Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Mata Kuliah Teknologi Buah dan Sayur

Judul Keragaan Penanganan Pasca Panen Mangga di Kabupaten Cirebon

Jurnal Jurnal Ilmiah Respati


Vol. & Hal. Volume 13, No. 1, Halaman 64-74
Tahun 2022
Penulis Waryat dan Agus Nurawan
Tanggal 10 Oktober 2023
Nawangsari Rahma Wijaya_200310014
Sukma Nada_200310026
Reviewer
Lidya Sapitri_200310049
Meida Indika Imani_200310056

Jurnal ini membahas tentang penanganan pasca panen mangga di Kabupaten


Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
varietas mangga yang paling banyak dibudidayakan di daerah tersebut adalah
Arum Manis, Gedong Gincu, Cengkir, dan Dermayu. Petani umumnya
menentukan umur panen mangga berdasarkan penampilan bercak hitam dan
putih pada buah. Alat panen yang umum digunakan adalah "sosog" yang
terbuat dari bambu, dan kemasan yang digunakan adalah kotak
plastik. Mangga yang telah dipanen dijual langsung kepada petani pengepul
Abstrak
dengan menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi. Petani
pengepul kemudian melakukan sortasi dan grading berdasarkan ukuran
tertentu sebelum menyimpan, mengemas, dan mendistribusikan mangga ke
lokasi penjualan.
Mangga (Mangifira indica L) merupakan komoditas hortikultura unggulan
dan strategis di Indonesia. Indonesia memiliki varietas dan sumber daya
genetik mangga yang cukup banyak. Produksi mangga di Indonesia pada
tahun 2020 mencapai 2,89 juta ton, dengan sentra produksi utama di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Ketersediaan mangga kualitas ekspor masih minim di Indonesia. Salah satu
faktor penyebabnya adalah minimnya penggunaan benih berkualitas dan
rendahnya keterampilan teknis serta kapabilitas manajerial petani. Selain itu,
rantai pasok mangga untuk ekspor juga masih perlu diperbaiki, termasuk
dalam hal penanganan pasca panen dan distribusi. Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan petani dalam penanganan pasca panen mangga menjadi hal
Pendahuluan yang penting untuk mempertahankan kualitas dan umur simpan
buah. Penggunaan teknologi pasca panen yang efektif, seperti pengemasan
yang sesuai dan pengaturan suhu ruang yang tepat, juga dapat membantu
menjaga mutu dan daya simpan mangga. Dalam konteks ini, penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji praktik penanganan pasca panen mangga di
1
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Dengan memahami praktik-
praktik yang ada, diharapkan dapat ditemukan solusi dan rekomendasi untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing mangga Indonesia di pasar ekspor

Penelitian dalam jurnal tersebut dilakukan melalui survei dan wawancara


terhadap 30 petani mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
Indonesia. Data yang dikumpulkan bersifat primer dan sekunder, dengan data
Metode penelitian primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan kunci dan
data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Analisis data
dilakukan secara deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas mangga yang paling banyak
dibudidayakan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia adalah Arum
Manis, Gedong Gincu, Cengkir, dan Dermayu. Petani menentukan waktu
panen mangga berdasarkan munculnya bercak hitam dan keputihan pada
buah[6]. Pemanenan mangga biasanya dilakukan pada pagi hari, dan alat yang
umum digunakan untuk memanen adalah batang bambu (sosog). Kotak plastik
biasa digunakan untuk mengemas buah mangga yang sudah dipanen.
Setelah dipanen, mangga dijual kepada petani pengepul yang melakukan
penyortiran dan grading berdasarkan ukuran tertentu. Mangga tersebut
Hasil penelitian kemudian disimpan selama beberapa hari sebelum dikemas dan didistribusikan
ke lokasi penjualan. Pengangkutan buah mangga dari petani ke petani pengepul
dilakukan dengan menggunakan sepeda motor.
Studi ini juga menyoroti pentingnya teknologi pasca panen dalam menjaga
kualitas dan umur simpan mangga. Pengemasan yang tepat, seperti
menggunakan bahan yang tahan terhadap lingkungan lembab dan basah, sangat
penting dalam mengontrol umur simpan mangga. Kadar air pada mangga juga
berperan penting dalam menjaga kualitasnya, karena perubahan kadar air dapat
menyebabkan buah menjadi lunak atau berkerut.
Secara keseluruhan, studi ini memberikan wawasan mengenai praktik
penanganan pascapanen mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
Indonesia. Hal ini menekankan perlunya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam penanganan pasca panen dan penggunaan teknologi
yang efektif untuk menjaga kualitas mangga.
Bahwa penanganan pasca panen mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
Indonesia masih mengandalkan praktik-praktik tradisional seperti penentuan
umur panen berdasarkan penampilan buah, penggunaan alat panen dari
bambu, dan penggunaan kemasan plastik. Namun, penelitian ini juga
menyoroti pentingnya teknologi pasca panen dalam mempertahankan kualitas
dan umur simpan mangga. Terdapat kebutuhan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan pasca panen serta
penggunaan teknologi yang lebih efektif. Selain itu, perlu juga diperhatikan
Kesimpulan dalam proses transportasi dan distribusi untuk menjaga mutu dan mencegah
kerusakan fisik pada buah mangga.

2
1. Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang praktik
penanganan pasca panen mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
Indonesia.
2. Informasi tentang varietas yang paling banyak dibudidayakan, alat
panen yang digunakan, kemasan yang digunakan, dan saluran
Kelebihan distribusi yang umum digunakan memberikan wawasan yang berguna
tentang praktik-praktik yang ada.
3. Studi ini menyoroti pentingnya teknologi pasca panen dalam
mempertahankan kualitas dan umur simpan mangga.

1. Abstrak ini tidak memberikan informasi tentang hasil penelitian yang


lebih rinci, seperti efektivitas teknologi pasca panen yang digunakan
atau tantangan yang dihadapi petani dalam penanganan pasca panen
mangga.
2. Tidak ada informasi tentang sampel yang digunakan dalam penelitian
ini, seperti jumlah petani yang diwawancarai atau metode pengambilan
sampel yang digunakan.
3. Tidak ada informasi tentang sumber pendanaan penelitian ini, yang
dapat mempengaruhi kepercayaan dan validitas hasil penelitian. Seperti
pada kalimat dibawah ini yang terdapat dalam jurnal “suhu ruang yang
Kekurangan
lebih panjang dibandingkan dengan kemasan kayu. Kemasan juga harus
tahan terhadap lingkungan yang lembab dan basah. Salah satu indikator
penting untuk mengontrol daya simpan mangga adalah kadar
air. Perubahan kadar udara akan menyebabkan kelunakan atau keriput
pada produk. Petani pengepul di lokasi pengkajian mengirim bauh
mangga dalam kemasan kayu dan kertas/karton (Gambar 2). Kemasan
kayu digunakan untuk mengemas buah mangga yang dikirim ke pasar
lokal/dalam negeri, sedangkan kemasan kertas/karton digunakan untuk
mengemas buah mangga yang dipasarkan di pasar lokal maupun luar
negeri.

Anda mungkin juga menyukai