Anda di halaman 1dari 21

3 artikel mengenai koperasi

1. Pengaruh Teknologi Informasi pada Koperasi di Era Industri 4.0


Teknologi informasi ini sebagai kombinasi antara teknologi komputer dengan adanya teknologi
komunikasi. Dalam teknologi komputer ini ada perangkat lunak dan perangkat keras yang berfungsi
untuk mengolah dan menyimpan informasi, teknologi ini bisa untuk membuat, menyimpan,
mengubah dan menggunakan informasi ini melalui teknologi informasi. Teknologi juga digunakan
dalam berbagai kebutuhan berorganisasi seperti mengelola suatu informasi yang diperlukan untuk
mewujudkan misinya. Jaringan ini bisa terdiri dari komputer, telepon, mesin faks dan perangkat
perangkat berat lainnya. Teknologi informasi ini yang jangkauan sangat luas membuat atau
menyebabkan dunia menjadi tempat yang lebih sempit sehingga teknologi informasi ini menjadi
kebutuhan utama di dalam sebuah organisasi. Teknologi komputer ini adalah teknologi yang
digunakan oleh system teknologi komunikasi, teknologi ini juga mempunyai dampak sangat besar
terhadap setiap aspek kehidupan dan paling penting saat ini adalah komputer. Tujuan dari teknologi
informasi ini bagi dalam suatu perusahan dan organisasi adalah untuk mendapatkan rata rata nilai dari
teknologi informasi yang mempunyai manfaat untuk semua aspek bisnis yang ada di dalam
perusahaan dan organisasi ini produktivitas guna mendapatkan keuntungan yang sangat maksimal,
mempunyai resiko dan biaya minimum. Adanya teknologi informasi ini agar tugas-tugas dapat
dilaksanakan dengan semaksimal mungkin dan mendapat hasil yang sangat baik. Koperasi bisa
dibedakan menjadi 2 sub bagian, yaitu pengertian secara umumnya Alwan Septiandito Saputra,
Arjuna Rizaldi 2021 dan sudah tercangtum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian. Koperasi jika diartikan secara umum merupakan suatu perkumpulan yang telah
beranggotakan sekumpulan orang atau badan hukum koperasi yang memberi sebuah kebebasan masuk
dan keluar sebagai seorang anggota. Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang perkoperasian diartikan koperasi sebagai sebuah badan usaha yang beranggotakan
sekumpulan orang dan badan hukum koperasi dengan berlandaskan pada kegiatannya yang sesuai
dengan prinsip koperasi dan sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan pada asas
kekeluargaan. (Hendrojogi (2007;21). Pemilik yang mencakup sebagai pengguna jasa koperasi
disebut anggota koperasi. Maka koperasi ini dapat diartikan sebagai mana yang di atur undang-
undang perkoperasian Indonesia didalam organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social dan
beranggotaan orangorang atau badan hukum koperasi yang merupakan susunan ekonomi berdasarkan
asas kekeluargaan. Koperasi menerima semua derajat manusia, tidak membeda-bedakan mulai dari
agamanya, politik dan koperasi juga bersifat sukarela. Maka dari itu, koperasi di Indonesia
mempunyai tujun yang sama yaitu untuk mensejahterakan masyarakatnya yang khususnya
mengandung unsur demokrasi, sosial dan tidak semata mata mencari keuntungan. Koperasi memilik
prinsip antara lain, yaitu keanggotaannya bersifat suka rela, keanggotaannya yang terbuka, bunga atas
modal dibatasi, netral dalam politik dan agama, barang yang di jual oleh koperasi harus asli dan tidak
di palsukan, pembagian hasil usaha harus (SHU) kepada anggota harus sesuai jasanya, penjualan
sepenuhnya harus dilakukan dengan tunaidan semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara
terus menerus. Ada beberapa literatur yang merunjuk dalam revolusi industry. Revolusi industry ini
terdiri dari 2 kata yakni revolusi dan industry yang di artikan yaitu revolusi adalah perubahan yang
bersifat sangat cepat sedangkan pengertian industry adalah usaha pelaksaan proses produksi apabila di
revolusi industry disatukan menjadi suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam pelaksaan proses
produksi dimana yang semula pekerjaan produksi itu di kerjakan oleh manusia yang di gantikan oleh
satu alat ganti yang dinamakan mesin dan revolusi industry ini bisa juga merubah sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara dan menyangkut dasar kebutuhan pokok dengan keinginan
masyarakat atau konsumen yang membeli dasar perubahan di era revolusi ini adalah pemenuhan
hasrat keinginan kebutuhan manusia secara tepat, praktis, efisien dan berkualitas. Revolusi juga telah
mengubah cara kerja manusia dari penggunaan yang manual menjadi otomatis atau digitalisasi yaitu
berupa mesin. Dampak yang ditimbulkan pada era industry 4.0 terhadap koperasi adalah lingkungan
yang menjadi dinamis. Pada era ini koperasi harus membangun karakter baru yaitu karakter yang
kreatif dan inovatif bagi penggerak koperasi. Kreatif artinya harus mempunyai pemikiran yang
berbeda dari yang lain sedangkan inovatif artinya harus melakukan tindakan yang berbeda dari yang
lain. Penggerak koperasi yang kreatif dan inovatif akan mampu membangun koperasi dengan strategi
bisnis yang sesuai dengan era industri 4.0. Koperasi harus memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas agar mampu bersaing di era industri 4.0. Melakukan pendidikan dan pelatihan adalah
solusi yang tepat untuk menyeleksi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia
yang berkualitas bisa dimulai dari pengelolaan laporan keuangan. kualitas laporan keuangan yang
detail, jujur dan dapat diverifikasi. maka dari itu diperlukan pengendalian intern. Sistem pengendalian
intern merupakan bagian hal yang sangat penting dalam bidang usaha, tanpa adanya system intern ini
maka akan sering terjadinya hal kecurangan yang akan merugikan usaha itu atau perusahaan
tersebut.proses penyusunan laporan keuangan akuntansi akan dihadapkan dengan kemungkinan
bahaya penyimpangan dan ketidaktepatan yang akurat. Maka dari itu akuntansi mengesahkan
seperangkat standar dan prosedur atau biasa disebut sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang Alwan
Septiandito Saputra, Arjuna Rizaldi 2021 diterima umum untuk mengurangi atau meminimumkan
bahaya tersebut bagi suatu usaha atau perusahaan. Prinsip akuntansi di Indonesia ini disusun dalam
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik atau disingkat menjadi (SAK-EKTP).
Sistem informasi ini juga yang sangat membantu suatu perekonomian daerah untuk memproses
pencatatan dan pelaporan anggaran keuangan tersebut dan membantu proses identifikasi pengukuran
dan pelaporan transaksi ekonomi dari satu daerah yang dijadikan sebagai suatu informasi dalam
pengambilan keputusan suatu ekonomi. Dengan adanya teknologi ini, banyak informasi yang di dapat
dan adanya ini juga menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat. Teknologi ini juga dapat
mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah dan mengevaluasi suatu masalah sehingga
informasi yang di dapatkan haruslah sebuah informasi yang sangat berkualitas. Sistem ini dapat
dikatakan efektif apabila system ini mampu menghasilkan informasi yang dapat diterima dan mampu
memenuhi informasi secara tepat waktu, akurat dan dapat dipercaya Dengan memanfaatkan teknologi
informasi ini keuangan tersebut menjadi berkualitas yaitu tepat waktu, akurat dan relevan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kemajuan suatu teknologi informasi ini
berpengaruh signifikan pada perkembangan akuntansi yang semua kegiatannya tidak lepas dari
teknologi informasi tersebut. Tetapi semakin canggihnya atau semakin majunya teknologi informasi
ini semakin banyak pengaruh pada bidang akuntansi atau bidang yang selalu menggunakan teknologi
informasi ini. Teknologi informasi bekermbang pada era industri 4.0 dan paling berdampak pada
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) didalam suatu bisnis atau perusahaan. Dampak yang nyata dari
system informasi ini adalah pemerosesan data yang mengalami perubahan yang awalnya manual
sedangkan adanya teknologi ini ada suatu alat yang bisa mempercepat atau mempersingkat waktu
yaitu system komputer. Selain itu juga pengendalian intern dalam system informasi akuntansi ini
meningkatkan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan yang akan berpengaruh dan
system informasi ini akan mempengaruhi praktik pengauditan di dalam perkembangan informasi
tersebut. Perkembangan teknologi ini sangatlah efisien bagi perkembangan di akuntansi dan bisa
mempersingkat waktu agar lebih cepat dan akurat dan bisa menghemat biaya. Berikutnya karena
termasuk peningkatan dalam efektifitas mencapai laporan keuangan atau hasil keuangan dengan
benar, informasi ini juga dapat melindungi aset suatu perusahaan. Manfaat dari teknologi informasi
akuntansi ini jadi mempermudah suatu pekerjaan, bermanfaat untuk suatu fungsi system informasi,
menambahnya produktfitas, mempertinggi efektifitas dan mengembangkan suatu kinerja pekerjaan.
Jadi informasi akuntansi ini sangat dibutuhkan bagi perusahaan karena bisa mengumpulkan dan
menyimpan data dari semua aktifitas dan transaksi perusahaan, bisa mengelola suatu data base yang
berada di dalam kelompok-kelompok yang telah di tetapkan oleh perusahaan tersebut, terlebih lagi
bagi koperasi dam teknologi ini akan mempermudah karyawan dalam mengumpulkan data-data
keuangan anggota. Pengertian dari pengendalian internal yaitu untuk menyusun rangka dalam
mencapai tujuan menggunakam system pengendalian, manajemen didalammnya membutuhkan
system pengendalian yang dapat mengamankan harta di suatu perusahaan, memberikan keyakinan
bahwa informasi yang ia sampaikan dapat dipercaya dan mendorong efisien dalam usaha agar bisa
terus memantau kebiajakan yang telah ditetapkan dan dijalankan sesuai yang ingin di harapkan.
Sistem pengendalian internal ini juga menjaga suatu kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisien dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang
telah di gariskan. Manjemen ini juga bertanggung jawab untuk merancang dan menerapkan lima
unsur pengendalian internal untuk mencapai empat tujuan pengendalian internal, yaitu ingkungan
pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian dan pemantau informasi dan Komunikasi
2. Optimalisasi Kebutuhan Modal Koperasi Dalam Melayani Anggota
Menyejahterakan anggota koperasi adalah suatu konsep pelayanan yang harus diberikan koperasi
untuk anggotanya. Pelayanan kepada anggota yang diberikan oleh unit- unit usaha koperasi yang mult
ipurpose ataupun koperasi yang single purpose tentu membutuhkan modal. Sedangkan ketersediaan
modal koperasi sangat terbatas. Apalagi kalau dihubungkan dengan ciri koperasi yang bukan
merupakan kumpulan modal. Dalam kenyataanya banyak koperasi yang belum optimal dalam
pengumpulan modalnya. Jumlah anggota yang memenuhi simpanan wajib secara reguler masih sangat
sedikit. Terutama untuk koperasi yang anggotanya tidak mempunyai penghasilan tetap. Koperasi-
koperasi fungsional lebih baik dalam penghimpunan modal dari anggotanya (simpanan wajib) hal ini
penting untuk mengetahui prediksi pertumbuhan dan perkembangan jumlah modal di masa yang akan
datang. Dengan jumlah modal yang bisa diprediksi maka pelayanan kepada anggota pun bisa
direncanakan. Contohnya unit waserda berapa kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan untuk
menyediakan barang-barang kebutuhan anggota. Misalkan penyediaan barang sembako terutama
beras dan minyak goreng. Jumlah anggota perbulan mengkonsumsi barang tersebut misalnya beras 25
kg , kebutuhan barang beras tersebut tinggal mengalikan jumlah anggota dengan 25 kg beras. Begitu
pula dengan minyak goreng. Sangat ideal sekali kalau semua anggota bisa dipenuhi kebutuhannya
oleh koperasi. Tetapi terkadang hal ini tidak bisa dikarenakan anggota juga punya pilihan lain dengan
membeli di luar koperasi. Koperasi hal ini bisa diatasi dengan pembelian kredit, untuk membantu
anggota dan meningkatkan pelayanan koperasi. Pemberlakuan harga yang bersaing dengan kompetitor
akan menarik dilakukan dan sangat menguntungkan anggota. Penjualan secara kredit akan
membutuhkan modal kerja yang lebih besar untuk menutup kebutuhan modal tersebut selama jangka
waktu kredit. Misalkan penjualan kredit diberikan selama jangka waktu satu Book Chapter 182
Optimalisasi Kebutuhan Modal Koperasi Dalam Melayani Anggota bulan maka koperasi harus
mempunyai modal kerja untuk kebutuhan selama satu bulan (minimal) untuk menjaga
keberlangsungan usaha koperasi. Pada unit simpan pinjam di mana sebagian besar usaha koperasi di
unit ini yang masih berjalan (unit lain terkadang sudah tidak berjalan) maka optimalisasi penggunaan
modal sangatlah krusial. Kebutuhan modal di unit ini selalu masih kurang. Permintaan pengajuan
kredit masih tinggi dan pelayanan penyaluran kredit bagi anggota masih rendah. Tetapi prinsip kehati-
hatian dan prinsip kelayakan kredit penting dilaksanakan untuk menjaga terjadinya kredit macet di
masa depan. Pentingnya aktivitas penagihan kredit yang baik dengan cara pemberitahun informasi
pembayaran cicilan kredit dan informasi saldo pinjaman bagi anggota. Koperasi harus mengetahui
unit-unit usahanya yang mana yang berjalan dengan baik dan yang mana yang masih harus dikelola
dengan lebih baik. Tentunya keterbatasan modal yang dimiliki harus dioptimalkan dengan baik. Unit-
unit yang berjalan dengan baik dan berkembang mendapat porsi bagian pendanaan yang lebih
dibanding unit lainya. Hal ini perlu dilakukan untuk efisiensi dan optimalisasi penggunaan modal
yang ada. Bukan hal yang benar jika modal yang ada dibagi rata kepada unit yang ada. Bahkan kalau
mengikuti pendekatan bisnis murni bila satu unit tidak menguntungkan maka unit tersebut akan
dilikuidasi. Koperasi dengan tujuan utama pelayanan anggota harus melihat dan menghitung secara
hati-hati dan seksama kalau akan menutup unit usahanya. Apalagi kalau unit tersebut sangat
dibutuhkan oleh anggota. Pendekatan break even bisa dilakukan untuk unit tersebut. Keuntungan bagi
koperasi bukan selalu dinilai dalam satuan uang yang diperoleh tetapi pelayanan ke anggota,
kemudahan dan tidak memberatkan anggota lebih berharga dari pada satuan nominal yang didapat.
3. ANALISIS SWOT KONVERSI KOPERASI KONVENSIONAL KE
KOPERASI SYARIAH DI KOTA PADANG PANJANG
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan, maka analisis faktor internal dan faktor
eksternal pelaksanaan konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di kota padang panjang
adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota Padang Panjang
Faktor internal ini merupakan faktor yang berasal dari dalam koperasi itu sendiri yang akan
mempengaruhi kelangsungan operasionalnya diantara faktor tersebut yaitu dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah itu sendiri
diantaranya adalah:
a. Kekuatan (strength) konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota Padang
Panjang
1) Koperasi yang telah mempunyai status badan hukum;
2) Komitmen yang kuat pengurus koperasi untuk melakukan konversi ke syariah;
3) Pengurus koperasi yang memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
anggotanya;
4) Koperasi yang memiliki fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan kegiatannya; dan
5) Koperasi telah melakukan sosialisasi tentang koperasi prinsip syariah kepada
anggotanya.
b. Kelemahan (weaknesses) konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota Padang
Panjang
1) Masih kurangnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang memahami tentang
pola pembiayaan syariah; Menara Ekonomi, ISSN : 2407-8565; E-ISSN: 2579-5295
Volume VII No. 3 – Oktober 2021 ‘Fakultas Ekonomi UMSB 69
2) Pelaksanaan operasional koperasi yang masih konvensional, belum memanfaatkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi;
3) Unit usaha koperasi yang masih terbatas pada usaha simpan pinjam; dan
4) Pemahaman anggota yang masih minim tentang prinsip syariah.
2. Faktor eksternal konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota Padang Panjang
Faktor eksternal ini merupakan faktor yang berasal dari luar koperasi yang akan mempengaruhi
kelangsungan hidupnya diantara faktor tersebut yaitu dapat menjadi peluang dan ancaman terhadap
konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah, diantaranya adalah:
a. Peluang (opportunities) konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota
Padang Panjang
1) Adanya aturan hukum sebagai dasar dalam percepatan dan pengembangan koperasi
syariah;
2) Kebijakan Pemerintah Kota Padang Panjang untuk melakukan percepatan dan
pengembangan koperasi syariah;
3) Komitmen kuat Pemerintah Kota Padang Panjang dalam memfasilitasi dan
mendorong pengembangan koperasi syariah;
4) Masyarakat yang kental akan adat basandi syarak syarak basandi kitabullah;
5) Pendampingan dari perguruan tinggi terhadap pengembangan koperasi syariah;
6) Tuntutan akan akses pembiayaan yang cepat, mudah, dan murah dari pelaku usaha;
dan
7) Dukungan dari tokoh masyarakat dan alim ulama dalam pengembangan koperasi
syariah.
b. Ancaman (threats) konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah di Kota Padang
Panjang
1) Ketatnya persaingan dengan lembaga keuangan lain khususnya lembaga keuangan
bank;
2) Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi;
3) Minimnya pemahaman masyarakat terhadap koperasi dengan prinsip syariah;
4) Lembaga perbankan mempunyai kekuatan modal yang cukup besar dalam penyaluran
pembiayaan; dan
5) Masih kurangnya jumlah pengawas syariah yang memiliki sertifikat kompentensi
MUI.
Matrik SWOT
Matrik SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari lingkungan
eksternal pelaksanaan konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah diantisipasi dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi. Hasil analisis matrik SWOT konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah
dapat penulis paparkan seperti gambar dibawah ini
IFAS dan EFAS
IFAS (internal strategic factors analysis summary) dan EFAS (external strategic factors
summary) adalah faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan untuk diidentifikasi, suatu
tabel IFAS dan EFAS disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Berikut adalah tabel IFAS dan EFAS konversi
koperasi konvensional ke koperasi syariah, yang dilakukan dengan menyusun dan menghitung nilai
bobot, rating, dan skor dengan teknik skala sebagai berikut
Pada tabel di atas faktor-faktor kekuatan (strengths) mempunyai nilai skor 2,09 sedangkan
faktor-faktor kelemahan (weaknesses) mempunyai nilai skor 0,81. Berarti pelaksanaan konversi
koperasi konvensional ke koperasi syariah mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor kelemahan sehingga koperasi syariah di kota padang panjang memiliki kekuatan yang
besar untuk pengembangannya
Pada tabel di atas faktor-faktor peluang (opportunities) mempunyai nilai skor 2,08 sedangkan
faktor-faktor ancaman (threats) mempunyai nilai skor 0,69. Berarti pelaksanaan konversi koperasi
konvensional ke koperasi syariah mempunyai peluang yang lebih besar dibandingkan dengan faktor
ancaman.
3 artikel mengenai UKM

1. PENERAPAN TRANSFORMASI DIGITAL PADA UKM SELAMA PANDEMI


COVID-19 DI KOTA DENPASAR
Alasan UKM untuk melakukan Transformasi Digital Para pelaku ukm dapat melihat pandemi
COVID-19 yang menyebabkan krisis bisnis dapat mempengaruhi bisnis mereka, sehingga beberapa
indikator bisa diguakan untuk evaluasi dan memahami dampak perubahan digital apakah mampu
mengurangi dampak negative dari krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Sehingga
analisis internal dan eksternal diperlukan bagi pelaku UKM untuk dapat menentukan model bisnis
mereka. Mengacu pada pernyataan Fitriasari (2020) bahwa transformasi digital tidak hanya
memperkenalkan teknologi yang baru untuk kegiatan bisnis yang sudah ada, akan tetapi juga
memberikan kemudahan dalam proses mendesain ulang semua bisnis model menyesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan.
Kebijakan pembatasan sosial memicu perubahan yang telah terjadi pada kebutuhan dan perilaku
pelanggan yang mana saat lebih condong menggunakan digital sebagai perangkat untuk berinteraksi,
hal ini merupakan salah satu pemicu percepatan transformasi digital. Selain perkembangan teknologi
digital dan persaingan yang ketat juga menjadi pemicu percepatan transformasi digital.
Adanya Fase Transformasi Digital yang dilakukan oleh UKM
Menurut Verhoef et al (2019) transformasi digital terdiri dari 3 fase antara lain digitazation,
digitalization, dan transformasi digital. Digitalisasi adalah Tindakan untuk mengubah analog
informasi menjadi informasi digital, digitalisai menjelaskan bagaimana informasi teknologi atau
digital teknologi dapat digunakan untuk mengubah yang sudah ada pada proses bisnis, sedangkan
digital transformasi adalah fenomena di seluruh perusahaan dengan organisasi yang luas implikasi
dimana model bisnis inti perusahaan dapat berubah melalui penggunaan teknologi digital. Zaoui dan
Souissi (2020) menyebutkan fase transformasi digital selanjutnya untuk kebutuhan pemetaan, mereka
memilih beberapa kategori dalam fase antara lain (1) pendefinisan fase strategi dan tonggal, strategi
fase penargetan penting, informasi fase integrasi teknologim dan fase penuh implementasi.
Strategi imperative transformasi digital yang dilakukan oleh UKM
Transformasi digital menyebabkan perubahan besar yang dudorong oleh kemjuan teknoligi
informasi. Kossowski et al (2020) mengungkapkan ciri-ciri dasar transformasi digital adalah inovasi
yang kompleks di semua system masyarakat, perubahan fundamental pasar, membentuk kembali
batas-batas, serta perubahan mendasar dalam model bisnis. Priyono et al (2020) menemukan bahwa
pilihan strategi UKM untuk melakukan transformasi teknologi selama masa pandemi COVID-19
dapat diklasifikasikan mejadi 3 strategi digital yaitu (1) UKM dengan tingkat kedewasaan yang tinggi
yang mampu menjawab tantangan dengan mempercepat transisi ke perusahaan digital, (2) UKM
mengalami masalah likuiditas dan rendah ringkat kematangan digital memutuskan hanya
mendigitalkan fungsi penjualan, dan (3) UKM yang memiliki literasi digital sangat terbatas tetapi
didukung oleh modal sosial yang tiggi akan menyelesaikan tantangan dengan mencari mitra yang
memiliki kemampuan digital yang sanga baik
2. Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Ikan Hias Karang Melalui
Pelatihan Pembuatan Akuarium
Kegiatan program ini untuk pelatihan dilaksanakan pada tanggal 8 - 9 Agustus 2020 di Kota
Makassar. Pelaksanaan kegiatannya berupa pelatihan pembuatan akuarium dikuti oleh mitra UKM
Mitra Bahari dan Kelompok Nelayan.

Untuk pelatihan hari pertama; UKM dan Kelompok Penangkap ikan hias laut diberikan
pemahaman tentang kegiatan bisnis ikan hias laut untuk pembuatan aquarium sebagai diversifikasi
produk dari hasil tangkapan ikan hias laut yang selama ini ditekuni oleh kedua mitra UKM. Untuk
kompetisi usaha kedepannya ke dua Mitra diharapkan sudah mampu menyaingi secara sehat untuk
bidang usaha yang sama. Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias laut untuk beberapa Negara
tujuan ekspor pada gilirannya akan meningkatkan permintaan terhadap ikan hias air laut itu sendiri
(Abdullah, 2020)
Untuk pelatihan hari kedua kedua, yaitu melakukan demonstrasi dan praktik langsung untuk
membuat akuarium ikan hias laut. Demostrasi cara pembuatan akuarium pengumpulanaalat dan bahan
seperti kaca, lem silicon, cutter, isolasi, air laut, batu-batuan koral , pasir krikil serta koral sebagai
dekorasinya, khusus ikan hias laut cukup berjumlah 10 ekor/meter2.

Cara pembuatan akuarium adalah sebagai berikut; terlebih dahulu dilakukan pemotongan
kaca sesuai ukuran yang di kehendaki. Hasil dari potongan tersebut lalu di asah pinggiran kaca
tersebut dengan menggunakan gurinda. Langkah selanjutnya yaitu menyediakan tempat yang aman
untuk merangkai. Bagian kaca yang sudah terpotong lalu diatur, sehingga untuk bagian dasar kaca
berada tengah, sedangkan yang menempati sisi berada di setiap sisi bagian samping dengan tujuan
mempermudah perakitan. Kemudian langkah selanjutnya adalah memberikan lem silicon untuk setiap
sisinya, Berikutnya di susul dengan kaca-kaca yang pengikat untuk ditempel bagian sisinya. Untuk
tahapan kedua adalah setiap kaca diberikan lem. Perlu diperhatikan bahwa setiap potongan kaca
bukanlah bagian yang sama yang harus direkatkan. Inilah yang akan menempel di dasar akuarium.
Sisi tinggi menempel ke tepi, bukan ketebalan, karena sisi pendek menempel padanya. Kedua sisi
pendek di beri lem dengan ketebalan yang telah disesuaikan, sedangkan potongan kaca segi empat
sebadai dasar yang menghadap ke atas tidak perlu di beri lem. Kemudian setelah dilakukan pemberian
lem silicon lalu dibiarkan sampai kering dengan baik sehingga hasilnya akan lebih kuat dan bagus.
Setelah mulai kering barulah mulai merangkaikan masing-masing kaca di atas dasar yang
sudah di beri lem. Urutannya harus benar untuk mendapatkan hasil yang di harapkan. Selanjutnya,
bagian alas akuarium juga tidak bisa dilewatkan sesuai dengan masing-masing posisinya untuk
selanjut dilem. Setelah selesai lalu direndam atau dibersihkan untuk menghilangkan aroma lem
supaya kualitas air laut benarbenar steril. Selanjutnya dilakukan dekorasi isi dengan pemberian
sebagai berikut; karang yang sudah mati, krikil pasir putih, koral dandiberikan jenis ikan air laut
sesuai selera konsumen sebayank 10 ekor/m2 . Faktor pendukunganya adalah jenis ikan yang
beragam, air cukup, lahan masih sangat luas dan ilkimnya cocok (Taman dkk., 2012
Selain itu dalam merawat akuarium sebagai ekosistem laut buatan membutuhkan teknik
khusus, perlu adanya sistem yang mampu menjaga dan mempertahankan kualitas air sekaligus umur
karang di dalamnya. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memiliki prinsip menggunakan
kembali air yang pernah digunakan untuk kegiatan budidaya. Dua komponen penting dalam sistem
resirkulasi yaitu adalah budidaya dan filter (Safira, 2020)
Dalam kondisi lingkungan yang optimal melalui sistem penggantian air resirkulasi yang tepat
diharapkan respons ikan clownfish akan mencapai kondisi dimana pada proses pemeliharaannya aman
dari ancaman akibat ketidak layakan air hunian dalam akuarium. Penerapan teknologi pergantian air
media dimaksudkan untuk menentukan pergantian air yang efisien pada pemeliharaan sehingga target
yang telah ditentukan dapat dicapai

Didalam pendampingan dengan memberikan pemahaman terkait teknik pembuatan akurium


dan cara pemeliharaan ikan hias di dalam akuarium pajangan. Dibutuhkan bahan baku ikan yang
digunakan adalah ikan hias karang ditangkap oleh kelompok nelayan UKM di sekitar perairan Pulau
Barrang Lompo. Jenis ikan hias karang ditangkap kelompok nelayan sesuai pesanan oleh Mitra UKM
bahri timur untuk eksportir. Ikan hias karang yang diambil secara seleksi tersebut merupakan jenis
ikan yang akan dipasarkan ke luar negeri sedangkan sisa dari afkiran umumnya dijual secara lokal
untuk pajangan akuarium. Hasil tangkapan yang diperutukkan pajangan akurium mini skala komersil
dapat dilihat pada Gambar 3
Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri, diantaranya keindahan akan warna, bentuk dan corak
yang berbeda dari tiap jenis. Hal ini menjadikan ikan hias diperdagangkan sebagai komoditas hidup
sebagai produk hiburan yang banyak diminati oleh masyarakat karena dapat menempati pasar pada
setiap tingkat sosial dan ekonomi masyarakat, tergantung dari jenis dan harga ikan tersebut. Namun
keberadaan ikan hias sendiri saat ini tidak lagi sebagai hiburan atau hobi semata, tetapi telah
berkembang menjadi objek yang dimanfaatkan bagi kepentingan dunia pendidikan, penelitian, medis,
maupun keperluan konservasi alam (Pagalung dkk., 2020).

Dalam hal diversifiksi produk ikan hias saat sebelum melakukan pelatihan tranformasi cara
pembuatan akuarium mini skala komersil sebagai pajangan dapat dilihat pada table 1. Jenis ikan hias
karang untuk paket penjualan akuarium mini rata-rata meningkat 120%. Strategi yang dilakukan
UKM Ketika orderan dari eksportir berlebihan maka sebagian produksi ikan hias hasil tangkapan
nelayan dijual secara local untuk akurium air laut pajangan rumahan atau kantoran.
Upaya untuk mengukur keberhasilan program dilakukan dengan cara mengevaluasi
kesesuaian setiap item kegiatan dengan gambar kerja yang sudah ada. Metode evaluasi yang
dilakukan untuk kedua UKM mitra Pengabdian Kepada Masyarakat ini yaitu tim program selalu
memonitor setiap progress dengan melakukan pendampingan di lapangan kedua UKM mitra sebagai
alat transformasi pengetahuan yang dijadikan contoh untuk melakukan kegiatan di lapangan atau
UKM. Indikator dan tolak ukur keberhasilan adalah dengan mengetahui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, motivasi dari khalayak sasaran. Kriteria keberhasilan adalah dengan membandingkan
tingkat pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah kegiatan berlangsung (Kudsiah dkk.,
2018)
Tingkat pengetahuan dan keterampilan khalayak sasaran indikator keberhasilannya yang telah
dicapai dalam program ini adalah keberhasilan kegiatan dan pelatihan yang telah dilakukan oleh
Program Pengembangan Produk Unggul Daerah (PPPUD) kepada kedua UKM mitra sebagai berikut:
1) Penerapan Teknologi Inovasi diversifikasi produk ikan hias karang dengan wadah
akurium mini resirkulasi tertutup system modular skala komersil sebagai alternatif
mata pencaharian masyarakat nelayan.
2) Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat yang hanya terfokus pada satu
keterampilan atau skill yang dimiliki selama ini.
Dua sasaran indikator ini dapat diuji berdasarkan data dan Analisa yang diperoleh dari UKM
dapat dilihat pada Tabel 1. detail hasil inovasi diversifikasi produksi ikan hias karang. Pemanfaatan
yang telah diberikan melalui BIMTEK atau pelatihan terkait peningkatan pendapatan UKM dan
kelompok nelayan oleh tim program ini dengan sistem penerapan langsung di lapangan sehingga
dapat menerima order produk setiap hari sesuai dengan permintaan pasar. Melalui kegiatan
penyuluhan ini, kelompok mitra menjadi mengetahui tehnik kegiatan yang bernilai tinggi serta ramah
lingkungan (Burhanuddin dkk., 2021)
3. ANALISIS DIGITALISASI PEMASARAN BERBASIS SOSIAL MEDIA
UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL MENENGAH
(UKM) DI PEKALONGAN
Digitalisasi Pemasaran berbasis sosial media
Digitalisasi pemasaran adalah aktivitas dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan
produk dan atau jasa sehingga memperoleh konsumen, membangun preferensi konsumen, memelihara
hubungan dengan konsumen dan meningkatkan penjualan melalui sosial media. Media sosial
memungkinkan pelaku usaha untuk mencapai konsumen dan membangun hubungan yang lebih
personal. Zhu dan Chen (2015) membagi media sosial ke dalam dua kelompok sesuai dengan sifat
dasar koneksi dan interaksi:
1. Profile-based, yaitu media sosial berdasarkan profil individu untuk
mendorong koneksi antar individu (Facebook, Twitter, WhatsApp).
2. Content-based, yaitu media sosial yang fokus kepada konten, diskusi, dan
komentar terhadap konten yang ditampilkan. Tujuan utamanya adalah
menghubungkan individu dengan suatu konten yang disediakan oleh profil
tertentu karena individu tersebut menyukainya (Youtube, Instagram,
Pinterest).
Digitalisasi pemasaran berbasis sosial media bertujuan untuk menginisiasi dan mengedarkan
informasi online tentang pengalaman pengguna dalam mengonsumsi produk atau merek, dengan
tujuan utama meraih pengakuan dan membangun image di masyarakat. Wardhana (2015) menemukan
bahwa strategi e-marketing secara efektif mampu meningkatkan keunggulan bersaing UMKM dalam
memasarkan produknya hingga 78%. Keunggulan pemasaran berbasis sosial media antara lain: (1)
Target bisa diatur sesuai demografi, domisili, gaya hidup, dan bahkan kebiasaan; (2) Biaya jauh lebih
murah daripada pemasaran konvensional; (3) Jangkauan lebih luas karena tidak terbatas geografis; (4)
Dapat diakses kapanpun tidak terbatas waktu. Selain itu pemasaran berbasis sosial media juga
memiliki kelemahan antara lain;(1)Mudah ditiru oleh pesaing;(2). Dapat disalahgunakan oleh pihak-
pihak tidak bertanggung jawab; (3). Reputasi menjadi tidak baik ketika ada respon negatif;(4). Belum
semua orang menggunakan teknologi internet/digital.
Digitalisasi pemasaran berbasis sosial media oleh pelaku UKM untuk meningkatkan daya saing
Menurut Suryadi (2014) usaha kecil Menengah (UKM) adalah usaha yang memiliki modal
aset bersih kurang dari Rp 10 miliar diluar tanah dan bangunan atau membukukan total penjualan
tahunan kurang dari Rp 50 miliar. Usaha kecil Menengah (UKM) adalah pendorong pertumbuhan
ekonomi rakyat, agar UKM mampu bertahan dan terjaga kelangsungan usahanya maka wajib
memiliki daya saing. Peningkatan daya saing dalam usaha kecil Menengah (UKM) bisa melalui aspek
pemasaran, pengelolaan keuangan, peningkatan manajerial SDM dan dukungan teknologi informasi.
Usaha kecil Menengah (UKM) tumbuh berkembang di Pekalongan. Sebaran usaha kecil Menengah
(UKM) berada di sentra-sentra perdagangan yang ada di Pekalongan. Pemerintah Pekalongan meliputi
kota Pekalongan dan kabupaten Pekalongan. Sentra perdagangan di kota Pekalongan meliputi pasar
batik sentono, pasar banjarsari, pasar podosugih, sentra batik kauman, sentra batik pesindon, pasar
noyontaan. Sentra perdagangan di kabupaten Pekalongan antara lain pasar kajen, pasar wiradesa,
pasar kedungwuni, pasar bojong, IBC, sentra batik kauman wiradesa. Usaha kecil Menengah (UKM)
di Pekalongan ada di bidang kuliner, pakaian, batik, toko kelontong, jasa dan lain sebagainya.
Digitalisasi pemasaran berbasis sosial media pada pelaku usaha UKM lebih banyak menggunakan
platform Whattsapp (WA), Intagram dan Facebook (FB). Karena platform ini paling familiar bagi
mereka untuk mengoperasikannya. Penelitian ini menggunakan data primer berupa hasil observasi,
wawancara secara mendalam dan dokumentasi pada pelaku UKM di tiga lokasi yaitu: (1) Pasar
Banjarsari kota Pekalongan, (2) pasar batik sentono kota Pekalongan dan (3) pelaku usaha UKM baju
yang ada di wiradesa pekalongan.
Pasar Banjarsari merupakan sentra perdagangan yang ada dikota Pekalongan. Berdasarkan
hasil observasi dilapangan pelaku UKM di pasar Banjarsari ada sekitar 1.500 UKM. Pelaku UKM
tersebut terbagi dalam usaha Batik, Pakaian, Barang pecah belah, Roti atau snack, warung makan,
Buah-buahan dan sayur mayur, gerabah, rempah-rempah. Pelaku UKM menempati kios, los ataupun
lapak. Pelaku UKM dipasar Banjarsari masih menggunakan cara-cara pemasaran secara konvensional
dan belum berbasis digital terutama menggunakan pemasaran melalui sosial media. Berdassarkan
hasil wawancara secara mendalam dengan 10 pelaku UKM mengatakan mereka belum memahami
bagaimana melakukan pemasaran melalui sosial media. Selama ini pemasaran produk mereka
dilakukan secara konvensional. Sehingga usaha yang dijalankan hanya digunakan untuk menjaga
kelangsungan hidup seharihari. Produk yang mereka pasarkan umumnya baru menjangkau wilayah
pekalongan dan sekitarnya. Sementara hasil wawancara pada 7 pelaku usaha UKM yang sudah mulai
melirik melakukan pemasaran melalui sosial media mengakui bahwa omset mereka mengalami
lonjakan hampir 100% dari sebelumnya. Karena jangkauan area pemasaran jauh lebih luas sehingga
produknya bisa dikenal khalayak umum. Sosial media yang digunakan untuk pemasaran lebih banyak
pada stori Whatsapp, Facebook dan Instagram. Pelaku UKM juga mengatakan pemasaran berbasis
sosial media mensyaratkan mereka untuk senantiasa menjaga kualitas produk yang dipasarkan.
Karena jika tidak maka kepercayaan konsumen akan turun dan cepat menyebar kepada konsumen
lainnya. Selain itu pemasaran berbasis sosial media juga memaksa pelaku usaha UKM memikirkan
bagaimana melakukan inovasi produk mereka, sehingga konsumen tertarik membelinya. Inovasi
produk yang dimaksud mereka adalah nama merk produk, kemasan produk dan harga produk yang
bersaing dengan kualitas produk. Fajar (2013) menyatakan perkembangan Teknologi Informasi (TI)
membawa perubahan pesat dalam dunia bisnis. Kebutuhan akan efisiensi waktu dan biaya
menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi.
Pelaku UKM yang ada dipasar grosir sentono menempati sekitar 350 kios terdiri dari Batik,
ATBM dan Craft kemudian ditambah 50 warung untuk kuliner. Pasar grosir sentono terdiri dari
bangunan pertokoan atau kios disisi timur dan barat, ATM center, warung makan, parkir, toilet dan
mushola. Pasar grosir sentono letaknya sangat strategis karena ditepi jalan pantura dan tepat didepan
pintu masuk tol Pekalongan-Semarang. Observasi dan wawancara dilakukan kepada 8 pelaku UKM
yang terdiri dari 4 UKM Batik, 1 UKM ATBM, 1 UKM craft dan 2 pelaku UKM kuliner makanan
khas pekalongan. Wawancara dilakukan secara terstruktur sebanyak 2 kali pertemuan untuk mengali
lebih dalam informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Hasil observasi dan wawancara dengan 8
pelaku UKM disana mendapatkan beberapa hal sebagai berikut: (1) 3 dari pelaku UKM yang bersedia
diwawancarai sudah menggunakan pemasaran berbasis sosial media dan 5 UKM masih menggunakan
pemasaran secara konvensional. (2) media pemasaran digital yang digunakan adalah status WA,
Marketplace dan Instagram, (3) Pelaku UKM yang melakukan pemasaran secara konvensional
menyatakan belum memahami bagaimana mengoperasionalkan sosial media untuk mempromosikan
produk jualannya, (4) Pelaku UKM percaya akan kekuatan ikon Pekalongan sebagai kota Batik
sehingga akan banyak pengunjung yang datang ke grosir sentono, (5) Pelaku usaha UKM belum
sepenuhnya memiliki SDM yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi internet
terbukti rada-rada mereka berpendidikan SMA dan Diploma, (6) Usaha UKM merupakan usaha milik
keluarga yang sudah turun temurun, (7) omset penjualan bagi UKM yang mulai beralih ke pemasaran
sosial media cenderung mengalami kenaikan sekitar 15-20% dari total penjualan, jika dalam sehari
mereka mampu memperoleh omset rata-rata 5 juta, maka dengan memanfaatkan pemasaran berbasis
sosial media omset usaha menjadi rata-rata sekitar 6 jutaan dalam sehari.
Lokasi observasi UKM berikutnya ada di wiradesa kabupaten Pekalongan. Pelaku UKM yang
menjadi informan dalam wawancara adalah pelaku usaha UKM pakaian. Pelaku UKM ini melakukan
produksi pakaian gamis dewasa dan beberapa asesorisnya. Pelaku UKM ini melakukan pemasaran
berbasis sosial media secara full kepada konsumen melalui media Instragram dan Facebook.
Berdasarkan wawancara didapat informasi sebagai berikut: (1) Pemasaran berbasis sosial media
memberikan banyak kelebihan karena tidak memerlukan tempat usaha ketika memulai usaha sehingga
modal bisa diminimalkan, (2) kreatifitas dan inovasi dibutuhkan karena produk yang dijual harus
memiliki keunikan dibandingkan produk sejenis, (3) proaktif memberikan giveaway kepada
konsumen, (4) secara rutin melakukan live streaming melalui sosial media sehingga produknya bisa
lebih dikenal konsumen, (5) mengurus perijinan terkait merk sehingga tidak mudah ditiru oleh
pesaing usaha, (6) lebih waspada terhadap kejahatan-kejahatan berbasis sosial media seperti penipuan
dan penyalahgunaan ikon dagangan, (7) lebih rapi dalam hal transaksi digital untuk pembayaran
transaksi atas jual beli produk yang dilakukan konsumen, (8) omset penjualan rata-rata dalam sehari
mencapai sekitar 10-15 jutaan. Sementara itu Jauhari (2010) menyatakan dengan menggunakan e-
commerce untuk pemasaran dan penjualan online tentu akan meningkatkan volume penjualan dan
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan usaha dan usaha kecil dan menengah dapat lebih maju
dan berkembang.
Pelaku usaha kecil dan Menengah (UKM) perlu memikirkan dan mempertimbangkan atas
pemilihan media pemasaran yang memungkinkan mereka memiliki daya saing. Apalagi
perkembangan teknologi saat ini, pesaing usaha tidak terbatas pada wilayah atau area tertentu namun
sudah melampaui batas-batas negara. Hal ini disadari pelaku usaha UKM di Pekalongan dengan
berbagai keterbatasan yang mereka miliki. Keterbatasan mereka utamanya adalah bagaimana
mengoperasikan pemasaran berbasis sosial media secara optimal sehingga mampu meningkatkan daya
saingnya. Beberapa catatan peneliti terkait pemasaran berbasis sosial media yang bisa dipilih para
pelaku usaha(UKM) untuk meningkatkan daya saing antara lain; (1) Facebook lebih cocok untuk
UKM dalam membangun relasi (relationship) dan kesadaran (awareness) dengan pemanfaatan fitur
events, update status dengan melalui deskripsi foto ataupun link web untuk call to action, maupun
membalas langsung feedback dari konsumen. (2) Twitter cocok untuk membangun komunikasi yang
sifatnya lebih terbuka dan untuk membangun awareness. (3) Instagram cocok untuk membangun
awareness dan menciptakan hubungan dengan konsumen. Kelemahan Instagram adalah tidak dapat
menaruh link yang langsung terkoneksi ke laman website, sehingga UKM harus mengunggah foto
tentang behind the scenes pembuatan produk dan shooting iklan, teaser produk baru, endorsement dari
selebriti, dan kontes foto. (4) Penggunaan whatsapp sebagai salah satu media pemasaran digital
karena whatsapp memudahkan kita terhubung dengan banyak orang, kita bisa membuat konten secara
menarik dan menshare kepada konsumen. Whatsapp juga memungkinkan kita membuat grup bisnis
dengan members sebanyak 256. Whatsapp juga menyediakan fitur whatsapp bisnis untuk
mengakomodir pelaku usaha terutama UKM.
KESIMPULAN

Maka dapat disimpulkan dari ke 3 artikel mengenai koperasi adalah sebagai berikut

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar koperasi di indonesia seharusnya


sudah menggunakan teknologi secara menyeluruh karena masih banyak koperasi di pelosok desa
yang masih kurang informasi apalagi teknologi. Peneliti berharap pemerintah bisa memberi
wawasan kepada koperasi yang belum menggunakan teknologi ini agar koperasi di seluruh indonesia
ini menggunakan teknologi karena untuk mempermudah segala urusan baik di koperasi maupun hal-
hal yang lain. Selain itu Modal juga berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan
koperasi, walaupun koperasi bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang-orang yang
mempunyai kesamaan tujuan untuk menolong dirinya sendiri, pemenuhan kebutuhan modal yang
optimum perlu diperhatikan. Ketersediaan modal akan meningkatkan pelayanan koperasi kepada
anggotanya. disisi lain faktor-faktor kekuatan (strengths) mempunyai nilai skor 2,09 sedangkan
faktor-faktor kelemahan (weaknesses) mempunyai nilai skor 0,81. Berarti pelaksanaan konversi
koperasi konvensional ke koperasi syariah mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor kelemahan sehingga koperasi syariah di Kota Padang Panjang memiliki kekuatan yang
besar untuk pengembangannya. Sedangkan padakondisi eksternal, faktor-faktor peluang
(opportunities) mempunyai nilai skor 2,08 sedangkan faktor-faktor ancaman (threats) mempunyai
nilai skor 0,69. Berarti pelaksanaan konversi koperasi konvensional ke koperasi syariah mempunyai
peluang yang lebih besar dibandingkan dengan faktor ancaman.

Maka dapat disimpulkan juga dari ke 3 artikel mengenai UKM sebagai berikut

pemicu utama transformasi digital berasal dari faktor eksternal, tidak banyak faktor internal yang
menjadi pemicu Transformasi digital ditemukan, khususnya selama periode pandemi COVID-19.
Transformasi yang dilakukan masih bersifat reaktif dan cenderung mengikuti langkah-langkah
transformasi yang sudah berkembang sehingga tidak menciptakan keunikan UKM yang memiliki
peluang untuk berdaya saing unggul dibanding dengan pesaing. dalam pelaksanaan umum
transformasi digital UKM telah menentapkan keharusan strategis bagi mereka untuk melakukan
transformasi digital, tetapi belum menerapkan tolak ukur sehingga transformasi digital yang
dilakukan tidak dapat diukur tingkat keberhasilannya. Kegiatan yang dilaksanakan sangat direspon
oleh mitra UKM. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi dan kerjasama semua pihak hingga kegiatan
berjalan baik dan lancar. Kehadiran program ini dapat memberikan solusi atas masalah yang
dihadapi mitra ini Sementara itu optimalisasi penggunaan pemasaran berbasis sosial media bagi
pelaku UKM untuk peningkatan daya saing perlu dilakukan dalam hal pelatihan SDM dari pelaku
usaha untuk mengoperasikan sosial media sehingga mampu membuat konten produk yang menarik,
interaktif, inovatif guna pemenuhan kebutuhan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
 Pengaruh Teknologi Informasi pada Koperasi di Era Industri 4.0 ( Alwan Septiandito Saputra,
Arjuna Rizaldi 2021 ) https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=oengaruh+teknologi+dan+informasi+pada+koperasi+di+era+indus
tri+4.0&btnG=#d=gs_qabs&t=1668917176596&u=%23p%3D0RJ_e07GWUUJ

 Optimalisasi Kebutuhan Modal Koperasi Dalam Melayani Anggota ( Wahyudin,2021 )


https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=optimalisasi+kebutuhan+modal+koperasi&btnG=#d=gs_qabs&t=1
668917282363&u=%23p%3De4QSew6bF4EJ

 Analisis SWOT Konversi Koperasi Konvensional Ke Koperasi Syariah Di Kota Padang


Panjang (Rozi1, Zainuddin, Hendra Yuharma, 2021) https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=analisis+swot+konversi+koperasi&btnG=#d=gs_qabs&t=1668917
317428&u=%23p%3D3lO9-0yR_jIJ

 Penerapan Transformasi Digital Pada UKM Selama Pandemi Covid-19 Di Kota Denpasar ( Ni
Made Widnyani, Ni Luh Putu Surya Astitiani, Berty Christina Lidyanita Putri, 2021 )
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=penerapan+transformasi+digital+pada+ukm&btnG=#d=gs_qabs&t
=1668917356165&u=%23p%3DZ_sH0wkNT-YJ

 Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Ikan Hias Karang Melalui Pelatihan
Pembuatan Akuarium ( Akmal Abdullah, Mauli Kasmi , Karma, Ilyas, 2021 )
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengembangan+usaha+kecil+dan+menengah+ikan+hias&btnG=#d=
gs_qabs&t=1668917429181&u=%23p%3D0JgIDySsufwJ

 Analisis Digitalisasi Pemasaran Berbasis Sosial Media Untuk Meningkatkan Daya Saing
Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Pekalongan (Siti Nurhayati, Arum Ardianingsih, 2021 )
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=analisis+digitalisasi+pemasaran+berbasis+sosial+media&btnG=#d=
gs_qabs&t=1668917466278&u=%23p%3D15MgUzgGEjgJ

Anda mungkin juga menyukai