Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No.

1 Tahun 2019

KONSEP KHALIFAH FI AL-ARDH DALAM SURAT AL-BAQARAH AYAT 30


DAN IMPLIKASINYA PADA TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Moh. Shofan1

Email: shofan_mag@yahoo.com

Abstrak

Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat dari Allah


untuk memelihara dan memakmurkan bumi, gelar khalifah,
walaupun pada mulanya hanya untuk Adam semata, tetapi pada
hakekatnya adalah untuk manusia secara umum. Khalifah adalah
manusia yang aktif dalam tatanan alam semesta, seorang khalifah
adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan,
keimanan dan amal saleh serta khalifah adalah manusia kreatif
yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapan-Nya.
Pada hakikatnya manusia sebagai khalifah harus sadar, bahwa dia
sebagai pemegang mandat dari Allah yang wajib mengikuti apa
yang diinginkan oleh sang pemberi mandat (Allah) dan tidak boleh
mengabaikannya, karena amanat yang dilimpahkan padanya akan
dipertanggungjawabkan kelak. Untuk dapat melaksanakan fungsi
kekhalifahan dengan baik manusia perlu diberikan pendidikan.
Melalui proses pendidikan, manusia akan dapat mengembangkan
segenap potensi yang ada dalam dirinya yang selanjutnya akan
menjadi bekal bagi dirinya untuk dapat menjalankan tugasnya.
Tulisan ini secara filosofis menyajikan konsep khilafah dalam surah
al-Baqarah ayat 30 dan implikasinya pada dunia Pendidikan Islam.

Kata Kunci: Khalifah fi al-Ard, Pendidikan, Islam, alam semesta

1
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aulia Bogor

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 139


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

PENDAHULUAN hingga masa umawiyyah. Kedatangan


Diskursus khalifah hadir sebagai barat ke kawasan Islam memunculkan
solusi atas segala problematika dan konsekuensi dinamika khalifah
dinamika kehidupan secara wacana (Rahim, 2012: 20).
maupun praksis yang selalu dinamis Islam memberi porsi tersendiri
sesuai arus politis, budaya, sosial, dalam menyuguhkan diskursus
pendidikan, dan ekonomi. khalifah (pemimpin) secara normatif
Keberadaan khalifah yang dimulai dan individual. Secara normatif, Islam
dari aspek etimologi dan menyampaikan menu khalifah dalam
terminologinya hingga posisinya dua sumber hukum, al-Quran2 dan
sebagai sebuah produk tidak bisa hadis baik implisit maupun eksplisit.
dilepaskan dari aspek sejarah. Secara Secara subyektif, Islam tidak
etimoligi, khalifah diambil dari kata melarang pemberian makna khalifah
khalafa yang berarti mengganti atau yang bersumber dari individu
mengikat. Jadi khalifah berarti (penafsiran). Individu-individu tersebut
seseorang yang mengganti orang lain menyampaikan pandangannya
(Langgulung, 1986: 42). Aspek didasarkan pada konotasi-konotasi
terminologi khalifah didefinisikan universal seperti karakter politis dan
dalam tiga pendapat, diantaranya: non politis;3 hak manusia dalam
Pertama, umat manusia sebagai
2
makhluk mengganti makhluk yang lain Redaksi Khalifah (‫ )خليفة‬QS.
2:30, 38:26; redaksi Khalaif (‫ )خالئف‬10:14,
yang telah menempati bumi. Kedua, 10:72, 35:39, 6:165; redaksi Khulafa (‫)خلفاء‬
khalifah berarti setiap kumpulan yang QS. 27:62, 7:69, 7:74; redaksi khalafa
(‫ )خلف‬QS. 7:169; redaksi yakhlifuna (‫)يخلفون‬
lain dapat mengganti kumpulan lain. QS. 43:60; redaksi ukhlufni (‫ )اخلفني‬QS.
7:142; redaksi istakhlafa (‫ )استخلف‬QS. 24:
Ketiga, khalifah tidak bisa sekedar 55; dan redaksi yastakhlifu (‫ )يستخلف‬QS.
diartikan sebagai mengganti orang 24:55, 6:133, 7:129, 11:57.
3
Jamaluddin al-Anshory
lain, lebih jauhh, hal ini diartikan berpendapat bahwa terminologi dan citra
khalifah dibagi menjadi dua. Pertama,
sebagai wakil Allah (Langgulung, khalifah berkonotasi politis. Kategori ini
1986: 42). Aspek sejarah menempatkan khalifah pada posisi kepala
atau pemimpin Negara atau institusi
mengajarkan bahwa khalifah di masa pemerintahan dengan tugas
pengendalian beberapa urusan
klasik tidak pernah dipermasalahkan
masyarakat untuk iklim keamanan,
kestabilan, kesejahteraan, dan

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 140


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

pengelolaan wilayah, (Shihab, 1994: Konsepsi khalifah fi al-Ardh


156-158) kepemimpinan dalam dalam al-Quran menjadi sebuah
bermasyarakat, (Jindan, 1995: 8)4 produk yang dinamis. Kedinamisan
otoritas tuhan dalam distribusi daya tersebut sangat berbanding terbalik
dan kemampuan pada manusia di dengan nalar logika. jika premis
atas bumi, (Al-Maududi, 1996: 64) mayor merupakan sebuah karakter
pemeliharaan kelestarian agama dan umum, maka premis minor tentu
kesejahteraan dunia.(Ali: 5) berupa karakter khusus. Analogi
tersebut dapat direfleksikan dengan
kebahagiaan. Definisi dan citra ini juga
dipengaruhi intervensi agama yang yang konsepsi khalifah fi al-Ard. Posisi
memaksa kedaulatan khalifah sebagai
khalifah yang berkarakter umum
pengganti pemimpin agama (Rasulullah,
Muhammad) dalam hal pemeliharaan sebagai premis mayor berbanding
agama dan pengurusan kepentingan
umat. Citra ini juga sering dikaitkan terbalik dengan khalifah fi al-ard yang
dengan terminologi imam dengan
berkarakter khusus sebagai premis
pertimbangan fungsi ketaataan secara
monarki dan amir dengan pertimbangan minor dalam tataran idealitas. Tataran
fungsi militer dan administrasi
pemerintahan. Kedua, khalifah realitas menyatakan bahwa konsep
berkonotasi non politis. Kategori ini khalifah fi al-ard tidak pernah final.
menempatkan semua manusia sebagai
khalifah secara fitrah. Hegemoni agama Ketidakfinalan konsep khalifah fi al-
dalam melekatkan esensi dan nilai-
nilainya terhadap terminologi khalifah Ardh dirasa mencolok manakala
lebih dominan yang ditandai dengan indikasi pandangan-pandangan terkait
pelaksanaan normatifitas agama dan
penempatan relasi antara khalifah dan konsep tersebut beranjak dari
khalifatullah. Ahmad Sudja’I, KONSEP
KHILAFAH DALAM TAFSIR SAYYID antonimi, antara Ideologis-Teologis-
QUTHB DAN TAFSIR HAMKA Studi Dogmatif-Normatif dengan tinjauan
Perbandingan (Jakarta: Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri kontemporer; atau antara pendekatan
Syarif Hidayatullah, 2000), h. 39-40. Lihat
juga, Jamaluddin Muhammad al-Anshory, mimetik, obyektif, pragmatik, dengan
Lisan al-Arabiy, Vol. XI (Mesir: al-Dar al- ekspresif.
Mishriyyah, tt.), h. 83. Bandingkan,
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam Pendekatan-pendekatan yang
di Indonesia (Jakarta: tp., 1992/1992), h.
60-67.
saling bersinggungan untuk melihat
4
Lihat juga Ahmad Sudja’I, fenomena khalifah fi al-Ard dalam
KONSEP KHILAFAH DALAM TAFSIR
SAYYID QUTHB DAN TAFSIR HAMKA sebuah karya ayau produk berbentuk
Studi Perbandingan (Jakarta: Program
teks akan menghasilkan pemahamn
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2000), h. 41.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 141


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

atau konsep yang berbeda. ekspresif memandang bahwa khalifah


Pendekatan mimetik menyatakan fi al-Ard adalah konsep mati tanpa
bahwa teks lahir dari lingkungan, makna karena titik tekan total ini
masyarakat, social, budaya, dan bertumpu pada pengarang atau
segenap hal-hal universal yang ada penyair, Allah. Pendekatan pragmatik
(Gbenola & Okoroegbe, 2014: 415). adalah pendekatan yang
Kelahiran khalifah fi al-Ard dalam al- menitikberatkan pemahaman unsur
Quran dibuktikan karena pada saat itu teks (menjadi suatu konsep) pada
masyarakat Arab ada dalam masa pendengar, pembacara, atau audien
jahiliah. Pendekatan obyektif (Abrams: 6). Pendekatan ini lebih
menyatakan bahwa teks (yang di bergantung pada ada atau tidaknya
dalamnya terdapat redaksi khalifah fi pembaca, sejauh apa pengetahuan
al-Ard) adalah produk yang terisolasi dan pengalaman pendengar, atau
dari intervensi pihak luar sehingga ia seberapa absurd teks atau objek
hanya bisa diartikulasikan sesuai kajian bagi audien.
penampilannya di teks (Abrams: 25). Diskursus yang tejadi selalu
Redaksi khalifah fi al-Ard menurut menghadirkan penafsiran (baca: ‫) تفسير‬
pendekatan obyektif adalah konsep sebagai cara dalam memahami
yang menyatakan bahwa pemimpin konsep khalifah fi al-Ard dan iklim the
tidak bisa dibatasi oleh ruang dan new war of thinking. Pemikiran ini
waktu. Pendekatan ekspresif dilandasi oleh aspek Ideologis-
menyatakan bahwa teks atau karya Teologis-Dogmatif-Normatif dengan
sastra adalah proyek pemikiran dan aspek kontemporer. Secara Ideologis-
perasaan penyair; atau puisi bisa Teologis-Dogmatif-Normatif, khalifah fi
didefinisikan dalam istilah-istilah al-Ardh akan mengarah pada
proses imajinatif yang memodifikasi penokohan (Karim: 80). Penokohan
dan mensintensiskan gambar, pertama didasarkan pada genetika
pemikiran, dan perasaan pengarang atau historisitas yaitu Adam.
(Abrams: 20-21). Redaksi khalifah fi Penokohan kedua didasarkan atas
al-Ard adalah salah satu unsur yang lebel al-Insan al-Kamil yaitu
ada dalam al-Qur’an. Pendekatan Muhammad. Distribusi pemahaman

