Anda di halaman 1dari 4

DEMOKRASI LIBERAL

(1950 – 1959)

Kelompok 1
Petra cia
Rezky Rahmadani
Nursyuhada Faradila
Marianti
Rahman
M. Ramadhan
Feby Handayani
Aryant Nita
Julita Sari

Guru Mapel :
Siti Sarima S.Pd

SMK NEGERI 1 NUNUKAN


 Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal atau demokrasi konstitusional adalah sistem politik yang menganut
kebebasan individu. Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Konsep demokrasi ini merupakan model dimana badan legislatif
memiliki posisi yang lebih tinggi daripada badan eksekutif. Perdana menteri memimpin
sebagai kepala pemerintahan, sedangkan kepala negara dalam demokrasi parlementer
dipegang oleh presiden.
Konsep ini juga diterapkan dengan tujuan mewujudkan demokrasi yang bebas,
dimana setiap individu bebas dalam memberikan pendapatnya. Namun, demokrasi liberal di
Indonesia tidak berjalan dengan baik karena terdapat pandangan dan aspirasi yang begitu
banyak dari masyarakat.

 Sejarah Demokrasi Liberal Di Indonesia


Sebagai negara yang pernah melaksanakan konsep demokrasi liberal, sistem ini juga
memiliki sejarah tersendiri di Tanah Air kita, yakni pada 1949-1959. Secara singkat, konsep
demokrasi ini tak berjalan dengan baik karena terlalu banyak aspirasi dan pandangan dari
masyarakat Indonesia.
Adanya berbagai partai politik pada Pemilu 1955 menjadi tanda perkembangan
sistem demokrasi liberal di Indonesia. Total, terdapat 172 partai politik yang bertanding pada
masa itu, tetapi hanya 4 partai yang akhirnya memiliki perolehan suara terbanyak:
 Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 22,3 persen
 Masyumi dengan 20,9 persen
 Nahdlatul Ulama (NU) dengan 18,4 persen
 Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan 15,4 persen
Hal yang disayangkan terjadi, program pemerintahan menjadi tak berjalan mulus
karena demokrasi liberal ini. Hal tersebut berimbas pada kekacauan politik karena kekuasaan
yang lebih besar berada di tangan parlemen.
Pada 1959, era demokrasi liberal berakhir, yakni pada saat dibubarkannya Dewan
Konstituante oleh Presiden Soekarno lewat Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari konflik antargolongan serta dasar negara yang tak kunjung ditetapkan.

 Sistem Politik Pada Masa Demokrasi Liberal


Sistem politik pada masa demokrasi liberal mendorong lahirnya partai-partai politik,
karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai. Konsekuensi logis dari
pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal dengan sistem multi partai yang dianut, maka
partai -partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam
parlemen pada tahun 1950-1959. Kurun waktu antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1959
merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa
ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Selama
kurun waktu 1950-1959 sering kali terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan instabilitas
politik.

 Ciri – Ciri Demokrasi Liberal


1. Adanya Kebebasan Individu
2. Kekuasaan Pemerintah Terbatas
3. Masyarakat berpartisipasi dalam politik
4. Suara mayoritas bisa membentuk hukum
5. Periode pemilu dilaksanakan pada waktu tertentu
 Jenis-Jenis Demokrasi Liberal
1. Demokrasi Liberal de facto
Demokrasi liberal kadang-kadang merupakan bentuk pemerintahan de facto,
kedaulatan de facto (legislatif) adalah rakyat, yakni melalui perwakilan terpilih mereka di
Parlemen, itulah sebabnya disebut demokrasi.
2. Representasi Proporsional dan Pluralitas
Sistem pemungutan suara pluralitas memberikan kursi menurut mayoritas regional.
Bila suatu calon perseorangan atau partai politik memiliki suara terbanyak. ialah yang
memenangkan kursi yang mewakili wilayah tersebut.
3. Sistem Presidensial dan Parlementer
Sistem pemerintahan republik ketika cabang eksekutif dan legislatif dipilih secara
terpisah, disebut sebagai sistem presidensial. Bedanya dengan sistem parlementer, yakni
sistem tersebut bergantung pada dukungan langsung atau tak langsung dari parlemen.

 Kabinet Yang Memerintah


1) Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
2) Kabinet Sukiman (27 April 1953 - 3 April 1954)
3) Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953)
4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
5) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956 - 4 Maret 1957)
7) Kabinet Djuanda (9 April 2023 - 5 Juli 1959)

 Akhir Demokrasi Liberal


Selama masa Demokrasi Liberal berlangsung keadaan Indonesia cenderung tidak stabil
sehingga berimbas pada segala aspek di Indonesia. Hal tersebut berimbas pada keputusan
Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Di dalam Dekrit 5 Juli
1959 berisi Dewan Konstituante dibubarkan dan kembalinya UUD 1945 sebagai konstitusi
negara. Hal ini sekaligus meninggalkan UUDS 1950 yang sebelumnya berlaku. Selain itu
dibentuk pula Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Melalui Dekrit 5 Juli 1959 secara resmi Demokrasi
Liberal berakhir dan dilanjutkan Demokrasi Terpimpin.

 Kesimpulan
Jadi, demokrasi liberal atau disebut juga dengan demokrasi konstitusional dalam
sistem politiknya menganut kebebasan individu, yang berarti setiap individu memiliki hak
dalam mengemukakan pendapatnya serta memiliki kebebasan berpolitik. Namun, meskipun
demokrasi liberal menerapkan sistem kebebasan individu hal ini juga berdampak tidak baik
pada sistem politik Indonesia, dengan adanya kebebasan berpolitik yang luas ini
menyebabkan banyaknya kemunculan partai politik sehingga dapat menghambat stabilitas
politik. Akibatnya, sistem demokrasi liberal mengalami kegagalan karena tidak sesuai dengan
kultur atau budaya bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai