Anda di halaman 1dari 17

METODE BERCERITA, METODE BERMAIN PERAN

DAN METODE KARYA WISATA

Oleh:

Alfi Rosyida. Dina Wati. Intan Octaviani, Siti Aisyah

A. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Menurut Moeslichatoen Metode bercerita merupakan salah satu pemberian
pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara
lisan.1 Metode bercerita adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran melalui
kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian peserta didik. 2 Metode bercerita
adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam
bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-Kanak.3
Sedangkan menurut Kusnaini metode bercerita adalah cara guru bercerita pada
anak didik untuk memperkenalkan hal – hal baru dan menyampaikan pembelajaran
mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak usia dini. Metode bercerita
disampaikan melalui cerita yang menarik dengan atau tanpa bantuan media
pembelajaran. Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan, nasihat, dan
informasi yang dapat ditangkap oleh anak sehingga dapat memahami cerita serta
meneladani hal-hal baik yang disampaikan. Melalui metode bercerita anak dapat
mengembangkan kemampuan bahasannya, dapat mengulang cerita yang didengarnya
dengan bahasa yang sederhana sehingga berpengaruh terhadap kemampuan kosakata
dasar anak.4

1
Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
h.157.
2
Fadlillah, Muhammad.(2012). Desain Pembelajaran PAUD (Tinjauan Teoretik & Praktik). Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media. h.179
3
Dhieni, Nurbiana. 2010. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. h.66
4
Kusnaini, Nanik. 2005. Teknik Bercerita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.h. 20.
1
Berdasarkan definisi tersebut disimpulkan bahwa metode bercerita adalah
cara untuk menyampaikan suatu pengalaman belajar kepada anak usia dini dalam
bentuk cerita.
2. Manfaat dan Tujuan
Manfaat Metode Bercerita
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita
sebagai berikut :
a) Membantu pembentukan pribadi dan anak moral
b) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
c) Memacu kemampuan verbal anak.
d) Merangsang minat menulis anak.
e) Merangsang minat baca anak.
f) Merangsang pengetahuan anak.5
Menurut Dhienie beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini
diantaranya adalah:
a) Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia TK dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan.
b) Melatih daya pikir anak usia dini, untuk melatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubugan-hubungan
sebab akibatnya.
c) Melatih daya konsentrasi anak usia dini, untuk memusatkan perhatianya kepada
keseluruhan cerita, karena pemusatan perhatian tersebut anak dapat melihat
hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita.
d) Mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak dengan daya
fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada
diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan
sekitarnya ini berararti membantu mengembangkan wawasan anak.

5
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:
Depdiknas.h.95
2
e) Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana
hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya anak usia dini
senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikanya
dengan menarik.6
Tujuan Metode Bercerita
1. Pengembangan Bahasa dan Keterampilan Komunikasi
Melalui cerita, anak dapat memperkaya kosakata, memahami struktur
kalimat, dan meningkatkan keterampilan berbicara, Membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan mendengarkan dan memahami informasi yang
disampaikan.
2. Stimulasi Imajinasi dan Kreativitas
Cerita-cerita dapat merangsang imajinasi anak, membantu mereka berpikir
kreatif, dan mengembangkan kemampuan berpikir anak.
3. Pembentukan Nilai dan Karakter
Melalui cerita, anak dapat belajar tentang nilai-nilai moral, mengidentifikasi
perbedaan antara benar dan salah, serta memahami konsep empati dan
toleransi.
4. Pengembangan Keterampilan Sosial
Cerita-cerita sering kali mengandung pesan-pesan tentang interaksi
sosial, persahabatan, dan kerjasama, yang dapat membantu anak memahami
pentingnya hubungan antar manusia.7
3. Kelebihan Metode Bercerita
a. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena anak
didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah,
sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
b. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya.
c. Cerita itu mengandung unsur hiburan sedangkan tabiat manusia suka hiburan
untuk meringankan beban hidup sehari-hari.
6
Ibid, h.68.
7
Rice Angg, Muna Sovia, and Siti Rah, ‘Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita
Kelompok Usia 4-5 Tahun Di TKIT Sultan Jakarta Utara’, Jurnal Ilmiah Potensia, 8.1 (2023), 121–30.
3
d. Didalam cerita itu ada tokoh-tokoh dengan watak tertentu yang bisa memjadi
model (teladan) bagi pembentukan watak dan tingkah laku anak-anak.8
4. Kekurangan Metode Bercerita
a. Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi oleh
masalah lain.
b. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga
pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
c. Tidak semua pendidik dapat menjiwai suatu cerita seperti yang dimaksudkan oleh
pengarangnya.9
5. Langkah-langkah Penerapannya
Menurut Abdul Majid bahwa:
a. Guru sebaiknya memilih jenis cerita yang bisa ia bawakan dengan baik.
b. Mempersiapkan cerita sebelum masuk kelas yang bertujuan untuk mengetahui
peristiwa beserta kronologis terjadinya cerita. Kegiatan persiapan akan sangat
membantu dalam membawakan cerita tersebut dengan mudah dan lancar, serta
dapat menyampaikan semua peristiwa cerita di depan anak-anak dengan jelas
seakan-akan cerita tersebut adalah gambaran khayal yang hidup.
c. Posisi duduk anak didik ketika cerita berlangsung. Posisi duduk dalam
penceritaan bertujuan untuk merangsang anak mendengarkan proses penceritaan
dengan potensi yang ada pada diri mereka. Yang lebih utama adalah anak bisa
memposisikan dirinya dengan posisi yang dapat memungkinkannya
mendengarkan cerita dengan spontan. Dan posisi duduk yang paling baik bagi
anak didik adalah mengelilingi guru dengan bentuk setengah lingkaran.
d. Cara seorang guru membawakan cerita yang berdasarkan plot cerita dan
pemecahan masalah, selain itu pengutaraan intonasi/volume suara serta
improvisasi yang selaras dengan alur cerita.10

B. Metode Bermain Peran


8
Zainuddin Dkk, ''Kelebihan Metode Bercerita'', (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Hlm.117.
9
Hajrah, ''Pengembangan Metode Bercerita Pada Anak Usia Dini'', Administrasi Pendidikan Kekhususan
PAUD, 1, 2018, 4 <http://eprints.unm.ac.id/11249/1/Jurnal Hajrah.pdf>.
10
Yusra Yusra, ''Penerapan Metode Bercerita Dalam Mengembangkan Bahasa Pada Kalangan Anak Usia
Dini'', Seulanga : Jurnal Pendidikan Anak, 2.1 (2023), 52–63 <https://doi.org/10.47766/seulanga.v2i1.1404>.
4
1. Pengertian Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari anak-anak yang
masih muda. Merupakan salah satu cara bagi anak untuk menelusuri dunianya,
dengan meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Ini
adalah ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan
drama atau ditafsirkan sebagai penampilan. Drama peran adalah sangat sementara,
hanya berlaku sesaat. Bisa berlangsung selama beberapa menit atau terus berlangsung
untuk beberapa waktu. Bisa juga dimainkan berulang kali bila ketertarikan si anak
cukup kuat, tetapi bila ini terjadi maka pengulangan tersebut bukanlah sebagai bentuk
latihan, melainkan adalah pengulangan pengalaman yang kreatif untuk kesenangan
murni dalam melakukannya. Ia tidak memiliki awalan dan akhiran dan tidak memiliki
perkembangan dalam arti drama Berbeda halnya dengan bermain peran yang
dilakukan sebagai pengembangan dari aspek-aspek perkembangan anak, memiliki
tujuan yang ingin dicapai dan dilihat perkembangannya.11
Hakikat bermain peran dalam pembelajaran PAUD terletak pada keterlibatan
emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah secara nyata dihadapi.
Melalui bermain peran dalam pembelajaran diharapkan anak- anak mampu
mengeksplorasikan perasaan-perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai,
dan presepsi, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai
cara.12
2. Manfaat Dan Tujuan Bermain Peran
a. Manfaat Bermain Peran
Dampak positif serta nilai-nilai fungsi dan manfaat bermain peran
meliputi mengembangkan tingkat intelegensi dan stabilitas emosional anak,
mencegah terjadinya penyimpangan karakter, depresi, dan gangguan kejiwaan lain
yang disebabkan oleh mental, meletakkan dasar-dasar pendewasaan diri dengan
benar, secara alami, bertahap, dan berkelanjutan.

