Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL KERJA LAPANGAN

SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2014/2015

MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERHADAP


OPTIMALISASI MUTU BUAH NENAS (Ananas comosus L. Merr)
DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR,
LAMPUNG TENGAH

Disusun oleh :
RAHMAT IMAM PRABOWO
11/313333/PN/12300
Program Studi : Agronomi
Dosen Pembimbing : Dody Kastono, S.P., M.P.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2015
PROPOSAL KERJA LAPANGAN
SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2014/2015
MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERHADAP OPTIMALISASI
MUTU BUAH NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT GREAT GIANT
PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
Disusun oleh:
Nama : Rahmat Imam Prabowo
NIM : 11/313333/PN/12300
Proposal Kerja Lapangan ini telah disahkan dan diterima sebagai
kelengkapan mata kuliah Kerja Lapangan (PNA 3080) dan persiapan pelaksanaan
Kerja Lapangan di PT Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Tanda Tangan

Tanggal

Dody Kastono S.P., M.P.


NIP.19700222 199903 1 001

..

..

..

Mengetahui :
Komisi Kerja Lapangan
Jurusan Budidaya Pertanian

Ir. Sri Muhartini, S.U.


NIP. 19540304 198003 2 002
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Taryono, M.Sc


NIP. 19601222 1986003 1 002

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di
dunia. Produksi hasil buah nenas menduduki peringkat terpenting kedua setelah buah
pisang yang produksinya mencapai 20 % dari produksi buah tropika dunia. Nenas
sangat berperan dalam pengembangan bidang ekonomi pertanian untuk komoditas
hortikultura. Data statistik tahun 2000 menyebutkan bahwa perdagangan nenas
mencapai 51 % dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah dimana Indonesia
menempati posisi yang ketiga dari negara-negara penghasil nenas olahan dan segar
setelah negara Thailand dan Filipina. Nenas merupakan komoditas buah-buahan
nomor tiga yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Produksi nenas di Indonesia
pada tahun 2006 mencapai 1.427,781 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada
tahun 2007 dengan produksi mencapai 2.237,858 ton (BPS, 2007).
Perdagangan komoditas pertanian khususnya hortikultura menjadi tantangan
tersendiri bagi suatu produsen dalam bersaing menjaga kuantitas dan kualitasnya.
Kualitas tinggi menjadi perhatian penting bagi konsumen. Kesegaran buah
merupakan salah satu kriteria mutu yang diterapkan oleh pembeli untuk melakukan
penilaian. Konsumen menghendaki buah yang diperjualbelikan dalam keadaan segar
dan tepat matang. Nenas merupakan produk hortikultura yang mempunya sifat yang
mudah rusak (perishable food) sehingga tidak tahan lama jika disimpan. Sifat mudah
rusak disebabkan oleh komoditas hortikultura masih melakukan aktivitas
metabolisme seperti pernafasan dan penguapan serta perubahan fisika dan kimia.
Aktivitas enzim dan mikroorganisme menyebabkan buah-buahan akan mencapai titik
kerusakan sehingga tidak dapat lagi dikonsumsi (Harris dan Karmas, 1989 cit. ).
Proses distribusi komoditas hortikultura mulai dari panen hingga sampai dikonsumsi
membutuhkan waktu yang cukup lama, diantaranya adalah untuk transportasi dan
penyimpanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesegaran dan tingkat kematangan
buah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas buah nenas yang dipasarkan baik
untuk pasar lokal maupun untuk ekspor adalah dengan penanganan pascapanen yang
tepat. Perlakuan pascapanen yang baik dalam penyimpanan buah nenas bertujuan
untuk menghambat proses enzimatis yang meminimalkan respirasi dan transpirasi

sehingga daya simpan buah lebih lama dan mutu buah akan terjaga (Badan
Agribisnis Departemen Pertanian, 1999).
Beberapa masalah lain yang terjadi pada perkebunan nenas skala besar adalah
terjadinya kegagalan pembungan tanaman dan ketidakseragaman ukuran buah nenas.
Tanaman nenas secara ilmiah akan berbunga bila telah dewasa, tetapi tidak
serempaknya bunga akan menimbulkan masalah pada tinggi rendahnya produksi.
Ukuran buah nenas juga menentukan banyak tidaknya buah yang termanfaatkan
secara optimal. Buah yang ukurannya terlalu kecil maka akan terbuang karena tidak
bisa masuk ke dalam mesin dan langsung dibuang atau dialihkan untuk produk
lainnya sehingga ukuran buah akan menentukan efisiensi dan keuntungan yang
diperoleh. Peningkatan jumlah buah yang tidak sesuai dengan ukuran yang
diharapkan, maka akan meningkatkan jumlah buah yang terbuang sehingga dapat
menurunkan produktivitas dan keuntungan. Buah yang tidak memenuhi kriteria
standar yaitu buah yang berukuran pom. Buah pom adalah buah kerdil yang tidak
dapat diolah oleh mesin. Standar kebun yang seragam yaitu memiliki jumlah buah
pom 10 %. Data dari Quality Control Factory PT Great Giant Pineapple
menunjukkan produksi buah pom pada tahun 2008 mencapai 12.31 % dan pada
Januari - April 2009 buah Pom mencapai 12.65 %.
Prospek kerja di perkebunan hortikultura sangat besar. Perusahaan yang fokus
memproduksi nenas olahan di Indonesia adalah PT Great Giant Pineapple yang
terletak di Lampung. PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan pertama di
Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan
tanaman untuk dikalengkan. Kerja lapangan merupakan salah satu bentuk dari
praktek lapangan yang memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk memecahkan
masalah yang terjadi di lapangan serta memberikan lebih banyak pengetahuan
berdasarkan realita di lapangan. Mahasiswa dituntut memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh pada
lingkungan yang sebenarnya, dengan adanya praktek dan kerja lapangan akan dapat
memberikan pengalaman serta mengasah dan meningkatkan ketrampilan mahasiswa
khususnya dalam bidang pertanian.

2. Tujuan Umum
a. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pertanian sehari-hari,
untuk mengembangkan kepekaan bernalar terhadap berbagai persoalan yang
timbul dalam praktek di lapangan.
b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan
penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teori yang
ada di lapangan.
c. Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam
memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan nenas.
d. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan
perkebunan nenas.
3. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses budidaya tanaman nenas
di PT Great Giant Pineapple.
b. Mengetahui dan mempelajari secara langsung teknik dan manajemen panen
hingga pascapanen dalam pengelolaan perkebunan nenas di PT Great Giant
Pineapple.
4. Manfaat Kerja Lapangan
a. Memenuhi persyaratan kurikulum tingkat S1 di Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
b. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang teknik
budidaya tanaman nenas di PT Great Giant Pineapple.
c. Mengetahui proses-proses yang terkait manajemen panen dan pascapanen
tanaman nenas di PT Great Giant Pineapple.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Sejarah Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)
Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus L. Merr. Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae. Sistematika
nenas sesuai dengan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio

: Spermatofita

Sub-divisio

: Angiospermae

Class

: Monokotildoneae

Ordo

: Farinosese

Famili

: Bromeliaceae

Genus

: Ananas

Spesies

: Ananas comosus L. Merr.

Nenas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum
masa Colombus (Collins, 1960). Pada abad ke-14 bangsa Spanyol membawa nenas
ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke15 (Santoso, 1998). Kerabat dekat spesies nenas cukup banyak, terutama nenas liar
yang biasa dijadikan tanaman hias. Berdasarkan bentuk daun dan buah dikenal empat
jenis golongan nenas, yaitu : Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi. Nenas kultivar
Cayenne memiliki daun yang halus, tidak berduri, mata yang datar, bentuk buah
silindris dan ukuran buah yang besar. Kultivar Queen memiliki daun yang pendek,
berduri tajam, bentuk buah lonjong mirip kerucut. Kultivar Spanish memiliki daun
yang panjang kecil, berduri halus sampai kasar, bentuk buah bulat dengan mata datar.
Kultivar Abacaxi memiliki daun panjang berduri kasar, bentuk buah silindris atau
seperti piramida, daging buah berwarna kuning (Nakasome dan Paull, 1999).
Kultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene
dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di Kepulauan India Barat, Puerte Rico,
Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Saat ini ragam
varietas atau kultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang
dan Palembang (Deptan, 1999). Nenas Subang adalah varietas Smooth Cayenne yang
tumbuh baik di Subang, sedangkan nenas Bogor adalah varietas Natal Queen
(Pracaya, 1985).

2. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)


Pada umumnya tanaman nenas toleran terhadap kekeringan serta memiliki
kisaran curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun, akan tetapi tanaman nenas tidak
toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu (Ashari, 1995). Tanaman nenas
dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71 % dari
kelangsungan maksimumnya, angka tahunan rata-rata 2.000 jam. Suhu yang sesuai
untuk budidaya tanaman nenas adalah 23-32 C, tetapi juga dapat hidup di lahan
bersuhu rendah sampai 10 C (Verheij dan Coronel, 1997). Pada umumnya hampir
semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nenas, akan
tetapi tanaman ini lebih cocok jika ditanam pada tanah yang mengandung pasir,
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur
rendah. Derajat kemasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang
banyak mengandung kapur (pH > 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
klorosis, sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan
penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdenum
dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk
penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut didalamnya. Kandungan air dalam
tanah harus pada kapasitas lapang, tidak menggenang. Hal yang harus diperhatikan
adalah aerasi dan drainasenya harus baik (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas dapat
tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl, tetapi di Kenya tanaman nenas varietas
Smooth cayenne yang ditanam pada ketinggian 1.400-1.800 m dpl menghasilkan
buah berkualitas baik (Samson, 1980).
Tanaman nenas merupakan tanaman herba tahunan yang tidak toleran
terhadap hujan dan salju. Tanaman nenas dapat tumbuh dari ketinggian 100 - 1100 m
diatas permukaan laut. Pada temppat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan
semakin kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi (Dondy, 1992). Tanaman
nenas dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah. Walaupun demikian, tanah yang
paling ideal untuk pertumbuhan nenas adalah tanah yang mengandung pasir, gembur
dan kaya bahan organik. Nenas tidak tahan terhadap genangan, oleh karena itu lahan
yang digunakan untuk budidaya nenas harus memiliki aerasi dan drainase yang baik
serta kandungan kapur yang tinggi agar buah yang dihasilkan tidak kerdil. Tanah
yang paling baik adalah tanah yang memiliki pH 4.5-6.5 tetapi nenas memiliki daya

adaptasi yang tinggi, sehingga dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH 3. Tanah
yang sesuai akan menghasilkan perakaran yang baik (Lisdiana dan Soemadi, 1997)
Tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari ratarata 33-71 %.
Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nenas adalah 29-32 0C dan curah hujan
optimal 1000-1500 mm per tahun (Samson,1980). Sumber lain mengatakan bahwa
bahwa suhu optimal untuk nanas yaitu 23-32 0C (Veirhej dan Coronel, 1997). Unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman nenas dalam jumlah banyak adalah unsur
nitrogen, pospor, dan kalium. Unsur lainnya dibutuhkan dalam 6 jumlah yang sedikit
seperti magnesium dan kalium serta unsur mikro seperti seng, tembaga dan mangan
(Direktorat Tanaman Pangan, 2004).
Tanaman nenas dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah. Walaupun
demikian, tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan nenas adalah tanah yang
mengandung pasir, gembur dan kaya bahan organik. Nenas tidak tahan terhadap
genangan, oleh karena itu lahan yang digunakan untuk budidaya nenas harus
memiliki aerasi dan drainase yang baik serta kandungan kapur yang tinggi agar buah
yang dihasilkan tidak kerdil.
3. Morfologi dan Anatomi Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)
Tanaman nenas mempunyai bentuk batang yang pendek, gemuk dan kuat
dengan tinggi tidak lebih dari 30 cm. Daunnya berdaging, keras dan kaku, berbentuk
seperti alur yang sempit, dengan panjang 60-120 cm, bagian pangkal yang saling
bertangkup satu dengan yang lain. Tepi daun bergerigi seperti gergaji atau berduri
atau kadang-kadang tidak terdapat duri, dan mempunyai pucuk yang meruncing dan
tajam.
Bunga nenas merupakan bunga majemuk yang menghadap ke atas
mengelilingi dasar bunga secara lateral. Setiap bunga memiliki bakal buah (ovarium)
yang terdiri dari tiga sel, didalamnya terdapat banyak mengandung bakal biji (ovula).
Di atasnya tumbuh tabung kelopak bunga dengan enam helai daun bunga dan enam
helai benang sari. Kelopak bunga ini berwarna hijau atau merah dan berujung dengan
bunga yang berwarn putih atau ungu muda. Bagian tengah terdapat tangkai putih
yang mendukung tiga kepala putik (Muljohardjo, 1983).

Sesaui dengan asalnya maka buah nenas juga merupakan buah majemuk yang
terdiri dari 100 atau lebih komponen buah (fruitlet/berry) yang bersatu merupakan
satu buah yang bertipe sinkarpus. Pada ujung buah ditemukan daun mahkota yang
berduri. Pada permukaan setiap komponen buah dapat dicirikan adanya sedikit atau
lebih garis-garis hexagonal. Helaian daun kelopak bunga yang keras menutup bagian
atas rongga dimana terdapat benang sari, tangkai putik, kepala putik dan daun
pelindung yang keras menghadap keatas sama dengan tepian yang bergerigi dengan
bagian ujung yang meruncing. Biji nenas terdapat didalam rongga komponen buah,
berwarna coklat dengan panjang kurang lebih 5 mm. Biji ini terbungkus oleh suatu
lapisan tipis (Muljohardjo, 1983)
Daun nenas sangat panjang, berurat sejajar, dan tepinya berduri menghadap
ke atas. Daun nenas menggambarkan perkembangan tanaman nenas itu sendiri.
Dikalangan peneliti, daun nenas dibagi kedalam beberapa kelas berdasarkan posisi
dan usia daun yaitu daun A (A-Leaf), daun B (B-Leaf), daun C (C-Leaf), daun D (DLeaf), daun E (E-Leaf) dan daun F (F-Leaf). Daun A adalah daun tertua yang
letaknya berada dibagian paling bawah. Di perkebunan sering disebut dengan daun
bibit karena daun A merupakan daun bibit yang masih hidup hingga tanaman dewasa.
Daun B adalah daun pendahulu yaitu daun muda yang tumbuh ketika masih menjadi
bibit (daun pucuk) dan berkembang setelah ditanam. Daun B mirip dengan daun A.
daun C adalah daun yang tumbuh setelah dilakukan penanaman. Daun D adalah daun
terpanjang pada tanaman nenas, biasanya membentuk sudut 45 0C dan hanya ada satu
helai. daun E adalah daun yang terletak diatas daun D. sedangkan daun F adalah
daun muda yang ada 5 didekat titik tumbuh (daun pupus / daun pucuk). Nenas
memiliki panjang batang 20 cm 30 cm. buah nenas merupakan buah majemuk yang
terdiri dari 100- 200 buah yang bersatu. Nenas merupakan tanaman hermaprodit. 510 bunganya membuka tiap hari. Sistem perakaran tanaman nenas yaitu akar serabut
yang lunak dan tidak tahan terhadap air (Samson, 1980).
Nenas merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan dengan tinggi 50150 cm dan terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daunnya berkumpul
dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian
daunnya berbentuk pedang, tebal, liat, dengan panjang 80-120 cm dan lebar 2-6 cm
serta memiliki ujung yang lancip menyerupai duri. Tepi daunnya berduri tempel yang

membengkok ke atas, sisi bawah daun bersisik dan memiliki warna putih, hijau atau
hijau kemerahan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunganya merupakan bunga majemuk
yang tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai
panjang. Buahnya merupakan buah buni majemuk, bulat panjang, berdaging,
berwarna hijau, dan jika masak warnanya menjadi kuning. Sistem perakaran tanaman
nenas yaitu akar serabut yang lunak dan tidak tahan terhadap air (Samson, 1980).
4. Fisiologi Buah Nanas
Produktivitas nenas ketika dipanen sekitar 40 ton/Ha, dalam kondisi optimal
nenas mampu berproduksi hingga lebih dari 70 ton/Ha. Tanaman nenas memiliki
umur panen 12-24 bulan, lama tidaknya umur panen sangat ditentukan oleh ukuran
bibit bibit dan asal bibit (Samson, 1980). Ciri-ciri buah nenas yang siap dipanen
diantaranya : mahkota telah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih
mendatar, buah lebih besar dan bulat, warna dasar buah menguning, timbul aroma
nenas yang harum dan khas (Profil Nenas Subang, 2006). Buah nenas termasuk
komoditi yang mudah rusak, cepat susut dan busuk. Untuk skala industry, buah nenas
sebaiknya dipanen saat kematangan kurang dari 70%. Untuk konsumsi segar, buah
nenas yang dipanen tidak kurang dari 90 %, matanya berwarna tidak kuning penuh,
dan tidak lebih dari 20 % mata-matanya berwarna jingga kemerah-merahan
(Pantastico, 1986). Buah nenas untuk dipasarkan sebaiknya dipanen setengah
matang. Pemetikan dilakukan manual dengan menggunakan tangan, dengan bagian
mahkota dan sebagian gagang buah dibiarkan. Buah nenas yang akan dipasarkan 8
sebaiknya dipanen dengan hati hati jangan sampai hancur atau memar (Wee and
Thongtham, 1997).
Buah nenas biasanya dipanen dengan sarung tangan dan pisau untuk
memotong gagangnya. Pada perkebunan-perkebunan komersial atau setengah
komersial, pemanenan telah dilakukan secara mekanik. Buah yang dipasarkan segar,
mahkota pada ujung buah harus dibiarkan dan dijaga jangan sampai daun-daunnya
rusak. Mahkota berwarna hijau cerah menunjukkan bahwa buah baru saja dipanen
(Thompson et. al., 1986). Kematangan buah dapat ditentukan dari jumlah keratan
mata buah dan luasan kulit buah yang menguning (Paull, 1997). Tingkat kemasakan
untuk dipanen bagi buah nenas sebagian besar bergantung pada tujuan atau

