Disusun oleh :
Kelompok 8
Rival Nofriandi 202307200025 )
Lina marlina (963623025)
Novia Zenulia ( 963623002 )
Dosen : Asla De Vega,M.Pd
1
PENDAHULUAN
Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun. Anak usia dini sering disebut
dengan istilah golden age atau usia emas, karena pada usia ini anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek. Usia dini
terutama di bawah dua tahun menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak
untuk mempelajari sesuatu.
Penanganan anak usia dini khususnya di bidang pendidikan sangat menentukan
kualitas pendidikan di masa-masa mendatang. Pada masa usia dini itu kualitas hidup
seorang manusia dipancangkan dan memiliki makna dan pengaruh yang luar biasa pada
kehidupan yang selanjutnya.
Banyak penanganan atau cara yang dapat kita lakukan untuk anak usia dini dalam
meningkatkan potensinya, Oleh karenaitu, memberi pelajaran dan nasehat melalui cerita
atau dongeng adalah cara mendidik yang bijak dan cerdas. Mendidik dan menasehati
anak melalui cerita memberikan efek pemuasan terhadap kebutuhan akan imajinasi dan
fantasi anak.
Bercerita memberikan pengalaman psikologis dan linguistik pada anak sesuai
minat anak, sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan anak sekaligus menyenangkan
bagi anak. Hasil belajar melalui cerita akan bertahan lama karena akan lebih berkesan dan
bermakna, mengembangkan ketrampilan berpikir anak dengan permasalahan yang
dihadapi.
KAJIAN TEORI
2
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau
suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain. Bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan
sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang suatu
(ide) pengalaman. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat
dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak
melalui pendengaran kemudian menuturkannya kembali denagn tujuan melatih
ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan
(Bacthiar S. Bachri, 2005)
Pada kurikulum 1994, bercerita dinyatakan sebagai salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode bercerita didefinisikan sebagai cara
memberikan penerangan atau bertutur dan menyampaikan cerita secara lisan. Anak
sangat menyukai cerita atau dongeng sehingga bentuk metode cerita sangat cocok untuk
mengajarkan moral pada anak.
Strategi pembelajaran melalui bercerita merupakan salah satu strategi yang
banyak digunakan pada pembelajaran Taman Kanak-kanak, sebagai mana halnya
kegiatan pengajaran yang lain, kegiatan itu selalu dimulai dengan merencanakan,
melaksanakan dan menilai kegiatan pengajaran. Dikaitkan dengan dunia kehidupan anak,
bercerita adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar bagi anak. Dunia kehidupan anak penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita
harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan untuk
dapat menarik perhatian anak.
Bercerita biasanya dilakukan oleh seorang guru dengan membawakan cerita secara
lisan dan mengundang perhatian anak namun tidak lepas dari pendidikan anak usia dini.
Metode cerita adalah strategi yang kita gunakan di Pembelajaran untuk pendekatan
guru kepada anak
1. Becerita tentang kehidupan anak , sehingga mereka dapat lebih memahami dan
menangkap isi cerita, karena membahas mengenai hal-hal yang tidak asing bagi
mereka.
2. Kegiatan bercerita diusahakan menarik, asyik, lucu dan memberikan perasaan
gembira dan penuh suka cita.
3
3. Kegiatan bercerita harus menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik,
menggetarkan perasaan serta dapat memotivasi anak untuk mengikuti cerita
sampai tuntas (Masitoh, 2008: 10.3)
Kemampuan bercerita tidak muncul begitu saja, tetapi melalui persiapan yang matang
dan latihan terus menerus. Untuk dapat bercerita dengan baik, guru sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguasai isi cerita secara tuntas
b. Memiliki ketrampilan bercerita
c. Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus menerus
d. Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak
e. Menciptakan situasi emosional sesuai denagn tuntutan cerita (Masitoh, 2008:
10.3)
Menurut Masitoh, 2008: 10.3, kemampuan guru untuk bercerita dengan baik harus
didukung dengan cerita yang baik pula yaitu denagn kriteria:
a. Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri
b. Cerita itu harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak.
c. Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan anak mampu memahami isi cerita
4
mendongeng merupakan suatu cara untuk meneruskan warisan budaya yang
bernilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Menceritakan dongeng
pada anak membantu anak mengenal budaya leluhurnya dan menyerap pesan-
pesan yang terkandung didalamnya.
4. Bercerita dengan menggunakan papan flannel
teknik ini menekankan pada urutan cerita serta karakter tokoh yang terbuat dari
papan flannel yang berwarna netral. Gambar tokoh-tokoh mewakili perwatakan
tokoh cerita yang digunting dengan pola kertas dan ditempelkan pada kain
flannel.
5. Bercerita dengan menggunakan boneka
pemilihan cerita dan boneka tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka
yang digunakan mewakili tokoh cerita yang akan disampaikan.
6. Dramatisasi suatu cerita
teknik ini digunakan untuk memainkan cerita perwatakan tokoh dalam suatu
cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat umum(Gordon,
Browne, dalam Moeslichatoen, 1996).
7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
Teknik ini memungkinkan guru berkreasi dengan menggunakan jari-jari tangan,
dan ini tergantung kreativitas guru dalam memainkan jari-jarinya sesuai dengan
perwatakan tokoh yang dimainkannya.
Strategi pembelajaran melalui pendekatan konstruktivistik. Konstruktivistik
secara konseptual, proses belajar yang dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi dari satu arah dari luar kedalam diri siswa namun
sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi, yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya.
Pemberian makna pada objek dan pengalaman oleh individu tidak
dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam
jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar
kelas. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan yang dimaksud harus dilakukan oleh si
5
belajar dan ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep
dan pemberian makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Penerapan dan Aplikasi Strategi Pembelajaran Melalui Bercerita
1. Contoh penerapan dan aplikasi bercerita pada Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah bentuk pendidikan untuk rentang usia 4-6 tahun.
Pada masa TK fokus pembelajarannya adalah penanaman, pembinaan perilaku dan
sikap melalui pembiasaan yang baik dan kemampuan-kemampuan dasar yang
dimiliki anak harus dikembangkan secara optimal dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah bercerita. Hal-hal yang diperlukan dalam bercerita adalah
a. Menentukan tujuan dan tema cerita
Contoh penerapannya:
Tema : Tolong menolong
Tujuan: Mengajarkan anak untuk hidup saling tolong menolong
Mengembangkan kemampuan sosial emosional anak
b. Menentukan bentuk bercerita yang dipilih
Bentuk-bentuk yang bisa dipilih misalnya membaca langsung dari buku, ilustrasi
gambar, dan lain sebagainya. Untuk tema tolong-menolong ini dipilih bentuk
bercerita dengan membaca buku cerita. Guru harus dapat memilih buku cerita
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta tema yang telah dipilih
sebelumnya.
c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita.
Sesuai dengan bentuk cerita yang telah dipilih yaitu bercerita dengan membaca
buku maka guru harus menyiapkan buku sesuai dengan tema cerita dan
memperlihatkan pada anak gambar-gambar yang ada pada buku terebut.
d. Menetapkan rancangan dan langkah-langkah kegiatan bercerita
Langkah-langkah:
Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita
Mengatur tempat duduk
Anak-anak duduk membentuk lingkaran sehingga akan terjalin komunikasi yang
lebih efektif.
Kegiatan pembukaan
6
Guru mengadakan apresiasi yang sesuai dengan naskah cerita yang dibuat
serta disesuaikan dengan lingkungan anak.
Contoh:
“Anak-anak siapa yang pernah melihat kecelakaan?”
Saya bu…saya bu…, ya…ya…pintar sekali.
Kalau anak-anak melihat ada orang yang kecelakaan atau mengalami
musibah, apa yang akan kalian lakukan? “Ditolong bu!”. Kemudian guru
memberikan pemahaman dari model perilaku anak.
Pengembangan cerita
Guru mengembangkan sendiri isi ceritanya, jadi guru tidak hanya mengacu
pada kata-kata atau kalimat yang ada dalam buku cerita tetapi dikembangkan
lebih luas lagi dan masih bersangkutan dengan cerita pada buku cerita
tersebut.
Menetapkan teknik berkata yang akan digunakan
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita
Setelah bercerita selesai maka anak-anak diberi pertanyaan.
Contoh:
“Anak-anak siapa yang mengalami kecelakaan?”
Siapa yang menolong bapak itu?. Dibawa kemana bapak yang tertabrak tadi?
e. Menetapkan rancangan penilaian
Rancangan penilaian harus sesuai dengan pelaksanaan kegiatan serta tujuan dan
tema. Misal tujuan dari tolong-menolong adalah menanamkan kebiasaan untuk
saling tolong-menolong jika ada teman yang membutuhkan pertolongan.
2. Contoh penerapan dan aplikasi bercerita pada Kelompok Bermain (2-4 tahun)
Kelompok Bermain (KB) adalah wadah pembinaan sebagai usaha kesejahteraan
anak dengan menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi anak yang berusia 2
sampai 4 tahun. Selain itu KB adalah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak. Pada kelompok bermain ini anak dapat distimulasi
7
perkembangannya melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui bercerita. Hal-
hal yang perlu dilakukan dalam bercerita adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan dan tema
Contoh penerapannya :
Tema : Berbagi
Tujuan : Membangun sikap peduli
Membangun sikap anak untuk berbagi sejak dini
Mengajarkan anak tentang bagaimana bersikap ikhlas dalam berbagi
kepada sesama
b. Menentukan bentuk bercerita yang dipilih
Setelah menentukan tema dan tujuan bercerita, langkah selanjutnya adalah
menentukan bentuk bercerita yang cocok atau sesuai dengan tema dan tujuan
yang telah ditentukan sebelumya. Bentuk bercerita yang dapat dipilih adalah
menggunakan ilustrasi gambar dari buku.. .
c. Menetapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam bercerita
Alat dan bahan yang digunakan harus sesuai dengan bentuk bercerita. Alat dan
bahan yang akan digunakan dalam bercerita adalah ilustrasi gambar anak yang
sedang membagikan kue kepada temannya. Gambarnya yang digunakan
sebaiknya cukup besar, berwarna, menarik dan lucu.
d. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Guru mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita tentang berbagi
Guru mengatur tempat duduk. Anak-anak duduk membentuk setengah lingkaran
dan guru menghadap pada anak-anak.
Guru melaksanakan kegiatan pembukaan dengan memberikan apresiasi tentang
berbagi.
Guru mengembangkan cerita
Menetapkan teknik bertutur dengan menggunakan intonasi suara yang berbeda
antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain sesuai dengan karakter tokoh.
Mengajuan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
Contoh: “Anak-anak, siapa memberi sepotong roti pada Dina??”
“Maukah Dina mebagi sepotong roti dengan Ani??”
8
Contoh penerapan dan aplikasi bercerita usia Tempat Penitipan Anak (0-2
tahun)
Taman Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur
pendidikan nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja.
TPA menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak
sejak lahir sampai dengan usia 2 tahun.
Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita pada TPA dapat diberikan
pada anak yang usianya 2 tahun. Untuk usia dibawah 2 tahun masih sulit diterapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
a. Menentukan tujuan dan tema
Contoh penerapannya :
Tema : Binatang
Tujuan : Mengenalkan nama dan suara binatang
Mengembangkan kemampuan bahasa anak
b. Menentukan bentuk bercerita yang dipilih
Bentuk bercerita yang dapat dipilih dalam kegiatan bercerita pada TPA harus
sesuai dengan tema dan tujuan cerita. Pada tema binatang ini dipilih bentuk
bercerita menggunakan boneka. Guru memilih boneka dengan bentuk hewan
kucing dan bebek.
c. Menetapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam bercerita
Alat dan bahan yang digunakan dalam tema binatang ini adalah panggung boneka
dan boneka binatang dengan bentuk hewan kucing dan bebek.
d. Menetapkan rancangan dan langkah-langkah bercerita
Mengatur tempat duduk
Anak-anak duduk membentuk lingkaran
Kegiatan pembukaan
Pendidik memberikan pertanyaan pada anak. Misalnya, “Anak-anak siapa yang
pernah melihat kucing?”. Kalau kucing suaranya bagaimana? “meong-meong”.
Pengembangan cerita
9
Pendidik mengembangkan cerita dengan menarik dan lucu agar anak dapat
memusatkan perhatiannya.
Menetapkan teknik bertutur
Karakter suara pada tokoh kucing dan bebek harus berbeda dan sesuai dengan
perwatakan antara masimg-masing tokoh. Kata-kata yang digunakan sederhana
dan mudah dipahami oleh anak. Durasi bercerita pendek.
Analisis :
Berdasarkan data-data di atas pelaksanaan strategi melalui bercerita di PAUD (TK, KB,
TPA) adalah sebagai berikut:
1. TK
Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita pada usia TK dilakukan untuk
merangsang perkembangan kemampuan bahasa anak, melatih dan membentuk
ketrampilan berbicara secara sederhana, daya nalar, kognitif dan pengembangan
10
imajinasi anak. Bercerita dapat disertai gambau maupun dalam bentuk lainnya, seperti
panggung boneka. Cerita sebaiknya diberikan seca\ra menarik dan membuka kesempatan
bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai
Menurut kelompok kami strategi pembelajaran melelui bercerita dengan model
konstruktivistik baik karena pada usia ini anak mampu menggunakan inderanya.
11
dengan menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, menggambar
(Samsudin,2008).
. Demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya memerhatikan, akan tetapi demonstrasi
dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret (Wina Sanjaya,2008). Peneliti
menggunakan metode demonstrasi dikarenakan metode ini memudahkan anak dalam
melakukan kegiatan menulis. Metode demonstrasi juga berbeda dengan metode yang lain,
metode ini dapat memudahkan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar agar
dapat menjadi lebih baik dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
anak.
Berdasarkan penemuan tersebut penulis tertarik mengkaji permasalahan ini
kedalam sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Dasar melalui metode demonstrasi pada anak usia 5-6 tahun di
TK . Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas guru dalam meningkatkan
kemampuan menulis dasar melalui metode demonstrasi pada anak usia 5-6 tahun
14
12
Rizkiyana (2019) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-
kata atau kumpulan kata. Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati atau alat untuk berinteraksi atau alat untuk
berkomunikasi dalam arti alat untuk manyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan. Ada beberapa teori-teori perkembangan bahasa anak yaitu: a) teori nativisme,
b) teori behavioristic, c) teori kognitif.
Metode Tanya jawab adalah pembelajaran yang di persiapkan guru berupa pertanyaan
yang di tuju ke anak didik . dengan mempersiapkan pembelajaran yang telah di jelaskan.
Tetapi anak didik juga bisa memberikan pertanyaan kepada guru .penggunaan metode ini
dengan baik dan tepat bisa merangsang motivasi dan keinginan ingin tahu.
13