11
Ali Nugraha dan Yeni Rahmawati, Metode Pengembangan Sosial Emosional (Tangerang: Universitas
Terbuka, 2020), hlm. 7.22.
12
‘Mulyasa, Manajemen PAUD, Bandung, Remaja Rosdakarya: 2021, h.174’.
5
Melalui bermain peran, anak-anak belajar berkonsentrsi, melatih
imajinasi, mencoba ide baru, melatih perilaku orang-orang dewasa dan
mengembangkan rasa kendali atas dunianya sendiri. Anak-anak mendapatkan
kewaspadaan yang mengenai kecantikan, ritme, dan struktur lingkungannya dan
sambil tubuhnya mempelajari lebih banyak lagi mengenai cara berkomunikasi
dengan pikirannya sendiri, perasaannya dan emosinya.13
b. Tujuan Bermain Peran
Tujuan bermain peran dalam pendidikan anak usia dini merupakan untuk
memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi
masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah
anak bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat, melalui
peran anak-anak berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran
tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Melalui metode bermain peran, anak-anak belajar memberikan konstribusi
Kerjasama yang baik terhadap temannya dalam perencanaan gabungan saat
memilih tokoh pemain. Bermain peran dalam dunia bermain anak bersifat sangat
luas. Anak tidak terpaku pada bentuk-bentuk peniruan karakter tokoh seseorang,
tetapi dapat juga berupa stimulasi peran benda tertentu, seperti kereta, pesawat,
mobil, atau robot. 14
3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Bermain Peran
a. Kelebihan Metode Bermain Peran
Kelebihan metode bermain peran (role playing) melibatkan seluruh
anak berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerja sama. Anak juga dapat belajar menggunakan
bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah,
sebagai berikut:
1) Menarik perhatian anak karena masalah-masalah sosial berguna bagi
mereka.

13
‘Jasa Ungguh Muliawan,Tips Jitu Memilih Mainan Posif & Kreatif Untuk Anak Anda, Jogjakarta: Diva
Press,2019, h.238’.
14
‘Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2016, h.107’.
6
2) Anak berperan seperti orang lain, sehingga ia dapat merasakan perasaan
orang lain, mengakui pendapat orang lain, saling pengertian, tenggang
rasa, toleransi.
3) Berpikir dan bertindak kreatif
4) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena anak dapat
menghayatinya.
5) Anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
6) Merangsang rasa semangat anak dalam minat belajar.
7) Permainan peran bisa pula memupuk dan mengembangkan suatu rasa
kebersamaan dan kerjasama antar peserta didik Ketika memainkan sebuah
peran.
8) Anak bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
9) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan anak.
10) Sangat menarik bagi anak, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis
dan penuh antusias.
b. Kekurangan Metode Bermain Peran
1) Metode bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang atau banyak
2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
anak, dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan.
5) Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat
memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai.15
4. Langkah-Langkah Metode Bermain Peran
Untuk melakukan dan melaksanakan metode bermain peran maka
dibutuhkan beberapa tahapan atau pijakan dalam pelaksanaanya meliputi:

15
‘Suharto, Pendekatan Dan Teknik Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito, 2019, h.
418’.
7
a. Pijakan sebelum bermain peran
Guru membacakan atau menceritakan dengan menggunakan buku yang
berkaitan dengan tema yang akan dimainkan, hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Guru
memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan dan peralatan
bermain,mendiskusikan aturan. dan harapan untuk pengalaman main, guru
menjelaskan rangkaian waktu main, menentukan bahan main yang akan
digunakan saat bermain, guru menentukan tempat untuk melakukan kegiatan
bermain peran
b. Pijakan saat bermain peran
Pada saat kegiatan hendak berlangsung, maka guru bertugas
menetapkan peran yang akan dimainkan dan memilih peran dalam
pembelajaran, pada tahap ini anak-anak dan guru mendeskripsikan berbagai
watak dan karakter apa yang mereka suka, bagaimana merek merasakan, dan
apa yang harus mereka kerjakan, kemudian anak-anak diberi kesempatan
secara sukarela untuk menjadi pemeran. Terbagi menjadi beberapa tahapan,
diantaranya yaitu :
1. Tahap satu (agen simbolik)
Anak menerima tindakan, pura-pura melakukan kegiatan dengan
diri sendiri seperti benda yang melakukannnya. Perilaku harus
menunujukkan bahwa anak diransang bertindak, tidak hanya
mengulangnya, anak pura-pura main dengan diri sendiri dalam caranya
sendiri. Orang lain menerima tindakan anak, anak pura-pura
mengarahkan kegiatan sederhana pada temannya atau benda. Anak
mengambil peran pura-pura secara aktif, tetapi tidak diarahkan kepada
orang lain, anak juga dapat menentukan peran untuk mainan atau benda
2. Tahap dua (pengganti simbolik)
Anak menggunakan benda nyata, dengan cara yang tepat, untuk
menirukan sebuah kegiatan. Anak menggunakan alat dan benda mungkin
sama atau tidak dengan benda yang sesungguhnya. Anak tidak
8
menggunakan benda dalam main peran, menggunakan alat khayalan yang
tidak ada secara fisik, pura-pura main dengan sesuatu yang tidak ada,
anak bercakap dengan peran pura-pura
c. Pijakan Pengalaman Setelah bermain Peran
Guru meransang anak untuk mengingat kembali pengalaman
mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya, lalu
menggunakan waktu membereskan peralatan bermain peran sebagai
pengalaman belajar positif melalui pengelompokkan, urutan, dan
pengelolaan lingkungan main peran secara tepat.16
C. Metode Karya Wisata
Metode karyawisata yakni metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengamati dunia secara langsung, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-
benda lainnya. Melalui metode ini, anak dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan
observasi dan mengkaji segala sesuatu secara langsung. 17 Menurut Mukhtar Latif, metode
karyawisata adalah melakukan kunjungan secara langsung pada objek yang sesuai
dengann tema pembahasan. Melalui kunjungan tersebut, anak dapat mengamati secara
langsung dan memperoleh kesan dari apa yang diamatinya.18
Menurut Syaiful Sagala, metode karyawisata adalah metode yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum
sekolah.Sedangkan metode karyawisata menurut Zakiah Dradjat, yakni kunjungan siswa
di tempat-tempat tertentu yang terkait dengan kegiatan mencapai tujuan pendidikan. 19
a. Manfaat Metode Karya Wisata
Metode karyawisata memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai
berikut:

16
‘Mukhtar Latif,Dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori & Aplikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2017, h. 214’.
17
Cahniyo Wijaya Kuswanto Devi Sofa Nur Hidayah, ‘PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
Vol 3, No 1, Oktober 2019’, Paud Lectura, 3.2 (2019), 1–9
<http://proceedings.kopertais4.or.id/index.php/ancoms/article/view/68>.
18
Anita Fitriya, ‘Penggunaan Metode Karyawisata Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia
Dini Di RA Al Azhar Kabupaten Jember’, Childhood Education : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3.2 (2022),
159–80 <https://doi.org/10.53515/cji.2022.3.2.159-180>.
19
Wiga Ines Saputri, Arief Tukiman Hendrawijaya, and Niswatul Imsiyah, ‘Hubungan Antara Metode
Karyawisata Dengan Pembentukan Karakter Mandiri Anak Usia Dini Di PAUD Al-Baitul Amien Jember’, Learning
Community : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3.1 (2019), 23 <https://doi.org/10.19184/jlc.v3i1.13529>.
9
1. Dapat merangsang minat anak terhadap sesuatu
2. memperluas informasi yang telah diperoleh
3. memberikan pengalaman kepada anak mengenai sesuatu yang nyata
4. dapat menambah wawasan anak
5. Membatu perkembangan sosial anak
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata.20
b. Kelebihan Metode Karya Wisata
1. Anak dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman.
2. Dapat membangkitkan gairah belajar anak
3. Materi pelajaran menjadi lebih aktual
4. Anak dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman.
5. Dapat lebih merangsang kreatifitas anak
c. Kekurangan Metode Karya Wisata
1. Memerlukan persiapan yang matang.
2. Melibatkan banyak pihak
3. Memerlukan dana yang tidak sedikit.
4. Sulit mengatur siswa
5. Memerlukan tanggung jawab pendidik dan sekolah atas keselamatan anak, apalagi
jika menempuh jarak yang jauh21
d. Langkah-langkah Metode Karya Wisata
Karya wisata sebagai metode mengajar memerlukan langkah- langkah yang
baik, di antaranya; persiapan dan perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Persiapan Karyawisata oleh Guru Secara umum persiapan pendidik untuk adalah:
1. Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai tema kegiatan beajar yang
dipilih.

20
A Sulastri, S Millah, and F F Hanifunni’am, ‘Penerapan Metode Karyawisata Sebagai Upaya
Peningkatan Fisik Motorik Anak’, … : Jurnal Pendidikan Islam Anak …, 4.2 (2020), 13–26
<https://riset-iaid.net/index.php/TA/article/view/452>.
21
Farny Sutriany Jafar and Fitriyani - Arifin, ‘Penerapan Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan
Berbahasa Ekspresif (Berbicara) Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Darul Falah Ponpes Samarinda Tahun Pembelajaran
2017/2018’, Jurnal Warna : Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 3.1 (2018), 62–75
<https://doi.org/10.24903/jw.v3i1.230>.
10
Seorang pendidik perlu menetapkan beberapa kriteria penting dalam
menetapkan sasaran karyawisata. Sasaran karyawisata yang ditetapkan haruslah
secara relative lebih menunjang peningkatan aspek per mbangan anak TK yang
ingin dicapai. Sasaran karyawisata mudah dijangkau oleh anak-anak yang masih
muda usia dan tidak melelahkan, dan resiko bahaya yang kecil.Mengadakan
hubungan dan pengenalan medan sasaran karyawisata.22
Pendidik harus benar-benar mengenal sasaran karyawisata yang sudah
ditetapkan. Sebelum membawa anak TK ke sasaran karyawisata, terlebih dahulu
pendidik harus mendatangi sasaran untuk mendapat informasi langsung dan
mengamati secara khusus kemungkinan pengalaman belajar yang akan diperoleh
anak di tempat itu dan aspek-aspek penting apa yang dapat ditunjukkan kepada
anak sesuai dengan perhatian dan minat mereka.23
2. Merumuskan progam kegiatan melalui karyawisata
Ada lima pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh pendidik untuk
memutuskan penggunaan metode karyawisata pada anak TK yakni: tujuan
pendidikan yang ingin dicapai,kesesuaian karyawisata itu, banyaknya waktu yang
harus disediakan, biaya yang dibutuhkan, antisipasi bahayayang mungkin terjadi
dan cara-cara mengatasinya.
3. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk karyawisata.
Untuk merancang karyawisata yang baik, pendidik perlu menyusun daftar
bahan dan alat apa saja yang diperlukan.24
4. Menetapkan tata tertib berkaryawisata
Kegiatan belajar tidak akan terjadi bila tidak ada tata tertib dalam
berkaryawisata. Penetapan tata tertib diarahkan pada pengendalian diri dan
memungkinkan anak memahami dan menghayati tingkah laku yang dapat diterima

22
Sinta Mutiara and Salis Wahyu Hidayati, ‘Upaya Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Pada Anak Usia
Dini Melalui Metode Karya Wisata Di Ra Masyithoh Al Munawaroh Seranggede’, Jurnal Al-Fitrah: Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1.1 (2022), 40–46 <https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/alfitrah/article/view/2514>.
23
DWI ETIKA HERA PRADANI SAFITRI, ‘Peranan Metode Karyawisata Dalam Keterampilan Berbicara
Pada Anak Usia 4-5 Tahun’, EDUKIDS : Jurnal Inovasi Pendidikan Anak Usia Dini, 3.1 (2023), 1–7
<https://doi.org/10.51878/edukids.v3i1.1894>.
24
Ayi Siti Aminah Rahayu, Syafa’atun Nahriyah, and Gilang Maulana Jmaludin, ‘Pengaruh Penerapan
Metode Karyawisata Terhadap Peningkatan Kemampuan Sains Di RA Az-Zahra’, Ri’ayatulathfal: Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1.1 (2022), 1–8.
11
kelompok. Tata tertib memberi batasan apa yang boleh X dilakukan dan tidak
boleh dilakukan anak bagi kebaikan bersama dalam melaksanakan karyawisata.
5. Permintaan izin dan partisipasi orang tua anak
Pendidik harus menginformsikan kepada orang tua tentang rencana
karyawisata. Informsi itu dimaksudkan agar orang tua mengatahui tentang
kegiatan tersebut, bagi orang tua yang berminat atau memperoleh giliran agar ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan karyawisata. Di samping itu perlu izin orang tua
untuk mengikuti karyawisata.25
6. Persiapan pendidik di kelas
Kegiatan karyawisata dapat merupakan batu loncatan untuk melakukan
kegiatan belajar dengan menggunakan metode yang lain di kelas atau merupakan
puncak kegiatan setelah melakukan kegiatan belajar di kelas, maka pendidik perlu
merancang kegiatan belajar di kelas sebagai batu loncatan untuk melaksanakan
kegiatan karyawisata perlu memperhatikan langkah sebagai berikut:
a. Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas- petugas lainnya.
b. Memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama.
c. Mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, pula tugas- tugas kelompok
sesuai dengan tanggung jawabnya.
d. Memberi petunjuk bila perlu.26
7. Penilaian Karyawisata
Pelaksanaan penilaian karyawisata merupakan perwujudan rancangan
penilaian karyawisata sesudah karyawisata berakhir. Penilaian melalui kegiatan
tindak lanjut yakni penerapan has belajar berkaryawisata ke dalam kegiatan di
kelas dalam kaitan pengembangan kreativitas, misalnya, yaitu melalui
membangun, menggambar, bercakap-cakap, bercerita, dan sebagainya. Bila dalam
kegiatan di kelas ini anak menunjukkan kemajuan, maka tujuan engajaran
berhasil. melalui karyawisata Penilaian karyawisata sebagai kegiatan puncak agar

25
Djailan Mansur, ‘Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Karyawisata Di TK
Balitka Manado’, JUPE : Jurnal Pendidikan Mandala, 7.4 (2022), 792–807
<https://doi.org/10.58258/jupe.v7i4.4179>.
26
Sulistiani Iskandar, Lukman Hamid, and Nisa Nurhidayah, ‘Peningkatan Perkembangan Bahasa
Ekspresif Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Karyawisata’, Jurnal Keislaman Dan Pendidikan, 2.2 (2021), 12–15
<ejournal.stit-alhidayah.ac.id>.
12
anak memperoleh pemahaman yang utuh tentang bunga misalnya, berupa banyak
pengenalan warna, bentuk, dan ukuran bunga, yang dapat diperoleh anak. Adakah
keselarasan antara tuntutan pendidik dan hasil.27

27
Suridah S and others, ‘Pelaksanaan Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Taman Kanak-Kanak’, Al-TA’DIB, 12.2 (2020), 294 <https://doi.org/10.31332/atdbwv12i2.1341>.
13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai salah satu faktor pendidikan, metode menempati peranan yang tidak kalah
pentingnya dari faktor lainnya. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode. Metode mempunyai kedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode berfungsi sebagai alat perangsang dari
luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang, seperti metode bercerita yang
merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan, lalu metode bermain peran sebagai salah satu cara bagi
anak untuk menelusuri dunianya, dengan meniru tindakan dan karakter dari orang-orang
yang berada di sekitarnya serta metode karyawisata, melalui metode ini, anak dapat
memperoleh kesempatan untuk melakukan observasi dan mengkaji segala sesuatu secara
langsung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha Dan Yeni Rahmawati, Metode Pengembangan Sosial Emosional (Tangerang:
Universitas Terbuka, 2014), Hlm. 7.22

Angg, Rice, Muna Sovia, and Siti Rah, ‘Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode
Bercerita Kelompok Usia 4-5 Tahun Di TKIT Sultan Jakarta Utara’, Jurnal Ilmiah Potensia,
8.1 (2023), 121–30

Devi Sofa Nur Hidayah, Cahniyo Wijaya Kuswanto, ‘PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol 3, No 1, Oktober 2019’, Paud Lectura, 3.2 (2019), 1–9
<http://proceedings.kopertais4.or.id/index.php/ancoms/article/view/68>

‘Dhieni, Nurbiana. 2010. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka’

‘Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2016, h.107’

‘Fadlillah, Muhammad.(2012). Desain Pembelajaran PAUD (Tinjauan Teoretik & Praktik).


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.’

Fitriya, Anita, ‘Penggunaan Metode Karyawisata Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak
Usia Dini Di RA Al Azhar Kabupaten Jember’, Childhood Education : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 3.2 (2022), 159–80 <https://doi.org/10.53515/cji.2022.3.2.159-180>

Hajrah, ‘Pengembangan Metode Bercerita Pada Anak Usia Dini’, Administrasi Pendidikan
Kekhususan PAUD, 1, 2018, 4

Ibid, h.22, 22AD

Iskandar, Sulistiani, Lukman Hamid, and Nisa Nurhidayah, ‘Peningkatan Perkembangan Bahasa
Ekspresif Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Karyawisata’, Jurnal Keislaman Dan
Pendidikan, 2.2 (2021), 12–15 <ejournal.stit-alhidayah.ac.id>

Jafar, Farny Sutriany, and Fitriyani - Arifin, ‘Penerapan Metode Karyawisata Terhadap
Kemampuan Berbahasa Ekspresif (Berbicara) Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Darul Falah

15
Ponpes Samarinda Tahun Pembelajaran 2017/2018’, Jurnal Warna : Pendidikan Dan
Pembelajaran Anak Usia Dini, 3.1 (2018), 62–75 <https://doi.org/10.24903/jw.v3i1.230>

‘Jasa Ungguh Muliawan,Tips Jitu Memilih Mainan Posif & Kreatif Untuk Anak Anda,
Jogjakarta: Diva Press,2019, h.238’

‘Kusnaini, Nanik. 2005. Teknik Bercerita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.’

Mansur, Djailan, ‘Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Karyawisata Di


TK Balitka Manado’, JUPE : Jurnal Pendidikan Mandala, 7.4 (2022), 792–807
<https://doi.org/10.58258/jupe.v7i4.4179>

‘Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Asdi


Mahasatya’

‘Mukhtar Latif,Dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori & Aplikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,2017, h. 214’

‘Mulyasa, Manajemen PAUD, Bandung, Remaja Rosdakarya: 2021, h.174’

‘Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:
Depdiknas.’

Mutiara, Sinta, and Salis Wahyu Hidayati, ‘Upaya Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Pada
Anak Usia Dini Melalui Metode Karya Wisata Di Ra Masyithoh Al Munawaroh
Seranggede’, Jurnal Al-Fitrah: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1.1 (2022), 40–46
<https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/alfitrah/article/view/2514>

Rahayu, Ayi Siti Aminah, Syafa’atun Nahriyah, and Gilang Maulana Jmaludin, ‘Pengaruh
Penerapan Metode Karyawisata Terhadap Peningkatan Kemampuan Sains Di RA Az-
Zahra’, Ri’ayatulathfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1.1 (2022), 1–8

S, Suridah, Dimas Fajar, Fahrurrozi F, Rani Anggraeni, Ruhiyati Ulfa, and Sonia S, ‘Pelaksanaan
Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-
Kanak’, Al-TA’DIB, 12.2 (2020), 294 <https://doi.org/10.31332/atdbwv12i2.1341>

SAFITRI, DWI ETIKA HERA PRADANI, ‘Peranan Metode Karyawisata Dalam Keterampilan

16
Berbicara Pada Anak Usia 4-5 Tahun’, EDUKIDS : Jurnal Inovasi Pendidikan Anak Usia
Dini, 3.1 (2023), 1–7 <https://doi.org/10.51878/edukids.v3i1.1894>

Saputri, Wiga Ines, Arief Tukiman Hendrawijaya, and Niswatul Imsiyah, ‘Hubungan Antara
Metode Karyawisata Dengan Pembentukan Karakter Mandiri Anak Usia Dini Di PAUD Al-
Baitul Amien Jember’, Learning Community : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3.1 (2019),
23 <https://doi.org/10.19184/jlc.v3i1.13529>

‘Suharto, Pendekatan Dan Teknik Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito,
2019, h. 418’

Sulastri, A, S Millah, and F F Hanifunni’am, ‘Penerapan Metode Karyawisata Sebagai Upaya


Peningkatan Fisik Motorik Anak’, … : Jurnal Pendidikan Islam Anak …, 4.2 (2020), 13–26
<https://riset-iaid.net/index.php/TA/article/view/452>

Yusra, Yusra, ‘Penerapan Metode Bercerita Dalam Mengembangkan Bahasa Pada Kalangan
Anak Usia Dini’, Seulanga : Jurnal Pendidikan Anak, 2.1 (2023), 52–63
<https://doi.org/10.47766/seulanga.v2i1.1404>

‘Zainuddin Dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
Hlm.117’

17

Anda mungkin juga menyukai