Anda di halaman 1dari 2

HKUM4202-2

TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER : 2022/23.1 (2022.2)

Nama :
NIM :
Fakultas : FHISIP / Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kode / Nama MK : HKUM4202 / Hukum Perdata
Tugas :1

NO. SOAL
1. Seorang perempuan berinisial BCL, mengaku terpaksa menjalani pernikahan secara agama
karena hamil dengan pacarnya yang telah menjalin asmara selama lima tahun dengannya, baru
ia ketahui belakangan ternyata sudah memiliki istri. Hanya pihak keluarganya dan terbatas
beberapa orang keluarga suaminya saja yang tahu, tanpa dicatatkan pula di Kantor Urusan
Agama (KUA).

Pertanyaan:

Dari contoh kasus diatas menurut analisa anda apakah perkawinan tersebut SAH secara Hukum
Indonesia? Jelaskan berdasarkan dasar hukumnya!

Jawaban:

Menurut analisa saya perkawinan tersebut TIDAK SAH secara Hukum Indonesia karena tanpa
dicatatkan pula di Kantor Urusan Agama (KUA), sedangkan Perkawinan merupakan peristiwa
hukum apabila perkawinan tersebut merupakan perkawinan yang sah. Sahnya perkawinan diatur
dalam Pasal 2 UU no. 1 Tahun 1974 yang merumuskan: (1) Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Seorang perempuan berinisial BCL, mengaku terpaksa menjalani pernikahan secara agama
karena hamil dengan pacarnya yang telah menjalin asmara selama lima tahun dengannya, baru
ia ketahui belakangan ternyata sudah memiliki istri. Hanya pihak keluarganya dan terbatas
beberapa orang keluarga suaminya saja yang tahu, tanpa dicatatkan pula di Kantor Urusan
Agama (KUA).

Pertanyaan:

Berikan analisis anda terhadap status anak yang lahir diluar pernikahan SAH? Uraikan dengan
dasar hukumnya!

Jawaban:

Analisis saya terhadap status anak yang lahir diluar pernikahan adalah SAH sesuai Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) menguraikan bahwa anak luar kawin bisa dikategorikan
sebagai anak sah sepanjang diakui oleh orang tuanya. Pasal 43 ayat(1) UU No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 No.1 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019) menyatakan, “anak yang dilahirkan di luar
perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

3. Seorang perempuan berinisial BCL, mengaku terpaksa menjalani pernikahan secara agama
karena hamil dengan pacarnya yang telah menjalin asmara selama lima tahun dengannya, baru
ia ketahui belakangan ternyata sudah memiliki istri. Hanya pihak keluarganya dan terbatas
beberapa orang keluarga suaminya saja yang tahu, tanpa dicatatkan pula di Kantor Urusan
Agama (KUA).

Pertanyaan:

Uraikan akibat hukum dari perkawinan tersebut diatas ?

Jawaban:
HKUM4202-2

Perkawinan menimbulkan akibat hukum bagi pihak suami dan isteri dalam perkawinan, antara
lain mengenai hubungan hukum diantara suami dan isteri, terbentuknya harta benda
perkawinan, kedudukan dan status anak yang sah, serta hubungan pewarisan.
Ada dua hal yang sepertinya perlu dijawab, yaitu bagaimana status hukum seorang laki-laki
menikahi wanita yang sedang mengandung anak dari orang lain dan hukum wanita hamil yang
dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di luar nikah.
Dalam menjawab persoalan kedua status hukum tersebut ini, saya mengutip pendapat Ahmad
Sarwat dari dalam laman website Rumah Fiqih. Menurutnya terdapat beberapa pendapat yakni
pertama pendapat Imam Abu Hanifah yang menjelaskan bahwa bila yang menikahi wanita hamil
itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya boleh. Sedangkan kalau yang menikahinya
itu bukan laki-laki yang menghamilinya, maka laki-laki itu tidak boleh menggaulinya hingga
melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai