Anda di halaman 1dari 7

PerjalananPanjang HidupMelati

Oleh : Tati Marwati

Alkisah seorang gadis kecil bernama Melati, berusia enam tahun yang lahir dari
seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya seorang anggota tentara yang berwibawa di mata
para tetangganya. Keluarganya hidup rukun dengan penuh kesederhanaan.Melati kecil sering
dibawa ayahnya jalan-jalan selepas pulang kerja.Melatiselalu menerima petuah dari ayahnya.
, "Nak, jika besar nanti, kamu tidak boleh sombong, tak boleh iridengki kepada sesama, tapi
kamu harus bisa hidup mandiri, jangan bergantung kepada orang lain,hidup apa adanya,kamu
juga harus santun kepada sesama, jangan merasa angkuh karena kamu anak dari seorang
tentara!"Itu kata-kata yang dilontarkan ayahnya. Melati kecil selalu ingat apa yang di
pesankan ayahnya.
Singkat cerita Melati sudah kelas dua,dia sekolah di sekolah khusus anak tentara.
Melati kecil jadi anak yang pintar,mandiri,dan ramah.Sejak di bangku Sekolah dasar, banyak
teman-teman yang menyukainya.Setahun kemudian ketika Melati duduk di kelas
tiga,ayahnya sakit dan tak lama meninggal dunia karena. Melati sangat kehilangan sosok
ayah yang menyayanginya,karena Melati sangat dekat dengan ayahnya, Melati selalu ingat
akan nasehat dan pesan ayahnya. Kesedihan Melati tidak berlarut-larut, Melati kini hidup
bersama ibu dan ke enam orang kakak dan satu orang adik laki-laki.
Melati benar-benarhidup mandiri,meskipun masih terlalu kecil. Melati tidak pernah merengek
minta uang jajan kepada ibunya jika mau berangkat sekolah,Melati berangkat sekolah
bersama adiknya yang duduk di kelas dua, berjalan kaki,karena sekolahnya tidak jauh dari
rumah Melati.Melati punya seorang sahabat,meskipum ia pindahan dari luar kota, namanya
Anne,ia anak seorang Kepala Dinas Pekerjaan Umum.Persahabatan Melati dengan Anne bak
persahabatan yang sudah lama, padahal baru beberapa bulan saja. Anne anak yang
baik,cantik dan tidak sombong.Melati sering diajak bermain ke rumahnya kalau pulang
sekolah,bahkan suka mengajak nginap di rumahnya.Rumah Anne tidak jauh dari rumah
Melati.
Menginjak Caturwulan ke 3, ayah Anne di alihtugaskan ke luar kota,tepatnya ke
Tasikmalaya.Annepun harus pindah sekolah,Tetapi tak disangka dan diduga, Anne tidak mau
pindah kalau tidak dengan Melati. Ayah Anne terpaksa menemui ibunya Melati, dan meminta
kepada ibunya agar Melati bisa ikut pindah ke Tasikmalaya, tapi ibu Melati tidak
mengizikannya, tetapi Anne terus menangis kalau ia harus ikut. Akhirnya ayah Anne
kembali memohon ibunya Melati seraya mengatakan,”Bu,saya mohon, izinkan Melati ikut
kami ke Tasikmalaya, saya tidak tega melihat anak saya menangis terus,” kata ayahnya Anne.
Ibu Melati akhirnya dengan berat hati mengizinkan Melati untuk ikut pindah ke Tasikmalaya.
Ayah Anne menegaskan kepada ibu Melati, “Ibu tenang saja, jangan khawatir
memikirkan biaya Melati selama bersama kami, saya akan membiayai Melati, percayalah
kami akan menjaga Melati seperti menjaga anak kami sendiri."
Ibu Melati pun berkata, ”Baiklah saya izinkan putri saya ikut bapak, tapi tolong jaga
anak saya baik-baik , karena belum lama ayahnya meninggal.”
Dengan senang hati ayahnya Anne berkata,” Terimakasih bu, ibu telah mengizinkan
Melati ikut bersama kami “.
Setelah sepakat, keesokan harinya, ayahnya Anne ke sekolah mengurus kepindahan
Anne dan Melati. Akhirnya berangkatlah Melati bersama keluarga Anne ,diantar ibunya
sampai di gerbang jalan,sambil menangis, Melati dan ibunya saling melambaikan tangannya.
Siapa orangnya yang tidak merasakan kesedihan, baru beberapa bulan ditinggal suami,
sekarang ditinggalkan putrinya yang ikut pindah bersama orang yang tidak ada hubungan
keluarga.
Sesampainya di Tasikmalaya, Keluarga Anne semuanya baik kepada Melati. Kedua
kakak Anne,Mbak Ita dan Mbak Ina memperlakukan Melati bak adiknya sendiri,tidak
membeda-bedakan antara adiknya sendiri dengan Melati, begitu pula adik laki-laki Anne
begitu sayang kepada Melati.
Esok harinya Anne dan Melati didaftarkan sekolah di SDN Galunggung 3. Melati dan
Anne senang karena teman-temannya baik, dan menerima Anne dan Melati dengan suka
cita.Selama sekolah di sana ,Melati termasuk anak yang pintar dan lincah , dan disayangi
guru. Guru Kelas 3 bernama Pak Usman,beliau sangat berwibawa dan rendah hati.Anak-anak
di kelas senang dan mengagumi Pak Usman.
Beberapa bulan kemudian pada saat pelajaran menggambar,Pak Usman mendekati
Melati yang sedang menggambar.Pak Usman bertanya kepada Melati, “Melati kamu senang
menggambar ya ?Gambarmu bagus,” Melati menjawab,”Iya Pak,”. Mulai saat itu Pak Usman
mengarahkan Melati dengan melatih Melati menggambar sepulang sekolah.Selain pintar
menggambar, Melati pun tulisannya bagus dan rapi, maka Melati sering di suruh menulis di
papan tulis oleh Pak Usman. Menjelang Kenaikan kelas ,Pak Usman memgumumkan ada
lomba menggambar,yang di sponsori oleh Perusahaan Jepang.Kebetulan di kelas 3 yang
pandai menggambar ada Melati dan Raja. Hari itu juga Pak Usman memanggil Melati dan
Raja untuk menggambar,dan hasilnya dikirimkan langsung oleh Pak Usman .Seminggu
kemudian Pak Usman mengumumkan juara Lomba Menggambar,dan hasilnya yang masuk
Final ternyata Raja .Pak Usman mengucapkan terima kasih kepada Raja yang masuk Final
lomba menggambar, dan tak lupa ucapan terimakasih juga dilontarkan oleh Pak Usman
kepada Melati, meskipun belum berhasil dan beliau berpesan kepada Melati agar tidak putus
asa, dan harus tetap belajar. Pak Usman guru yang wibawa dan bijaksana, sambil mengelus
rambut Melati,PakUsman,berkata, "Melati,sebenarnya gambar kamu itu bagus lho, mungkin
belum diberi kesempatan untuk menang saja,Insya Allah nanti kalau ada lagi lomba, kamu.
ikut lagi,ya !" . Kata Pak Usman kepada Melati. Melati mengganggukkan kepalanya pertanda
setuju.
Semenjak itu, Melati terus belajar menggambar.
Melati disukai teman-temannya,dan disayangi guru,karena Melati anaknya supel, bisa
bergaul dengan anak-anak lain,
Semenjak ditinggal pindah oleh Melati,ibu Melati merasa kesepian dan sering
melamun, padahal di rumahnya ada kakak-kakak dan adik Melati,Ibunya Melati baru bisa
bertemu dengan Melati pada libur sekolah atau hari Raya Idul Fitri , itupun hanya beberapa
hari saja.Kini Melati sudah kelas empat. Guru kelas empat bernama Ibu Tati, Beliau juga
guru yang cantik dan ramah. Melati dan Anne merasa senang punya guru seperti Ibu Tati.
Tidak jauh berbeda dengan Pak Usman, Ibu Tati berperawakan tinggi, kecil, berkulit sawo
matang dengan tahilalat di pipinya, begitu lembut kepada murid-muridnya,Ibu Tati tidak
pernah marah. Selama di kelas empat Melatipun sering disuruh menulis di papan tulis. Ibu
Tati menarik dalam mengajar, beliau sering mengajarkan ,bagaimana cara belajar yang
baik,sehingga pelajaran yang diberikan selalu diingat murid-muridnya. Kepiawaian Ibu Tati
dalam mengajar selalu diingat oleh Melati, bahkan Melati bercita-cita menjadi guru ingin
seperti Ibu Tati.
Setahun bersama Ibu Tati di kelas empat terasa begitu cepat.Menjelang Kenaikan
kelas ke kelas lima
,ayah Anne kembali di alihtugaskan ke Bandung. Melati harus ikut lagi pindah, Tetapi untuk
kali ini Melati memilih untuk pulang berkumpul dengan ibu dan saudara-saudaranya.
Akhirnya Melati dipulangkan ke ibunya. Melati merasa senang bisa berkumpul lagi dengan
keluarganya.Terpaksa Melati dan Anne harus berpisah.
Singkat cerita, kini Melati kembali ke sekolah lama ,dimana selama dua tahun
ditinggalkannya. Teman-teman Melati senang Melati kembali lagi ke sekolah itu. Seperti
biasa
Melati bermain bersama teman-temannya di saat istirahat.Saking betahnya sekolah di tempat
itu,sampai tak terasa Melati sudah kelas enam.Melati tetap menjadi anak yang
baik,ramah,pintar, hingga di penghujung kelas enam, Melati menjadi Juara umum . Meskipun
pernah pindah sekolah,tetapi Melati tidak berubah kepandaiannya. Setelah lulus kelas enam
,Melati melanjutkan sekolah ke SMP Negeri Favorit pada waktu itu.Tiga tahun tak
terasa.Cita-cita Melati ingin menjadi guru,maka selepas lulus dari SMP,Melati daftar ke
sekolah Kejuruan yaitu ke SPG. Di SPG selain belajar tentang pedagogik,juga ada
ekstrakurikuler Pramuka. Melati aktif di Pramuka,ia menjadi Sekretaris di Ambalam
Citraresmi. Dengan keaktifannya di Pramuka, Melati di ikutsertakan dalam kegiatan Raimuna
di Banten selama sepuluh hari. Dalam kegiatan Raimuna Melati meraih juara 1 lomba poster
yang bertemakan “Kekeringan”. Melati merasa bangga atas prestasi yang diraihnya, tetapi ia
tetap rendah hati, dan tidak sombong. Karena sudah kelas tiga, Sepulang dari Raimuna,
Melati dihadapkan pada Kegiatan Praktek Mengajar, Kebetulan Tempat Praktek Mengajarnya
di SD dimana Melati sekolah dulu selama tiga bulan. Selama Praktek Mengajar, Melati
menerapkan gaya mengajar gurunya waktu di Tasikmalaya,
Tiga tahun sudah Melati menimba ilmu di sekolah kejuruan,yang sudah dipastikan
kelak lulus dari SPG akan menjadi guru.Itu yang dicita -citakan Melati.Lulus dari SPG
Melati,mencoba melamar kerja menjadi guru honorer disekolah tempat Melati Praktek
Mengajar, sambil menunggu pengangkatan Guru. Alhamdulillah diterima .Melati mengajar
sebagai guru honorer selama dua tahun. Ditahun ke tiga ada pengangkatan Guru, Melati di
angkat menjadi guru Sekolah Dasar, dan di tempatkan sesuai dengan domisili.Tahun 1986
,Melati di angkat menjadi CPNS,dengangajiRp.444,800. Dua tahun kemudian pada
tahun1988 Melati mengikuti Prajabatan di Cirebon selama sepuluh hari.Setelah
Prajabatan ,Melati menjadi Pegawai Negeri Sipil .Melati menjadi guru yang professional dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.Sebagai guru ,Melati mengerahkan
segala kemampuannya, untuk mencerdaskan anak didiknya. Kepiawaian Melati dalam
mengajar disenangimurid-muridnya.Melatiguru yang serba bisa, tetapi tidak pelit jika diminta
bantuan rekan-rekan kerjanya.Selain mengajar, Melatijuga selalu mengerjakan administrasi
kelas dengan penuh tanggungjawab, karena tanpa perencanaan, ,mengajar akan kalang kabut.
Setelah Tiga tahun mengajar, Melati menemukan jodohnya dan menikah. Setahun kemudian
Melati punya anak laki-laki yang diberi nama Satria. Di tahun-tahun pertama menikah ,Melati
hidup bahagia bersama suami dan anaknya. Suami Melati seorang Pegawai Honorer di
Kantor Pemerintahan.Tetapi menginjak Satria berusia 3 tahun,di kantor tempat suaminya
bekerja ada pemutihan pegawai dan ternyata suami Melati kena PHK.dan berhenti bekerja.
Di sinilah awal perjuangan Melati sebagai istri dan ibu dari Satria, harus berjuang
untuk menghidupi keluarganya. Melati memang termasuk pekerja keras, dengan kemampuan
yang ia punya, Melati mulai berpikir bagaimana mencari tambahan untuk memenuhi
kebutuhannya. Dengan kemampuan dan keterampilannya ,selain mengajar, dan dengan
bermodalkan mesin jahit dan kain kiloan Melati mencoba membuat kerudung. Kerja keras
Melati mulai tampak,sepulang sekolah mengurus anak dan suaminya, kemudian malam
harinya mulai membuat kerudung , awalnya kerudung buatannya di pasarkan kepada rekan-
rekan kerjanya, dan alhamdulillah banyak yang suka dengan kerudung hasil karyanya, karena
kerudung yang dibuatnya berbeda dengan kerudung pada umumnya,kemudian Melati
tawarkan kepada saudaranya yang berada di luar
kota, alhasil pesanan terus mengalir, sampai-sampai Melati kewalahan menerima pesanan,
karena ia mengerjakannya sendiri.Berjualan kerudung berlangsung selama satu tahun. Dengan
bergulirnya waktu, penjualan kerudung mulai melemah, akhirnya berhenti. Melati tidak putus
sampai di situ, Ia berpikir ,apa lagi yang bisa dibuat ,sementara kebutuhan keluarga semakin
bertambah.
Setiap hari sebelum pergi mengajar, Melati menyiapkan kebutuhan anak dan
suaminya, Setiba disekolah Melati melaksanakan rutinitasnya mengajar ,hingga selesai
mengajar. Begitulah terus menerus ia jalani dengan semangat. Hingga mencoba membuat
aksesoris pun ia kerjakan. Perjuangan seorang perempuan memang tak pernah berhenti.
Dari situlah kehidupan Melati mulai merangkak lagi. Satria saat itu berusia 5 tahun
,Melati melahirkan anak kedua yang di beri nama Dwi.
Sejak kelahiran Dwi, penjualan assesoris terus meningkat. Hingga Produksi assesoris
berlangsung sampai usia Dwi tiga tahun. Sebelum produksi assesoris meredam, Melati
merambah lagi ke produksi rajutan, mulai , masker,pakaian bayi, sepatu bayi, topi, taplak
meja, hingga tas banyak peminatnya, begitu besar perjuangan Melati untuk menghidupi
suami dan kedua anaknya. Setelah kedua anaknya mulai sekolah, Melati lebih keras lagi
dalam bekerja. Melati memang guru yang professional, ia tak pernah meninggalkan tugas
pokoknya mengajar, meskipun banyak menerima pesanan,Melati punya komitmen ,Tugas
mengajarnya harus diutamakan ,ia tak pernah mangkir dalam mengajar,oleh karena itu,
Melati di kagumi pimpinan dan rekan-rekan kerjanya.
Melati tak pernah mengeluh ,apalagi menceritakan kehidupannya kepada ibu dan saudara-
saudaranya. Setelah anak keduanya, Dwi berusia 5 tahun dan anak pertama Satria mulai
masuk sekolah, Melati melahikan anak ketiga ,yang diberi nama Fitri. Melati ibu yang keras
dalam mendidk anak-anaknya.Anak- anak Melatidididik disiplin dari kecil, dan dididik untuk
dapat bertanggung jawab.Tak terasa ketiga anaknya sudah sekolah ,Satria di SMP,Dwi dan
Fitri di SD. Melati kini harus lebih keras lagi dalam mencari nafkah,karena posisi Melati
selain jadi ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah. Berkat didikan Melati ketiga
anaknya selalu berprestasi di sekolahnya.Mereka dari kecil hidup apa adanya tidak neko-neko
,dan mengerti bagaimana ibunya banting tulang untuk mencukupi hidupnya,mereka mengerti
kalau yang bekerja keras hanya ibunya ,sementara ayahnya tidak bisa diharapkan apalagi
ayahnya sakit- sakitan.
Satria sudah masuk STM, sementara Dwi dan Fitri di SMP, dan sudah pasti biaya
semakin meningkat. apapun pekerjaan yang bisa menghasilkan uang selalu di kerjakannya
dengan sepenuh hati, kadang ketiga anaknya kalau berkumpul selalu menanyakan keadaan
ibunya, Yang paling perhatian kepada ibunya adalah Dwi.
Suatu hari saat sedang berkumpul, Dwi bertanya kepada ibunya, ”Mah, cape ya mah?
jangan terlalu cape, nanti mamah sakit,” ucapnya.
”Wi, kalau mamah tidak bekerja keras, dari mana lagi kita mendapatkan uang, kalau
hanya mengandalkan gaji mamah ,mana cukup? Doakan saja mamah tetap sehat, karena
mamah ingin kalian sekolah sampai kalian bisa kuliah."
”Ya mah, semoga aja aku bisa kuliah." Ucapnya, yang di aminkan Melati.

Karena tuntutan pekerjaan Melati harus melanjutkan kuliah ke S1 dengan terpaksa,


meskipun kuliah jarak jauh. Dengan begitu biaya bertambah lagi. Dengan segala kemampuan
yang dipunyai selama kuliah Melati selalu membantu teman kuliahnya dalam mengerjakan
tugas-tugas,karena Melati bisa mengoperasikan computer, jadi Melati dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya selalu menggunakan computer, otomatis Melati selalu menerima upah dari
teman-temannya, sehingga Melatiterbantu biaya dari situ, Dua tahun tak terasa, akhirnya
Melati menyelesaikan kuliahnya di STKIP Siliwangi. Selama Melati kuliah, anak pertama
Melati, Satria lulus STM, Melati sudah bertekad anak-anaknya harus kuliah, maka Melati
bertanya kepada Satria,”Aa , mau kuliah ?” dan Satria menjawab, "ngga dulu mah, mamah
saja dulu selesaikan kuliahnya, nanti kalau mamah sudah selesai, baru aa kuliah." Mendengar
jawaban Satria, Melati jadi terharu dan menangis, lalu Satria berkata lagi, "Aa sekarang lagi
fokus bermain basket, dan sebentar lagi ada turnamen, doakan ya mah!” tandasnya.
Semakin sedih perasaan Melati mendengar ucapan Satria.
Seminggu kemudian tanpa diketahui Melati, Satria ikut Turnamen, dan berhasil
menang, Ia menerima uang, dan uangnya di berikan kepada Melati.
'Mah, ini aa dapat uang dari turnamen Basket alhamdulillah menang." Ucapnya
senang. Hati Melati menjadi sedih mendengarnya, dan dia menolaknya dengan halus.
"Simpen aja a untuk keperluanmu yaa...kamu memang pantas jadi juara nak."
Ucapnya lembut. "Selamat yaaa..." lanjutnya.
"Iya maaah, makasih ...tapi aa mau mamah yang simpen uang ini, karena belum ada
yang aa butuhin." Satria masih memaksa ibunya agar mau menerima uang tersebut. Akhirnya
dengan perasaan haru dan bangga terhadap putranya, Melati dengan terpaksa menerima
pemberian Satria.
*****
Dua tahun sudah Melati akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah S1 nya. Dan setahun
kemudian Melati mendapat Sertifikasi. Perjalanan panjang Melati dalam mengarungi
kehidupannya cukup rumit, tapi dia selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-
anaknya. Terbukti bahwa Melati mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga Perguruan
Tinggi, meski biayanya cukup mahal. Tapi berkat usaha dan keuletannnya, semuanya dapat
teratasi.
Ke tiga anak-anaknya pun kini telah menyelesaikan kuliahnya dengan nilai memuaskan, dan
mereka sekarang sudah bekerja. Namun sayang, Melati harus kehilangan suami tercinta untuk
selamanya setelah ia mengidap penyakit jantung. Melati kini hanya bisa pasrah pada keadaan
setelah semua anak-anaknya bekerja, kemudian menikah, rasanya hidup menjelang purna
begitu sangat menyedihkan. Tapi Melati harus terus melanjutkan hidupnya, meskipun
seorang diri.
Perjuangan panjang seorang ibu dalam mengendalikan keluarga, adalah tugas mulia yang tak
bisa diukur oleh materi, atau apapun, sebab waktu telah memperhitungkan takdir dan
perjalanan seseorang sesuai skenario sang maha pencipta.
Semoga perjalanan panjang hidup Melati menjadi inspirasi bagi ibu-ibu di luar sana,
karena dengan kerja keras yang begitu melelahkan dapat diatasinya dengan kesabaran dan
do’a.Aamiin yaa robbal’alaamiin.

Garut,15November2023

BIODATA
Nama saya Tati Marwati,S.Pd .Lahir di Garut 23 Maret 1964, sayatinggal di Jalan
Papandayan Bkl no 68,RT.003/RW.015,Keluarahan Paminggir,Kec.Garut
Kota,Kab.Garut.Saya seorang pengajar diSDN IKota Kulon,Kec.Garut Kota,Kab.Garut dan
sampai saat ini sudah menginjak 37 tahun mengabdi di Sekolah tersebut
Sejak diangkat menjadi Guru SDN Tahun 1986, Alhamdulillah banyak sekali
pengalaman yang saya jalani, mulai dari menjadi Pelatih Paduan suara Anak-anak selama 10
tahun pada kegiatan FLS2N di Kab..Garut, Anggota Paduan Suara PGRI PD II Kabupaten
Garut,menjadi Pembina Pramuka di Gugus Depan, hingga menjadi Pelatih Pramuka untuk
Golongan Orang Dewasa,mulai menjadi Pelatih KMD,KML,KPD yang diselenggarakan di
Tingkat Kabupaten dan Provinsi,Menjadi Juara 2 Penyusun RPP tk,Kecamatan dan Guru
berprestasi 2 tk.Kecamatan Garut Kota,dan sekarang menjadi Ketua KKG di Gugus Sekolah
Inti Pratama.Yang paling berkesan ,selama bergabung di Komunitas Negeri Kata dan Sastra
Kidung Semilir ,saya lebih bersemangat menulis,karena menulis merupakan hobby sejak di
bangku Sekolah Menengah Pertama,tapi hobby tersebut tidak tersalurkan . dan setelah usia
senja saat ini,semangat menulis mulai bangkit lagi,apalagi setelah terbitnya buku-buku puisi
dancerpenyangsudahberedar,yangdidalamnyaadakarya-karyasaya,sayasangatbersyukur
kepada Yang Maha Kuasa atas segala anugrah-Nya yang telah memberikankemampuan
menuliskepadasaya,dantaklupaucapanterimakasihkepadaIbuEmaNurjamilah,S.Pd,M.Pd
yangtelahnmengajaksayabergabung Bersamaparapenulishebat-hebat diKonekadanSKS. Saya
berharap selagi sehat dan mampu untuk menulis, teruskanlah menulis,karena dengan menulis
bisa mewakili apa yang ingin kita sampaikan baik itu curahan hati sendiri,maupu curahan hati
orang lain.Jangan melihat usia, Usia muda ataupun tua tidak jadi masalah,yang penting dada
kemampuan dan kemauan,Terima kasih Sastra Kidung Semilir dan Komunitas Negeri kata
telah menerima saya sebagai salah satu anggotanya.Semangat Koneka dan SKS srmoga
semakin Jaya.Aamiin Yaa Robbal’alaamiin.

Anda mungkin juga menyukai