulai dengan mengangkat
sampah yang ada disekitar kita dan membuangnya ketempat sampah.
3. Mendaur ulang sampah. Kegiatan mendaur ulang sampah ini merupakan kegiatan yang cukup
menarik. Karena kita tidak perlu membeli bahan-bahan yang baru untuk membuat suatu kerajinan,
kita dapat memanfaatkan sampah yang dianggap masih dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu
kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.
4. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman yang
besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu, sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan
kreasi-kreasi baru dengan memanfaatkan sampah. Dengan ini, tanpa kita sadari kita telah
menyelamatkan masa depan bangsa dari bayang-bayang sampah.

MAKALAH PERILAKU BUANG


SAMPAH SEMBARANGAN
BY FATIHFADHIL ON NOVEMBER 4, 2013

Tugas Softskill Ilmu Sosial Dasar

MAKALAH
PERILAKU BUANG SAMPAH SEMBARANGAN

*Sumber Gambar (www.google.com)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1.Andika Arta Kurnia
2.Muhammad Fahmi
3.Sheila Gusmiarti
4.Nur Fatih Fadhil
5.Ricky Ramadhan
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
KATA PENGANTAR

Sampah, sebuah kata yang sering kita dengar dan barang yang selalu kita lihat setiap saat.
Dimanapun dan kapanpun kita berada selalu ketemu dengan yang namanya sampah. Apakah itu
sampah ? Ada banyak pengertian yang sering kita temui yang dilontarkan oleh para ahli dan pakar.
Sampai saat ini masih beredar anggapan bahwa sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak
berguna lagi dan harus dibuang. Padahal sebetulnya sampah merupakan mutiara yang masih
terpendam dan kalau dikelola akan menjadi barang yang sangat berguna.

Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa Pengertian Sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi
atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan atau
buangan.

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan Untuk Manajemen,
Ecolink 1996), sedangkan Dr.Tanjung menyatakan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak
berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Sedangkan dalam Undang-
UndangNo.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
(http://madanitec.com/knowledge/pengertian-sampah/)

DAFTAR ISI
– KATA PENGANTAR
– DAFTAR ISI
– BAB I PENDAHULUAN
– BAB II PENYEBAB PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
– BAB III PERUBAHAN PARADIGMA SAMPAH
– BAB IV SOLUSI UNTUK MENGURANGI JUMLAH SAMPAH
– BAB V PENUTUP
I . PENDAHULUAN
Masalah sampah rasanya tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas. Meskipun sudah banyak
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Sampah tetap saja terlihat menumpuk di mana-mana.
Masyarakat masih suka membuang sampah sembarangan. Tempat sampah khusus sudah
disediakan seperti tempat sampah khusus bahan organik, tempat sampah khusus plastik, dan
tempat sampah khusus logam. Anehnya tempat sampah itu sepertinya tidak berfungsi. Tempat
sampah organik isinya plastik, sandal, dan sampah-sampah lain campur jadi satu. Seperti yang
diketahui bersama, setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia akan menimbulkan zat buang. Baik
berupa gas, cair, maupun padat. Buangan berbentuk padat biasa kita sebut sebagai sampah.
Dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, maka timbulan sampah yang
dihasilkanpun juga meningkat. Menyusuri Jabodetabek, berarti harus menyiapkan diri untuk
menyusuri jejak-jejak pemukiman sampah di tengah pemukiman warga. Bukan hal baru, masalah
sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi boomerang bagi umat manusia. Kesadaran
yang sangat penuh dari tiap-tiap insan terkadang jarang tercermin dari kesehariannya. Oleh karena
itulah, belakangan ini banyak grup, lembaga profit maupun non profit bahkan pribadi-pribadi yang
“ringan tangan” dan “ramah” mulai menggerakkan komunitasnya untuk turun secara aktif
membersihkan sampah. Caranya bermacam-macam, mulai dari orang yang diam-diam mengelola
sampah pribadi di rumah maupun ketika dimana saja, sampai teriakan lantang dan sapaan ramah
penggiat lingkungan memberikan selebaran untuk dibaca orang banyak. Mirisnya, hal itu belum
menyentuh semua lapisan masyarakat.
II. PENYEBAB PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini bisa terbentuk dan
bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah: a. Sistem kepercayaan masyarakat terhadap perilaku
membuang sampah. Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap
bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan wajar untuk
dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku membuang sampah
sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak berdosa. b. Norma dari lingkungan sekitar
seperti keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan.
Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Perilaku
membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan
sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah menjadi
pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua orang melakukannya. Secara
tidak sadar maka perilaku membuang sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku
yang terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang
salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah adalah dengan imitasi dan
sebagain besar masyarakat belajar suatu perilaku adalah dengan imitasi. c. Perceived behavior
control Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya
karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila
tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan.
III. PERUBAHAN PARADIGMA SAMPAH
Selama ini program-program pengelolaan sampah lebih terfokus pada bagaimana mengolah
sampah-sampah. Tidak ada yang salah, tetapi program-program itu melupakan sisi yang lain. Atau,
paling tidak ‘menganak tirikan’ sisi yang tidak kalah pentingnya, yaitu: orang yang menghasilkan
sampah. Sebenarnya jika masalah yang ada di ‘orangnya’ bisa diselesaikan, masalah-masalah
sampah tidak akan terjadi. Masyarakat memiliki karakter dan perilaku yang buruk tentang sampah.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan sikapnya ‘BUANG SAMPAH SEMBARANGAN’. Karakter ini
sepanjang pengamatan tidak mengenal status sosial atau pun tingkat pendidikan. Kalau
diperhatikan di kampus-kampus atau di kantor-kantor yang umumnya lulusan perguruan tinggi
masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Terkadang di jalanpun, ada orang
naik mobil Mewah tetap membuang sampah sembarangan dari jendela mobilnya. Merubah perilaku
masyarakat bukan pekerjaan yang mudah. Upaya ini memerlukan waktu yang lama dan terus
menerus. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui dunia pendidikan dengan cara memberikan
pelajaran tentang sampah kepada anak-anak didik sejak mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.
Mereka diajari untuk membuang sampah plastik di tempat sampah plastik, sampah daun di tempat
sampah organik, dan seterusnya. Mereka juga diberi pemahaman tentang akibat-akibat buruk
membuang sampah sembarangan. Para guru dan pendidik harus dapat memberikan contoh/teladan
membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan bisa juga dilakukan untuk masyarakat umum.
Misalnya dengan cara penyebaran leaflet tentang membuang sampah yang baik, tulisan-tulisan di
media massa, atau iklan-iklan layanan masyarakat di televisi. Materi-materi ini harus disampaikan
secara menarik dan tidak monoton. Dan yang penting adalah berkesinambungan. Tidak hanya
sebentar atau musim-musiman saja. Bisa saja iklan layanan ini diselipkan di iklan-iklan komersial,
atau di acara sinetron, acara talk show atau di cerita-cerita televisi. Pemerintah bisa
menyelengarakan pelatihan, penyuluhan, atau seminar-seminar tentang pengelolaan sampah.
Proses penyadaran dilakukan di seluruh lapisan masyarakat. Proses penyadaran dimulai dari aparat
pemerintahan kemudian ke desa dan lanjut ke masyarakat. Perusahaan-perusahaan bisa
menyalurkan sebagian dana CSR untuk program-program penyadaran masyarakat tentang
pengelolaan sampah yang baik. Program-program pemerintah yang sudah berjalan, seperti
penghargaan KALPATARU dan ADIPURA dapat digalakkan kembali. Hadiahnya diperbesar
sehingga lebih menarik daerah-daerah untuk meraih penghargaan tersebut. Demikian pula perlu
diberikan penghargaan-penghargaan lain untuk perorangan atau kelompok-kelompok masyarakat
yang telah berhasil mengelola sampah dengan baik. Di tingkat wilayah yang lebih kecil bisa
dilaksanakan lomba-lomba kebersihan. Misalnya: tingkat kampung, tingkat desa, tingkat sekolah,
dan lain-lain. Dari kegiatan-kegiatan di atas secara bertahap diharapkan terjadi perubahan perilaku
masyarakat. Masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak membuang
sampah di selokan atau saluran air. Masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat
mulai memisah-misahkan sampah sesuai kelompoknya: organik, plastik, logam, dan kaca.
Masyarakat tidak lagi membakar sampah. Dan yang lebih penting muncul ’social control’ dari
masyarakat itu sendiri untuk mengelola sampah dengan baik. Misalnya saja ada semacam hukuman
sosial jika ada orang yang membuang sampah sembarangan. Atau orang akan menegur orang lain
yang membuang sampah sembarangan. Lebih jauh lagi, orang malu dan takut membuang sampah
sembarangan.
IV. SOLUSI UNTUK MENGURANGI JUMLAH SAMPAH
Ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalkan timbunan sampah
yang dihasilkan, yaitu:
1. Kurangi pola konsumsi / belanja yang berlebihan.
2. Usahakan untuk tidak membungkus makanan dan membawa pulang kerumah.
3. Menggunakan produk dengan sistem sewa/pinjam.
4. Menggunakan produk dengan sistem refill.
5. Melakukan pemilahan sampah. Sediakan tempat khusus untuk sampah plastik/kertas/kaca/kaleng
yang mungkin masih bernilai ekonomis yang nantinya bisa anda jual.
6. Memanfaatkan kembali barang bekas. Misal, botol kaca bekas syrup bisa digunakan untuk tempat
air atau mungkin anda bisa melakukan hal-hal kreatif terhadap barang tersebut.
7. Sebisa mungkin melakukan komposting terhadap sampah kebun dan sampah basah sehingga
bisa digunakan sebagai pupuk untuk kebun/taman sendiri atau dijual.
8. Jangan pernah bosan mengingatkan diri sendiri, teman, dan keluarga untuk melakukan hal-hal
diatas.
9. Jangan pernah merasa bahwa apa yang anda lakukan ini sia-sia. Memang dampak bagi anda
mungkin kecil, tapi jika setiap orang melakukan hal ini, maka bisa jadi apa yang kita lakukan diatas
dapat mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA. Tanpa mengubah persepsi tentang
sampah maka peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah sampah akan terbatas.
Sebab masalah sampah hanya mampu diatasi lewat sinergi antara kebijakan pemerintah bersama
kepedulian masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan terdekat dan terkecil.Namun, untuk
merubah hal luar biasa ini harus dengan cara yang luar biasa pula. Dimulai dengan penambahan
sarana kebersihan dengan penambahan tempat sampah di tempat-tempat yang strategis dan
memberikan Pendidikan sejak usia dini, karena akan lebih mudah untuk membentuk karakter cinta
lingkungan. Penyuluhan akan pentingnya menjaga kebersihan, disertai dampak negatif yang
dihasilkan karena membuang sampah sembarangan, sampai dengan penetapan sanksi walaupun
hal ini terasa berat namun hal ini penting untuk dilaksanakan untuk kebaikan bersama.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pejelasan-penjelasan karya tulis ini adalah sampah merupakan
konsekuensi yang ada karena aktifitas manusia. Akan tetapi, manusia tidak menyadari bahwa setiap
hari manusia menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik. Kebanyakan orang tidak mau
untuk mengolah sampah yang telah mereka hasilkan tersebut, karena mereka menganggap bahwa
hal itu sah-sah saja untuk dilakukan. Oleh karena itu, peran serta setiap orang sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah sampah yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi muda
diharapkan untuk dapat mengolah sampah dengan baik dan benar agar tidak mencemari
lingkungan.

B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca karya tulis ini, antara lain :
1. Janganlah membuang sampah sembarangan. Agar jumlah sampah yang ada tidak meningkat.
2. Jagalah kebersihan. Kegiatan menjaga kebersihan ini dapat dimulai dengan mengangkat
sampah yang ada disekitar kita dan membuangnya ketempat sampah.
3. Mendaur ulang sampah. Kegiatan mendaur ulang sampah ini merupakan kegiatan yang cukup
menarik. Karena kita tidak perlu membeli bahan-bahan yang baru untuk membuat suatu kerajinan,
kita dapat memanfaatkan sampah yang dianggap masih dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu
kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.
4. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman yang
besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu, sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan
kreasi-kreasi baru dengan memanfaatkan sampah. Dengan ini, tanpa kita sadari kita telah
menyelamatkan masa depan bangsa dari bayang-bayang sampah.

https://fatihfadhil.wordpress.com/2013/11/04/makalah-perilaku-buang-sampah-sembarangan/

Anda mungkin juga menyukai