BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
alat dan material yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai mitigasi
terhadap perubahan iklim.
Kontraktor harus membuat/menyiapkan Rencana Kerja Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (RKPPL) berdasarkan Dokumen Lingkungan dan Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL) dan atau ijin Lingkungan dan ijin
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (PPLH) lainnya yang telah tersedia
pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan (PCM) untuk dilakukan pembahasan
bersama pengguna jasa dan konsultan pengawas. Bentuk RKPPL sebagaimana
dalam Lampiran dari Spesifikasi ini harus menggambarkan rona awal kondisi
lapangan, potensi dampak dari kegiatan pekerjaan dan rencana pengelolaan
lingkungan setiap perubahan rona awal kondisi lapangan. Berdasarkan RKPPL
tersebut, konsultan pengawas akan melakukan pemantauan sesuai periode yang
ditentukan dalam Dokumen Lingkungan dari setiap lokasi kegiatan dilapangan,
lokasi quarry dan lokasi basecamp termasuk jalan akses terkait tindak lanjut
penanganan pengelolaan lingkungan.
3.1.5 Manajemen mutu
Pekerjaan harus dilaksanakan melalui proses manajemen mutu, oleh
Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas, Kontraktor dan pihak ketiga. Program
manajemen mutu mempunyai dua komponen kunci yaitu:
• Pengendalian Mutu -> tanggung jawab Kontraktor
• Jaminan Mutu –> tanggung jawab Konsultan Pengawas menurut rencana.
3.2 Divisi Pembersihan Tempat Kerja/Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan
tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-
puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap
di tempatnya atau yang harus dipindahkan.
Konsultan pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan
menentukan seluruh pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap
berada di tempatnya. Kontraktor harus menjaga semua jenis benda yang telah
ditentukan harus tetap di tempatnya.
Bila pekerjaan telah selesai, daerah-daerah, tersebut harus dikembalikan
kepada Pengguna Jasa dengan keadaan yang sama seperti sebelumnya, dan setiap
kerusakan akibat langsung atau tak langsung dari pekerjaan kontraktor harus
Laporan Kerja Praktek |24
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap
titik untuk galian bahan perkerasan lama.
b. Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda
dari garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20
cm untuk batu di mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat
terhindarkan.
c. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan
itu tanpa terjadi genangan.
3. Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas
batas dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan
secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
b. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah
gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan
tanah kompresif yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan
menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan
setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki,
harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa
di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Pengawas
Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan
biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan,
termasuk pembuangan bahan galian. Juga termasuk pengangkutan hasil
galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari pemilik atau
penyewa tanah di mana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e. Bahan hasil galian struktur yang surplus,tidak boleh diletakkan di daerah
Laporan Kerja Praktek |26
aliran agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau
kinerja dari struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk
sedemikian hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari
pekerjaan struktur yang telah selesai.
4. Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
a. Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan,
semuastruktursementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring)
dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah
struktur atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
b. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi
milik Penyedia Jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen
dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan
yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
c. Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk
ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah
pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
saluran air.
d. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata
dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang
memadai.
5. Prosedur Penggalian
a. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi
yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas
Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan
dalam bentuk apapun yang dijumpai,termasuk tanah,batu,batu bata,beton
pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana
Laporan Kerja Praktek |27
material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Pengawas Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaaan
c. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar
untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau
fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam
sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu
yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan
semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus
dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara
menimbun kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan
Pengawas Pekerjaan.
d. Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat
bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal.
Pengawas Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan
untuk menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya,
peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya,
atau bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
e. Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang
diuraikan oleh Pengawas Pekerjaan.
f. Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan
atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada
kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau
bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terha-
dap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan
batu yang baru maupun yang lama.
Laporan Kerja Praktek |28
syarat, maka beton yang diproduksi pada saat pengambilan contoh tersebut
dianggap semua tidak memenuhi syarat.Bila nilai rata-rata dari keempat hasil
uji kuat tekan yang berurutan itu pada beton umur 7 hari lebih rendah dari
70% nilai minimum untuk beton usia 28 hari (untuk kuat tekan), atau di
bawah 80% dari nilai minimum kekuatan lentur pada umur 28 hari, maka
kadar semen dari beton itu harus ditambah sekurang-kurangnya 20 kg per
meter kubik beton padat, tanpa tambahan pembayaran, sampai modifikasi
campuran itu menghasilkan rumus campuran yang disetujui, setelah
pengujian beton umur 28 hari.
• Kekuatan Karakteristik Beton
Kekuatan karakteristik berbagai kelas beton harus ditentukan segera setelah
30 hasil pengujian yang pertama masing-masing kelas sudah tersedia.
• Penyimpangan dari Ketentuan Kuat Tekan
Bila hasil uji kuat tekan tidak sesuai dengan ketentuan menurut pasal ini, atau
bila hasil itu diragukan, Konsultan Pengawas harus memeriksa kuat tekan
dengan cara uji pecah (crushed test) pada contoh uji yang diambil dengan
alat rotary cor bore pada titik tertentu yang ditentukan konsultan pengawas
pada struktur yang telah dibangun.
• Penyimpangan dari Ketentuan Kuat Tekan
• Biaya
Membuat contoh beton dan mengadakan pengujian, termasuk biaya
pembuatan tempat contoh beton yang kuat dan biaya pengapalan atau
pengangkutan contoh beton uji dari lokasi kerja ke laboratorium, sudah
termasuk pada harga satuan beton semen portland. Kontraktor harus
bertanggung jawab untuk mencegah kerusakan pada contoh uji selama
pembuatan dan pengangkutannya.
• Dokumen Hasil Pengujian
Dokumen hasil pengujian harus disimpan oleh konsultan pengawas, tetapi
selalu terbuka untuk Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab untuk
membuat penyesuaian seperlunya untuk membuat beton sesuai ketentuan
spesifikasi.
3.7 Material
Semua material yang harus disediakan dan dipergunakan, yang tidak dibahas
Laporan Kerja Praktek |45
dalam pasal ini, harus sesuai dengan ketentuan dari bagian lain.
a. Semen
Semen yang digunakan adalah jenis Portland Composite Cement (PCC)
tipe I, yang di produksi oleh PT. Semen Andalas. Pengadaan semen sampai
ke lokasi proyek menggunakan alat angkut truk yang diangkut secara bertahap.
c. Air
Air yang digunakan pada proyek ini dari sumur yang sengaja digali di
sekitaran lokasi proyek .Air yang digunakan harus bersih , dan bebas dari bahan-bahan
yang terdapat merusak konstruksi seperti minyak ,asam dan unsur organic
d. Tulangan Beton
Tulangan yang digunakan pada proyek ini beragam,tergantung jenis
pekerjaannya masing masing.Untuk tulangan pada pembuatan dinding penahan
Laporan Kerja Praktek |46
f. Agregat Halus
1. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm)
2. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
3. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpukkan terpisah dan harus dipasok
Laporan Kerja Praktek |47
g. Agregat Kasar
a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan.
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu
atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7619:2012.
d) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.
b) Dump Truck
Dump truck merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan material hasil galian dan juga untuk mengangkut
material-material tanah dan bebatuan dari luar proyek maupun dari
dalam proyek. Pada proyek ini dump truck digunakan untuk
mengangkut material hasil dari clearing,mengangkut bahan material dan
peralatanlain.Kapasitas angkut dump truck sebesar 10 ton, sedangkan
Laporan Kerja Praktek |50
c) Tandem Roller
Tandem roller berfungsi sebagai alat pemadatan. Biasanya
digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir, misalnya untuk pekerjaan
penggilasan aspal beton agar diperoleh hasil akhir permukaan yang rata.
Alat ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya,
dan beratnya antara 8-14 ton, dan apabila diinginkan dapat diisi dengan
air, sehingga akan menambah berat 25-60%. Pada proyek ini tandem
roller yang digunakan adalah merk BOMAG tipe BW100AD dengan
kapasitas 6-8 ton yang berjumlah 1 unit. Tandem roller tidak digunakan
Laporan Kerja Praktek |51
untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak
roda-roda penggilasnya
e ) Vibratory Roller
Vibratory roller atau disebut juga compactor biasa digunakan untuk
pemadatan tanah/ jalan, yang mana roller drum bisa bergetar dan berputar
untuk memperbesar efek pemadatan sehingga getaran yang dihasilkan dari
mesin yang menghasilkan gaya tekanan vertikal kepada tanah yang
dilewati sehingga mengakibatkan tanah atau kerikil menjadi padat. Pada
proyek ini vibratory roller yang digunakan adalah merk Sakai tipe
SV515D dengan kapasitas 5-8 ton yang berjumlah 1 unit.
proyek ini, alat berat pneumatic tire roller ini di pakai merk SAKAI TS-
200 dengan kapasitas 8-10 ton yang berjumlah 1 unit
g ) Asphalt Finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin
pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Asphalt Finisher memiliki roda
yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper
yang tidak beralas.Sedangkan dibawah hopper tersebut terdapat pisau yang
juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai
dengan memasukkan aspal ke hopper.Kemudian aspal langsung turun ke
Laporan Kerja Praktek |53
j ) Concrete Mixer
Concrete mixer berfungsi untuk mengaduk/mencampur campuran
beton, alat ini sangat mendukung pekerjaan konstruksi. Mesin ini
digunakan untuk membantu proses adukan semen, sehingga akan
menghasilkan hasil yang lebih merata.Juga memberikan waktu dan tenaga
yang lebih efisien.Pada proyek ini concrete mixer hanya digunakan
sebagai pengaduk untuk campuran pengikat baja.
Laporan Kerja Praktek |54
▪ Palu;
▪ Linggis;
▪ Gerobak sorong;
▪ Sekop;
▪ Cangkul;
▪ Ember cor; dan
▪ Gergaji.