penggunaan akhirnya. Buah untuk digunakan di rumah biasanya dipetik bila warna
kuning sudah mencapai 25 %. Sedangkan buah untuk dijual secara komersial, lebihlebih kalau daerah penghasilnya jauh dari pasaran, biasanya dipanen bila semua mata
masih hijau dan belum ada tanda-tanda warna kuning sama sekali (Pantastico et. al.,
1986). Menurut Krisnadi (1990) buah nenas dengan umur petik 18 dan 20 minggu
sudah dapat diolah, dikalengkan atau dikonsumsi secara segar.
Buah nenas mengandung senyawa bromelin yang dapat melunakkan daging.
Setiap 100 g buah mengandung air 80-86,2 %, gula 10-18 g, asam organik 0,5-1,6 g,
mineral 0,3-0,6 g, nitrogen 4,5-12 mg, dan protein 180 mg. Buah nenas juga
mengandung semua vitamin esensial meskipun dalam jumlah kecil, kecuali vitamin
D. Selain daging buah, kulit buah dapat diolah menjadi sirup atau diekstraksi
cairannya untuk pakan ternak. Serat terutama pada daun dapat dimanfaatkan sebagai
bahan kertas dan tekstil.
a. Perubahan selama Pematangan
Perubahan fisik dan kimia buah yang terjadi setelah panen menentukan
kualitas buah yang dikonsumsi. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah
perubahan warna kulit buah, ukuran buah, morfologi dan struktur permukaan, serta
kekerasan buah. Proses pematangan juga menyebabkan perubahan kimia seperti
perubahan komposisi karbohidrat, asam organik, serta aroma yang disebabkan oleh
senyawa volatil. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat dijadikan penduga umur
simpan dan mutu buah (Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Pantastico (1989)
buah nenas dalam keadaan belum masak, mata berwarna merah kelabu atau hijau
muda dan daun-daun pelindung yang menutup separuh mata akan berwarna kelabu
atau hampir putih. Pada saat pemasakan buah berlangsung, ruang antar mata mulai
terisi dan warnanya lambat laun berubah dari hijau muda menjadi hijau tua. Saat
buah matang, mata yang runcing berubah menjadi datar dengan sedikit lekukan di
pusatnya, buah menjadi lebih besar, menjadi lebih lunak dan lebih berbau.
b. Mutu Buah
Komponen kualitas buah meliputi penampakan, tekstur, rasa, nilai gizi, dan
keamanan (Santoso dan Purwoko, 1995 cit. ). Penampakan mencakup ukuran (besar,
bobot), bentuk (diameter, keseragaman), intensitas dan keseragaman warna, kilap,
kerusakan eksternal dan internal. Teksture meliputi kekerasan, kelembutan,

sukulensi, flavour dan mineral. Standar kualitas buah nenas untuk konsumsi meliputi
kematangan, kekerasan, keseragaman ukuran dan bentuk, bebas dari kerusakan,
kelayuan, memar dan keretakan. Menurut Dondy et al. (1992) persyaratan buah
nenas untuk konsumsi segar adalah kandungan padatan terlarut totalnya > 12 % dan
kandungan asamnya berkisar antara 0,5-0,6 %. Standar buah segar sebagai olahan
adalah kandungan airnya 78,6-86,4 %, abunya 0,28-0,48 %, padatan terlarut totalnya
8,20-18,30 % dan kandungan asamnya 0,64-1,18%.
Pada saat terjadi proses pematangan, buah nenas mengalami peningkatan
bobot, padatan terlarut dan keasaman buah. Menurut Soedibyo (1992) kandungan air
menurun sejalan dengan penambahan umur panen, tetapi gula terlarut sebagai total
padatan terlarut terus meningkat.
5. Fisiologi Pascapanen
Komoditi hortikultura seperti buah merupakan jaringan hidup yang terus
melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Proses respirasi dan transpirasi yang
terjadi setelah pemanenan menyebabkan buah menggunakan cadangan makanan dan
air yang terdapat dalam individu buah itu sendiri, sehingga kandungan substrat dan
air dalam buah terus berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan buah
(Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1979),
pada umumnya tahapan proses pertumbuhan buah meliputi pembelahan sel yang
diikuti dengan pembesaran sel hingga sel mencapai ukuran maksimum, pendewasaan
sel (maturation), pematangan (ripening), kelayuan (senescense), dan pembusukan
(deterioration).
Perubahan fisiologi pascapanen terutama dipengaruhi oleh respirasi dan
pengaruh etilen dalam pemasakan buah. Menurut Phan et al. (1989) berdasarkan
tingkat respirasi dan produksi etilen, buah-buahan dibedakan menjadi buah
klimakterik dan non klimakterik. Buah klimakterik adalah buah yang memiliki
kenaikan respirasi yang cepat selama pematangan serta memiliki laju produksi etilen
yang tinggi pula, sedangkan buah non klimakterik adalah buah yang memiliki laju
produksi etilen dan CO2 yang sangat rendah. Wills et al. (1981) menyatakan bahwa
buah klimakterik memproduksi etilen dalam jumlah besar dan mengalami perubahan

konsentrasi secara luas. Sebaliknya, buah non klimakterik hanya mengalami sedikit
perubahan konsentrasi etilen selama proses pematangan.
Buah nenas merupakan buah non klimaterik sehingga harus dipanen pada saat
siap untuk dimakan. Menurut Pantastico (1989) buah yang memiliki pola respirasi
non klimaterik akan mengalami penurunan laju respirasi setelah pemanenan dan
tidak ada kenaikan laju respirasi secara mendadak. Pematangan buah nenas sedikit
sekali dipengaruhi oleh etilen. Etilen hanya berpengaruh pada degradasi klorofil
dipermukaan kulit nenas tetapi kualitas daging buah nenas tidak berpengaruh dengan
penambahan etilen (Kader, 2000).
Buah nenas dapat disimpan selama 4-6 minggu pada suhu 7-8C dan
kelembapan nisbinya 80-90C, asalkan pengaliran udaranya memadai (Verheij dan
Coronel, 1997). Menurut Paull (1997) temperatur antara 7.5-12C dengan
kelembapan relatif antara 70-95C direkomendasikan untuk penyimpanan.
Kelembapan yang lebih tinggi mampu mengurangi kehilangan air, belakangan ini
lebih direkomendasikan kelembapan relatif antara 90-95C.

III. METODE PELAKSANAAN KERJA LAPANGAN


1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja Lapangan dilaksanakan di PT Great Giant Pineapple (GGP),
Terbanggi Tinggi, Lampung Tengah. Pelaksanaan Kerja Lapangan dimulai pada
bulan Agustus 2015 sampai September 2015.
2. Metode Pelaksanaan Kerja Lapangan
Kegiatan Kerja Lapangan bertujuan untuk mengetahui, mendapatkan
informasi, dan mempraktikan secara langsung mengenai budidaya tanaman nenas
dengan lengkap dan meningkatkan kemampuan logika dalam menghadapi
persoalan atau masalah yang timbul dalam lapangan. Terdapat dua metode dalam
pengumpulan data dalam kegiatan ini yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung.
a.

Metode Langsung

Mengikuti praktik kegiatan budidaya tanaman nenas di PT Great

Giant Pineapple yang meliputi:


Pratanam meliputi persiapan lahan, pembukaan lahan dan pengolahan

tanah.
Pembibitan meliputi asal bibit, cara perbanyakan bibit, dan cara

pembibitan.
Penanaman meliputi waktu penanaman, teknik penanaman, dan

kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman.


Pemeliharaan Tanaman, yang meliputi pengairan, pemangkasan,
penyulaman, pembuatan piringan, jalan panen dan gawangan,
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengukuran

pertumbuhan tanaman.
Pemupukan meliputi dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi
Pemanenan meliputi waktu panen, kriteria panen, cara pemanenan,

peralatan, standar kualitas buah, pengangkutan buah, dan tenaga kerja.


Penanganan pascapanen
Pemuliaan Tanaman meliputi koleksi plasma nutfah, seleksi bibit hasil
kultur jaringan, dan perbanyakan tanaman nenas secara in vitro.

b.

Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung dengan cara studi pustaka, yaitu pengumpulan


data dengan cara membaca dan menelaah pustaka mengenai budidaya
tanaman nenas pada umumnya dan secara khusus mengenai manajemen
panen hingga pascapanen tanaman nenas. Metode kedua, pengumpulan data
sekunder dengan cara pengumpulan data-data sekunder yang tersedia di PT
Great Giant Pineapple (GGP) dan teknik budidaya tanaman nenas,
selanjutnya dilakukan kajian pustaka dan dibandingkan dengan informasi
yang telah diperoleh dari lokasi kerja lapangan.
3. Ruang Lingkup Masalah
1.

