Anda di halaman 1dari 56

Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB II. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR

Pasal 01

PEMBERSIHAN, PENGUPASAN, DAN PEMOTONGAN POHON

1. UMUM

1.1. Uraian
(a) Pembersihan dan pengupasan lahan harus terdiri dari pembersihan semua
pohon dengan diameter lebih kecil dari 15 cm, pohon-pohon yang tumbang,
halanganhalangan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan lainnya, sampah, dan
semua bahan yang tidak dikehendaki, dan harus termasuk pembongkaran
tunggul, akar dan pembuangan semua ceceran bahan yang diakibatkan
oleh pembersihan dan pengupasan sesuai dengan Spesifikasi ini atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini juga
harus termasuk penyingkiran dan pembuangan struktur-struktur yang
menghalangi, mengganggu, atau sebaliknya menghalangi Pekerjaan kecuali
bilamana disebutkan lain dalam Spesifikasi ini atau diperintahkan oleh
Konsultan MK.
(b) Pemotongan pohon yang dipilih harus terdiri dari pemotongan semua pohon
yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan
dengan diameter 15 cm atau lebih yang diukur satu meter di atas
permukaan tanah. Pekerjaan ini harus termasuk tidak hanya penyingkiran
dan pembuangan sampai dapat diterima oleh Konsultan MK atas setiap
pohon tetapi juga tunggul dan akar-akarnya.

1.2 Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan


Penyedia Jasa harus menerima gambar penampang melintang Kontrak
maupun mengajukan kepada Konsultan MK sebelum memulai pekerjaan,
perbaikan-perbaikan terinci terhadap gambar penampang melintang yang
menunjukkan permukaan tanah sebelum pengoperasian pembersihan dan
pengupasan, atau setiap pemotongan pohon yang akan dilaksanakan

1.3. Pengamanan Pekerjaan


Penyedia Jasa harus menanggung semua tanggungjawab untuk memastikan
keselamatan para pekerja yang melaksanakan pembersihan, pengupasan, dan
pemotongan pohon, serta keselamatan publik.

1.4. Jadwal Kerja


Perluasan setiap pembersihan dan pengupasan pada setiap operasi harus dibatasi
sepadan dengan pemeliharaan permukaan yang terekspos agar tetap dalam kondisi
yang keras (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
perendaman akibat hujan, dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.

1.5. Kondisi Tempat Kerja


Seluruh permukan yang terekspos hasil pembersihan dan pengupasan harus dijaga

1
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan,
perlengkapan, dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran air, dan pembuatan drainase sementara. Pompa siap pakai di
lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak
akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.

2. PELAKSANAAN

2.1. Pembersihan dan Pengupasan


Pembersihan dan pengupasan lahan untuk semua tanaman/pohon yang
berdiameter kurang dari 15 cm diukur 1 meter dari muka tanah, harus
dilaksanakan sampai batas-batas sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana diperintahkan Konsultan MK. Di luar daerah yang
tersebut di atas, pembersihan dan pengupasan dapat dibatasi sampai pemotongan
tanaman yang tumbuh di atas tanah sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan MK.
Pada daerah galian, semua tunggul dan akar harus dibuang sampai kedalaman
tidak kurang dari 50 cm di bawah permukaan akhir dari tanah dasar.
Pada daerah di bawah timbunan, di mana tanah humus atau bahan yang tidak
dikendaki dibuang atau yang ditetapkan untuk dipadatkan, semua tunggul dan
akar harus dibuang sampai kedalaman sekurang-kurangnya 30 cm di bawah
permukaan tanah asli atau 30 cm di bawah alas dari lapis permukaan yang paling
bawah.
Pengupasan saluran dan selokan diperlukan hanya sampai kedalaman yang
diperlukan untuk penggalian yang diusulkan dalam daerah tersebut.

2.2. Pembuangan Tanah Humus


Pada daerah di bawah timbunan badan jalan yang ditetapkan oleh Konsultan
MK, Penyedia Jasa harus menyingkirkan semua tanah humus dan membuangnya
di lahan yang berdekatan atau diperintahkan.
Secara umum tanah humus hanya termasuk pembuangan tanah yang cukup
subur yang mendorong atau mendukung tumbuhnya tanaman. Tidak ada
pembuangan tanah humus yang keluar dari lokasi yang ditetapkan dengan
kedalaman yang kurang dari 30 cm diukur secara vertikal atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK, dan tanah humus itu
harus dibuang terpisah dari galian bahan lainnya.
Pembuangan tanah humus yang melebihi sebagaimana yang ditentukan
dalam spesifikasi ini, harus dibayar sebagaimana yang disebutkan dalam
Galian Biasa spesifikasi ini.
2.3. Pemotongan Pohon
Bilamana diperlukan untuk mencegah kerusakan terhadap struktur, bangunan
(property) lainnya atau untuk mencegah bahaya atau gangguan terhadap lalu
lintas, bila diperlukan, pohon yang telah ditetapkan untuk ditebang harus
dipotong mulai dari atas ke bawah. Penyedia Jasa harus menimbun kembali
lubang-lubang yang disebabkan oleh pembongkaran tunggul dan akar-akarnya
dengan bahan yang cocok dan disetujui oleh Konsultan MK. Pekerjaan
penimbunan kembali ini tidak dibayar tersendiri, tetapi harus dipandang sebagai
kewajiban Penyedia Jasa yang telah diperhitungkan dalam Harga Kontrak untuk
Pemotongan Pohon.

2
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Semua pohon, tunggul, akar, dan sampah lainnya yang diakibatkan oleh operasi
ini harus dibuang oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) atau di
lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan MK.

3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

3.1. Pengukuran untuk Pembersihan dan Pengupasan


Kuantitas pembersihan dan pengupasan lahan akan dibayar sesuai dengan
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK haruslah
jumlah meter persegi dari pekerjaan pembersihan dan pengupasan lahan yang
diterima dalam batas-batas yang diperintahkan oleh Konsultan MK.
Pembersihan dan pengupasan yang diperlukan untuk struktur permanen akan
diukur untuk pembayaran.
Pembersihan dan pengupasan untuk jalur pengangkutan, jalur pelayanan
dan semua konstruksi sementara tidak akan diukur untuk pembayaran.

3.2. Pengukuran untuk Pemotongan Pohon


Kuantitas pemotongan dan pembuangan pohon termasuk batang dan akar-
akarnya akan diukur untuk pembayaran sebagai jumlah pohon yang benar-benar
dipotong dan diterima oleh Konsultan MK.

3.3. Dasar Pembayaran


a) Kuantitas pembersihan dan pengupasan, apakah terdapat air atau tidak pada
setiap kedalaman, ditetapkan sebagaimana yang disebutkan di atas, akan
dibayar dengan Harga Kontrak per meter persegi untuk Mata Pembayaran
yang didaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, di
mana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk semua pekerja, peralatan, perlengkapan dan semua biaya lain yang
perlu atau digunakan untuk pelaksanaan yang sebagaimana mestinya untuk
pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.
b) Pemotongan dan pembuangan setiap pohon yang sama atau lebih besar dari
diameter 15 cm yang diukur 1 meter dari permukaan tanah, sesuai dengan
perintah Konsultan MK akan dibayar dengan Harga Kontrak per pohon
untuk Mata Pembayaran yang didaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, di mana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompenssai penuh untuk semua pekerja, peralatan, erlengkapan
dan lainnya yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan
dalam Pasal ini.

3
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 02

PEKERJAAN TANAH

1. TIMBUNAN

1.1. UMUM
1.1.1. Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan
umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan
garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui oleh Konsultan MK.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan Timbunan Pilihan
Berbutir di atas tanah rawa.
c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya dukung
tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika diperlukan di
daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi
lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih
curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
d) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang
(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang
2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan
diatas tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan
Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.
e) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan
untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding penahan tanah serta
daerah kritis lainnya yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan
dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau bilamana
diperintahkan atau disetujui oleh Konsultan MK.
f) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous
yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya
partikel halus tanah akibat proses penyaringan..
g) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi ini
mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng.

1.1.2. Toleransi Dimensi


a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

4
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan
dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

1.1.3. Standar Rujukan


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 1744-2012 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus
Pasir.
SNI-03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi
Tanah.
SNI 03-6795-2002 : Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif
SNI-03-6797-2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah Agregat
untuk Konstruksi Jalan
SNI 1966:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Tanah.
SNI 1967:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah.
SNI 1742:2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.
SNI 1743:2008 : Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah.
SNI 3422:2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah.

1.1.4. Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah
ini kepada Konsultan MK sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan
disetujui oleh Konsultan MK:
i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang
telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan menurut poin di bawah ini.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Konsultan MK
paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan
pertama kalinya sebagai bahan timbunan:
i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh
harus disimpan oleh Konsultan MK untuk rujukan selama Periode Kontrak;
ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Poin 2.2.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan,
dan sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan MK, tidak diperkenankan
menghampar bahan lain diatas pekerjaan timbunan sebelumnya.

1.1.5. Kondisi Tempat Kerja


a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan
selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup

5
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

untuk membantu drainase dari setiap curahan air hujan dan juga harus
menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistem drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus
disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase
permanen.
b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

1.1.6. Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam spesifikasi
ini harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang
atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar
airnya yang disyaratkan dalam spesifikasi ini atau seperti yang
diperintahkan Konsultan MK, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur
seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan lain yang
disetujui.
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-
batas kadar air yang disyaratkan dalam spesifikasi ini atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca
cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai
dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Konsultan MK
dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan
diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal
lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi
ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat
bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Konsultan
MK dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti
dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan
penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Konsultan MK
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.

1.1.7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh
Spesifikasi ini.

6
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.1.8. Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan
berada di luar rentang yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Semua permukaan
timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup
untuk memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik
pada akhir kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan lebat.

1.2. BAHAN
1.2.1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui.

1.2.2. Timbunan Biasa


a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Konsultan MK
sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 atau sebagai
CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh
digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau
bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk
lapisan ini bila diuji dengan SNI 1744-2012, harus memiliki nilai CBR tidak
kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang diambil untuk
rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6% jika
tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 %
kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 1742-
2008).
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai
"very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI -
(SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
 Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistem USCS serta tanah yang mengandung daun-daunan, rumput-
rumputan, akar, dan sampah.
 Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan
untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (>OMC+1%).
 Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi
dalam klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak memanjang
sejajar tepi perkerasan jalan.

7
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.2.3. Timbunan Pilihan


a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan atau
Timbunan Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud
dimana bahan-bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Konsultan MK. Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai
timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal
tersebut sesuai dengan Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa
dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang
tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Konsultan MK. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan
harus, bila diuji sesuai dengan SNI 1744-2012, memiliki CBR paling sedikit
10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan
kering maksimum sesuai dengan SNI 1742-2008.
c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser
yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka
timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Konsultan MK akan tergantung
pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada
tekanan yang akan dipikul.

1.2.4. Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah
batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas
maksimum 6 % (enam persen).

1.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1.3.1. Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
MK sesuai dengan Spesifikasi ini.
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak dan tidak sesuai atau tanah rawa, dasar
pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian
permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk
Timbunan yang ditempatkan di atasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan kelandaian
lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama atau pembangunan
timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan
pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut tidak boleh mempunyai
kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan jarak
vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan
tidak lebih dari 60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.

8
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian


hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

1.3.2. Penghamparan Timbunan


a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3). Bilamana timbunan dihampar
lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata
sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak
tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu
pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan
sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian
timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan
pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu
gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan
kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan
batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak
kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan
baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh
Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian
harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai
elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
f) Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar
sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan
penggalian oleh Konsultan MK. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis
atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan
kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Konsultan
MK.

1.3.3. Pemadatan Timbunan


a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Konsultan
MK sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

9
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan
sesuai dengan SNI 1742-2008.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.2) di
bawah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Konsultan MK
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat
konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati
harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha
pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan
bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa
harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika
kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali atau timbunan
pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi
yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh
Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan sampai struktur
tersebut telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-
pengujian yang dilakukan di laboratorium di bawah pengawasan Konsultan
MK menetapkan bahwa struktur tersebut telah mencapai kekuatan yang
cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang
digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan
yang di luar faktor keamanan.
g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan,
tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk tempat-
tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, menunda
pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini
sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk
penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau merusak pekerjaan
jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus termasuk
dalam harga satuan Kontrak untuk “Galian Biasa”, “Timbunan Biasa”, dan
“Timbunan Pilihan”.
h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan
pemadat mekanis.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau

10
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di


bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah
timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.

1.4. JAMINAN MUTU


1.4.1. Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dalam Poin 2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber
bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat
Konsultan MK, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan
atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan.
Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Konsultan MK tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap
sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti
yang disyaratkan. Konsultan MK setiap saat dapat memerintahkan
dilakukannya uji ke-ekspansif-an tanah sesuai SNI 03-6795-2002.

1.4.2. Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah


a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 1742-2008. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10
% bahan yang tertahan pada ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum
yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih
(oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 1742-2008.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan spesifikasi ini.
Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Konsultan MK, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari
200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit
untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk
satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan,
paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan
untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

11
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.4.3. Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu


Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan
menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan
berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat.
etiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada
permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis
berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas
timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk
disertakan dalam lapisan teratas ini.

1.4.4. Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang


Timbunan Pilihan Berbutir lapisan penopang diatas tanah lunak (CBR
lapangan kurang dari 2%) dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang
harus dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan.
Tingkat pemadatan harus cukup agar dapat memungkinkan pemadatan
sepenuhnya pada timbunan pilihan lapis selanjutnya dan lapisan perkerasan.

1.4.5. Percobaan Pemadatan


Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini
harus diikuti.
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Konsultan MK. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar
air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

1.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1.5.1. Pengukuran Timbunan


a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,
kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan berselang tidak lebih dari 50 meter
untuk daearah yang datar.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama,
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke
dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi
ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Spesifikasi ini, atau untuk

12
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

mengganti batu atau bahan keras lainnya yang digali menurut Spesifikasi
ini.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang
tidak stabil atau gagal bilamana Penyedia Jasa tidak dianggap
bertanggung-jawab menurut Spesifikasi ini.
iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian
maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara
yang ditentukan menurut pendapat Konsultan MK berikut ini:
Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement)
yang harus ditempatkan dan diamati bersama oleh Konsultan MK
dengan Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan
elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement). Jika catatan penurunan
(settlement) tidak didokumentasikan dengan baik, pengukuran akan
berdasarkan elevasi tanah asli sebelum terjadi penurunan.
Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum
pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. Kuantitas timbunan dapat
ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan yang dipasok, yang
diukur dan dicatat oleh Konsultan MK, setelah bahan di atas bak truk
diratakan sesuai dengan bidang datar horisontal yang sejajar dengan tepitepi
bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan dibayar hanya akan
diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh Konsultan
MK.
c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh
Penyedia Jasa
untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong, drainase bawah
tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran dalam Seksi ini,
dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan
penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana disyaratkan
menurut Seksi lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan
yang diperlukan untuk mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur
dan dibayar menurut Seksi ini.
d) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

2. PENYIAPAN BADAN JALAN

2.1. UMUM
2.1.1. Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan
tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama untuk penghamparan Lapis
Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi
Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu lintas
(termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan
sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.
c) Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan
motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.

13
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d) Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan
minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan
berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK.

2.1.2. Toleransi Dimensi

a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2 sentimeter atau
lebih rendah 3 sentimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air
permukaan.

2.1.3. Jadwal Kerja

a) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi


tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan
yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum
dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh
pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin
keefektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar
atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.
b) Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera
diikuti oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar
dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang
tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga
daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan
Penyedia Jasa harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan
perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.

2.1.4. Kondisi Tempat Kerja


Ketentuan dalam spesifikasi ini, yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja
yang disyaratkan, masing-masing untuk Galian dan Timbunan, harus juga berlaku
bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, bahkan
pada tempat-tempat yang tidak memerlukan galian maupun timbunan.

2.1.5. Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Ketentuan yang ditentukan dalam spesifikasi ini yang berhubungan dengan
perbaikan Galian dan Timbunan yang tidak memenuhi ketentuan, harus juga
berlaku bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan Penyiapan Badan
Jalan, bahkan untuk tempat-tempat yang tidak memerlukan galian atau
timbunan.
b) Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur
(rutting) atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian pekerja atau lalu lintas
atau oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya kembali,
menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang diperlukan untuk
pekerjaan perbaikan ini.
c) Penyedia Jasa harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh

14
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Konsultan MK, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi akibat
pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam lainnya.

2.2. BAHAN
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan dalam
setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan MK, dan sifat-sifat
bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi.

PASAL 03

PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1. Lingkup Pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan pembongkaran meliputi penyediaan tenaga kerja dan alat


bantunya untuk melaksanakan pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan
yang sempurna.
b. Melaksanakan pekerjaan ini dengan penuh kehati-hatian mengingat pembongkaran
dilakukan bersebelahan dengan perumahan yang saat ini memiliki aktivitas yang
tinggi.
c. Pekerjaan ini meliputi pembongkaran pagar existing depan, pagar existing samping
kanan dan kiri serta pagar existing belakang. Pekerjaan ini juga meliputi perapihan
kembali bagian bangunan yang rusak akibat pembongkaran serta pemindahan
instalasi mekanikal dan elektrikal jika diperlukan.

2. Persyaratan Pelaksanaan.

a. Metode pelaksanaan harus disesuaikan dengan operasional bangunan yang tidak


boleh terganggu.
b. Pengamanan bangunan perlu diperhatikan, demikian pula dengan faktor
keamanannya.
c. Penggunaan alat-alat bantu untuk melakukan pekerjaan pembongkaran
dimungkinkan guna tidak membahayakan atau mempengaruhi bangunan existing
disekitarnya.
d. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengidentifikasi bagian
bangunan yang akan dibongkar serta melakukan pengamanan terhadap bagian
bangunan existing serta peralatan.
e. Puing-puing sisa pembongkaran harus segera dibawa keluar lokasi ( dikoordinasikan
dengan Konsultan MK).
f. Apabila pembongkaran mengakibatkan adanya relokasi instalasi mekanikal,
elektrikal maka perlu dikoordinasikan dengan Konsultan MK.
g. Bagian existing bangunan yang tidak dibongkar tetapi cacat akibat pekerjaan tersebut
maka diwajibkan kepada Kontraktor untuk memperbaikinya seperti kondisi semula.

15
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 04

PERKERASAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT)

1. UMUM

1.1. Pekerjaan yang ditetapkan dalam Pasal ini terdiri dari Konstruksi Perkerasan jalan Beton semen
portland diberi tulangan sebagaimana disyaratkan, diatas badan jalan yang telah dipersiapkan
dan diterima sesuai dengan spesifikasi ini, menurut garis-garis ketinggian, kelandaian, ukuran,
penampang melintang dan penyelesaian akhir yang diperlihatkan dalam gambar atau
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan MK.
1.2. Kelas beton yang digunakan minimal harus K-300.

2. PENYIAPAN BADAN JALAN

2.1. UMUM

2.1.1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan
tanah dasar atau permukaan jalan, untuk penghamparan Lapis Pondasi Jalan
Rigid Pavement.
b. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan
minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau
bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK.

2.1.2. Toleransi Dimensi


a. Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
satu centimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian
yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

2.1.3. Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a. Ketentuan yang berhubungan dengan perbaikan Galian dan Timbunan
yang tidak memenuhi ketentuan, harus juga berlaku bilamana berhubungan
dengan semua pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, bahkan untuk tempat-tempat
yang tidak memerlukan galian atau timbunan.
b. Kontraktor harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur
(rutting) atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian pekerja atau lalu lintas
atau oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya kembali,
menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang diperlukan untuk
pekerjaan perbaikan ini.
c. Kontraktor harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh
Konsultan MK, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi akibat
pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam lainnya.

16
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.2. BAHAN
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan
dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan MK, dan sifat-
sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi untuk bahan tersebut.

2.3. PELAKSANAAN DARI PENYIAPAN BADAN JALAN

2.3.1. Pekerjaan Galian


Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus
dilaksanakan sesuai dengan Spesifikasi di bawah ini.
a. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Konsultan MK dan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
c. Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Konsultan MK tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya
dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat,
sebagaimana yang diperintahkan Konsultan MK.
d. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Konsultan MK dan dipadatkan.
e. Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Konsultan MK, tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Konsultan MK
dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan
cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan tersebut berbahaya bagi
manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam
pelaksanaan-nya.
f. Bilamana diperintahkan oleh Konsultan MK, Kontraktor harus menyediakan
anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan
harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Konsultan MK.
g. Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau
cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang
aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi
tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus
dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

17
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.3.2. Penghamparan Timbunan

a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan


disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan.
b. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan
tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
c. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan
ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
d. Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak
tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu
pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai
acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat
pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
e. Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan
pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan
pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan
batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 14 hari.
f. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama
harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci
pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Konsultan MK.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi
lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi
jalan lainnya bilamana diperlukan.

2.3.3. Pemadatan Timbunan

a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis


harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Konsultan MK sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar
air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 1742-2008.

18
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian
atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.
d. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disya- ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Konsultan MK
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat
konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati
harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha
pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-
gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh
dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur
atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h. Terkecuali disetujui oleh Konsultan MK, timbunan yang bersebelahan
dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
i. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau
timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah
maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah
timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
j. Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas
permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui
oleh Konsultan MK.
k. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 1742-2008. Untuk tanah yang mengandung lebih dari
10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK.
l. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 1742-2008.
m. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman
penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Konsultan MK, tetapi harus tidak

19
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar


struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus
dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah
selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian
bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.
n. Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan
menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan
berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah
memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah
sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di
bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus
dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan
batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15
cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak
diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.
o. Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor
tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan
berikut ini harus diikuti. Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan
variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang
disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Konsultan MK. Hasil
percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan
jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh
pemadatan berikutnya.

3. TOLERANSI

Toleransi-toleransi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Konsultan MK. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian
(levelling) dan penggunaan “Crown template dan straight edge” berukuran panjang 3 meter.
Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat (slab) harus diadakan dengan jarak antara
maksimum 10 meter dari poros ke poros.

Tabel 1. Variasi yang diperkenankan dalam Pelat Perkerasan jalan Beton


Pemeriksaan Pelat perkerasan jalan sebagai Pelat perkerasan sebagai
Wearing Course Base Course
(lapis aus) (lapis pondasi atas)
+ 6 mm + 10 mm
Ketebalan
- 0 mm - 0 mm
Dari Ketinggian rencana + 10 mm ± 15 mm
- 5 mm - 5 mm
Diukur dengan straight edge
± 4 mm ± 6 mm
Panjang 3 m
Camber ± 6 mm ± 10 mm

% Kelandaian dalam 30 m 0,1 0,1

4. JAMINAN KUALITAS
Kualitas dari bahan-bahan yang disediakan, campuran yang dihasilkan, kualitas pekerjaan
dan hasil akhir harus dimonitor dan diawasi serta harus sesuai dengan Standar Rujukan
dibawah ini.

20
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5. STANDAR RUJUKAN
Standar Rujukan yang berlaku dengan tambahan – tambahan berikut.
AASHTO T 97 : Kekuatan Lentur Beton
AASHTO M 54 : Batang Baja. Jaring Batang Baja Tulangan yang difabrikasi untuk beton
AASHTO M 254 : Batang Dowel berlapis Plastik, Jenis A

6. BAHAN - BAHAN

6.1. Semen
a. Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan
AASHTO M 85.
b. Kecuali diperkenankan lain oleh Konsultan MK maka hanya produk dari
pabrik untuk satu jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di proyek.

6.2. Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan, atau penggunaan–
penggunaan tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan–bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik.
Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan
AASHTO T 26. Air yang diketahui bermutu dapat diminum dapat dipakai dengan
tanpa pengujian.

6.3. Membran Kedap Air


Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap
setebal 125 mikron. Dimana diperlukan tumpang tindih (overlap) antar lapis
bawah tersebut, maka tumpang tindih ini harus sekurang-kurangnya 300 mm. Air
tidak boleh tergenang diatas membran, dan membran harus kedap air waktu beton
dicor. Suatu lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah
perkerasan jalan beton bertulang yang menerus.

6.4. Tulangan Baja


a. Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja
berprofil/berulir sebagaimana diperlihatkan dalam gambar.
b. Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan
ASSHTO M 55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran
datar dan merupakan jenis yang disetujui oleh Konsultan MK..
c. Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan ASSHTO M 54.
Bagian-bagiannya harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar.
d. Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan
ASSHTO M 31. Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO
M 254 dapat digunakan.
e. Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai
dengan ASSHTO M 31.

6.5. Bahan–Bahan Untuk Sambungan


a. Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan ASSHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut harus dilubangi
untuk dilalui dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar. Bahan-

21
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bahan pengisi untuk setiap sambungan harus disediakan dalam bentuk satu
kesatuan utuh untuk tebal dan lebar penuh yang diperlukan untuk sambungan
yang bersangkutan kecuali jika diijinkan lain oleh Konsultan MK. Dimana
ujung-ujung yang berbatasan diperkenankan, maka ujung-ujung tersebut harus
diikat satu sama lainnya dan dipertahankan dengan kokoh dan tepat ditempatnya
dengan jepretan kawat (Stapling) atau penyambung/pengikat yang baik lainnya
yang disetujui oleh Konsultan MK.
b. Bahan penutup sambungan (joint sealent) harus berupa Expandite
Plastic, senyawa gabungan bitumen karet grade 99 yang dituangkan dalam
keadaan panas, atau bahan serupa yang disetujui. Bahan primer sambungan harus
sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan penyegel yang bersangkutan.

7. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

7.1. Disain Campuran


Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang ditetapkan
dalam B.S P.114. Untuk beton K-350 batasan kadar semen yang diberikan dalam
Tabel di bawah ini harus ditetapkan.

Tabel 2 Batasan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Ukuran Agre- Rasio Air / Semen Maks. Kadar Semen Min.
Beton gat Maks.(mm) (terhadap berat) (kg/m3 dari campuran)
K600 - - -
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
K400 25 0,45 370
19 0.45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

Perbandingan sebenarnya antara air bebas terhadap semen untuk agregat dalam
keadaan permukaan kering harus ditentukan berdasarkan syarat-syarat kekuatan dan
kemudahan pengerjaan tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 0,55
berdasarkan massa.

7.2. Campuran Percobaan


Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan, dengan disaksikan
Konsultan MK. Dengan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti

22
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

yang akan digunakan dalam pekerjaan. Campuran percobaan dapat dianggap dapat
diterima asal memenuhi semua persyaratan sifat campuran.

7.3. Persyaratan Sifat Campuran


a. Mutu beton minimal harus dari kelas K-350 kecuali jika ditunjukkan lain
dalam Gambar atau diarahkan lain oleh Konsultan MK.
b. Kuat tekan karakteristik beton harus sesuai dengan persyaratan. Sebagai
kemungkinan lain, jika disetujui oleh Konsultan MK, maka kekuatan beton harus
diawasi dengan menggunakan cara pengujian “the third-point“ dalam hal mana
kuat lentur karakteristik harus tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2.
c. Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan
pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang
digunakan, dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum
sebagaimana diukur dengan cara pengujian ASSHTO T 199 harus tidak kurang
dari 20 mm dan tidak lebih besar dari 60 mm. Slump tersebut harus
dipertahankan dalam batas toleransi ± 20 mm dari slump optimum yang disetujui
oleh Konsultan MK. Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump tersebut
tidak boleh digunakan untuk pelat-pelat perkerasan beton.

7.4. Kekuatan Beton


Beton harus mempunyai suatu kekuatan lentur karakteristik sebesar minimal 45
kg/cm2 pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97. Bila pengujian
dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan beton karakteristik minimal harus sebesar 350
kg/cm2 pada umur 28 hari. Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur
karakteristik.

8. METODE KONSTRUKSI

8.1. Persiapan Lokasi Pekerjaan


Badan jalan harus diperiksa kesesuaiannya dengan bentuk kemiringan melintang dan
elevasi-elevasi yang diperlihatkan dalam Gambar dengan bantuan suatu
pola/template bergigi yang berjalan pada acuan tepi perkerasan. Bahan harus
disisihkan/dibuang atau ditambah, sebagaimana diperlukan, agar semua bagian badan
jalan memiliki elevasi yang benar. Badan jalan tersebut kemudian dipadatkan secara
seksama dan diperiksa kembali dengan pola/template tersebut. Beton tidak boleh
ditempatkan/dihampar pada bagian badan jalan yang belum diperiksa dan disetujui
secara tertulis oleh Konsultan MK.
Jika badan jalan terganggu setelah penerimaan, maka badan jalan tersebut harus
dibentuk kembali dan dipadatkan tanpa pembayaran tambahan untuk operasi ini.
Badan jalan yang telah selesai harus dalam kondisi halus dan padat sewaktu beton
ditempatkan. Badan jalan tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan lepas atau
bahan yang merusak lainnya. Jika beton tersebut tidak ditempatkan diatas suatu
membran kedap air dan jika badan jalan tersebut kering pada waktu beton tersebut
akan ditempatkan, maka badan jalan tersebut harus disiram sedikit dengan air, untuk
mendapatkan suatu permukaan yang lembab. Cara penyiraman tersebut sedemikian
rupa sehingga tidak terbentuk genangan-genangan air. Jika suatu membran kedap air
digunakan maka membran tersebut harus ditempatkan setelah badan jalan yang

23
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bersangkutan telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan MK. Setiap membran
yang digelar sebelum memperoleh persetujuan Konsultan MK harus disingkirkan
untuk memungkinkan pengecekan dan pemeriksaan badan jalan oleh Konsultan MK.

8.2. Acuan dan Rel Sisi


Semua acuan sisi harus dipasang segaris dan dipegang/dimantapkan dengan
menggunakan tidak kurang dari 3 paku penjepit untuk setiap 3 meter panjang, 1
penjepit dipasang pada setiap sisi dari setiap sambungan. Bagian-bagian acuan harus
disambung menjadi satu dengan kokoh dengan suatu sambungan terkunci yang bebas
dari gerakan segala arah. Sambungan-sambungan antara bagian-bagian acuan harus
dibuat tanpa terputus-putus di permukaan puncaknya. Acuan-acuan harus dibersihkan
dan diminyaki segera sebelum setiap penggunaan. Rel-rel atau permukaan lewatan
harus dijaga tetap bersih didepan roda-roda dari setiap mesin penyelesai/finishing.
Roda-roda mesin penghampar dan penyelesai tidak boleh langsung berjalan pada
permukaan atas acuan-acuan sisi. Rel-rel harus diikatkan pada acuan-acuan tersebut,
atau harus ditunjang secara terpisah.
Acuan dan rel sisi harus dipasang dan ditunjang sedemikian rupa sehingga
permukaan akhir pelat yang diselesaikan memenuhi Pasal 7.16.5.(4) dan pinggiran
pelat tersebut dimanapun tidak boleh lebih dari 5 mm diluar alinyemen vertikal.
Acuan-acuan dan rel harus dipasang pada posisinya selambat-lambatnya tengah hari
kerja sebelum pembetonan berlangsung. Pada waktu tersebut Kontraktor harus
memberi tahu Konsultan MK panjang acuan dan rel yang telah dipasang. Konsultan
MK akan memberi informasi kepada Kontraktor mengenai segala kekurangan dalam
acuan.
Jika tidak ada pemberitahuan mengenai adanya kekurangan-kekurangan maka
Kontraktor berhak untuk meneruskan pekerjaan yang bersangkutan dengan
pembetonan untuk sepanjang acuan tersebut setiap waktu setelah jam 6 (enam) pagi
pada hari berikutnya. Dalam kejadian diketemukan adanya kekurangan-kekurangan
oleh Konsultan MK maka Kontraktor harus memperbaiki dan mengulangi
Kontraktor dapat diizinkan untuk mulai melaksanakan pekerjaan perkerasan yang
pemberitahuan tersebut. Setelah pemberitahuan ulang diberikan sebelum hari kerja
yang bersangkutan berakhir dan dengan persetujuan dari Konsultan MK,
bersangkutan pada jam 10 pagi hari berikutnya. Setiap pemberitahuan kembali yang
diberikan setelah jam 6 pagi harus diberlakukan sebagai pemberitahuan permulaan,
kecuali Konsultan MK atas kebijaksanaannya memperkenankan pelaksanaan
perkerasan tersebut lebih awal. Kegagalan memberitahu Konsultan MK mengenai
kesiapan acuan pada tengah hari sehari sebelum hari pembetonan yang diusulkan
dapat mengakibatkan Konsultan MK menangguhkan izin untuk memulai
pembetonan.

8.3. Tulangan Baja


Tulangan baja harus sedemikian rupa sehingga luas penampang melintang efektif
tulangan baja dalam arah membujur tidak kurang dari yang diperlihatkan dalam
Gambar.
Kuantitas dan distribusi tulangan harus dimodifikasi sebagaimana disetujui oleh
Konsultan MK disesuaikan dengan adanya bak kontrol, kotak permukaan,
persimpangan atau pelat-pelat yang berukuran lebar atau panjang yang tidak normal.
Tulangan baja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga setelah pemadatan beton
tebal selimut pelat beton yang bersangkutan adalah 60 ± 10 mm dari permukaan

24
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

akhir pelat dan ini berakhir sekurang-kurangnya 40 mm dan tidak lebih dari 80 mm
dari tepi pelat-pelat yang bersangkutan pada semua sambungan beton kecuali pada
sambungan membujur dan sambungan konstruksi. Tulangan baja harus dipasang
diatas batang-batang Dowel dan batang-batang Tie-bar terlepas dari toleransi-
toleransi penempatan tulangan baja.
Pada sambungan-sambungan melintang antara lembar-lembar anyaman tulangan
baja, batang tulangan melintang dari lembar yang satu harus terletak dalam
anyaman yang telah diselesaikan/dipasang sebelumnya dan panjang lewatan
(panjang bagian yang tumpang tindih) harus tidak kurang dari 450 mm.
Penunjang-penunjang kedudukan tulangan logam yang dipabrikasi yang telah
disetujui harus dipasang pada badan jalan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan
yang bersangkutan, dan batang-batang tulangan melintang harus diikat, dijepit atau
dilas pada penunjang tersebut bila saling berpotongan. Panjang lewatan pada
ujung-ujung batang tulangan harus tidak kurang dari 40 kali diameter tulangan
atau seperti diperlihatkan dalam Gambar.

8.4. Penempatan Beton


a. Pembatasan Pencampuran
Beton tidak boleh dicampur, ditempatkan atau diselesaikan kalau penerangan
alamiah tidak mencukupi, kecuali suatu sistem penerangan buatan yang cocok
dan disetujui dioperasikan.
Beton harus hanya dicampur sejumlah yang diperlukan untuk penggunaan saat
itu. Kontraktor harus bertanggung jawab dalam membuat beton dengan
konsistensi yang disyaratkan.
Mengencerkan kembali beton dengan menambah air atau dengan cara lain
biasanya tidak diperkenankan. Tetapi bila beton dikirim dalam truk pencampur
atau truk pengaduk, maka penambahan air dapat diberikan pada bahan-bahan
takaran (batch materials) dan pencampuran tambahan dilaksanakan untuk
menaikkan slump guna memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan, bila
diizinkan oleh Konsultan MK, asalkan semua operasi ini dilaksanakan dalam
waktu tidak lebih dari 45 menit sejak dimulainya pencampuran agregat dan
semen yang bersangkutan serta perbandingan (ratio) air semennya tidak
dilampaui.
b. Pengecoran

(i) Kontraktor harus memberi tahu Konsultan MK secara tertulis sekurang-


kurangnya 24 jam sebelum ia bermaksud untuk memulai suatu pengecoran
beton atau meneruskan pengecoran beton jika operasi-operasi telah ditunda
lebih dari 24 jam. Pemberitahuan tertulis tersebut harus termasuk lokasi
pekerjaan, sifat pekerjaan, kelas beton, dan tanggal serta waktu pengecoran
beton.
(ii) Meskipun ada pemberitahuan persetujuan untuk melaksanakan, tidak ada
beton boleh dicor, bila Konsultan MK atau wakilnya tidak hadir
menyaksikan seluruh operasi pencampuran dan pengecoran.
(iii) Beton yang tidak dicor pada posisi akhirnya dalam acuan setelah 30 menit
sejak air ditambahkan pada campuran yang bersangkutan tidak boleh
digunakan.

25
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

(iv) Pengecoran beton harus diteruskan dengan tanpa berhenti sampai pada
suatu sambungan konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya
atau sampai pekerjaan tersebut diselesaikan.
(v) Beton harus dicor dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari
segregasi/pemisahan partikel-partikel halus dan kasar dalam campuran. Beton
harus dicor ke dalam acuan sedekat mungkin dengan posisi akhirnya untuk
menghindari pengaliran campuran beton dan tidak diijinkan untuk
mengalirkan campuran beton lebih dari satu meter setelah pengecoran.
(vi) Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang
baru dicor menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya sementara yang
baru dicor masih plastis.

8.5. Penghamparan Beton dengan Mesin


Pada umumnya beton harus dihampar dengan mesin beralat penggetar, yang
dirancang untuk menghilangkan pra-pemadatan sebagai akibat pengendapan beton
dari berbagai ketinggian atau ketebalan. Mesin tersebut harus dirancang untuk
mencegah segregasi dari beton yang dicampur. Beton tersebut harus diendapkan
secara merata sampai suatu ketinggian sedikit lebih tinggi dari ketebalan yang
disyaratkan dan kemudian harus dicetak secara mekanis menjadi sesuai dengan
permukaan yang benar.
Rancangan mesin penghampar dengan corong curah, yang dipasang pada rel harus
sedemikian rupa sehingga elevasi permukaan beton yang dicetak adalah sama untuk
kedua arah lintasan. Perlengkapan juga harus dibuat untuk penghamparan dengan
ketebalan yang berbeda dalam arah lebar perkerasan jalan, dan untuk menyesuaikan
penghamparan dengan cepat akibat adanya variasi-variasi ini.
Mesin penghampar harus mampu mencetak beton dengan tinggi/elevasi permukaan
yang tepat untuk konstruksi berlapis tunggal atau dua.
Beton untuk pelat-pelat bertulang harus dihampar dalam satu atau dua lapisan
mengikuti persyaratan-persyaratan berikut :

a. Beton dihampar dalam satu lapisan


(i) Suatu pola (jig) berjalan harus digunakan untuk mempertahankan
tulangan pada posisinya atau tulangan tersebut harus ditunjang dengan
penunjang-penunjang logam pabrikasi atau ditanamkan dalam beton yang
belum dipadatkan dengan cara mekanis.
(ii) Cara penunjangan tulangan harus mempertahankan tulangan yang
bersangkutan dalam pelat beton padat pada suatu kedalaman dibawah
permukaan akhir dan beton tersebut harus dipadatkan secara seksama di
sekeliling tulangan tersebut.
b. Beton dihampar dalam dua lapisan
(i) Lapisan pertama harus dihampar dengan suatu elevasi sedemikian rupa
sehingga setelah pemadatan selanjutnya lapisan yang bersangkutan akan
menunjang tulangan pada beton yang telah dipadatkan pada suatu kedalaman
dibawah permukaan akhir.
(ii) Setelah tulangan ditempatkan pada posisinya harus ditutup dengan beton.

26
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8.6. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Mesin


Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan menggunakan vibrasi permukaan,
harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga memiliki elevasi yang tepat
dengan sebilah pisau perata, kayuh berputar atau perlengkapan berputar, dan
kemudian harus memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu
kombinasi vibrasi dan penumbukan mekanis. Peralatan tersebut kemudian harus
menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan menggunakan suatu batang
perata yang bergoyang melintang atau miring. Suatu batang perata lain untuk
pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara melintang atau miring harus
disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan melintang dalam keadaan
basah. Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi
dan harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak
kurang dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang
ketinggiannya harus dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-
kurangnya 4 titik yang ditempatkan secara merata dengan jarak antara sekurang-
kurangnya 3,5 meter dari rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari
pelat beton yang sedang diperkeras.
Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang
berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada
rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/meter diletakkan
diatas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau
menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda
tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan diatas
permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima.
Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di
depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir/kerikil. Roda-
roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari
kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan.

8.7. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi Terkendali


Bilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja yang
bersangkutan sedemikian terbatas maka beton harus dicor secara merata tanpa pra-
pemadatan atau segregasi dan dipadatkan dengan cara berikut ini.
Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak dengan suatu
permukaan sedemikian sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung
dikeluarkan dengan pemadatan berada di atas acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus
dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar/pemadat dari kayu bertapal
baja berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu
masukan energi tidak kurang daripada 250 watt/meter lebar pelat, balok penggetar
tersebut diangkat dan digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit tidak
melebihi ukuran lebar balok tersebut. Kalau tidak, suatu alat pemadat balok kembar
bervibrasi dengan kekuatan tenaga yang ekivalen dapat digunakan. Bila tebal lapisan
beton yang dipadatkan melebihi 200 mm, maka tambahan vibrasi bagian dalam
(internal vibrating) secukupnya harus diberikan meliputi seluruh lebar pelat untuk
menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5 m panjang pelat dipadatkan,
balok vibrasi harus ditarik kembali 1,5 m, kemudian perlahan-lahan didorong maju

27
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

sambil melakukan penggetaran diatas permukaan yang telah dipadatkan untuk


memberikan suatu permukaan akhir yang halus.
Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah alat straight-
edge penggaruk dengan panjang mata pisau tidak kurang dari 1,8 m sekurang-
kurangnya 2 lintasan. Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-
edge tersebut, yang menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu lintasan
balok bervibrasi harus dilakukan, diikuti dengan lintasan lanjutan menggunakan
alat straight-edge penggaruk.

9. PEKERJAAN PENYELESAIAN

9.1. Penyelesaian Permukaan Selama Konstruksi Awal Perkerasan Jalan Beton


Setelah penyelesaian sambungan-sambungan dan lintasan terakhir dari balok
finishing dan sebelum penerapan media perawat, permukaan perkerasan beton yang
akan digunakan sebagai permukaan jalan harus diberi alur (groove) atau disikat
dalam arah tegak lurus terhadap garis sumbu jalan yang bersangkutan.
Penyelesaian dengan penyikatan harus dilaksanakan dengan sebuah sapu kawat yang
lebarnya kurang dari 450 mm. Berkas kawat sapu yang digunakan harus pada
mulanya berukuran panjang 100 mm terbuat dari kawat berukuran 32 gauge. Sapu
tersebut harus tediri dari 2 baris berkas-berkas kawat yang berjarak antar sumbu 20
mm dan berkas-berkas dalam satu baris harus berjarak 10 mm pusat ke pusat dan
dipasang ditengah-tengah celah antara berkas-berkas pada baris lainnya. Berkas-
berkas tersebut masing-masing harus diganti bila berkas yang terpendek telah aus
menjadi 90 mm.

9.2. Perawatan
Segera setelah penyapuan dan perapian tepi selesai, perawatan beton harus
dimulai.Permukaan terbuka dari beton yang baru dicor harus dilindungi terhadap
pengaruh matahari, angin, dan hujan dengan menggunakan rangka-rangka yang
ditutup dengan bahan-bahan yang bersifat merefleksi panas dan hujan. Setiap
rangka harus dipasang segera setelah penyelesaian perlakuan permukaan beton
yang bersangkutan dan dengan suatu cara sedemikian rupa sehingga permukaan
beton tidak terganggu.
Permukaan tersebut harus diperiksa secara teratur untuk memastikan waktu
tercepat/terawal pada saat mana permukaan tersebut dapat menahan penghamparan
bahan yang bersifat menyimpan lengas. Bahan ini harus berupa dua lapisan kain goni
(burlap) atau dua lembaran katun, atau selapis pasir atau bahan bersifat sangat
menyerap lainnya yang disetujui. Bahan apapun yang digunakan harus dijaga agar
tetap basah untuk jangka waktu tidak kurang dari 5 hari, sampai suatu tingkat yang
menjamin bahwa 100 % kelembaban dipertahankan pada permukaan beton. Kegiatan
pengecoran beton harus ditunda jika penyediaan air tidak cukup baik untuk
perawatan dan pengecoran, atau bila bahan perawatan lainnya tidak cukup tersedia
dilokasi pekerjaan.
Bila penggunaan suatu membran (suatu lapisan tipis) senyawa perawat disetujui oleh
Konsultan MK maka harus sesuai dengan ASSHTO M 148, jenis 2. Senyawa
tersebut harus digunakan pada permukaan yang telah diselesaikan dengan
menggunakan mesin penyemprot yang telah disetujui.

28
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

9.3. Pembongkaran Acuan


Acuan tidak boleh dibongkar sampai beton yang baru dicor telah mengeras dalam
waktu sekurang-kurangnya 12 jam. Acuan tersebut harus dibongkar dengan hati-hati
untuk menghindarkan kerusakan pada perkerasan jalan.
Segera setelah acuan dibongkar, maka ujung-ujung semua siar muai (sambungan
ekspansi) dan seluruh lebar bagian yang akan terbuka harus dibersihkan dari beton
untuk seluruh tebal pelat yang bersangkutan. Setiap daerah yang menunjukkan
adanya sedikit keropos harus ditambal dengan adukan yang terdiri dari satu bagian
semen dan dua bagian agregat halus berdasarkan berat. Bila Konsultan MK
menganggap bahwa tingkat keropos yang ada sedemikian rupa sehingga pekerjaan
tersebut tidak dapat diterima, maka Kontraktor harus membongkar bahan yang rusak
dan menggantikannya dengan bahan yang dapat diterima atas biayanya sendiri.
Bagian yang dibongkar tersebut harus untuk seluruh tebal dan lebar pelat yang
bersangkutan dan sekurang-kurangnya sepanjang 3 meter.

9.4. Persyaratan Permukaan


Setelah beton cukup mengeras, permukaan yang bersangkutan selanjutnya harus diuji
untuk diperiksa kebenarannya (trueness), dengan menggunakan straight-edge
berukuran 3 meter yang disetujui dan diletakkan diatas permukaan yang
bersangkutan pada posisi yang berurutan dan saling meliputi (overlap) 1,5 meter
melintasi seluruh permukaan. Setiap bagian permukaan yang jika diuji dalam arah
membujur, menunjukkan suatu perbedaan atau menyimpang dari alat pengujian lebih
dari 4 mm tetapi tidak lebih dari 8 mm harus diberi tanda dan segera digerinda
dengan suatu alat gerinda yang disetujui sampai perbedaan tersebut tidak lebih dari 4
mm. Perhatian khusus harus diberikan bila memeriksa sambungan melintang untuk
menjamin bahwa kriteria ini terpenuhi. Bila perbedaan atau penyimpangan terhadap
alat pengujian lebih dari 8 mm, maka perkerasan harus dibongkar dan diganti oleh
Kontraktor atas biayanya sendiri. Bagian-bagian yang dibongkar tersebut harus
sekurang-kurangnya sepanjang 3 meter dan untuk seluruh tebal dan lebar pelat yang
bersangkutan. Penyimpangan permukaan maksimum yang diperbolehkan dibawah
alat sraight-edge 3 meter yang ditempatkan dalam segala arah beton yang akan
dilapis ulang dengan suatu lapisan aspal tidak boleh melebihi 10 mm.

9.5. Pengamanan Perkerasan Jalan


Kontraktor harus memasang dan memelihara perintang-perintang yang sesuai dan
harus memperkerjakan tenaga pengawas untuk mencegah lalu lintas umum serta para
pegawainya, dan wakil-wakilnya melintasi perkerasan yang baru dibangun sampai
perkerasan tersebut dibuka untuk penggunaan. Perintang-perintang ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalu lintas umum pada setiap jalur yang
dimaksudkan untuk tetap dibuka. Kontraktor harus memelihara rambu-rambu dan
lampu-lampu pengatur yang secara jelas menunjukkan setiap jalur yang terbuka
untuk umum. Dimana lalu lintas perlu melintasi perkerasan jalan tersebut, Kontraktor
harus membangun penyeberangan yang sesuai untuk menjembatani beton yang
bersangkutan atas biayanya sendiri, sebagaimana disetujui oleh Konsultan MK.
Dimana suatu jalur lalu lintas umum yang telah ditetapkan bersambungan dengan
pelat atau jalur yang sedang ditempatkan, Kontraktor harus menyediakan, memasang
dan kemudian memindahkan pagar pengaman sementara sepanjang garis pembagi
yang telah ditetapkan yang harus dipertahankan disitu sampai pelat beton yang
bersangkutan dibuka untuk lalu lintas. Perencanaan operasi Kontraktor harus

29
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

sedemikian rupa untuk meniadakan setiap gangguan terhadap jalur atau jalur-jalur
lalu lintas umum.
Bila ruang bebas antar jalur-jalur lalu lintas umum dan peralatan operasional
Kontraktor terbatas, maka harus digunakan peralatan khusus yang dirancang untuk
mengirim ke dan meninggalkan daerah dalam lebar pelat beton yang sedang
ditempatkan tanpa mengganggu jalur umum manapun.

9.6. Pembukaan Untuk Lalu-lintas


Konsultan MK akan menentukan pada saat mana perkerasan boleh dibuka untuk lalu
lintas. Dalam segala hal, jalan tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil
terhadap sampel yang dicetak dan dilapisi pengawet menurut AASHTO T 23
mencapai kekuatan lentur minimum tidak kurang dari 90 % kekuatan minimum umur
28 hari, sebagaimana ditentukan pada Spesifikasi ini, ketika ditest dengan third point
method. Bila tidak ada test, perkerasan tak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum 14
hari dari saat beton dihamparkan. Sebelum lalu lintas dibuka, perkerasan harus
dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan sudah sempurna.

10. SAMBUNGAN (JOINT)


Sambungan harus dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang ditentukan dalam
Gambar. Semua sambungan harus dilindungi agar tidak kemasukan material yang tidak
dikehendaki sebelum ditutup dengan bahan pengisi.

10.1. Sambungan Memanjang (longitudinal joints)


Batang baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang
ditentukan harus diletakkan tegak lurus dengan sambungan memanjang memakai alat
mekanik atau dipasang dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang
disetujui, untuk mencegah perubahan atau dimasukkan tabung kecuali untuk
keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar dan bila lajur perkerasan
yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk
membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bars,
kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus
acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu
sebelum beton pada lajur yang berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie
bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-
piece connectors).
Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan 1 alur
ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk
dengan alat mekanikal atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai
Gambar, sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan
kepingan (filler) material yang telah tercetak (premolded) atau dicor (poured)
dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.
Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian
rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse
joint), bila ada.
Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan
pemotongan beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar
dan garis sesuai Gambar. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada
Gambar, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan

30
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau
segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki
perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan
sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan
yang disyaratkan.
Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudínal permanent ínsert type
joínts) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan
bereaksi secara kimiawi dengan bahan kimia beton. Lebar lembaran ini harus
cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai
Gambar. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak
perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm
dan harus disisipkan memakai alat mekanik sehingga dijamin tetap berada pada
posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada dibawah permukaan akhir
(fíníshed surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar.
Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan
fíníshíng pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre
líne) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan
mekanik harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian
rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pìnggiran kepingan tanpa
menimbulkan segregasi.

10.2. Sambungan Ekspansi Melintang (transverse expansion joints)


Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus
menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan subgrade dan takikan
sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (pre-form joint filler) harus
disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar
satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan,
kecuali bila disetujui Konsultan MK.
Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada
garis dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan penyelesaian
beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada
alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler dipasang berupa bagian-
bagian, maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada
sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

10.3. Sambungan Kontraksi Melintang (transverse contraction joints)


Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat
takikan/alur dengan pemotongan permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera
pada Gambar juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer
assemblies).
a. Sambungan kontraksi kepingan melintang (transverse strip contraction joints)
Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana
tertera pada Gambar.
b. Takikan/alur (formed grooves)
Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat kedalam beton yang masih
plastis. Alat tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai beton
mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton
didekatnya, kecuali bila alat itu memang dirancang untuk tetap terpasang pada

31
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

sambungan.
c. Sambungan gergajian (sawn contraction joints)
Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada
permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang
tercantum pada Gambar, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah
sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan
harus dibersihkan.
Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar
penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam
setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat/dipotong sebelum
terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada
waktu siang dan malam dalam cuaca apapun.
Penggergajian harus ditangguhkan bila didekat tempat sambungan ada retakan.
Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi didepan gergajian. Bila
retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan
sambungan kontraksì harus dibuat dengan takìkan/alur sebelum beton
mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara
umum, penggergajian harus dilakukan berurutan.

10.4. Sambungan Konstruksi Melintang (transverse construction joints)

a. Perkerasan jalan beton bertulang biasa


Sambungan-sambungan darurat pada perkerasan beton hanya boleh dipasang
bila terjadi kerusakan mesin atau cuaca yang merugikan dan tidak boleh
dibangun/dibuat kurang dari 3 m dari suatu sambungan ekspansi atau
kontraksi. Sambungan-sambungan darurat tersebut harus dibentuk dengan
bantuan suatu bagian acuan yang dibor dan dibelah (splít cross) melalui mana
tulangan biasa dan batang-batang pengikat harus lewat.
Tulangan biasa harus diperpanjang melewati sambungan sekurang-kurangnya
sepanjang 500 mm. Batang-batang pengikat harus berdiameter 12 mm dan
sepanjang 1 m, dipasang berjarak antara 600 mm pada tengah tebal pelat.
Sebagai tambahan tulangan biasa harus diperpanjang secukupnya untuk
memungkinkan tulangan panel berikutnya saling melewati dan terikat
sepenuhnya. Sebagai pilihan, sambungan-sambungan darurat dalam bentuk
sambungan-sambungan kontraksi dapat diadakan tidak kurang 2,5 m dari suatu
sambungan melintang yang dikonstruksi sebelumnya di mana tidak ada beton
yang berdampingan telah dihampar/dicor. Setiap pelat berdampingan
berikutnya yang diikat harus mempunyai suatu sambungan segaris dengan
sambungan darurat tersebut. Jika beton yang berdampingan telah dihampar
maka setiap sambungan darurat harus segaris dan sesuai dengan sambungan
dalam beton itu.
Sambungan-sambungan yang dibuat pada akhir kerja, yang bukan sambungan-
sambungan darurat, harus merupakan sambungan kontraksi atau sambungan
ekspansi.
b. Perkerasan beton bertulang menerus
Lokasi sambungan-sambungan konstruksi harus diusulkan oleh kontraktor dan
mendapat persetujuan Konsultan MK. Sambungan-sambungan tersebut harus
dibuat dalam suatu garis lurus, tegak lurus atau sejajar dengan sumbu

32
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

memanjang jalur kendaraan dan di konstruksi sebagaimana diperlihatkan


dalam Gambar.

10.5. Sambungan Membujur


Sambungan-sambungan membujur harus dibuat antara tepi-tepi jalur lalu lintas
atau sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar. Lebar maksimum pelat tidak boleh
lebih dari 4,50 m antara sambungan-sambungan membujur atau antara sambungan
membujur dan tepi perkerasan.
Batang-batang pengikat harus dipasang atau disisipkan tegak lurus terhadap garis
sambungan membujur, dan sambungan tersebut disegel. Batang-batang tersebut
harus berdiameter 12 mm, 1 meter panjang berupa batang berulir yang
bertegangan leleh tinggi. Batang-batang tersebut harus dipasang secara horizontal
pada tengah-tengah tebal pelat dengan jarak antara 600 mm.
Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jalur dalam satu
operasi, maka suatu crack inducer berupa batang tipis dari kayu atau bahan sintetis
atau pelat tipis yang disetujui harus dipasang dengan kokoh pada badan jalan
sepanjang garis sambungan dalam batas toleransi horizontal ± 5 mm, dan dicetak
kedalam dasar pelat yang bersangkutan. Suatu alur harus dibuat pada puncak pelat
tersebut, dan ditempatkan vertikal diatas sumbu pelat tipis tersebut dengan suatu
batas toleransi horizontal 12 mm. Alur ini tidak boleh menyimpang dari garis
umum sambungan-sambungan yang bersangkutan. Kedalaman gabungan alur dan
crack inducer harus berada pada seperempat dan sepertiga ketebalan pelat yang
bersangkutan dan perbedaan antara kedalaman alur puncak dan tinggi crack
inducer pada dasar harus tidak lebih besar dari 12 mm. Jika alur-alur dibuat
dengan menggergaji, maka kedalaman alur tersebut harus antara seperempat dan
sepertiga ketebalan pelat, dan puncak batang pengikat harus sekurang-kurangnya
20 mm dibawah dasar alur tersebut, crack inducer dapat ditiadakan.
Bila suatu crack inducer digunakan dalam perkerasan beton bertulang yang
dikonstruksi dalam 2 atau 3 lebar jalur dalam satu operasi, maka Kontraktor dapat
menggantikan batang-batang pengikat dan tulangan biasa dengan lembar-lembar
anyaman baja tulangan khusus yang diperpanjang paling sedikit 600 mm pada tiap
sisi sambungan yang bersangkutan, membentuk tulangan memanjang sebagaimana
yang disyaratkan dalam kontrak dan tulangan melintang berdiameter 8 mm dengan
jarak antara 200 mm. Lembaran anyaman tulangan tersebut harus diletakkan pada
elevasi tulangan lainnya.

Bila suatu jalur kendaraan beton bertulang 3 jalur dikonstruksi dalam 2 lebar pelat,
maka sambungan membujur antara pelat-pelat tersebut harus berada pada sumbu
jalur kendaraan dan harus dikonstruksi dengan batang-batang pengikat
sebagaimana ditetapkan diatas. Setiap pelat yang dikonstruksi harus mempunyai
lembar anyaman baja tulangan khusus yang ditempatkan secara sentral dari jenis
yang ditetapkan untuk perkerasan yang dikonstruksi selebar 2 atau 3 jalur dalam
satu operasi. Panjang tulangan melintang dalam lembar anyaman baja tulangan
khusus tersebut harus 600 mm lebih panjang dari pada sepertiga lebar pelat .

10.6. Alur Pada Sambungan


Alur-alur dipermukaan beton pada sambungan-sambungan harus dibentuk dengan
cara yang disetujui oleh Konsultan MK. Alur-alur tersebut dapat dibentuk pada
waktu beton masih dalam keadaan plastis atau digergaji setelah beton mengeras.

33
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Bagian alur yang akan ditutup/disegel harus mempunyai sisi yang benar-benar
vertikal dan sejajar, kecuali jika cetakan-cetakan khusus digunakan pada waktu
beton dalam keadaan plastis, untuk ini garis sumbu cetakan harus vertikal. Alur-
alur harus ditutup/disegel. Jika alur-alur tersebut dibuat dengan digergaji, maka
kontraktor harus membentuknya sebagai berikut :
a. Sambungan kontraksi
Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman yang dan harus mempunyai
lebar yang memadai tidak lebih dari 20 mm.
b. Sambungan ekspansi
(i) Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman dan lebar penuh yang
diperlukan untuk segel seperti diperlihatkan dalam Gambar, atau
(ii) Dua celah digergaji, masing-masing satu sepanjang tiap tepi dari bahan
pengisi sambungan sampai kedalaman segel, dan bahan diantara celah-celah
tersebut dibuang. Jarak keseluruhan antara tepi-tepi bagian luar dari kedua
celah tersebut harus merupakan lebar segel yang disyaratkan.
Penggergajian awal harus diselesaikan secepat mungkin dan selalu dalam batas
waktu 18 jam dari setelah pemadatan akhir beton.
Alur-alur sambungan ekspansi dan sambungan konstruksi yang lebih lebar dari
5 mm harus disegel permanen atau sementara sebelum lalu lintas
menggunakan perkerasan yang bersangkutan. Celah-celah yang kurang lebar
harus digergaji sampai lebar dan kedalaman penuh yang disyaratkan dan
segera dipasangi segel permanen.
Bila alur dibentuk/dicetak, Kontraktor harus memperagakan hingga
memuaskan Konsultan MK bahwa permukaan akhir yang melalui sambungan
tersebut dapat diperoleh dalam batas toleransi yang bersangkutan. Alat
pembentukan harus meliputi sebuah pelat vibrasi horizontal dengan lebar
sekurang-kurangnya 300 mm melintasi garis sambungan, atau alat yang
sejenis, untuk menjamin bahwa beton sepenuhnya dipadatkan kembali pada
tempatnya, dan menggunakan sebuah batang perata yang cukup lebar untuk
menjamin permukaan akhir akan memuaskan. Bila alur-alur yang dibentuk
lebih lebar dari 12 mm, maka cara pembentukan yang dipakai adalah dengan
menyisihkan dari pelat volume beton yang perlu dipindahkan untuk
membentuk alur tersebut. Alat pembentuk tidak boleh dipasang pada mesin
penghampar beton beracuan geser, jika mesin tersebut harus berhenti untuk
membentuk sambungan tersebut. Jika timbul tonjolan-tonjolan kasar pada
waktu alur-alur dibuat, maka bagian-bagian tersebut harus digerinda untuk
membentuk suatu radius kira-kira 6 mm atau suatu pembulatan sudut tepi pelat
selebar kira-kira 6 mm.
Bila perkerasan dikonstruksi selebar dua atau tiga jalur dalam satu operasi,
maka sambungan atau sambungan-sambungan membujur dapat dibentuk
dengan menyisipkan didepan batang perata alat pelapis beton, suatu batang
tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui dari suatu alat penyalur yang
diperlengkapi alat pemadat bervibrasi. Batang tipis tersebut harus cukup kaku
untuk memungkinkan batang tersebut ditempatkan secara vertikal dan cukup
dalam sehingga kedalaman total batang tipis dan crack inducer akan berada
antara seperempat dan sepertiga ketebalan pelat yang bersangkutan. Cara
penempatan batang tipis tersebut harus menjamin bahwa letaknya vertikal,
sesuai dengan alinyemen yang benar, pada kedalaman yang cukup untuk
memungkinkan dilintasi oleh balok finishing atau mesin pengalur beton plastis,

34
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dan dalam posisi yang benar. Beton yang dipindahkan oleh batang tipis
tersebut harus dipadatkan dengan layak kedalam pelat dalam batas toleransi-
toleransi permukaan yang diizinkan. Bila pelat-pelat tepinya berbatasan, maka
suatu batang tipis yang dibentuk sebelumnya yang disetujui harus dipasang
pada tepi pelat beton yang telah mengeras membentuk sambungan membujur.
Bila perkerasan dari bahan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah
membujur pada elevasi permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan
sedalam 20 sampai 25 mm harus dibentuk atau digergaji, kemudian
disegel/ditutup dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua
perkerasan tersebut.

10.7. Penyegelan (Penutup Alur)


Sebelum lalu lintas diperkenankan mempergunakan perkerasan jalan dan sebelum
penyegelan permanen, alur-alur harus dibersihkan dari setiap kotoran atau bahan
lepas dan harus dilindungi dengan memasukkan suatu kepingan penyegel
sementara sebagaimana disetujui oleh Konsultan MK. Sebagai alternatif dalam hal
sambungan dibentuk dimana suatu bahan pengisi sementara atau pembentuk
digunakan, maka bahan tersebut dapat dibiarkan pada posisinya sampai
sambungan-sambungan siap untuk penyegelan permanen.
Penyegelan permanen sambungan-sambungan harus dilaksanakan dalam waktu 28
hari sejak pengecoran beton. Segera sebelum penyegelan permanen, sambungan
harus dibersihkan dari segala kotoran, bahan lepas, penyegelan sementara atau
bahan pengisi lainnya harus dibuang. Sisi-sisi dari bagian alur yang akan disegel
harus dikikis/dirapikan dengan gerinda, gergaji atau semprotan pasir kering (dry
sand blasting). Alur tersebut harus didempul sementara sebelum penyemprotan
pasir. Sebagai tambahan atau untuk membuang senyawa penyegel yang lama,
pancaran air bertekanan tinggi atau penyemprotan air dan pasir dapat digunakan.
Permukaan-permukaan alur tersebut harus kering pada waktu penyegelan.
Ketebalan minimum segel-segel harus sesuai dengan rincian-rincian dalam
gambar. Jika dalamnya alur melampaui ketebalan segel, alur tersebut dapat
didempul sampai kedalaman yang disyaratkan dengan suatu bahan dempul yang
dapat dipadatkan dari jenis yang tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh
senyawa penyegel yang akan digunakan. Setiap tepi-tepi alur-alur tersebut yang
pecah harus diperbaiki sehingga memuaskan Konsultan MK dengan menggunakan
suatu bahan yang disetujui, yang cocok harmonis dengan bahan penyegel, sebelum
bahan penyegel tersebut digunakan.
Alur-alur yang dipersiapkan kemudian harus diberi lapisan awal dan disegel
dengan senyawa-senyawa yang dituangkan. Senyawa penyegel yang harus dituang
panas harus dipanaskan secara tidak langsung dan dikendalikan dengan thermostat
serta dilengkapi dengan sebuah pengaduk sampai suatu temperatur tidak lebih
tinggi dari temperatur pemanasan yang aman yang disarankan oleh pabrik pembuat
yang bersangkutan. Senyawa penyegel ini tidak boleh dipanaskan pada temperatur
tersebut untuk suatu perioda waktu lebih lama dari waktu pemanasan yang aman
yang dinyatakan oleh pabrik pembuatnya. Alat pelebur penuang harus dibersihkan
setiap akhir hari kerja dan setiap bahan yang telah dipanaskan dan tidak dipakai
harus dibuang. Bahan penyegel harus dituang sampai pada suatu permukaan antara
3 mm dan 6 mm dibawah permukaan beton yang bersangkutan, kecuali jika
ditentukan lain dalam kontrak.

35
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

10.8. Perawatan Bak Kontrol dan Selokan


Tutup-tutup bak kontrol, selokan/saluran dan rangka-rangkanya harus dipisahkan
dari pelat perkerasan utama dan ditempatkan pada pelat-pelat yang terpisah. Pelat-
pelat tersebut harus lebih besar dari bagian luar lubang bak kontrol ditambah suatu
beton yang mengelilinginya yang kurang dari 150 mm di bawah dasar perkerasan
jalan beton. Posisi dari bak kontrol, selokan dan sambungan-sambungan pada
perkerasan jalan beton harus disesuaikan relatif satu sama lainnya sedemikian rupa
sehingga pelat-pelat bak kontrol dan selokan harus berdampingan dengan suatu
sambungan, atau tepi dari pelat perkerasan, atau kalau tidak terletak dalam batas
tengah-tengah pelat. Bila ini tidak mungkin, maka tulangan khusus harus
ditempatkan di sekeliling ceruk (recess) selokan atau bak kontrol.
Ceruk-ceruk bak kontrol dan selokan harus dibentuk dengan pengecoran pelat
utama terhadap kotak acuan. Tepi-tepi kotak harus vertikal dan mengikuti elevasi
dan ketebalan pelat. Acuan tersebut harus dibongkar bila beton di sekeliling tutup
bak kontrol atau selokan akan dicor.
Bahan pengisi sambungan setebal 20 mm yang dibentuk sebelumnya harus
dipasang pada tepi pelat yang terbuka, tebal pelat disediakan untuk kesempatan
bagi kedalaman alur penyegel, kalau tidak ceruk-ceruk (recesses) tersebut dapat
digergaji setelah beton tersebut mengeras. Suatu alur penyegel harus dibuat
langsung di atas bahan pengisi sambungan pra-bentuk dan disegel. Tulangan harus
ditempatkan pada posisi yang diperlihatkan dan beton dicor dengan tangan dalam
ruang antara pelat utama dan kerangka bak kontrol. Beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan kekuatan dan campuran tersebut harus dimodifikasi untuk
memungkinkan pemadatan penuh dengan cara-cara yang dipakai.
10.9. Alat Transfer Beban (load transfer devices)
Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan
perrnukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat/penahan
logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan.
Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang
harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar, agar
bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton, penutup (selubung) dowel dari
PVC atau logam yang disetujui Konsultan MK harus dipasang pada setiap batang
dowel pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel
dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
Sebagai pengganti dowel pada sambungan kontraksi, batang dowel bísa diletakkan
dalam seluruh ketebalan perkerasan dengan alat mekanik yang disetujui Konsultan
MK.

10.10. Menutup Sambungan (sealing joint)


Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton
dan sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Kontraktor.
Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak
dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound) dan
permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material
penutup. Material penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan
harus sesuai dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Konsultan MK.
Material penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah pemanasan
yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan sampai material
ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada

36
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

permukaan beton harus segera díbersihkan. Penggunaan pasir atau material lain
sebagai pelindung material penutup tidak diperbolehkan.

11. PENGENDALIAN KUALITAS DILAPANGAN

11.1. Umum
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin bahwa kualitas beton
memenuhi Spesifikasi dan tanggung jawab ini tidak dapat dihilangkan dengan
pengujian yang telah dilaksanakan dan disetujui Konsultan MK.

11.2. Pengujian Untuk Sifat Kemudahan Pengerjaan


Satu atau lebih pengujian ‘Slump’ sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan MK,
harus dilaksanakan untuk setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian
tersebut tidak akan dianggap telah dilaksanakan kecuali telah disaksikan oleh
Konsultan MK atau wakil–wakilnya.

11.3. Pengujian Kekuatan


Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kekuatan untuk
setiap 20 meter kubik atau sebagian dari padanya, beton yang dicor. Setiap
pengujian harus termasuk pembuatan tiga contoh yang identik untuk diuji pada
umur 3, 7, dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari
memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil
dari 5 takaran yang dipilih secara sembarangan. Contoh pertama dari contoh-
contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut
pada umur 7 dan 28 hari.
11.4. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan suatu pengujian tambahan yang mungkin
diperlukan untuk menetapkan kualitas bahan-bahan, campuran atau pekerjaan
beton yang telah selesai, sebagaimana diarahkan oleh Konsultan MK. Pengujian
tambahan ini dapat meliputi :
(i) Pengujian yang bersifat tidak merusak dengan menggunakan sclerometer atau
alat penguji lainnya.
(ii) Pengambilan dan pengujian inti beton.
(iii) Pengujian lain semacam itu sebagaimana ditetapkan Konsultan MK.

37
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 05

PEKERJAAN SALURAN/DRAINASE

1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan saluran dari beton U Dith terturup dan U Dth terbuka
serta Box Culvert yang dibangun diatas suatu dasar yang dipersiapkan sesuai dengan
spesifikasi ini dan pekerjaan lain yang ada hubungannya sesuai dengan garis, kemiringan
dan ukuran yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan MK. Bila ditunjukkan dalam gambar, pekerjaan harus meliputi
pembuatan dasar dari aliran.

2. Material Dasar Saluran


2.1. Material untuk dasar saluran.
Bahan untuk dasar saluran, bila tidak terdapat dalam gambar rencana, harus terdiri
dari pasir, kerikil, batu pecah atau bahan lain yang disetujui dengan gradasi < 1,25
cm.

2.2. Beton
Kalau tidak ditentukan lain dalam gambar rencana, maka beton harus merupakan
beton tumbuk dengan komposisi 1 portland cement : 3 pasir : 5 kerikil. seperti
petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan MK.

2.3. Batu
Batu yang digunakan harus merupakan pecahan batu yang disetujui, baik awet,
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar rencana. batu-batu harus diperiksa
sebelum dan sesudah dipasang dan bahan-bahan yang ditolak harus segera
disingkirkan.

2.4. Adukan
Adukan harus terdiri dari satu bagian portland cement dan 2 bagian kerikil halus
atau pasir. Portland cement mengikuti ketentuan-ketentuan dari PBI 1971-NI-2.
Semua material kecuali air dicampur didalam bak yang berat atau di dalam
pengaduk semen yang disetujui. sampai campuran mempunyai warna yang sama.
Sesudah itu air ditambahkan dan pengaduk dilaksanakan terus. Adukan hanya
dicampur didalam volume yang dibutuhkan untuk dipergunakan segera. Adukan
bila tidak digunakan di dalam 45 menit sesudah air ditambahkan harus dibuang.

3. Material Saluran

3.1. Material U Dith


Material Saluran yang akan digunakan adalah :
a. Type Saluran 1 menggunakan U Dith bentuk tanpa cover dengan ukuran
40x50x120 cm
b. Type Saluran 2 menggunakan U Dith bentuk dengan dengan ukuran
40x50x120 cm
c. Box Culvert ukuran 60x60x100 cm untuk crossing jalan

38
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Material U Dith, Box Culvert harus memenuhi mutu beton yang telah ditentukan
yaitu Fc 25 Mpa. Umur beton yang dikirim ke lapangan harus telah lebih dari 7 hari
setelah pencetakan precastnya.

3.2. Bak Kontrol


Pada setiap jarak yang telah ditntukan dalam gambar dipasang bak kontrol dengan
ukuran 110x110 cm. Bak kontrol terbuat dari beton bertulang dengan pengait besi
sebagai alat untuk buka dan tutup.

4. Pelaksanaan
4.1. Penggalian
Penggalian dasar saluran harus dibuat pada kedalaman yang diperlukan dan sejajar
dengan permukaan jalan air menurut gambar rencana, dasar harus dipadatkan untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan kuat. Bahan-bahan dasar saluran harus
diletakkan dan dipadatkan untuk membentuk dasar yang kokoh dengan tebal yang
dibutuhkan.

4.2. Pasir Urug


Pasir Urug harus diletakkan dengan permukaan yang datar dan rata mengikuti
gambar rencana, pasir urug harus dipadatkan sehingga didapat permukaan yang
baik dan kuat sesuai dalam elevasi, alinyemen dan potongan melintang. Apabila
terdapat keganjilan pada permukaan maka harus diperbaiki.

4.3. Pemasangan Saluran


Pemasangan saluran U Dith ditempat yang telah digali dan diisi dasar saluran
dengan pasir urug yang telah dipadatkan. Pemasangan U Dith kedalam galian
dengan menggunakan excavator atau crane dengan presisi. Antar sambungan U
Dith diberi plat penyambung dan adukan semen agar mengikat satu sama lain.
Untuk pekerjaan Box Culvert yang normal dilaksanakan sebelum pembentukan
pekerjaan timbunan badan jalan dan penempatan volume dari bangunan ini akan
mengurangkan pekerjaan timbunan badan jalan. Permukaan sebelah dalam dari
pada box culvert harus lurus dan benar ukurannya, penyimpangan hanya
diperbolehkan maksimum satu setengah persen (1,5%). Dan toleransi 1 cm untuk
diameter tidak diizinkan dialirkan terus menerus pada gorong-gorong hingga
bangunan sementara dan bangunan permanen yang dibutuhkan untuk lancarnya
pengaliran dilaksanakan.

4.4. Pekerjaan Akhir


Setelah dilakukan pemasangan saluran U Dith, pekerjaan terakhir yang dilakukan
adalah pengurugan kembali dan pemadatan area konstruksi samping kiri dan kanan
saluran dan pembersihan serta perapihan area konstruksi.

39
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 06
PASANGAN BATU KALI

1. Uraian
Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasangan batu kali yaitu didalam konstruksi ringan,
dinding/tembok penahan tanah dan pada tempat-tempat yang ditentukan pada gambar
rencana atau atas perintah yang tertulis dari Konsultan MK/Konsultan MK. Pemasangan
batu kali harus mengikuti spesifikasi ini dan spesifikasi lainnya yang melibatkan
pekerjaan ini dan harus sesuai dengan bentuk, ketinggian dan bentuk yang ditentukan di
dalam gambar rencana atau persetujuan Konsultan MK/Konsultan MK.

2. Material
2.1. Batu
Batu harus keras, bersih dan semacam batu yang tahan lama dan disetujui oleh
Konsultan MK atau Batu yang rapuh atau batu endapan tidak diperkenankan
dipergunakan. Jika tidak ditentukan ukurannya di dalam gambar rencana, batu
harus mempunyai ketebalan tidak kurang dan 15 cm lebar tidak kurang dari 1 ½
kali tebalnya dan panjangnya tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya, Setiap
batu harus baik bentuknya dan bebas dari penyusutan, dan berkurangnya kekuatan
batu.

2.2. Adukan semen


Seperti ditentukan pada gambar rencana spesi pasangan dengan perbandingan 1
portland cement dan 3 pasir menurut volume atau seperti yang ditentukan oleh
Konsultan MK/Konsultan MK. Portland cement mengikuti ketentuan-ketentuan
dari PBI 1971-NI-2 .
Semua material kecuali air dicampur didalam bak yang berat atau di dalam
pengaduk semen yang disetujui. sampai campuran mempunyai warna yang sama.
Sesudah itu air ditambahkan dan pengaduk dilaksanakan terus. Adukan hanya
dicampur didalam volume yang dibutuhkan untuk dipergunakan segera. Adukan
bila tidak digunakan di dalam 45 menit sesudah air ditambahkan harus dibuang.

3. Pelaksanaan

3.1. Pemilihan dan penempatan


Jika batu kali dipasang baik untuk pondasi. dinding penahan tanah dan lain
sebagainya. harus mendapat persetujuan dari Konsultan MK/Konsultan MK
sebelum pasangan Batu dipasang. Semua batu harus bersih sama sekali dan
dibasahi segera sebelum disusun dan dasarnya harus bersih dan juga dibasahi
sebelum adukan semen diletakkan. Batu diletakkan dengan bagian yang lebar
menyentuh dasar dan lapisan adukan, dan ruang diantaranya diisi dengan adukan
bagian yang diletakkan dari batu harus disusun parallel dengan muka dinding
dimana batu disusun.
3.2. Dasar dan hubungannya
Permukaan dasar dari batu dilapisi dengan adukan semen setebal 2 cm sampai 5
cm, Siar datar pada batu dasar tidak boleh lebih dari pada lima batu terus menerus
Sedangkan antara batu, sama lainnya tidak boleh bersinggungan tetapi harus
dilapisi dengan adukan setebal 2 cm sampai 5 cm, sedangkan siar tidak boleh dari
dua batu. Batu dapat membuat sudut dengan garis vertical dari 0° sampai 45° tidak

40
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

boleh ada pertemuan dengan empat sudut batu sekaligus.


3.3. Penyelesaian
Siar kedua sisi tegak diharuskan menurut gambar rencana atau petunjuk Konsultan
MK/Konsultan MK. Penyelesaian sebelah atas dibuat agak bulat pada tengahnya
untuk menghindari adanya genangan air.
3.4. Lubang rembesan
Seluruh dinding dan abutment harus dilengkapi dengan lubang rembesan lebih
kurang menurut gambar rencana atau petunjuk Konsultan MK/Konsultan MK
Lubang rembesan ditempatkan di sebelah bawah, dimana pengaliran keluar dapat
bebas dan lancar : jaraknya tidak lebih 2 cm dari as ke as lubang.
3.5. Batu kali sebelah luar
Untuk permukaan yang butu kainya dilekatkan, maka setelah selesai disusun dan
adukan masih baru atau basah, seluruh permukaan batu dibasahi dan sisa-sisa
adukan dibersihkan sampai bersih.

Pasal 07

PEKERJAAN PAVING BLOCK, GRASS BLOCK DAN KANSTEEN

1. Lingkup Pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan paving block, grass block dan
kansteen. Ada beberapa hal yang terkait dalam pekerjaan ini yaitu :
a. Pembersihan lahan
b. Persiapan tanah untuk timbunan
c. Pekerjaan pemadatan
d. Pembuatan lapis pasir
e. Pemasangan paving block

Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pemborong harus mengukur kembali semua titik


elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan di lapangan,
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar penyesuaian dan harus mendapat
persetujuan Konsultan MK/Pengawas.

2. Persyaratan Bahan

2.1. Bahan Lapis Pasir untuk Paving Block

a. Sumber Bahan
Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini biaya dari
pencarian dan pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus
sudah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor. Kontrak harus melaporkan
lokasi tersebut kepada Konsultan MK secepatnya secara tertulis disertai
keterangan tentang kualitas bahan, perkiraan kuantitas bahan dan rencana operasi

41
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pengangkutan bahan ke lokasi proyek. Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan


dalam spesifikasi.
b. Bahan pasir tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti di
bawah ini :

Ukuran tapis Prosentase (%) Lolos terhadap berat :


9,25 mm 100
4,75 mm 95 - 100
2,36 mm 80 - 100
1,18 mm 50 - 95
600 mm 25 - 60
300 mm 10 - 30
150 mm 5 - 13
75 mm 0 - 10
c. Bahan pasir dapat berbentuk runcing lebih baik karena memberikan hasil yang
stabil, tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat
pemadatan. Butir pasir yang berbentuk runcing lebih baik karena membersihkan
hasil yang stabil, tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air lebih ketat pada
saat pemedatan. Untuk menghindarkan karakteristik pemadatan yang berbeda-
beda harus diusahakan agar sumber dari pasir tersebut adalah satu.

2.2. Bahan Paving Block


Paving Block dengan ukuran 21x21x6 cm, warna kombinasi abu-abu dan merah parkir
kendaraan roda dua. Dengan type sesuai dengan gambar arsitektur dan memiliki kuat
tekan minimal 400 kg/cm2.

2.3. Bahan Grass Block


Grass Block dengan ukuran 45x30x6 cm, warna abu-abu untuk lokasi sesuai gambar
perencanaan. Dengan type sesuai dengan gambar arsitektur dan memiliki kuat tekan
minimal 400 kg/cm2.

2.4. Bahan Kansteen


Terbuat dari block beton pracetak dengan ukuran 15 x 40 x 30 cm atau sesuai gambar,
kekuatan tekan karakteristik dari beton antara 225 – 400 kg/cm2, produksi setara PT.
Conbloc Indonesia atau setara.

3. Persyaratan Bahan

3.1. Pekerjaan Timbunan Tanah


Bahan timbunan harus baik untuk pekerjaan lapisan jalan, jika dipadatkan harus dapat
mencapai hasil nilai CBR minimal yang disyaratkan sebesar 6 %. Jika digunakan bahan
timbunan yang tidak atau kurang baik dan tidak tercapai nilai CBR minimal tersebut, ini
harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baik tanpa adanya tambahan
pembiayaan untuk itu. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan MK tentang
tahapan-tahapan persiapan untuk pekerjaan subgrade dan Kontraktor harus mengulangi
pekerjaan pemadatan, jika dianggap perlu, untuk tercapainya derajat kepadatan yang
diinginkan atau disyaratkan. Sebelum dipadatkan, dalamnya suatu lapisan yang akan
dipadatkan tidak boleh lebih dari 20 cm. Setiap lapisan lepas harus dipadatkan dengan

42
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

stamper yang ukurannya telah ditentukan oleh Konsultan MK. Pemadatan harus dimulai
dari tepi timbunan dengan arah longitudinal, kemudian menggeser kearah sebelah dalam
(ketengah jalan). Lapisan terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata atau halus
sampai pada suatu lapisan dengan kerataan yang diinginkan.

Adapun hal yang harus diperhatikan adalah :


a. Pemerliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai
Bagian lapisan timbunan yang telah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan
retak-retak akibat pengeringan yang cepat atau akibat “traffic” kendaraan proyek
atau hal-hal lain yang menyebabkan lapisan tersebut rusak dan terganggu
strukturnya.
b. Test atau pengujian
Test akan dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan, untuk mengetahui
kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR lapangan dan lain-
lain yang dianggap perlu pada lapisan ini. Pembiayaan test-test ini menjadi
tanggungan Kontraktor.

3.2. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block dan Grass Block

a. Penyimpanan :
Bedding sand harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan
tanah/kotoran disekitarnya. Tempat penimbunan harus mempunyai drainase yang
baik dan harus terlindung dari hujan sehingga air tetap merata.
b. Penghamparan pasir / bedding sand :
Pasir harus dihamparkan dengan rata diatas lapisan dasar (base course) sampai
ketebalan 4 cm padat dengan memperhatikan kadar air ketebalan 4 cm padat
dengan memperhatikan kadar air dan karakteristik gradasinya. Permukaan yang
dihasilkan harus rata. Bila concrete block telah selesai dipasang dan terlihat
permukaan yang tidak rata maka paving block / grass block tersebut harus
diangkat kembali, pasir diratakan lagi sampai diperoleh hasil yang rata. Bedding
sand ini harus mempunyai kepadatan dan ketebalan yang sama sehingga
pemampatan akibat pemadatan merata. Lapisan yang lepas / belum dipadatkan
biasanya mempunyai ketebalan 5 sampai 15 mm lebih tebal dari ketebalan padat
yang disyaratkan. Selama penghamparan kadar air harus uniform dan pasir
yang belum dipadatkan tersebut harus dilindungi terhadap segala bentuk
pemadatan dan lalu lintas, sampai paving block / grass block selesai dipasang dan
bersama-sama. Bila ada bagian lapisan pasir yang tidak sengaja terkompaksi
sebelum paving digaruk dan diratakan. Waktu penghamparan harus diperhitungkan
dengan baik sehingga tidak terdapat lapisan pasir lepas yang tidak sempat ditutup
dengan paving block / grass block pada hari yang sama.

3.3. Pekerjaan Lapis Permukaan untuk Paving Block/Grass Block


a. Paving Block / Grass Block harus diletakkan berhimpitan satu dengan
lainnya dengan pola sesuai dengan gambar lansekap di atas bedding sand yang
belum dipadatkan tapi sudah selesai diratakan. Lebar celah antar block tidak
boleh lebih dari 4 mm, celah ini harus merupakan garis lurus dan saling tegak
lurus, untuk itu diperlukan pemasangan snar pada 2 arah yang saling tegak lurus
untuk mengontrol letak dan ikatan antar block.

43
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Cara meletakkan block dan pengisian celah antara :


Dalam memasang block harus diusahakan agar untuk pengisian celah antara
block dengan elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran, bingkai jalan, bak
kontrol dan lain-lain, dipergunakan block dengan ukuran tidak dari 25 % dari
ukuran utuh. Ruang antara yang masih tersisa harus diisi setelah pemadatan awal
dari paving block. Untuk celah lebih besar dari 25 mm tetapi kurang dari 50 mm,
dipergunakan aggregate halus dengan ukuran 10 mm dan mortar kering untuk celah
yang lebih kecil. Untuk bagian-bagian jalan yang menanjak, menurun,
pemasangan block harus dilakukan dari bagian terendah kebagian yang lebih
tinggi. Pola pemasangan dan warna agar dibuat sesuai gambar, Kontraktor wajib
membuat gambar kerja untuk pola di daerah-daerah khusus.
c. Pemadatan Awal :
Alat kompaksi untuk keperluan ini harus merupakan "mechanical flat plate
vibrator", dengan karekteristik sebagai berikut :
- Plat dasar mempunyai luas : 0,25 - 0,50 m2.
- Gaya pemadatan yang dapat diberikan sebesar 1,5 ton sampai 2,0 ton.
- Frekuensi getaran : 75 - 100 Hz.

Paving Block/Grass Block harus terletak dengan mantap diatas bedding sand.
Pemadatan harus dilakukan segera setelah pemasangan paving block dengan
minimal 2 passes. Jarak antara bagian yang dipadatkan sampai bagian dimana
sedang dilakukan pemasangan block tidak boleh kurang dari 1,50 m. Adalah
sangat penting untuk memadatkan bedding sand segera setelah pemasangan
block sehingga dapat dihindari berpindahnya pasir yang masih dalam keadaan
lepas karena bergeraknya block yang tidak diletakkan dengan baik atau adanya air
yang mengalir ketempat tersebut. Pemadatan harus diulangi pada daerah selebar
1,00 m diukur dari akhir pemasangan / pemadatan yang dilakukan pada hari
sebelumnya melanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya. Semua block yang rusak
selama pemadatan dan selama masa pemeliharaan harus segera diganti dengan
yang baru tanpa adanya biaya tambahan.Pejalan kaki boleh menggunakan jalan
concrete block ini setelah pemadatan awal sebelum penghamparan pasir pengisi,
tetapi sebiknya setelah sambungan atau celah antar block terisi pasir dan
dipadatkan.
d. Pasir pengisi (joint filling) :
Pasir yang dipergunakan untuk mengisi celah antar block harus mempunyai
gradasi sedemikian rupa sehingga 90 % dari berat lolos dari tapis 1,18 mm (BS-
410). Pasir ini harus cukup kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan
baik. Bahan ini bebas dari garam dan zat-zat lain yang dapat merusak material
paving block/grass block. Segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-
akhiran, pasir pengisi harus segera dihamparkan dan diratakan dengan sapu
sepanjang permukaan jalan atau trotoar dan dimasukkan ke dalam celah-celah
antara dengan bantuan kompaktor. Celah harus benar-benar terisi oleh pasir kasar.
Kompaktor dari jenis lain boleh dipergunakan setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan MK.
Sebagai langkah pemadatan terakhir, permukaan jalan / trotoar harus dipadatkan
dengan mechanical flat plate vibrator, sehingga diperoleh permukaan yang padat
dan rata dengan kemiringan terhadap kedua arah tepi jalan sebesar 2 %.

44
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

e. Lubang / alur pada grass block harus diisi dengan tanah subur hingga ke dasar
block, guna penanaman rumput.
f. Toleransi :
Toleransi ukuran bahan :
Bahan harus mempunyai panjang dan lebar yang seragam dengan toleransi
maximum tidak lebih dari 3 mm terhadap tebal nominalnya.
Toleransi kerataan permukaan jalan :
Toleransi kerataan permukaan akhir level block harus 10 mm dari permukaan
yang tercantum dalam gambar, sehubungan dengan peil permukaan saluran air dll.
Deviasi diukur dengan jidar lurus sepanjang 3 meter atau tempalte tidak boleh
melebihi 8 mm dan perbedaan level dari satu block terhadap block disebelahnya
tidak boleh melebihi 2 mm.

Pasal 08
PEKERJAAN DINDING PAGAR

1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan dinding ini meliputi pagar depan, pagar samping dan belakang sesuai
dengan gambar kerja
b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik
c. Pekerjaan dinding pagar ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.2. Persyaratan Bahan


a. Bata ringan yang digunakan bata Hebel, Celcon atau Setara dengan kualitas
terbaik yang disetujui perencana / konsultan Management Konstruksi, siku dan
sama ukurannya 7,5 x 20 x 60 cm.
b. Pasangan bata ringan dengan menggunakan adukan mortar / semen instant setara
MU-380.

1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pasangan bata ringan dengan menggunakan adukan mortar / semen instant setara
MU-380.
b. Setelah bata ringan terpasang dengan aduk, nad/siar – siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan bahan setara MU-100, dan
acian MU-200 harus di basahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar dikerok
serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau
di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan bahan setara
MU-200,PM-300 atau pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-10
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.

45
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 9,0 m2,
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 10 x 10
cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 8 mm, beugel diameter 6 mm jarak 25 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm
kecuali ditentukan lain.
i. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 2%.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.

1.4. Pekerjaan Plesteran & Acian Dinding Bata Ringan


1.4.1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan acian dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan acian, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam shop
drawing.
1.4.2. Pekerjaan yang Berhubungan
Pekerjaan plesteran/ Acian dan pekerjaan pengecatan.
1.4.3. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah Mortar/semen instan yang khusus
dipergunakan untuk acian, ex Mortar Utama, Drymix, Prime Mortar.
b. Alat kerja yang digunakan antara lain; roskam, sendok semen, elektrikal
mixer, dan jidar aluminium.
1.4.4. Persiapan
a. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan diaci.
b. Bersihkan permukaan bidang yang akan diaci dari kotoran, minyak, karat
maupun lumut yang dapat mengurangi rekatan adukan dan apabila dalam
keadaan kering sebaiknya dibasahi dahulu secara merata sebelum pengacian
1.4.5. Metode Pelaksanaan
a. Campurkan bahan mortar dengan air, sesuai dengan perbandingan yang
ditentukan spesifikasi.
b. Aduk campuran di atas hingga rata dan diperoleh kelecakan (consistency)
yang sesuai untuk pelaksanaan pengacian (akan lebih baik dan mudah jika
menggunakan drill dengan blade yang telah didesain khusus sebagai mixer).
c. Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan
menghampar adukan dengan hand towel hingga merata pada bidang yang
akan diaci dan bilamana perlu diratakan dengan jidar aluminium panjang.
d. Bila tebal acian pada hamparan lapis pertama masih tipis dapat dilakukan
penambahan pada hamparan berikutnya dan untuk tebal acian yang
dianjurkan dalam pengacian adalah 1- 3 mm tergantung kerataan dasar
permukaannya.

46
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Catatan : Untuk finishing akhir acian cukup menarik hand trowel searah
(horizontal atau vertikal) dan tidak diperkenankan menekan, memutar atau
bahkan menggosok dengan sobekan kertas semen.

1.5. Pekerjaan Adukan, Pasangan, dan Plesteran


1.5.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1) Adukan untuk pasangan bata
2) Pasangan bata untuk dinding eksterior dan partisi interior
3) Pasangan untuk arsitektur interior (built in).
b. Pekerjaan yang Berhubungan
1) Batu bata
2) Waterproofing membrane
c. Standar
1) SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, Standard untuk PC
2) SNI Standard untuk pasangan bata
3) Standard untuk air agregate SNI
4) ASTM C144, Agregate for masonry mortar
1.5.2. Bahan/ Produk
a. Portland Cement : SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, jenis semen
dari local, merk Tiga Roda, Holcim, Gresik atau setara.
b. Agregates : Standard type pasangan, memenuhi ASTM C144, bersih,
kering dan terlindung dari minyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak, alkali organik.
d. Horizontal Joint Reinforcement
e. Kawat fabrikasi tidak kurang dari 3000 mm.
f. Fabrikasi dari kawat baja.
g. Lebar : 25 mm, lebih kecil dari tebal dinding partisi.
h. Kawasan pasangan 4,8 mm dari baja digalvanis.
i. Expanded metal lath : Diamond mesh, galvanis 1,8 kg/m2
j. Angkur pasangan, baut dan sebagainya.
k. Proporsi adukan
Proporsi adukan untuk pasangan, adalah sebagai berikut :
1) Untuk dinding dalam, sampai setinggi 20 cm dari lantai dalam - 1pc :
3ps Untuk dinding luar, sampai setinggi 50 cm dari lantai - 1pc :
3ps (bila terlindung luifel)
2) Untuk dinding luar yang tidak terlindung oleh luifel, pada
seluruh permukaan - 1pc: 3ps.
3) Untuk dinding kamar mandi, we dan tempat cuci, sampai setinggi 150
cm dari lantai - 1pc : 3ps.
4) Untuk dinding-dinding lain - 1pc : 5ps.
5) Untuk sudut-sudut nat dan bagian-bagian yang berada di bagian
pinggir-pinggir - 1pc : 3ps.
6) Tebal plesteran tidak kurang dari 1 cm atau lebih 2,5 cm, kecuali
ditetapkan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ).
Bila tebal plesteran lebih dari 2.5 cm maka perlu dilapisi dengan kawat
ayam sebagai jaringan penguat.
Lapisan "Acian" rata 2.5 mm, dari adukan PC saja, pada bagian-bagian yang
akan difinish dengan cat, wall paper dan bagian-bagian lainnya sesuai

47
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dengan petunjuk-petunjuk dan mendapat persetujuan Konsultan Manajemen


Konstruksi ( MK ).
1.5.3. Persyaratan Bahan
a. Pasir yang digunakan adalah pasir bersih, tidak mengandung tanah atau
tanah liat, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya lebih dari 5% terhadap berat
kering. Pasir yang digunakan mempunyai bentuk yang sama besarnya
(merata).
b. Pasir harus dicuci sebelum dipakai.
c. Untuk pekerjaan pemelesteran dinding-dinding dan lantai yang
membutuhkan ketelitian dan kerapihan pekerjaan, maka pasir-pasir tersebut
harus disaring/diayak sebelum digunakan.
d. Untuk Semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan menggunakan kapur.

1.5.4. Pelaksanaan
a. Dimana diperlukan, menurut Manajemen Konstruksi ( MK ), Kontraktor
harus membuat shop drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan
pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Perencana/ Manajemen Konstruksi ( MK ) .
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti Semua petunjuk dalam
gambar arsitektur, terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
d. Untuk bidang kedap air, pasangan dinding bata ringan yang
berhubungan dengan udara luar dan Semua pasangan batu bata dari bawah
permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 120
cm dari permukaan lantai untuk toilet, ruang saji/pantry dan daerah basah
lainnya dipakai adukan plesteran (trasraam) setara MU -600.
e. Untuk adukan kedap air harus ditambah Daily bond, dengan perbandingan 1
pc : 1 Daily Bond.
f. Material untuk adukan harus diukur yang sebenarnya dan menggunakan
kotak (boxes) pengukuran yang akurat.
g. Penggunaan bahan additive harus disetujui oleh Perencana dan digunakan
sesuai dengan ketentuan dari pabrik.
h. Pekerjaan bata yang sudah selesai harus dilindungi dengan lembaran
penutup untuk mencegah adukan menjadi cepat kering.
i. Pasangan dinding bata pada sudut ruangan harus dilindungi dengan papan
untuk melindungi dari kerusakan. Jika ada pekerjaan pasangan yang
memperlihatkan sambungan yang rusak atau tidak beres maka pasangan itu
harus dibongkar dan diganti yang baru.
j. Berikan angkur sesuai dengan gambar atau jika tidak ditunjukkan gunakan
ukuran/jarak type standard.
k. Tempatkan angkur pada bubungan pasangan dinding dengan struktur kolom
praktis atau balok sesuai petunjuk gambar tapi tidak lebih dari 60 cm pada
jarak vertikal dan 90 cm pada jarak horizontal.

48
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Untuk Pekerjaan Plesteran :


a. Pada permukaan dinding beton yang akan diplester harus dibuat kasar, dan
adukan untuk plesterannya dicampur calbond, sedangkan untuk permukaan
dinding bata, siar-siar sebelumnya harus dikerok sedalam 1cm untuk
memberikan pegangan pada plester.
b. Pekerjaan plesteran harus rapih menurut bentuk dan ukuran didalam
gambar. Pekerjaan harus lurus, datar tidak bergelombang, tajam
pada bagian sudut-sudut, tidak kropos (kosong didalam) tidak retak-retak.
c. Apabila hasil plesteran tidak menunjukkan hasil seperti tersebut di atas,
maka bagian tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki. Hal ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
d. Akan membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu, kemudian setelah
disetujui oleh Direksi plesteran harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.
e. untuk pekerjaan pemasangan bata maupun plesteran harus dikontrol 3 arah
(benang, waterpass, siku-siku).

Pasal 09

PEKERJAAN LANSEKAP

1. UMUM

1.1. Lingkup Pekerjaan


A. Menyediakan tanaman yang sehat dan tidak layu untuk area-area yang ditunjukkan
pada gambar. Setiap jenis pekerjaan yang diindikasikan dalam gambar akan
disebutkan, meskipun ada yang tidak disebut secara khusus dalam spesifikasi.
Setiap pekerjaan yang tidak tertera pada gambar, tapi biasanya menjadi bagian dari
pekerjaan lanskap, dianggap bagian dari pekerjaan. Konsultan MK(Landscape
Project Officer) mempunyai hak membuat penyesuaian dan penggantian di
lapangan agar pelaksanaan konsep lanskap sesuai dengan kondisi lapangan.
Pekerjaan-pekerjaan pada bagian ini termasuk, namun tidak terbatas pada hal-hal
berikut:
1. Penyediaan tanaman
2. Pembersihan lahan
3. Penyediaan media tanam
4. Penanaman
5. Pemeliharaan lanskap
6. Pembuatan kontur
7. Sistem drainase

B. Tujuan utama spesifikasi ini adalah untuk memastikan penyediaan dan penanaman
material tanaman yang sehat dengan kualitas terbaik.

C. Penyediaan tanaman
Memperoleh, membeli dan membawa material tanaman ke tapak /lokasi proyek.
Semua material harus disetujui oleh Konsultan MKsebelum dipakai di tapak.
Material tanaman harus diperoleh dari supplier/nursery terpercaya dengan kondisi

49
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

tanah dan iklim mirip dengan tapak. Material tanaman yang didatangkan ke lokasi
penanaman tidak boleh dibiarkan tidak tertanam lebih dari 2 (dua) hari.

D. Penggantian
1. Jika tanaman yang diusulkan tidak dapat diperoleh, berikan permintaan penggantian
tertulis kepada Konsultan MK1 (satu) minggu setelah kontrak diserahkan. Permintaan
ini dapat berupa spesies yang sama dengan ukuran berbeda atau spesies alternatif
dengan ukuran sama dengan usulan penyesuaian harga kontrak.
2. Penggantian material tanaman tidak dizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Manajer
Konstruksi.

E. Pemilihan, pemberian tanda dan pemesanan material tanaman


1. Setelah penyerahan SPK, berikan permintaan kepada Konsultan MKuntuk
pemeriksaan dan dokumentasi material tanaman yang telah dipesan dan
dikirim.
2. Tanaman akan diperiksa oleh Manajer Konstruksi, jika perlu, pengecekan
dilakukan pada tempat pengambilan/pengumpulan. Tanaman yang dikirim
harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Semua tanaman yang
tidak sesuai akan ditolak.

F. Tanah merah (Topsoil)


Setelah penyerahan SPK, menunjukkan sumber tanah taman (topsoil), pasir dan
pemupukan kepada Manajer Konstruksi.

1.2. Syarat-syarat Pelaksanaan


A. Pertemuan Lapangan
Bersamaan dengan dimulainya pekerjaan, diadakan pertemuan dengan Konsultan
MKdan semua pihak yang berkepentingan untuk meninjau ulang pekerjaan
seminggu sekali.

B. Utilitas Bawah Tanah dan Kendala-Kendala


Mengetahui dengan pasti lokasi-lokasi semua utilitas bawah tanah dan kendala-
kendala lain yang dapat mempengarhi pekerjaan. Setiap kendala harus dilaporkan
kepada Manajer Konstruksi. Lindungi dan jagalah setiap jaringan utilitas saat
pelaksanaan pekerjaan.

C. Penyimpanan dan Pengangkutan


Pelaksanaharus memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai untuk peralatan,
perlengkapan dan materia-material, dan untuk memindah fasilitas tersebut sesudah
proyek selesai dan merapikan bekas pekerjaan. Pelaksanaharap mencatat dan
membiayai fasilitas tersebut sendiri.

D. Perlindungan
Harap bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan akibat penanaman lanskap.
Setiap kerusakan diperbaiki sesuai kondisi area sebelumnya.

E. Pembersihan
Menjaga area kerja tetap bersih, rapi dan teratur selama waktu kontrak.
Membersihkan area pekerjaan pada penghujung hari kerja.

50
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

F. Contoh
Konsultan MKberhak mengambil dan menguji contoh material untuk disesuaikan
dengan spesifikasi setiap saat. Material yang ditolak harus segera dikeluarkan dari
tapak.

1.3. Periode Pemeliharaan


A. Umum
Memelihara semua tanaman dan area yang ditanami dalam pertumbuhan dan
penampilan yang optimum.

B. Durasi
Pemeliharaan tanaman akan berlanjut hingga satu tahun setelah serah terima
pekerjaan pertama. Pemeliharaan tanaman selama pelaksanaan proyek tidak
dianggap periode pemeliharaan.

C. Material tanaman
1. Material tanaman dengan kondisi sebagai berikut:
 mati atau sekarat dan tidak dalam kondisi bertahan hidup,
 ditanam tidak sesuai, atau
 dalam kondisi menurun, tidak sehat atau berpenyakit, harus diganti
dengan tanaman dari spesies dan ukuran yang sama dengan tanaman asal
dalam waktu maksimum dua minggu setelah keluar instruksi penggantian
tanaman.
2. Biaya penggantian material tanaman selama periode pemeliharaan
ditanggung oleh kontraktor.

D. Inspeksi Pra-pemeliharaan dan Inspeksi Final


1. Setelah selesainya penanaman dan dimulainya periode pemeliharaan formal,
inspeksi pra-pemeliharaan akan dilakukan. Setelah selesai periode
pemeliharaan, inspeksi final dilakukan.
2. Manajer Konstruksi, Pelaksana atau wakil mereka harus hadir saat inspeksi.
3. Saat inspeksi, setiap area harus bebas gulma, daun yang mati dan sampah, dan
dipangkas rapi.
4. Jika setelah inspeksi pra pemeliharaan, pemilik atau Konsultan
MKmenganggap pekerjaan telah dilakukan sesuai gambar, spesifikasi dan
sesuai penyesuaian lapangan, penanggung jawab akan memberi kontraktor
pemeberitahuan tertulis mengesahkan Penyelesaian Pekerjaan dan permulaan
periode pemeliharaan enam bulan.
Jika setelah inspeksi pra pemeliharaan, pekerjaan yang dilakukan dianggap
tidak dapat diterima, daftar kekurangan lansekap akan dikeluarkan untuk
kontraktor. Pekerjaan perbaikan lansekap harus diselesaikan pada waktu yang
disetujui.
Jika pekerjaan perbaikan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang disetujui,
kontraktor akan mendapat peringatan tertulis dari penanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan dan permintaan inspeksi. Dalam inspeksi, jika dalam
pandangan Konsultan MKpekerjaan tersebut tidak dapat diterima,
Pelaksanalain akan dipanggil untuk mengerjakan pekerjaan itu. Biaya
pelaksanaannya akan dipotong dari harga kontrak.

51
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5. Setelah periode enam bulan pemeliharaan formal, inspeksi final akan


dilakukan. Jika dalam inspeksi final, Konsultan MKberanggapan semua
pekerjaan telah dikerjakan sesuai spesifikasi, maka pemberitahuan tertulis
akan penyelesaian SPK akan dikeluarkan.

2. MATERIAL

2.1. Media Tanam

a. Tanah taman (Top soil)


Alami, subur, tanah remah bebas kerikil, biji-bijian, gulma dan akar-akaran.
b. Campuran media tanam
Media tanam untuk pohon, palm, semak dan penutup tanah terdiri dari:
3 bagian tanah taman (top soil)
1 bagian pasir saring/ayak
1 bagian pupuk kandang/kompos (pupuk organik)
c. Lapisan di bawah media tanam (pada area basement)
Untuk mendapatkan ketinggian tanah yang dikehendaki, lapisan sirtu diletakkan
di bawah media tanam sebelum melakukan penanaman di atas area basement.

2.2. Pemupukan awal tanam: Rock Phosphate


Pohon : 500 gr/nos
Semak/groundcover/rumput : 100 gr/m2

2.3. Pestisida awal: Furadan 3 G


Butiran Furadan 3 G dicampurkan ke dalam area lubang tanam pohon atau palem
sesuai dengan konsentrasi dan dosis yang direkomendasikan.

2.4. Material Tanaman

d. Jumlah
Menyediakan jumlah yang cukup dari material tanaman yang dibutuhkan dalam
pekerjaan seperti dalam rencana penanaman (planting plan). Bill of quantities
(BOQ) harus mendahului gambar rencana penanaman.
e. Penamaan
Nama tanaman harus sesuai dengan nama yang diketahui pedagang tanaman lokal
dan nama yang diketahui arsitek lansekap. Dalam perselisihan, keputusan arsitek
lanskap adalah final.
f. Syarat
1) Semua pohon, palem, semak, dan tanaman penutup tanah harus memiliki
pertumbuhan yang normal, sehat, kuat dan bebas hama.
2) Ukuran minimum yang diterima dari pohon dan semak diukur setelah dipangkas,
dengan percabangan normal, sesuai ukuran dalam BOQ.
3) Tanaman yang sesuai ukuran, namun tidak mempunyai bentuk, keseimbangan tinggi
dan lebar yang normal, akan ditolak.
4) Pohon, palem, semak dan penutup tanah lebih besar dari spesifikasi dapat digunakan,
namun pemakaian material tanaman yang lebih besar tidak akan mengubah harga
dalam SPK. Ketinggian tanaman tidak boleh diganti untuk menciptakan
keseimbangan. Untuk palem berbatang banyak (contoh:Chrysalidocarpus)
setidaknya tanaman memiliki 4 batang. Tanaman rambat minimal memiliki dua
pucuk utama sesuai tinggi tnaman yang direkomendasikan dan memiliki perakakran

52
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

yang baik.
5) Palem dan pohon yang dikirim dengan bola akar kecil atau tidak cukup akan ditolak.
Dalam semua kasus, keputusan penanggung jawab adalah final. Ukuran diameter
bola akar yang mencukupi adalah minimal tiga kali dari ukuran diameter batang di
pangkal bawah.
6) Pada saat tanaman ditanam, seluruh pembungkus akar harus dilepas agar tidak
menganggu pertumbuhan akar.
7) Setiap pohon, palem, semak dan penutup tanah dengan batang yang lemah dan kurus
tidak akan sanggup menyangga diri sendiri di tempat terbuka, akan ditolak.
8) Pohon dan palem sebaiknya tegak, dengan bentuk seragam tanpa kerusakan,
bengkok atau memiliki batang utama lebih dari satu, kecuali diminta.
9) Potongan akar harus sehat, material vegetatif dengan perakaran yang baik pada satu
atau lebih titik.

2.5. Penyiraman
Pelaksanadapat menggunakan sumber air yang ada di tapak. Kontraktor harus
menyediakan selang dan semprotan untuk penyiraman tanaman. Bila terdapat
ketentuan lain mengenai detail teknis penyiraman, harus ditentukan oleh kedua belah
pihak (pemilik dan pelaksana) sebelum dimulainya pelaksaan konstruksi di lapangan.

2.6. Material dan Pekerjaan Lain-lain


Pelaksana harus memasukkan material dan pekerjaan berikut dalam harga penawaran
BOQ:
1. Bambu untuk penyangga: dengan diameter 5 cm tanpa cat dan noda
2. Tali: dengan tali ijuk
3. Pekerjaan pemeliharaan selama masa konstruksi

3. PELAKSANAAN

3.1. Pembersihan
a. Membersihkan semua area penanaman dari vegetasi yang ada (existing), yang
tidak sesuai dengan rencana dan semua sampah dan material asing lainnya yang
dianggap halangan untuk pelaksanaan penanaman dan atau tidak terlihat baik.
b. Memelihara bentukan lahan/grade yang telah terbentuk sebelumnya (hanya pada
area grading yang sudah selesai).
c. Kontraktor utama harus bertanggung jawab untuk pembersihan bak tanaman dan
menyerahkannya kepada Pelaksanadalam keadaan siap ditanami. Adalah
tanggung jawab Pelaksanamemastikan hal ini dikerjakan. Jika gagal, pekerjaan
pembersihan dan persiapan bak tanaman menjadi tanggung jawab Kontraktor
Lansekap.
d. Mengatur semua material yang sudah disiapkan ke area dalam tapak sebagaimana
diarahkan oleh Manajer Konstruksi.

3.2. Tahap-Tahap Persiapan Lahan Tanam :


a. Lapisan permukaan tanah (top soil)
dikupas setebal 20 cm untuk mendapatkan tanah yang baik dan bebas dari kototan-
kotoran yang diperkirakan akan menghambat pertumbuhan rumput.
b. Pembentukan kontur dan kemiringan
lahan disesuaikan dengan desain yang ada dengan menggunakan alat grader.

53
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Lahan dengan kontur yang telah


disesuaikan dengan desain kontur segera dipadatkan dengan big roller.

3.3. Penyiapan Media Tanam (Soil mix/backfill mix)


a. Media tanam yang telah ditentukan (lihat Bagian 2. Produk-produk) harus
disiapkan dan diawasi pelaksanaan pencampurannya agar diperoleh kualitas soil
mix seperti yang diharapkan.
b. Tempat pembuatan media tanam dapat dibagi dalam beberapa titik pembuatan.
Media tanam harus dibuat dalam satu tempat pengolahan sebelum kemudian
disebar pada area penanaman atau titik tanam.
c. Sebelum dilakukan penyebaran media tanam, maka area penanaman harus
digemburkan (decompacted), dan disiram untuk area-area yang terlihat sangat
kering. Tidak ada pekerjaan penyebaran media tanam yang boleh dilakukan
sebelum ada persetujuan dari Manajer Konstruksi.

3.4. Penempatan dan Penyebaran Media tanam


Media tanam disebar dan ditempatkan pada area penanaman dengan ketebalan
(volume) sebagai berikut :
a. Pohon Damar
b. Pohon Ketapang Kencana
c. Rumput Gajah Mini

3.5. Pelaksanaan Penanaman


a. Penanganan tanaman
1) Menangani tanaman dalam suatu cara yang mencegah terjadinya kerusakan
pada tanaman. Tanaman harus dilindungi dan jika diperlukan dibungkus
dalam proses pengangkatan, menunggu dipindahkan, selama pemindahan,
dan penyimpanan di tapak. Tanaman yang tidak terlindung tidak boleh
dipindahkan dalam cuaca yang sangat panas. Seluruh material tanaman harus
dijaga agar tetap lembab selama proses pemindahan dan penyimpanan.
2) Menjaga tanaman dari sinar matahari dan angin yang kering setiap waktu.
Tanaman yang tidak dapat segera ditanam setelah pengiriman harus disimpan
dalam naungan, dijaga baik dan cukup diairi.
3) Semua spesimen, pohon dan palem yang tumbuh di lapangan dan yang
disimpan (stock) harus ditanam pada hari yang sama dengan pengirimannya
ke tapak (site). Tanaman tidak boleh dibiarkan tidak ditanam lebih dari dua
hari di tapak.
b. Penempatan Tanaman
1) Lokasi tanaman harus ditandai oleh Pelaksana untuk ditinjau ulang oleh
Konsultan MK sebelum pelaksanaan kerja. Pelaksana harus memberi tahu
Konsultan MK 3 hari di muka sebelum pemberian tanda.
2) Tanaman harus diletakkan di tengah-tengah dengan posisi tetap pada media
tanam padat yang sesuai, yang telah tercampur rata.
3) Tanaman harus diletakkan dengan ketinggian tanah rata dengan bentukan
lahan/grade akhir dan ditanam untuk memberi penampilan yang terbaik pada
struktur atau lingkungan terdekatnya.
c. Penunjang
Segera sesudah penanaman semua pohon damar dan ketapang kencana dengan
tinggi 6,0 m atau lebih, seperti pada detil, diberi penunjang.

54
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.6. Penanaman Rumput/Lempengan Rumput


a. Semua rumput yang disuplai oleh kontraktor haruslah dari jenis rumput gajah mini
(pennisetum purpureum vs cott) yang sehat dan vigor dari sumber yang disetujui
sesuai dengan yang tertera di BOQ. Rumput atau lempengan rumput harus
dipotong bujur sangkar dengan ukuran sekitar 15x15 cm, dan tebal 5 cm. Semua
rumput harus bersih dari gulma atau rumput liar (khususnya Mimosa pudica/putri
malu dan rumput teki) dan sampah.
b. Lempengan rumput tidak boleh terpecah menjadi potongan-potongan kecil untuk
penanaman.
c. Lempengan rumput harus diletakkan bersisian pada tanah dengan jarak antaranya
tidak lebih dari 2 cm.
d. Rumput harus ditanam pada area yang telah disiapkan segera sesudah pengiriman
untuk mencegah kerusakan.
e. Segera menyiram area rumput setelah penanaman. Penyiraman dalam jumlah yang
cukup untuk membasahi lempengan.
f. Setelah rumput dan tanah yang disiram sudah agak mengering, giling atau tumbuk
area rumput untuk memastikan ikatan yang baik antara lempengan dan tanah serta
menghilangkan ketidakteraturan ketinggian (bumpy).

3.7. Penanaman Tanaman Rambat


a. Menanam kembali dengan hati-hati dan sesuai dengan praktek-praktek
standard nursery.
b. Memakai media tanam sesuai spesifikasi pada Bagian 2 di atas untuk pengisian
lubang tanam.
c. Jarak tanam disesuaikan dengan ukuran diameter tanaman kurang lebih
berjarak 30 cm dan ditanam berdekatan dengan kaki dinding.
d. Tanaman rambat sebaiknya dilekatkan pada struktur penunjang dengan
mengikat pucuk utama mengarah ke atas.

3.8. Pemeliharaan Tanaman


a. Pemeliharaan akan meliputi, namun tak terbatas pada:
1) Perlindungan area yang dilewati lalu lintas, dengan membangun barikade
segera sesudah penanaman.
2) Menyiram area penanaman sebanyak kebutuhan untuk menunjang
pertumbuhan yang aktif, menjaga area lembab namun tidak menggenangi
(harian).
3) Pemupukan sesuai kebutuhan dan sesuai rekomendasi produsen (1-2 kali
/bulan).
4) Memelihara area penanaman bebas gulma dan rumput-rumput pengganggu
melalui pembersihan gulma harian jika dibutuhkan. Mencabut gulma hingga
ke akarnya (2 kali/bulan).
5) Memeriksa semua tanaman untuk penyakit dan serangan hama (setiap bulan
atau sesuai kebutuhan). Memindahkan tanaman yang rusak atau terinfeksi.
Material yang terkena diobati segera.
6) Segera memindahkan tanaman yang mati atau sekarat. Penggantian harus
dari jenis dan ukuran yang sama dengan tanaman sebelumnya (sesuai
kebutuhan).
7) Pengulangan pemberian penyangga, pengencangan ikatan atau pengaturan

55
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

kembali ke ketinggian yang sesuai atau penegakan kembali tanaman yang


tidak berada pada posisi tumbuh yang sesuai (sesuai kebutuhan).
8) Memangkas rumput hingga setinggi 15 mm (1 kali/bulan).
9) Merapikan semua pohon, semak dan penutup tanah seperti pengarahan
Penanggung Jawab Lansekap untuk membuat bentuk, kebiasaan dan tampilan
tanaman yang diinginkan (1 kali/ bulan).
10) Membuat catatan dari prosedur pemeliharaan yang meliputi tenaga kerja,
deskripsi tugas, pupuk, irigasi, dan lain-lain. Memberikan salinan dari
catatan pemeliharaan kepada Penanggung Jawab Lansekap.

b. Jadwal Pekerjaan Pemeliharaan Rutin


Pekerjaan Frekuensi

1. Penyiraman Harian
2. Pembersihan gulma Harian dan jika dibutuhkan
3. Forking bedeng tanaman Bulanan
4. Edging Bulanan
5. Pemupukan 2 kali/bulan
6. Penyemprotan hama penyakit Bulanan atau jika dibutuhkan
dengan adanya hama dan penyakit
7. Pemangkasan rumput Sekali/bulan
8. Perapian/trimming semak dan Sekali/bulan dan atau jika
penutup tanah dibutuhkan
9. Penggantian tanaman dan Jika dibutuhkan perbaikan kecil
bedeng tanaman
10. Pemberian penunjang untuk Jika dibutuhkan mengatur
pertumbuhan pohon dan tanaman

c. Tenaga kerja
Pengawas : 6 hari per minggu
Tim pekerja pemeliharaan : 7 hari per minggu.

d. Pelaksana harus membuat Jadwal Pemeliharaan Rutin yang isinya mengenai


aktivitas pemeliharaan, peralatan yang digunakan, obat-obatan atau jenis pupuk
yang dipakai serta jumlah dan pembagian tenaga pemeliharaan harian kepada
Konsultan MKuntuk dimintakan persetujuannya sebelum dimulainya pelaksanaan
masa pemeliharaan.

56

Anda mungkin juga menyukai