Disusun :
XI MIPA 6
NIS. 18.5457
TP. 2021/2022
1
INSPIRASI, MOTIVASI DAN DEDIKASI
Sebagai anak dari seorang petani Suroto dan keluarga adalah seorang
rantauan. Pada tahun ketiga usianya, keluarganya ikut pindah saat ada
transmigrasi dari pulau Jawa ke pulau Sumatra. Saat kecil, Suroto sempat putus
sekolah karena keterbatasan biaya alhasil ia selalu ikut bersama orangtuanya ke
ladang dan hutan untuk berburu demi sesuap nasi.
Tak berapa lama dari itu, ia jatuh sakit. Sampai berbulan-bulan dan
membuat tubuhnya menjadi kurus kering dan putih pucat karena sakit yang ia
derita yakni Typus. Makan harus dengan bubur. Dan saat Suroto sakit ibunya
berkata bahwa saat ia nanti sembuh, ia boleh meminta apapun. Jawaban Suroto
adalah ia ingin bersekolah.
2
Melanjutkan studinya di SMP Marga Baru kemudian menjadi cerita baru
bagi Suroto. Hanya alat seadanya tanpa banyak buku dan tidak membawa tas ia
belajar dengan tekun. Saling memperebutkan juara kelas bersama Siti menjadi
awal cerita mereka. Bahkan pada salah satu semester mereka sempat mendapatkan
juara yang sama karena nilai yang sama persis.
Kemudian saat dirinya akan lanjut ke jenjang putih abu-abu atau SMA.
Suroto dan keluarganya pindah dari Desa Marga Baru ke Desa Temuan Sari. Di
sana Suroto akhirnya memilih tidak melanjutkan sekolahnya, dan berladang saja.
Namun, jalan Tuhan kepada setiap makhluknya itu nyata.
Suroto diajak bersama seorang kepala keuangan dan yang memegang hak
atas tanah di desa tersebut. Pergilah ia ke Lubuklinggau dengan kata lain merantau
walaupun ia tidak benar benar sendiri. Bagai anak sendiri, Suroto juga
diperlakukan adil dan bebas oleh Bapak Imron Effendi dan Ibu Sumartini.
Orangtua angkat yang membawa ia ke masa depan yang lebih cerah. Ia akhirnya
melanjutkan pendidikan dengan masuk ke SMA Bina Satria Lubuklinggau.
3
Ia bersepeda tanpa lelah dari rumahnya sampai ke kampus. Suroto bisa
dibilang sebagai satu-satunya yang berhasil dalam bidang pendidikan
dibandingkan ketiga saudaranya. Mendapat gelar sarjana yang pertama dan pada
tahun 2006 bulan Januari tepatnya pada tanggal 23 akhirnya meminang sang
pujaan hati ke pelaminan. Dan di karunia 3 orang anak yaitu Shilva Rotshan
Shalsabilla yang kini duduk di bangku kelas 11 MAN 1 Model Lubuklinggau,
Khayar Rotshan Arroffi yang masih duduk di kelas 6 SD Negeri 5 Lubuklinggau
dan Adzkiya Rotshan Nazeera yang baru berusia 2 tahun.
Bapak beranak 3 ini adalah sosok yang pembawaannya humble, dan tidak
pernah pandang bulu membuat ia memilki banyak teman. Walaupun keegoisan
kadang suka menguasi dirinya. Kegigihannya sebagai anak seorang petani yang
bertekad bahwa ia mampu dan bisa.
Membawa nya ke kehidupan yang lebih baik sekarang. Dulu ia hanya bisa
berkebun diladang orang namun sekarang Suroto sudah bisa memiliki ladangnya
sendiri. Dulu ia tidak memakai sepatu saat sekolah namun kini ia bisa membelikan
perlengkapan sekolah untuk anaknya yang komplit.
Jika ilmu yang kamu sudah tahu dan kamu memahaminya cukup diam dan
nikmati tapi kejarlah ilmu yang belum sama sekali kamu kuasai. Menjadi diam
tanpa harus selalu membeberkan jauh lebih baik, nak. Ilmu itu ada untuk kamu
peluk dan yang sudah kamu peluk jangan pernah mencoba untuk melepasnya
kecuali melukai dirimu.