Masalah Umum :
a.

Keadaan Umum

Sejarah dan latar belakang berdirinya PT Gunung Sewu Group

(GSG).
Sejarah berdirinya PT Great Giant Pineapple (GGP).
Struktur organisasi.
Manajemen pengelolaan kebun
Lokasi, batas wilayah, dan luas areal pertanaman Nenas
Topografi, keadaan tanah, dan iklim

b.

Kegiatan Budidaya Tanaman Nenas

Pratanam meliputi persiapan lahan, pembukaan lahan dan pengolahan

tanah.
Pembibitan meliputi asal bibit, cara perbanyakan bibit, dan cara

pembibitan.
Penanaman meliputi waktu penanaman, teknik penanaman, dan

kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman.


Pemeliharaan Tanaman, yang meliputi pengairan, pemangkasan,
penyulaman, pembuatan piringan, jalan panen dan gawangan,
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengukuran

pertumbuhan tanaman.
Pemupukan meliputi dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi
Pemanenan meliputi waktu panen, kriteria panen, cara pemanenan,
peralatan, standar kualitas buah, pengangkutan buah, dan tenaga

kerja.
Penanganan pascapanen

Pemuliaan Tanaman meliputi koleksi plasma nutfah, seleksi bibit hasil

kultur jaringan, dan perbanyakan tanaman nenas secara in vitro.


2. Masalah Khusus
a. Manajemen panen dan pascapanen nenas (karakter, metode, teknik, waktu
pelaksanaan, dan siklus panen).
b. Kendala yang dihadapi oleh PT Great Giant Pineapple (GGP) dalam
kegiatan budidaya.
4. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan
No
1
2
3
4

Kegiatan
Pengamatan, wawancara, dan studi pustaka
Pengumpulan data primer dan sekunder
Kegiatan budidaya nenas
Pelengkapan dokumentasi dan data primer
maupun sekunder

Minggu keII
III IV

DAFTAR PUSTAKA
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Kelayakan Investasi Agribisnis I:
Pisang, Durian, Jeruk, Alpukat. Kanisius, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di
Indonesia Tahun 1995-2013. <http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=16>. Diakses tanggal 7
Oktober 2014.
Espino, R. C., S. H. Jamaluddin, B. Silayoi dan R. E. Nasution. 1997. Musa L.
(kultivar yang dapat dimakan). In: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel
(Eds.). PROSEA Sember Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah-Buahan yang
Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gowen, S. 1995. Bananas and Plantains. Chapman and Hall, London.
Hein, M., L. R. Best and S. Pattison. 1984. College Chemistry, An Introduction to
General, Organic, and Biochemistry 3rd ed. Cole Publishing Company,
California.
Kader, A. A. 1992. Postharvest biology and technology: An Overview. Postharvest
Technology of Horticulture Crops. University of California. Paper.
Mahani. 2002. Studi Spesifikasi Mutu Konsumen dan Spesifikasi Mutu Industri
Pisang Ambon. Institut Pertanian Bogor. Disertasi.
Mattoo, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata and C. T. Phan.
1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan. In:
Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pascapanen Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Cetakan kedua.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. Centre for Agriculture and
Bioscience (CAB) International, London.
Phan, C. T, Er. B. Pantastico, K. Ogata and K. Chachin. 1989. Respirasi dan puncak
respirasi, p. 136-159. In: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pascapanen
Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan
Subtropika. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Purwoko, B., P. Utoro, Mukhtasar, S. S. Harjadi, dan S. Susanto. 2002. Polyamine
infiltration inhibited ripening of cavendish banana fruits. Hayati 9 (1):19-23.
Putra, E.T.S. 2011. Weak Neck Problem in Musa sp. cv. Rastali Populations in
Relation to Magnesium, Boron and Silicon Availability. Faculty of
Agriculture. University Putra Malaysia. Disertasi Doktor.

Reid, M. S. 1985. Ethylene in postharvest technology, p.68-74. In: A. A. Kader, R. F.


Kasmire, F. G. Mitchell, M. S. Reid, N. F. Sommer and J. F. Thompson
(Eds.). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Agriculture and
Natural Resources Publications Division of Agriculture and Natural
Resources University of California, Berkeley.
Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CAB International, London.
Sambeganarko, A. 2008. Pengaruh Aplikasi KMnO 4, Ethylene Block, Larutan Cacl2,
terhadap Kualitas dan Umur Simpan Pisang (Musa paradisiaca L.) varietas
Raja Bulu. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen
Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project.
Turner, D.W., J.A. Fortescue, and D.S. Thomas. 2007. Environmental physiology of
the bananas (Musa app.). Brazilian Journal of Plant Physiology 19 (4):463Tucker, G. A. 1993. Introduction, p.1-31. In: G. B. Seymour, J. E. Taylor and G. A.
Tucker (Eds.). Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall, London.
Winarno. F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sastra
Hudaya, Jakarta.

LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN KERJA LAPANGAN
MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN PISANG (Musa sp.)
DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM
A.

Hal-hal yang Berkaitan dengan Keadaan Umum di PT NUSANTARA


TROPICAL FARM
1.

Keadaan Umum

a. Sejarah dan latar belakang berdiri


b. Struktur organisasi dan manajemen perusahaan
c. Sistem manajemen
d. Peran dan fungsi
2. Keadaan Perkebunan
a. Lokasi
b. Batas wilayah perkebunan
c. Luas area total dan luas areal pertanaman
d. Kondisi iklim dan topografi wilayah
e. Keadaan tanah
f. Sarana dan prasarana yang dimiliki
3. Teknik Budidaya
a. Penyediaan bibit
1) Asal bibit
2) Cara perbanyakan bibit
3) Cara pembibitan
b. Persiapan Lahan
1) Cara pembukaan dan pembentukan lahan baru
2) Cara pengolahan tanah yang dilakukan
3) Sistem irigasi dan drainase yang dilakukan
4) Pembuatan lubang tanam
5) Lama persiapan lahan

c. Penanaman
1) Waktu penanaman bibit di lapangan
2) Teknik penanaman
3) Kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman
d. Pemeliharaan Tanaman
1) Pengairan
2) Pemupukan
3) Hama, penyakit dan gulma yang sering mengganggu
4) Cara pengendalian OPT (hama, penyakit dan gulma)
e. Panen
1) Waktu panen
2) Kriteria panen
3) Cara pemanenan
4) Peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
f. Pascapanen
1) Kegiatan setelah pemanenan
2) Produk yang dihasilkan
3) Produksi pertahun
B. Hal-hal yang Berkaitan dengan Keadaan Khusus di PT NUSANTARA
TROPICAL FARM
1. Jenis tanaman pisang yang dibudidayakan

2.

a.

Klon tanaman pisang yang digunakan

b.

Morfologi tanaman pisang

c.

Produktivitas tanaman

d.

Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan

Pemupukan
a.

Waktu yang paling tepat untuk dilakukan pemupukan

b.

Cara-cara pemupukan yang dilakukan serta kelebihan dan kekurangan


masing-masing cara yang dilakukan

c.

Cara penentuan dosis pupuk yang dibutuhkan untuk setiap fase


pertumbuhan tanaman pisang

3.

d.

Jenis pupuk yang dibutuhkan untuk setiap fase pertumbuhan tanaman

e.

Jenis pupuk yang paling baik untuk meningkatkan produktivitas tanaman

f.

Peralatan yang harus diperlukan

g.

Persiapan yang harus dilakukan

h.

Cara peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan

Pengaruh pemupukan terhadap lingkungan


a. Dampak pemupukan terhadap lingkungan
b. Bila ada dampak buruk atau pencemaran, bagaimana dapat terjadi
c. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menanggulangi
pencemaran yang terjadi
d. Kerugian yang ditanggung akibat adanya pencemaran

4. Pemanenan
a. Penentuan kriteria panen
b. Teknik didalam melakukan pemanenan
c. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen
d. Fungsi dari alat-alat yang digunakan
e. Jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam kegiatan panen per luasan lahan
5. Pascapanen
a. Tindakan yang dilakukan setelah panen
b. Pengertian sistem angkut dan bagaimana sistem ini dilakukan
c. Jangka waktu antara pemanenan sampai pengolahan
d. Tindakan yang dilakukan setelah masuk pabrik
e. Hasil olahan yang dihasilkan
f. Penentuan kualitas hasil olahan
6. Pengolahan limbah
a. Cara pengolahan limbah
b. Cara yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran yang terjadi
c. Pemanfaatan limbah
7.

Peningkatan produktivitas tanaman pisang

8.

Peningkatan efisiensi dan efektifitas kegiatan budidaya tanaman pisang

9.

Kegiatan pelatihan kerja apa saja yang dilakukan untuk karyawan

10. Kendala apa saja yang berpengaruh terhadap kegiatan di PT Nusantara


Tropical Farm ini
11. Rencana dan penelitan yang sedang maupun akan dilakukan
12. Kendala yang dihadapi terkait dengan kegiatan pra tanam, budidaya, panen
dan pascapanen serta cara mengatasi masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai