Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jum’at

BENCANA MORAL

Safwannur, S.Pd.I

‫إَّن اْلَحْم َد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفْر ُه َو َنُعْو ُذ ِباِهَّلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َم ْن َيْهِد ي ُهَّللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن‬
‫ الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم‬.‫ َأْش هُد َأْن َال َإَلَه ِإّال ُهَّللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َال َنِبَّي َبْع َد ُه‬.‫ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬
‫ َأَّم ا َبْعُد َفَيا ِع َباَد ِهَّللا ُأِص ْيُك ْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَو ِهَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم ْو َن‬.‫َو َباِر ْك َع َلى َر ُسْو ِل ِهَّللا َو َع َلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َو َآلُه‬.

‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا َو ُقوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم اَل ِئَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَل‬: ‫َقاَل َتَع اَلى ِفْي اْلُقْر آِن اْلَك ِر ْيِم‬
‫َيْع ُصوَن َهَّللا َم ا َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُروَن‬.

)‫ َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم َم ْن ُيْخ اِلُل (رواه الترمذي‬،‫ الَّرُجُل َع َلى ِد ْيِن َخ ِلْيِلِه‬: ‫َو َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Manusia merasa khawatir bila dilanda bencana yang berdampak pada kerugian harta benda.
Akan tetapi ada bencana yang jauh lebih dahsyat dampaknya terhadap masa depan generasi
manusia yaitu bencana moral yang akan memporak-porandakan peradaban manusia.
Kerusakan infrastruktur akibat bencana alam masih bisa direkonstruksi dalam jangka waktu
yang relatif singkat, bahkan lebih bagus dari sebelumnya. Tetapi kerusakan moral generasi
akibat dangkalnya akal budi tak serta merta dapat dipulihkan dengan mudah. Akar
persoalannya terletak pada minimnya nilai-nilai spiritual (spiritual values) yang
terinternalisasi dalam jiwa manusia.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kita patut mengelus dada menyaksikan sejumlah fenomena patologi sosial yang terjadi di
sekitar kita. Lebih menyedihkan lagi para pelaku adalah generasi muda yang notabene
harapan bangsa. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi bangsa ini ke depan, jika akhlak
kawula muda jauh dari nilai-nilai luhur yang diajarkan agama.

Baru-baru ini media massa memberitakan ratusan pelajar SMP dan SMA di satu daerah hamil
di luar nikah. Ada juga kasus berbeda, sebagaimana viral di media sosial beberapa remaja
yang berseragam sekolah menendang seorang perempuan paruh baya yang mengalami
gangguan jiwa. Belum lagi perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang
sangat meresahkan. Kasus-kasus semacam ini menjadi tamparan keras bagi kita semua untuk
memberi perhatian lebih dalam penguatan paham agama kepada para remaja.

Kemudahan akses teknologi informasi selain berdampak positif di satu sisi, juga
mengakibatkan efek negatif di sisi lain. Gawai dalam genggaman bisa digunakan tanpa
batasan ruang dan waktu. Jika salah jalan dalam penggunaan teknologi, maka itu akan
berakibat pada degradasi moral penerus bangsa.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Penyakit sosial yang melanda generasi umat tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa
penanganan serius. Ia harus diobati sedini mugkin agar tidak menjadi kronis dan berdampak
lebih luas. Pendidikan yang baik dalam keluarga menjadi tameng kokoh untuk menjaga anak
keturunan dari perilaku yang menyimpang. Orang tua berkewajiban untuk menjaga
keluarganya dari berbagai hal yang mendatangkan kemurkaan Allah, sebagaimana firman-
Nya:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا َو ُقوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم اَل ِئَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَل َيْع ُصوَن َهَّللا َم ا َأَم َر ُهْم‬
‫َو َيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُروَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. at-Tahrim: 6).

Salah pergaulan menjadi pintu terjadinya dekadensi moral. Lazimnya, para pelaku kejahatan
atau pelanggaran terhadap aturan negara dan agama tidak sendirian dalam menjalankan
aksinya. Mereka akan bersama-sama saling menjerumuskan rekannya dalam jurang nista.
Para penjudi akan berkomplot dengan sesama penjudi. Pemabuk akan berkumpul dengan
sesama pemabuk. Maling akan mencari teman yang memiliki kebiasaan yang sama untuk
mencuri dan seterusnya. Hal ini bisa kita lihat ketika pihak berwajib melakukan operasi
penertiban penyakit masyarakat. Biasanya yang terjaring bukan hanya satu orang tapi kadang
dalam jumlah yang relatif banyak.

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh orang yang menjadi temannya. Umumnya
seseorang akan meniru gaya dan karakter orang yang sering bersamanya. Bergaul dengan
orang yang tidak baik akhlak dan moralitasnya, akan mendorong seseorang untuk bersikap
seperti temannya itu. Oleh karena itu Rasululah mengingatkan kita dalam sabda beliau:

‫ َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم َم ْن ُيْخ اِلُل‬،‫الَّرُجُل َع َلى ِد ْيِن َخ ِلْيِلِه‬

“Seseorang di atas agama sahabatnya, hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa
yang hendak ia jadikan sahabatnya.” (H.R. at-Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Setiap kita berkewajiban untuk menyelamatkan generasi dari berbagai perilaku menyimpang
yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan. Bila kita antisipatif terhadap kemungkinan
terjadinya bencana alam, demikian juga seharusnya lebih sigap dalam mitigasi bencana
moral.

Ketahanan keluarga menjadi modal utama dalam menghasilkan zuriah yang bermoral tinggi.
Pendidikan ketauhidan yang utuh dalam sanubari seorang anak dapat membentuk pribadi
untuk hidup sesuai dengan tuntunan ilahi.

Wasiat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya menjelang beliau wafat patut dijadikan teladan
dalam penanaman tauhid kepada generasi. Nabi Ya’qub tidak khawatir terhadap urusan dunia
anak keturunannya sepeninggal beliau. Akan tetapi yang beliau khawatirkan adalah bila
tauhid lepas dari hati keturunannya. Hal ini diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an:

‫َاْم ُكْنُتْم ُش َهَد ۤا َء ِاْذ َحَضَر َيْع ُقْو َب اْلَم ْو ُۙت ِاْذ َقاَل ِلَبِنْيِه َم ا َتْعُبُد ْو َن ِم ْۢن َبْع ِد ْۗي َقاُلْو ا َنْعُبُد ِاٰل َهَك َوِاٰل َه ٰا َبۤا ِٕىَك ِاْبٰر ٖه َم َو ِاْسٰم ِع ْيَل َوِاْس ٰح َق‬
‫ِاٰل ًها َّواِح ًد ۚا َو َنْح ُن َلٗه ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada
anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan
‫)‪menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu‬‬
‫)‪Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (Q.S. Al-Baqarah: 133‬‬

‫َباَر َك هللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَك ِر ْيِم َو َجَع َلَنا ُهللا ِم َن اَّلِذ ْيَن َيْسَتِم ُعْو َن اْلَقْو َل َفَيَّتِبُعْو َن َأْح َس َنُه‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلْي هذا َو َأْسَتْغ ِفـُر هللا ِلْي‬
‫‪َ.‬و َلُك ْم‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫َاْلَحْم ُد ِهَّلِل َو الَّص َالُة َو الَّسَالُم َع َلى َر ُسْو ِل ِهللا‪َ ،‬و َال َح ْو َل َو َال ُقَّو َة ِإَّال ِباِهلل‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن‬
‫ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع َلى َنِبِّيَك ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َم ْن َتِبَع ُهَداُه ِإَلى َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‪َ .‬م َع اِش َر اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬
‫َأْر َش َد ُك ُم ُهللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِإَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا‪َ ،‬أَّم ا َبْعُد؛‬

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪َ ،‬و َباِر ْك َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا‬
‫َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد ‪َ .‬الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت ْاَألْح َياِء ِم ْنُهْم‬
‫َو ْاَألْم َو اِت ‪ِ ،‬إَّنَك َسِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُمِج ْيُب الَّد َع َو اِت َو َيا َقاِض َي اْلَح اَج اِت‪َ ,‬ر َّبَنا اْغ ِفْر َلَنا َو ِلَو اِلِد ْيَنا َو ْارَحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياَنا ِص َغاًرا‪.‬‬
‫َر َّبَنا اْغ ِفْر َلَنا َو ِإل ْخ َو اِنَنا اَّلِذ ْيَن َسَبُقوَنا ِباِإل ْيَم اِن َو َال َتْج َع ْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغ ًّال ِلَّلِذ ْيَن َء اَم ُنْو ا َر َّبَنآ ِإَّنَك َر ُء وُف َّر ِح ْيٌم ‪َ ،‬ر َّبَنا َهْب َلَنا ِم ْن‬
‫‪َ.‬أْز َو اِج َنا َو ُذ ِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْع ُيٍن َو اْج َع ْلَنا ِلْلُم َّتِقيَن ِإَم اًم ا‪َ .‬ر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي اآْل ِخ َرِة َحَس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫‪Safwannur, S.Pd.I, Alumni Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan‬‬
‫‪Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta‬‬

Anda mungkin juga menyukai