SWAKELOLA SAMPAH
A. Tujuan
1. Mahasisiwa memiliki wawasan tentang daerah swakelola sampah di Kuden
2. Mahasiswa dapat menilai dan menganalisis system manajemen swakelola
sampah yang sudah diterapkan
3. Mahasiswa dapat membandingkan manajemen swakelola antar berbagai
daerah, yaitu antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan
B. DASAR TEORI
Ketiganya adalah membuat sampah yang ada menjadi tak tersisa atau setidak-
tidaknya dapat meminimalkan sampah di lingkungan masyarakat. Selain ketiga teknik di
atas masyarakat bisa melakukan composting. Kompos adalah zat akhir suatu proses
fermentasi tumpukan sampah/seresah tanaman dan adakalanya termasuk bangkai
binatang. Jadi untuk mudahnya, pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menumpuk
sampah dapur, merang, daun, dan sampah organik serta membiarkannya terurai baru bisa
digunakan sebagai pupuk kompos.
Agar manajemen sampah berhasil harus ada dukungan politik yang kuat, pemberian
pengertian/pendidikan yang efektif, tersedia pusat pengumpulan bahan organik dan
pengomposan, pengenalan pada ibu rumah tangga tentang alternatif pemanfaatan kembali
barang-barang, dan manajemen terintergrasi penanganan sampah yang tidak dapat didaur
ulang. Manajemen sampah yang baik menuntut industri harus bertanggung jawab terhadap
sampah yang dihasilkan. Sedangkan legislatif harus tegas kepada pihak industri.
Masyarakat diharapkan mendukung dan berperan serta
a. Sampah organic
Sampah organic setiap hari dimasukkan ke tong sampah 1 kemudian ditutup
kembali. Setiap 7 hari tong diberi activator (BioFest, EM4, Stardex dll) oleh tim. Tong diisi
terus sampai batas yang ditentukan. Setelah sampah organic hamper penuh, pembuangan
sampah di tong 1 dihentikan, dan pembuangan sampah oeganik dialihkan ke tong sampah
kedua. Tong sampah 1 sudah penuh diberi pemberat kemudian didiamkan sampai tong 2
hampir penuh. Kemudian sampah yang berada di tong 1 dibongkar dan sudah menjadi
pupuk. Kurang lebih 2 bulan proses atau 1 bulan setelah tong penuh.
Setelah menjadi pupuk sampah dapat dikelola oleh warga sendiri, dengan dipakai
untuk keperluan tamanisasi pribadi, atau bila berlebih dapat dijual sebagai tambahan
penghasilan.
b. Sampah anorganik
apabila dana cukup sampah dikelola tim. Sampah yang ada di tas-tas warga diambil
oleh pembuang sampah dan dipisahkan sesuai kategori masing-masing. Kemudian sampah
dibawa ketempat penampungan kemudian ditampung sesuai dengan kategori sampah. Di
tempat penampungan, sampah diseleksi oleh tim sesuai dengan kebutuhan (dengan
tenaga kerja pemilah). Sampah yang sudah dipilah kemudian di packing. Apabila sudah
layak jual maka sampah tersebut dijual kemudian hasil penjualannya dikelola oleh tim.
Apabila dana tidak cukup (dilelola oleh tim dengan pembuang sampah). Sampah
yang ada di tas-tas warga diambil oleh pembuang sampah kemudian dimasukkan ke tempat
sendiri-sendiri. Kemudian sampah dikumpulkan di suatu tempat terserah pembuang
sampah. Setelah banyak dapat dijual, kemudian sebagian hasil penjualan untuk kas tim
sebagai tabungan untuk membuat tempat penampungan dan untuk pembuang sampah
(sebagai tenaga kerja).
c. Sampah lain-lain
Sampah ini diletakkan di keranjang sampah. Sampah ini akan setiap hari diambil
oleh pembuang sampah. Kemudian sampah ini di bawa ke TPSS dinas di Jetis atau depan
STM, dan warga tetap dikenai retribusi sampah.
C. Metode PRaktikum
Metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara (diganti dengan
melihat video) kepada pengurus swakelola sampah dan masyarakat di Dusun Kuden
D. Cara Kerja
1. Sebelum melakukan kunjungan lapangan buatlah panduan wawancara
berdasarkan tinjuan pustaka di atas
2. Lakukan observasi lapangan
3. Dokumentasikan hasil yang dicapai dengan handy came
4. Buatlah film dokumentasi dengan hasil yang didapat dilapangan
Nb. No 1-4 diatas tidak usah dikerjakan karena tika kunjungan lapangan dan hanya
melihat video). Langsung setelah melihat video mengisi lembar observasi ini
E. Daftar Observasi
No Observasi Keterangan/bukti
1. Adakah Penumpukan sampah di
halaman
2. Adakah Sampah yang menyumbat
saluran air atau selokan
3. Apakah ada dampak Perekonomian/
tingkat kesejahteraan masyarakat
4. Bagaimana Budaya asli masyarakat
membantu keberhasilan swakelola
sampah
5. Bagaimana Kondisi lingkungan
tempat tinggal setelah ada
swakelola sampah
6. Bagaimana dukungan masyarakat
kepada program swakelola sampah
7. Apakah ada hambatan pengelolaan
swakelola sampah
8. Apa faktor pendukung keberhasilan
swakelola sampah
9. Apa faktor penghambat program
swakelola sampah