Anda di halaman 1dari 22

PERILAKU KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK

Rahma Aliya Tia Noviani


2232311050 2232311056

Hana Apriliana
Zahra Bassami
2232311083
2232311069

Sri Mutiara Ramadhan Dipa


2232311063 2232311075
TUJUAN

Tujuan Umum Tujuan Khusus

Mampu memahami dan mengetahui apa itu perilaku Kesehatan.


Mampu memahami mengenai perilaku Mampu memahami dan mengetahui apa itu dimensi perilaku
kesehatan kesehatanMampu memahami dan mengetahui bentuk bentuk
perilaku kesehatanMampu memahami dan mengetahui kelasifikasi
perilaku kesehatanMampu memahami dan mengetahui apa itu teori
perilaku kesehatan Mampu memahami dan mengetahui apa itu
domain perilaku kesehatan
DEVINISI
Perilaku kesehatan adalah semua akitivitas atau
kegiatan seseorang baik yang dapat diamati
(observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan Kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit
serta masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan dan mencari penyembuhan apabila
sakit (Notoatmodjo, 2010).
Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku
kesehatan dibagi menjadi dua:
1. Perilaku masyarakat yang dilayani atau
menerima pelayanan (consumer)
2. perilaku pemberi pelayanan atau petugas
kesehatan yang melayani (provider).
Casl dan Cobb mendefinisikan tiga kategori perilaku Kesehatan (Glanz, Lewis and Rimer, 2008):
1. Preventive health behavior

Di mana setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini dirinya sehat dengan tujuan mencegah atau

mendeteksi penyakit dalam keadaan asimtomatik.

2. Illness behavior

Di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sakit, untuk menentukan keadaan kesehatan

dan menemukan obat yang sesuai.

3. Sick role behavior

Di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang yang menganggap dirinya sakit, dengan tujuan untuk sembuh,

termasuk menerima perawatan dari layanan kesehatan. Menurut Parsons, ada empat komponen sick role yaitu (Wacker,

1990):

• Penyakit memberi individu alasan yang sah untuk tidak berpartisipasi dalam tugas dan kewajiban.

• Seseorang yang sakit diharapkan menyadari bahwa penyakit merupakan kondisi yang tidak diinginkan dan mereka

harus dimotivasi untuk sembuh.

• Sembuh diasumsikan terkait dengan mencari bantuan layanan kesehatan


B
DIMENSI
PERILAKU
KESEHATAN
Menurut Alonzo (1997) cit. (Khoso, Yew and Mutalib, 2016)

terdapat 4 jenis atau dimensi perilaku kesehatan (health behavior), yaitu:

1. Preventif Health Behavior

sesuai dengan namanya maka dimensi perilaku kesehatan ini bersikap preventif atau mencegah
munculnya keluhan kesehatan. Individu yang melakukan aktifitas yang bertujuan mencegahatau
menghindarkan diri dari permasalahan kesehatan atau keluhan kesehatan termasuk di dalam dimensi
ini. Misalnya, melakukan imunisasi, mengkonsumsi makanan sehat, melakukan olah raga rutin 30 menit
setiap hari, dan tidak merokok.

2. Detective Helth Behavior

dimensi ini bersifat detektif atau mendeteksi keluhan kesehatan. Termasuk dalam dimensi ini apabila
seseorang mengambil tindakan yang bertujuan mendeteksi adanya kemungkinan penyakit. Misalnya,
melakukan pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi secara dini kemungkinan ketidaknormalan sel-sel 222 pada
daerah serviks, mengikuti skrining sindrom metabolik dengan pemeriksaan kadar gula darah, kolestrol,
tekanan darah, dan status obesitas.
3. Health Promotion Behavior
Dimensi ini bersifat promotif atau meningkatkan setatus kesehatan, seseorang yang
mengadopsi dan melakukan aktifitas atau gaya hidup sehat tertentu dengan maksud
untuk memelihara dan meningkatkan setatus kesehatan nya termasuk dalam dimensi
ini. Dimensi ini mirip dengan dimensi preventif. Namun lebih ditunjukan untuk
peningkatan kualitas kesehatan.

4. Health Protectipe behaviour

Dimensi ini bersifat protektif atau melindungi individu dari permasalahan kesehatan. Misalnya,
pemberlakukan kebijakan imunisasi pada balita, regulasi tentang batas umur minimal pernikahan
untuk melindungi dari permasalahan kesehtan reproduksi dan kesehatan mental yang mungkin
muncul akibat pernikahan dini
2018 2020
C BENTUK-BENTUK
PERILAKU KESEHATAN
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas,
obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
D
KELASIFIKASI
PERILAKU KESEHATAN
Notoatmodjo (2010) membagi perilaku kesehatan ke dalam 2 kelompok besar yaitu :
1. Perilaku Orang Sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku yang tampak maupun tidak (overt and
covert behavior) dalam hal pencegahan penyakit (preventif) dan perilaku dalam upaya meningkatkan
kesehatan (promotif).

2. Perilaku Orang yang Sakit (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang
diambil seseorang untuk memperoleh kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2012) perilaku kesehatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Perilaku atau usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan sakit. Perilaku
pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek, yaitu :

A. Perilaku pencegahan penyakit


B. Perilaku peningkatan Kesehatan
C. Perilaku gizi (makanan) dan minuman

2. Perilaku pencarian (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan.


E

TEORI PERILAKU KESEHATAN


Berikut adalah teori yang dominan tentang perilaku kesehatan menurut (Skinner, 1938; Snelling,
2014) adalah:

1. Social Cognitive Theory

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986) yang tidak hanya berfokus pada psikologi
perilaku kesehatan tetapi juga pada aspek sosial. Adapun 6 elemen dari Social Cognitive Theory:
a. Pengetahuan tentang risiko dan manfaat kesehatan
b. Efikasi diri
c. Hasil yang diharapkan
d. Tujuan kesehatan pribadi
e. Fasilitator dan hambatan yang dirasakan

2. Theory of Planned Behavior

Teori ini merupakan niat seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku yang dipengaruhi oleh
sikap baik positif atau negatif dan persepsi seseorang terhadap norma subjektif terkait perilaku.
TBP memiliki 3 pilar utama yaitu:
a. Sikap
b. Norma subjektif
c. Kontrol yang dirasakan
3. Transheoretical Model of Behavior Change

Model ini menggambarkan perilaku kesehatan sebagai proses yang ditandai dengan tahapan
kesiapan untuk berubah. Tahap perubahan menurut model ini adalah:
a. Precontemplation
b. Contemplation
c. Preparation
d. Action
e. Maintenance
f. Termination

4. Health Belief Model

Model ini berkembang tahun 1950-an dan menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh nilai
dan harapan. Terdapat 6 elemen utama dari Health Belief Model, yaitu (Janz and Becker, 1984):
a. Perceived Susceptibility
b. Perceived Severity
c. Perceived Benefits
d. Perceived Barriers
e. Cues to action
f. Self efficacy
DOMAIN PERILAKU
KESEHATAN
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku itu kedalam 3 domain, pembagian tersebut
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan
atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (cognitif domain), ranah
afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa
pengetahuan dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, antara lain :

1. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Seseorang dapat dikatakan tahu ketika dapat mengingat suatu
materi yang telah dipelajari, termasuk mengingat kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang telah
diterimanya. Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat mandi.

2. Memahami (comprehension)

Seseorang dikatakan memahami jika ia mampu mejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menarik kesimpulan materi tersebut secara benar. Misalnya anak dapat menjelaskan pentingnya mandi setiap
hari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah ia pelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Misalnya seorang anak akan melakukan mandi setiap hari ketika ia memahami materi kesehatan kulit.
4. Analisis (Analysis)

Seseorang dikatakan mencapai tingkat analisis ketika ia mampu menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur yang sama dan berkaitan satu sama lain. Ia
mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam


suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seseorang mampu menyusun formulasi-formulasi baru.
Misalnya anak dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan terhadap suatu teori dan rumusan
yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Misalnya membandingkan antara anak yang rajin mengosok gigi dengan yang tidak.
STRATEGI PERUBAHAN
PERILAKU KESEHATAN
1. Meningkatkan kesadaran

Model transtheoretical menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran ketika


klien tidak berniat melakukan perubahan perilaku atau baru mulai
mempertimbangkan untuk mengubah perilaku.

2. Mengevaluasi Kembali diri sendiri

Hal ini mengacu pada Social Cognitive Theory yang menjelaskan bahwa perubahan
dihasilkan dari adanya ketidakpuasan dalam diri seseorang yang mengarah pada
penilaian seseorang terkait dengan perilakunya.

3. Menetapkan tujuan untuk berubah Jika klien sudah siap untuk berubah, maka mereka
harus membuat komitmen dan mengembangkan rencana tindakan untuk memulai
perilaku yang baru.
4. Mempromosikan efikasi diri

Klien harus difasilitasi untuk dapat melakukan perilaku sesuai dengan tujuan.
Perawat juga harus memberikan umpan balik positif sehingga mampu meningkatkan
efikasi diri klien.
Ada beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan perubahan perilaku:
a) Klien harus mampu berbagi mengenai jenis kelamin, usia, etnis, ras, dan bahasa.
b) Klien harus memiliki kesempatan untuk mengamati perilaku yang diinginkan.
c) Klien harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
terlibat dalam perilaku.
d) Klien perlu merasakan manfaat terlibat dalam perilaku sasaran.
e) Klien perlu memiliki kesempatan untuk mempraktikkan perilaku

5. Meningkatkan manfaat dari adanya perubahan

Memberikan penghargaan atau reinforcement merupakan suatu cara untuk


meningkatkan manfaat dari perubahan perilaku. Pentingnya reinforcement
didasarkan pada premis bahwa semua perilaku ditentukan oleh konsekuensi. Jika
konsekuensi positif, kemungkinan besar perilaku tersebut akan terjadi kembali.
6. Menggunakan clue untuk melakukan perubahan
Penggunaan clue tidak dapat sepenuhnya dapat dihilangkan tetapi dapat
dikurangi
atau dibatasi. Misalnya ketika makan hanya memilih salad dan sayuran daripada
makanan lainnya.

7. Mengelola hambatan untuk berubah

Adanya hambatan untuk berubah adalah konstruksi utama dalam Health Belief
Model, The Social Cognitive Model, dan The Health Promotion Model. Contoh
dari
hambatan internal adalah:
a) Tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang tidak jelas
b) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
c) Kekurangan sumber daya
d) Kurangnya motivasi
e) Kurangnya dukungan
f) Hambatan seperti ini sering kali perlu diatasi saat memulai proses perubahan
dengan meningkatkan kesadaran mengevaluasi kembali diri sendiri.
Thank you!
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai