Anda di halaman 1dari 4

Nama : Usmita Duwi Ganda Nindia Sari

Kelas :5C

NIM : 180621100085

Mata Kuliah : Penyuntingan Teks

“Kehidupanku”

Di suatu desa, hiduplah satu keluarga yang sangat sederhana. Mereka pindahan dari
Bengkulu. Keluarga tersebut mempunyai anak satu yang bernama Mita. Mita adalah seorang
anak yang sangat manis dan mempunyai sifat kemandirian. Dari kecil dia suka membantu
keluarganya. Ayah dan Ibunya bekerja membuat batu bata untuk mencukupi semua kebutuhan
keluarga.

Saat Mita masuk TK, Mita bersekolah di TK Trisula. Disana banyak sekali teman-teman
yang menyayangi dia. Guru-gurunyu pun sangat baik kepada Mita karena dia tidak rewel. Di
sekolah Mita bermain, belajar, dan bergembira bersama. Mita berada di TK selama 2 tahun.

Sepulang sekolah Mita langsung ikut ibunya untuk membantu membuat batu bata. Dia
sangat rajin sekali. Di umur 7 tahun, Mita dan keluarga pindah rumah lagi. Dikarenakan mereka
menyekolahkan anaknya jauh dari rumah sebelumnya. Waktu pindah rumah itu Mita kelas 1 SD.
Mita sangat senang sekali karena dirumah barunya itu berdekatan dengan rumah kerabatnya.

Saat masuk SD, dunia sekolah terasa lebih luas lagi dan lebih banyak teman-teman
bermain. Pelajarannya pun juga semakin banyak. Guru-guru yang mengajar sangat bersemangat
dan teman-teman juga. Di kelas 2, Mita sudah semakin besar. Waktu guru membagikan ulangan
dia tidak bisa mengerjakan. Dan akhirnya, Mita mendapatkan nilai jelek dibawah KKM.

Pada waktu itu, gurunya menyuruh semua murid untuk meminta tanda tangan ke orang
tua. Karena Mita tidak berani untuk meminta tanda tangan, dia langsung memalsu tanda tangan
dengan cara menyamakan tanda tangan ibunya. Mita suka sekali berbohong jika dia
mendapatkan nilai yang sangat jelek.

Tetapi, guru Mita tidak menyadari sama sekali kalau tanda tangannya itu dipalsu. Di
kelas 3, ada kegiatan karnaval. Dia mengikuti karnaval tersebut. Tetapi, Mita waktu itu salah
paham dikiranya kegiatan karnaval itu dilaksanakan tanggal 7, Eh ternyata dilaksanakan
besoknya. Mita sangat malu sekali karena dia sudah memakai baju kebaya.

Saat istirahat, dia tidak berani untuk keluar kelas karena takut diejekin teman-temannya.
Dia dikelas terus sampai bel pulang sekolah berbunyi. Pulang sekolah dia naik angkutan umum
yang sudah diparkir depan sekolah. Angkot tersebut adalah kendaraan Mita setiap harinya.
Saat kelas 6, ada perubahan pada diri Mita. Dia bertambah sedikit dewasa dan hampir
naik ke tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Di kelas 6, Mita masuk kelas 6b
karena dibagi sesuai abjad. Teman sekelasnya berjumlah 30 anak. Di kelas 6b, Mita
mendapatkan rangking 3 dari 30 murid.

Di umur 12 tahun itu, Mita sudah berani mengenal laki-laki. Waktu itu wali kelas
mengubah tempat duduk sesuai nomor absen. Pada saat itu, Mita absen 29 dan secara kebetulan
absen 30 itu laki-laki. Laki-laki tersebut bermana Tomy. Setiap harinya mereka berdua sangat
bahagia sekali.

Kadang-kadang mereka akur dan berantem. Saat guru mengajar mereka berdua asyik
bercandaan. Kemudian mereka dihukum disuruh keluar kelas dan tidak boleh mengikuti
pelajaran sampai selesai. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Akhirnya mereka boleh masuk ke
kelas untuk mengambil tas dan langsung pulang.

Kemudian, begitu mendekati Ujian Sekolah diadakan doa bersama. Sebelum


dilaksanakan ujian nasional sekolah juga melaksankan ujian praktek menari, memasak, dan
membatik. Waktu itu, Mita menari sebuah tarian lir-ilir bersama kelompoknya. Mita sangat
cantik sekali ketika dia memakai selendang. Dia dan juga kelompoknya membuat masakan nasi
goreng.

Waktu menjelang Ujian Nasional, Mita merasa gugup dan bertanya-tanya apakah lulus
atau tidak. Tetapi dia terus berusaha untuk tidak takut dan percaya diri untuk menghadapi ujian
tersebut. Eh…ternyata hasilnya Mita lulus dan dia sangat lega sekali karena dapat melampaui
Ujian Nasional dengan nilai yang cukup memuaskan.
Dengan begitu, masa belajar Mita di SD sudah tamat dan dia dapat meneruskan ke
jenjang SMP. Saat SMP, dia masuk di SMP favorit. SMP tersebut sangat terkenal akan
kedisiplinannya meskipun tempatnya itu di desa.

Awalnya, Mita masuk ke kelas 7G dan mendapat banyak teman-teman baru. Guru-guru
di SMP juga disiplin tinggi. Meskipun gurunya ada yang sudah tua tetapi beliau sangat disiplin.
Di SMP, kami semua belajar dengan giat dan semangat.

Waktu SMP, Mita seringkali membantu ibunya untuk berjualan. Mita menitipkan
makanan di kantin SMP. Dia tidak malu jika harus membawa makanan ke sekolahan. Sepulang
sekolah dia mengambil tempat makanan tersebut. Ternyata makanan yang dititipkan di kantin itu
semua habis terjual. Mita merasa senang sekali.

Selama dua semester di kelas 7 Mita benar-benar menikmatinya. Ketika kelas 8, Mita
masuk ke kelas 8C. Mita merasa senang karena dia bisa mempunyai teman akrab dengan salah
satu anak dari guru SMP tersebut. Beliau menjadi guru BK (Bimbingan Konseling). Beliau
adalah orang yang berdisiplin tinggi dan bersungguh-sungguh dalam membimbing murid-
muridnya yang nakal.

Saat kelas 9, Mita masuk ke kelas 9D. Mulai dari semester 1, dia harus lebih giat belajar
lagi karena akan menghadapi kembali Ujian Nasional. Para guru juga ikut membantu dan
mendukung semua murid untuk belajar lebih giat lagi agar semuanya lulus dengan hasil yang
cukup memuaskan. Guru-guru juga mulai mengadakan les tambahan setelah jam sekolah mulai
dari jam 1 sampai jam 2.

Ketika mendekati Ujian Nasional, mulai diadakan doa bersama untuk memohon kepada
Tuhan supaya kami semua lulus. Doa tersebut dilaksanakan disebuah alas hutan. Sebelum
dilaksanakan Ujian Nasional sekolah juga melaksanakan ujian praktek dan juga ulangan akhir
semester. Ketika Ujian Nasional tinggal beberapa hari, semua murid bersalaman dengan para
guru memohon restu supaya berhasil dalam mengerjakan UN tersebut.

Saat Ujian Nasional dilaksanakan, Mita merasa terbayang-bayang seperti waktu di SD


dulu. Bagaimana jika dia tidak lulus? Tetapi Mita tetap percaya diri bahwa dia harus bisa
mengerjakan semaksimal mungkin. Beberapa hari kemudian saat penerimaan hasil UN, Mita
merasa lega karena dapat lulus dengan hasil yang memuaskan. Dia mendapatkan nilai 31,75.
Masa-masa SMP telah berakhir dan dia melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu SMK.

Kemudian, Mita mendaftar di SMK favorit yang ada di Kota. Pertama kali dia sangat
senang karena bisa di terima di sekolah tersebut. Di mana sekolah itu sangat luas dan mewah jika
dibandingkan di sekolah SMK lainnya yang ada dikota. Waktu kegiatan MOS (Masa Orientasi
Siswa) dia menemukan teman baru dan saling berkenalan satu sama lain. Dia masuk ke jurusan
Geomatika yang dulu namanya Teknik Survey Pemetaan.
Mulai dari kelas 10, Mita mulai berjualan di kelas. Dia setiap harinya membawa sebuah
kantung plastik berisi makanan yang akan dijual ke teman-temannya. Dia membawa jajanan
ringan dan juga nasi pecel buatan ibunya. Dari kecil dia sudah mempunyai bakat berwirausaha.
Mita berangkat sekolah dari rumah naik bus dan berhenti di perempatan lampu merah yang
dikenal dengan perempatan SMK. Dimana tempat tersebut dibuat pangkalan anak-anak yang
sekolah dikota.

Di kelas 10, mulai dari semester 1 sampai semester 2 dia merasa senang dapat bersekolah
disini karena suasananya yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar. Di SMK, dia
sudah bertambah dewasa dan semakin pintar. Di kelas dia mendapatkan peringkat 6.

Saat kelas 11, dia sudah berani untuk berpacaran. Tetapi, pacarnya berbeda sekolah.
Sepulang sekolah dia dijemput pacarnya dan diantar ke perempatan untuk naik bus. Berjalannya
waktu, di semester 2 dia dibelikan sepeda motor baru oleh Ayahnya. Mita sangat senang sekali.
Kemudian, Mita memberanikan diri naik sepeda motor tersebut untuk dibawa ke sekolah.

Waktu itu, ada kejadian yang sangat tragis. Mita berangkat sekolah dengan adiknya tetapi
bukan adik kandung. Saat itu adiknya sudah tidak diperbolehkan untuk berangkat sekolah
dengan Mita. Tetapi, adiknya bandel dan ikut dengan Mita. Tiba-tiba diperjalanan mata Mita
seperti gelap dan mereka berdua langsung jatuh. Adiknya melompat jauh dan sepeda Mita
terseret. Ada bagian luka didagu Mita. Dia langsung di bawa ke puskesmas terdekat. Lalu, dagu
Mita dijahit 6.

Keluarga Mita sangat kaget mendengar kabar tersebut. Lalu, Mita dijenguk keluarganya
dan langsung dibawa pulang ke rumah. Sebenarnya, dia sangat takut karena sepeda yang baru
dibelikan oleh Ayahnya sudah rusak. Tetapi, Ayahnya memaklumi hal itu. Menurut Ayahnya itu
adalah sebuah takdir yang tidak bisa dihindari.

Saat kelas 12, Mita melaksanakan Ujian Nasional lagi. Dia merasa takut bagaimana jika
tidak lulus. Akan tetapi, dia berusaha keras untuk belajar dengan giat dan akhirnya dia lulus
dengan nilai yang cukup. Setelah masa-masa di SMK telah berakhir. Dia melanjutkan sekolah ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dia sekolah ke Perguruan Tinggi Negeri yang ada di
Madura.

Anda mungkin juga menyukai