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 142


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

kreativitas dan inovasi yang antara hati (berupa spiritualitas dan


didistribusikan pada malaikat moral), (Natta, 2016: 4)7 akal pikiran
hendaknya ditindak lanjuti oleh (wawasan intelektual, head), dan
manusia (Irwandar, 2003: 171-178). unsur kemampuan tehnis (hand); dan
Islam sebagai agama dengan komprehensif (ajaran yang
semangat rahmatan lil alamin dan dibawanya) (Natta, 2016: 11).
gerakan sosial masyarakat5 yang Penerjemahan konsep rahmatan lil
lebih terdidik merupakan daya tarik alamin agama dan pribadi
tersendiri dalam hal pendidikan. Muhammad selalu memerlukan
Konsep rahmatan lil alamin agama pembaharuan gerakan yang relevan
(sebagai institusi) bagi Abudin Nata dan kontekstual seperti pendidikan
merujuk pada pribadi Muhammad Islam. Islam sebagai agama yang
(sebagai individu subyektif yang memperhatikan pendidikan
diakui dan diyakini oleh agama (belakangan ini) menggaungkan
Islam)6 dengan karakter rahmatan lil alamin dengan beberapa
mengedepankan rasionalitas (ditandai indikator seperti pengembangan
dari beberapa peperangan yang pendidikan damai Islam damai,
menghasilkan kemenangan dan pengembangan pendidikan
kekalahan); kecerdasan (intelektual kewirausahaan serta pembangunan
dan intelegensi dalam analisis dan relasi antara dunia pendidikan dengan
mengambil kesimpulan-keputusan dunia usaha dan industri,
dengan tepat-akurat); keseimbangan pengembangan ilmu-ilmu social
profetik dengan yang menjelaskan
5 fenomena social sekaligus dan
Keberadaan struktur
kesempatan politis adalah suatu
pemahaman awal yang perlu diketahui
7
sebelum beranjak pada gerakan social Lihat juga Waheduddin Khan,
secara umum. Di sisi lain, struktur Muhammad A Prophet for All Humanities
kesempatan politis juga melekat pada (Jakarta: Grafindo Persada, 1989), h. 60-
hubungan antara gerakan social dan 62. Syaikh Sayiyurrahman al-Mubarakfuri,
gerakan kekuasaan, khususnya gerakan Al-Rahiq al-Mahtum, Sirah Nabawiyah
kekuasaan politis. Ziad Munson, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), cet.
“ISLAMIC MOBILIZATION Social 1., h. 475-479. Muhaimin Husain Haikal,
Movement Theory and the Egyptian Sejarah Hidup Muhammad (terj.) Ali
Muslim Brotherhood”, The Sociological Audah, judul asli Hayatu Muhammad
Quarterly Vol. 42, No. 4 (tb. 2001): 494. (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1992), cet.
6
Lihat QS. 3:59, 33:21, XIII, h. 302-387.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 143


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

mengarahkan transformasi dilandasi khalifah.” Mereka berkata: “Apakah


cita-cita etik dan profetik tertentu.8 Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat
PEMBAHASAN kerusakan padanya dan
Konsep Khalifah Fil Ardh menumpahkan darah, padahal kami
Pada bab sebelumnya secara senantiasa bertasbih dengan memuji
panjang lebar sudah dijelaskan Engkau dan mensucikan Engkau?”
secara teoritis tentang diskursus Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
khalifah fi al-ard dan tujuan lebih mengetahui apa yang tidak
pendidikan Islam serta beberapa kalian ketahui.” (QS al-Baqarah [2]:
tinjauan atau sudut pandang, baik 30)9
Teologis-Dogmatis-Ideologis-Normatif
dan Kontemporer, serta bagaimana 9
Ayat di atas memerintahkan Nabi
Muhammad saw. untuk mengingat apa
relasi satu sama lainnya dalam
yang pernah disampaikan Allah kepada
membentuk sebuah paradigma para Malaikat-Nya. Hal ini sekaligus
sebuah isyarat bagi Nabi Muhammad
keilmuan. Bab ini menjelaskan untuk menyampaikan dan mengingatkan
konsep khalifah fi al-ard sebagaimana kembali umatnya tentang tugas yang
pernah dibebankan kepada manusia pada
terkandung dalam surat al-Baqarah awal penciptaannya. Nabi Muhammad
dan umatnya disuruh untuk mengingat
ayat 30. Allâh Azza wa Jalla suatu peristiwa ketika Allâh Azza wa Jalla
menjelaskan kepada manusia tentang berfirman kepada para Malaikat terkait
rencananya menciptakan dan
tugas-tugas lain mereka di muka bumi mengangkat seorang khalifah di muka
bumi. Khalifah itu, dalam rencana Allah,
yaitu menjadi khalifah Allah. dimaksudkan untuk menggantikan peran
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu Allah Azza wa Jalla dalam melaksanakan
hukum-hukum-Nya. Khalifah itu adalah
berfirman kepada para malaikat: Adam as. dan juga kaum-kaum
sesudahnya yang sebagian
“Sesungguhnya Aku hendak menggantikan sebagian lainnya di kurun
menjadikan di muka bumi itu seorang waktu dan generasi yang berbeda.
Demikian penjelasan dari Muhammad Ali
al-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwah
8
QS. 3:110. Lihat juga al-Tafasir: Tafsir li al-Qur’an al-Karim.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Lihat al-Sayyid Sabiq, Al-‘Aqa’id al-
Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, Islamiyyah. (Dar al-Fikr: Beirut, Lebanon,
1991), cet. 1, h. 87. Abudin Nata, Islam 1992), hlm. 111-129. Lihat juga,
Rahmatan Lil Alamin sebagai Model Muhammad Ali al-Shabuni. Shafwah al-
Pendidikan Islam menuju ASEAN Tafasir: Tafsir li al-Qur’an al-Karim. (Dar
Community (Jakarta: UIN Syarif al-Kutub al-Islamiyyah: Jakarta,
Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 11. Indonesia, Jilid 1, 1999) hlm. 48

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 144


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

Jika dilihat terjemahan makna Kalaulah yang Allah inginkan adalah


ayat 30 di atas, seringkali terlihat agar mereka beribadah kepada-Nya,
terdapat penambahan kata ingatlah. bukankah selama ini para Malaikat
Ada penjelasan untuk itu terkait senantiasa bertasbih dan
dengan ilmu dalam bahasa Arab. Hal mentaqdiskan (mensucikan) Allah?
itu terkait erat dengan kata idz yang (Katsir, 1997: 83)
oleh sebagian orang dianggap Sebagian Mufassir lain
sebagai huruf tambahan (zâ’idah). menganggap bahwa para Malaikat
Jumhur Mufassir menyatakan bahwa bertanya berdasarkan ketidaktahuan
huruf idz sesudah huruf wawu mereka sehingga mereka menduga-
bukanlah tambahan. Huruf idz di ayat duga jangan-jangan makhluk itu tidak
tersebut sesungguhnya digantungkan seperti mereka. Hal itu didasarkan
(mu’allaqah) dengan kata kerja (fi’l) kepada dugaan yang mereka anggap
yang muqaddar yang taqdirnya sebagai pengetahuan spesifik (‘ilm
adalah wadzkur idz qâla (Al-Tsa’alabi, khassh) mereka bahwa jenis makhluq
1996: 58). Itulah mengapa sebabnya yang akan diciptakan Allah itu
dalam terjemahan maknanya memiliki kecenderungan melakukan
mendapat tambahan kata ingatlah kerusakan dan pertumpahan darah
meskipun di teks al-Qur’an-nya tidak (Katsir, 1997: 83). Sebagian Mufassir
terdapat kata udzkur dalam bentuk fi’l mendasarkan dugaan para Malaikat
amr. terhadap makhluq Allâh bernama Jinn
Di samping itu, penggunaan yang pernah menghuni bumi terlebih
huruf alif sebelum fi’l mudhari’ yang dahulu dan mereka melakukan
merupakan harf al-istifham yang kerusakan di muka bumi. Keterangan
berarti apakah, bukan mengapa. Para seperti ini didasarkan kepada
Malaikat bertanya apakah perlu keterangan al-Dhahak yang
menciptakan khalifah jika dia dan bersumber kepada Ibn ‘Abbas dan
keturunannya nanti menurut keterangan Mujahid yang bersumber
pemberitahuan Allah kepada para kepada Abdullah ibn ‘Amr (Katsir,
Malaikat-Nya adalah akan berpotensi 1997: 85).
melakukan kerusakan di muka bumi. Pertanyaan dan anggapan

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 145


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

(bukan keraguan dan perasaan pengetahuan mereka. Mereka tidak


dengki) para Malaikat dijawab oleh mampu menyebutkan nama-nama
Allah bahwa semua itu sudah yang ditunjuk oleh Allah. Semua
diperhitungkan secara matang atas makhluq Allah diberi pengetahuan
dasar Kemahatahuan-Nya yang yang terbatas sifatnya, termasuk para
melampaui pengetahuan semua Malaikat yang lebih banyak
makhluq-Nya, termasuk para mengetahui hal-hal yang ghaib
Malaikat. Allah bermaksud menurut pandangan manusia. Hanya
menyadarkan para Malaikat-Nya Allah sendirilah yang paling
bahwa sesungguhnya Dia mengetahui apa saja yang ada di
mengetahui kemaslahatan dan alam Allah, langit maupun bumi, dunia
hikmah sesuatu yang tidak mereka maupun akhirat.11
ketahui. Termasuk dalam penciptaan
11
Allah mengajarkan nama-nama
seorang khalifah, tentu ada suatu
kepada Adam, kemudian nama-nama itu
hikmah yang boleh jadi tidak mereka ditunjukkan Adam kepada Malaikat atas
perintah Allah, akan tetapi malaikat tidak
ketahui (Al-Baidhawi, 2003: 52). bisa menyebutkan kembali nama-nama
Selanjutnya Allah mengajarkan yang telah ditunjukkan Adam kepada
mereka. Kejadian itu menyadarkan
kepada Adam nama-nama. Dan malikat bahwa secara fitrah manusia
mempunya isti’dad (bakat) untuk
adalah hak Allah sepenuhnya untuk mengetahui hal-hal yang belum mereka
mengajarkan sesuatu kepada siapa ketahui. Ringkasnya manusia dengan
kekuaan akal ilmu dan daya tangkap, iya
saja yang dikehendaki-Nya.10 Oleh bisa berbuat mengelola Alam Semesta
dengan penuh kebebasan. Manusia dapat
Allah, Adam as diajari oleh Allah berkreasi, mengolah perambangan dan
nama-nama ciptaan-ciptaan Allah (al- tumbuh-tumbuhan, dapat menyelidiki
lautan, daratan dan udara serta dapat
makhluqat). Setelah nama-nama itu merubah wajah bumi, yang tandus bisa
menjadi subur, dan bukit-bukit terjal bisa
dapat Adam ketahui dan ingat dengan menjadi dataran atau lembah yang sangat
baik, selanjutnya Allâh perlu subur. Dengan kemampuan akalnya
manusia dapat pula merubah jenis
membuktikan apa yang pernah tnaman baru sebagai hasil cangkok
sehigga tumbuh pohon yang sebelumnya
disampaikan-Nya kepada para belum pernah ada. Semuanya ini
Malaikat terkait kemahatahuan-Nya. diciptakan Allah untuk kepentingan
manusia, hal diatas merupakan bukti
Malaikat pun mengakui keterbatasan yang jelas hikmah menjadikan manusia
sebagai Khalifah di bumi. Dengan
kemampuan yang ia miliki ia dapat
10
QS al-Baqarah [2]: 31 mengungkapkan keajaiban-keajaiban

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 146


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

Setelah para Malaikat Yusuf ‘alaihi al-salâm. Apalagi jika kita


menyadari keagungan Allah dan baca penjelasan dari Muhammad ibn
mengetahui sebagian hikmah dari Umar Nawawi al-Jawi dalam kitab
penciptaan seorang khalifah di muka tafsirnya, bahwa sujud untuk
bumi, selanjutnya Allah memuliakan Adam ‘alaihi al-salâm
memerintahkan para Malaikat untuk tersebut adalah tanpa meletakkan
sujud kepada Adam as. Sujud yang dahi di atas bumi (Al-Jawi, 2003: 16).
dimaksud di sini bukanlah sujud Para Malaikat sujud kepada
sebagaimana layaknya sujudnya Adam karena taat dan patuh
seorang hamba kepada Sang melaksanakan perintah Allah. Namun
Pencipta (al-Khaliq). Sujud yang ternyata ada yang tidak mau turut
diperintahkan Allah adalah sujud bersujud, yaitu Iblis. Lalu apa yang
penghormatan (tahiyyah) dan menyebabkan Iblis membangkang,
pemuliaan (ta’zhim) terhadap Adam tidak mau menjalankan perintah Allah
sebagai makhluq ciptaan Allah yang sebagaimana Malaikat yang bersujud
memiliki kelebihan atas makhluq yang kepada Adam? Tidak lain dan tidak
lain karena adanya karunia Allah, bukan karena adanya perasaan
bukan sujud memperhambakan diri merasa lebih besar dan lebih hebat
(sujud ’ibadah) (Shihab, 2000: 150- (takabbur) yang tertanam di dalam diri
151). Hal sama juga terjadi pada Iblis. Iblis merasa lebih besar dan
sujudnya Nabi Ya’qub ‘alaihi al-salâm lebih mulia dari Adam. Iblis merasa
dan anak-anaknya terhadap Nabi lebih mulia dari Adam karena ia
tercipta dari api. Adapun Adam, dia
cipaan Allah dan rahasia-rahasia
makhluknya. Al-Maraghi menambahkan, tercipta dari tanah. Di ayat lain
dalam ayat diatas memberi gambaran
bahwa Allah elah melebihkan manusia dijelaskan bahwa bahan penciptaan
dari maklhuk yang lain. Karena dalam diri Iblis yang termasuk bangsa Jin
manusia telah disediakan “alat” yang
dengannya manusia bisa meraih adalah dari api yang sangat panas
kematangan sacara sempurna dibidang
ilmu pengetahuan, lebih jauh
(nar al-samum).
jangkauannya dibanding makhluk lain Berdasarkan proses dialog
termasuk malaikat. Berdasarka inilah
manusia lebih diutamakan menjadi antara Allah, Adam, Malaikat dan Iblis
khalifah di bumi dibanding malaikat. Lihat,
sebagaimana termaktub dalam kitab
Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi
(Terj.) (Semarang: Thoha Putra, 1985)

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 147


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

al-Qur’an di atas, peran manusia digantikan, dan dapat juga akibat


sebagai khalifatullah, lebih karena penghormatan yang diberikan kepada
manusia memiliki jati diri yang orang yang menggantikan” (Al-
berbeda dengan makhluk lain yaitu Ahfahani: 156).
dengan diberi otak untuk berfikir dan Ibnu Atsir mengatakan bahwa
hati sebagai indra kepekaan sosial al-Khalifah (‫)الخليفة‬ artinya adalah
(Al-Alaby, 1992: 8). Kata khalfun yang orang yang mengambil alih posisi
merupakan derivasi dari lafadz orang lain yang “pergi” dan
khalifah, secara umum berarti waktu melanjutkan tugasnya. Dan jamaknya
atau bagian belakang, atau generasi adalah khulafa’ ‫(خلفأ‬Al-Anshary: 437).-
yang ada di belakang (Lajnah, 2009: Sya’rawi mengemukakan bahwa yang
7). Adapun makna yang diberikan menggantikan itu boleh jadi
oleh kata khalifah, apabila ditelusuri menyangkut waktu ataupun tempat.
lebih jauh lagi, kata tersebut Ayat ini dapat berarti pergantian
membahas mengenai hubungan antara sesama makhluk manusia
manusia dengan Allah atau sosial dalam kehidupan dunia ini, tetapi
kemasyarakatan, maupun hubungan dapat juga berarti kekhalifahan
manusia dengan alam semesta. manusia yang diterimanya dari Allah.
Makna kata Khalifah artinya Namun asy-Sya’rawi tidak
“pengganti”. Ar-Ragib al-Asfahani, memahaminya dalam arti bahwa
dalam Mu’jam Mufradat fi Gharibil manusia yang menggantikan Allah
Quran, menjelaskan bahwa dalam menegakkan kehendak-Nya,
menggantikan yang lain berarti akan tetapi ia memahamikakhalifahan
melaksanakan sesuatu atas nama tersebut berkaitan dengan reaksi dan
yang digantikan, baik bersama yang ketundukan bumi kepada manusia
digantikannya maupun sesudahnya. yang dianugerahkan Allah kepada
Lebih lanjut, Al-Asfahani manusia (Shihab, 2001: 363-364).
menyebutkan bahwa kekhalifahan
tersebut dapat terlaksana akibat Al Maraghi berpendapat bahwa
ketiadaan di tempat, kematian atau khalifah berarti jenis lain dari makhluk
ketidakmampuan orang yang sebelumnya, disamping itu bisa juga

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 148


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

diartikan sebagai pengganti Allah penciptaan Khalifah di Bumi yang


untuk melaksanakan perintah- kemudian para Malaikat mengadakan
perintah-Nya terhadap manusia. sanggahan. Berdasarkan tersebut,
Sebagian mufassir berpendapat maka ayat diatas merupakan tamsil
bahwa yang dimaksud dengan atau perumpamaan dari Allah agar
khalifah di sini adalah sebagai mudah dipahami oleh manusia,
pengganti Allah dalam melaksanakan khususnya mengenai proses kejadian
perintah-perintah-Nya kepada Adam dan keistimewaannya (Al-
manusia. Oleh sebab itu istilah yang Maraghi, 1985).
mengatakan “manusia adalah khalifah Sementara menurut Ahmad
Allah di bumi”, sudah sangat popular Hasan Firhat, seperti dikutip Samsul
(Al-Maraghi, 134). Nizar menyebutkan bahwa
Menurut Musthfa Al-Maraghi kedudukan kekhalifahan manusia
Q.S. Al-Baqarah ayat 30 dapat dibedakan dalam dua bentuk,
menceritakan tentang kisah kejadian yaitu khalifah kauniyat dan khalifah
umat manusia. Menurutnya dalam syariat (Nizar, 2001: 70). Khalifah
kisah penciptaan Adam yang terdapat kauniyat mencakup wewenang
dalam ayat tersebut mengandung manusia secara umum yang telah
hikmah dan rahasia yang oleh Allah dianugerahkan Allah SWT untuk
diungkap dalam bentuk dialok antara mengatur dan memanfaatkan alam
Allah dengan malaikat. Ayat ini semesta beserta isinya bagi
termasuk ayat Mutasyabihat yang kelangsungan kehidupan umat
tidak cukup dipahami dari segi manusia di muka bumi. Pemberian
dhahirnya ayat saja. Sebab jika wewenang Allah kepada manusia
demikian berarti Allah mengadakan dalam konteks ini, meliputi
musyawarah dengan hambanya pemakmuran yang bersifat umum
dalam melakukan penciptaan. tanpa dibatasi oleh agama atau
Sementara hal ini adalah mustahil keyakinan apa yang dia akui. Artinya,
bagi Allah. Karena ayat ini kemudian label kekahalifahan yang
diartikan dengan pemberitaan Allah dimaksud diberikan kepada semua
pada para malaikat tentang manusia sebagai penguasa alam

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 149


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

semesta. dengan keimanan yang dimilikinya,


Bila dimensi ini dijadikan mampu menjadi pilar dan kontrol
standar dalam melihat predikat dalam mengatur mekanisme alam
manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, semesta, sesuai dengan nilai-nilai
maka akan berdampak negatif bagi Ilahiyah yang telah digariskan Allah
kelangsungan kehidupan manusia lewat ajaran-Nya. Dengan prinsip ini
dalam alam semesta. Manusia manusia, akan senantiasa berbuat
dengan kekuatannya akan kebaikan dan memanfaatkan alam
mempergunakan alam semesta semesta demi kemaslahatan umat
sebagai konsekuensi kekhalifahannya manusia.
tanpa kontrol dan melakukan
penyimpangan-penyimpangan dari Konsep Khalifah Fi Al-Ardh:
nilai ilahiyah. Akibatnya, Implikasinya Pada Tujuan
keberadaannya di muka bumi bukan Pendidikan Islam
lagi sebagai pembawa kemakmuran, Tujuan pendidikan (secara
namun cenderung berbuat mafsadah umum) mendapat sorotan tajam yang
dan merugikan mahluk Allah lainnya. dikontekskan sesuai ruang dan waktu.
Ketiadaan nilai kontrol inilah yang Pertimbangan tujuan hidup13,
dikhawatirkan malaikat tatkala Allah
mengutarakan keinginan-Nya mahluk 13
Hasan Langgulung
12
yang bernama manusia. menyatakan fungsi pendidikan sebagai
alat “bertahan” (survival) baik sebagai
Khalifah syari’at meliputi makhluk individu maupun makhluk sosial.
wewenang Allah yang diberikan Hasan Langgulung, Azas-azas
Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-
kepada manusia untuk memakmurkan Husna, 1986), h. 272. Contoh yang
disampaikan dalam masa Sparta (Yunani
alam semesta. Hanya saja untuk Kuno) yang tujuan pendidikan agar
melaksanakan tugas dan tanggung masyarakat atau warganya memiliki
jasmani yang sehat dan kuat. Sebaliknya,
jawab ini, predikat khalifah, secara masa Athena fokus tujuan pendidikannya
pada kecerdasan dan budi pekerti. Maka
khusus ditujukan kepada orang-orang regulasi system pendidikan yang
mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar diarahkan adalah memaksimalkan
kepentingan kecerdasan otak dan good
character. Hasan Langgulung, MANUSIA
DAN PENDIDIKAN Suatu Analisis
12
Lihat Quran Surat al-Baqarah Psikologi dan Pendidikan (Jakarta:
[2]:30 Pustaka al-Husna, 1992), h. 261-262.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 150


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

pengalaman hidup suatu negara,14 dengan meningkatnya perkembangan


dan falsafah terhadap ideologi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
(Suryani: 2-3) tertentu menjadi informasi secara langsung maupun
kategori besar yang diadopsi banyak tidak langsung telah menurunkan
pihak dalam penentuan dan minat belajar dari kalangan pelajar
penerapan tujuan pendidikan. (Albar, 2006: 5)16 dan secara makro
Dinamika yang bermunculan dalam berpengaruh terhadap suksesi
bentuk keberhasilan peningkatan penyelenggaraan pendidikan dengan
kecerdasan semata tanpa diimbangi mengacu pada tujuan pendidikan
dengan karaktrer dan kepribadian yang telah ditetapkan secara de facto
(nation and character building) (Azra, maupun de jure. Tujuan pendidikan
2006).15 Dinamika tujuan pendidikan semakin susah diselenggarakan
secara kasuistik juga dihambat bahkan disempurnakan dan
dengan tidak adanya political will dari dikembangkan manakala kasuistik
pemerintah dalam membangun tertentu seperti kurangnya sarana-
pendidikan sebagai investasi prasarana kurang memadai (Sa’ud &
terhadap sumberdaya manusia masa Makmun, 2005: 165).17
depan (Albar, 2006: 2). Tujuan pendidikan Islam secara
Perkembangan zaman yang ditandai ideologis (sistem kepercayaan),18

14 16
Contoh yang dapat ditinjau Mawi Khusni Albar, Dinamika
dalam pandangan Jalaluddin adalah Pendidikan Islam di Madrasah Diniyah:
Amerika Serikat yang mendeklarasikan Studi terhadap Madrasah Diniyah di
semangat demokrasi, maka tujuan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
pendidikannya diarahkan pada (Yogyakarta: Pendidikan Agama Islam
pembentukan warga Negara yang UIN Sunan Kalijaga, 2006), h. 5.
17
demokratis. Berbeda dengan Negara Lihat juga Mawi Khusni Albar,
yang menganut Marzisme, maka tujuan Dinamika Pendidikan Islam di Madrasah
pendidikannya disesuaikan dengan Diniyah: Studi terhadap Madrasah
system dan nilai komunisme. Jalaluddin Diniyah di Kecamatan Cimanggu
dan Usman Said, FILSAFAT Kabupaten Cilacap (Yogyakarta:
PENDIDIKAN ISLAM Konsep dan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan
Perkembangannya (Jakarta: Raja Kalijaga, 2006), h. 6.
18
Grafindo Persada, 1999), h. 39. Van Dijk mendefinisikan
15
Lihat juga, Sunarso, “Dinamika ideologi sebagai sistem kepercayaan. Ia
Pendidikan Kewarganegaraan di menyampaikan bahwa ideologi memiliki
Indonesia dari Resimke Rezim”, sesuatu yang harus dijalankan dengan
HUMANIKA, Vol. 9, No. 1 (Maret 2009): melibatkan sistem ide; khususnya dengan
67. ide-ide social, politik, dan agama yang

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 151


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

dogmatis (struktur, isi, dan fungsi perilaku berbudi luhur22 dalam


sistem kepercayaan),19 teologis,20 dan kacamata agama semata (baca:
normatif (kepercayaan konseptual)21 secara subyektif). Subyektifitas
mendasarkan pemahamannya pada ideology, teologi, dogma, dan
prinsip kepercayaan (iman) dan normatifitas terhadap tujuan
pendidikan Islam tersebut adalah
dianut oleh gerakan atau kelompok social regenerasi penyembah Allah (baca:
tertentu. Teun A. Van Dijk, Ideology and
Discourse: A Multidisciplinary Introduction ‘abid) dengan julukan ‘ibad al-rahman
(Barcelona: Pompeu Fabra University, (Jalal, 1997: 59).23 Di sisi lain,
2004), h. 6.
19
Salvatore V. Zagona, penambahan indikator tujuan
Dogmatism and Theory of
pendidikan Islam juga diaktualisasi
Interdependence between Libertarian and
Equalitarian Process: A Study in dan dibuktikan dengan rasa takut
Reciprocal Evaluation (Arizone: The
University of Arizona, 1959), h. 23. kepada pencipta, Allah (Mursi, 1977:
20
Teologi adalah wacana tentang
93).24 Kedua hal tersebut membentuk
tuhan. Pihak yang dianggap mampu
berbicara tentangnya adalah individu suatu frame (bingkai atau citra)
yang telah dikenal tuhannya. Teologi
membutuhkan akurasi ekspresi- ideologis, dogmatis, teologis, dan
interpretasi dan pengetahuan sumber normatif yang mengintervensi dan
terpercaya yang berasal dari pemeluk
agama yang taat. H. H. Pope Shenouda menghegemoni pedoman hidup islam.
III, Comparative Theology (London:
Coptic Orthodox Patriarchate, 1988), h. 9. Lebih luas, tujuan pendidikan pada
21
Definisi sederhana dari
“normative” adalah kepercayaan 22
Muhajir menyampaikan
konseptual. Kathrin Gluer, “Meaning argumentasinya bahwa tujuan pendidikan
Normativism: Against the Simple Islam adalah menjadikan manusia yang
Argument”, Compilation, Vol. tv, No. tn menyembah atau beribadah dan berserah
(tb, 2015): 64-65. Secara terperinci, diri kepada Allah, mengembangkan
definisi tersebut dijabarkan sebagai potensi, dan menanmkan akhlak. As’aril
preskriptivitas (pandangan etis yang Muhajir, “Tujuan Pendidikan dalam
menyatakan bahwa etika tidak terbatas Perspektif al-Quran”, Al-Tahrir, Vol 11,
pada arti deskriptif dan penguraiannya No. 2 (November 2011): 248-249.
saja, melainkan mencakup juga arti 23
Lihat juga, As’aril Muhajir,
preskriptif. Preskriptif memiliki makna “Tujuan Pendidikan dalam Perspektif al-
menyuruh, memerintah, dan menulis Quran”, Al-Tahrir, Vol 11, No. 2
sebelumnya), melibatkan yang asli, dan (November 2011): 248.
tindakan-bimbingan “kewajiban”. D. 24
Muhammad Munir Mursi
Whiting, Is Meaningful Fraught with memperkuat pendapatnya dengan
Ought? Pacific Philosophical Quarterly penyampaian QS. 51:56. Muhammad
(tk: tp, 1990), h. 535-555. Kathrin Gluer, Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-Islamiyyah
“Meaning Normativism: Against the Ushuluha wa Tatawwuruha fi Bilad al-
Simple Argument”, Compilation, Vol. tv, Arabiyyah (Kairo: Alam al-Kutub, 1977),
No. tn (tb, 2015): 65. h. 93.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 152


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

akhirnya tidak akan lepas dari: nilai terkait metode-metode pendidikan


persatuan, persamaan, dan yang beragam (Rayan, 2012: 155).
persaudaraan; aspek historis, sosial, Progress ego adalah sebuah gerakan
dan universal; penanaman konstruk dinamis berkelanjutan yang
dan stabilitas prinsip; kepatuhan berasimilasi menjadi beberapa aspek
terhadap tuhan; kebiasaan dan dan tahapan yang berbeda, tanpa
karakter; dan idealitas etika Islam.25 meniadakan perspektif dan
Pendapat lain menyatakan intelektual, pemikiran dan emosi, ide
bahwa tujuan pendidikan Islam yang dan perbuatan terintegrasi ke dalam
paling mendasar adalah satu tujuan ego final (Manzoor, 1984:
keseimbangan antara tiga level 282). Hal yang sama juga ditemukan
diantaranya: perasaan, pikiran dan dalam tulisan al-Ghazali tentang
etika, serta menawarkan pada mereka sistem keseimbangan antara spiritual
dan pengalaman mistik menuju
25
Qamaruddin (1986) pemikiran rasional.
mengemukakan bahwa pendidikan islam
bertujuan untuk membangun masyarakat Hasan Langgulung berpendapat
dengan semangat persatuan, persamaan, bahwa tujuan pendidikan Islam
dan persaudaraan, serta usaha daya-
upaya masing-masing individu untuk bertumpu pada tujuan hidup manusia.
kebajikan social secara umum. Syed Alt
Ashraf (1982) mengemukakan bahwa pembelaan ini dilakukan dengan QS.
tujuan mendasar pendidikan Islam adalah 51-56. Hal tersebut didasarkan pada
mengetahui segala dimensi Islam baik
historisitas, social, dan perspektif pemeliharaan kehidupan manusia
universalnya. Allaman Iqbal berpendapat
tentang pentingnya usaha (Langgulung, 1992: 33).
pengembangan diri, pelatihan, konstruk Pemeliharaan kehidupan manusia
dan stabilitas prinsip fundamental menjadi
alasan tujuan pendidikan Islam. M.Y. membutuhkan sosok yang disebut
Hashmi juga menyatakan persiapan
manusia yang mematuhi tuhan dan siap khalifah, yang mampu memanage di
untuk melakukan segala yang disenangi- setiap kegiatan mencakup ruang dan
Nya, dan keluhuran proses nilai-nilai
moral-islamis. M.A. al-Ibrashi waktu. Maka tujuan pendidikan Islam
mendasarkan tujuan paripurna pendidikan
Islam pada komitmen total terhadap
dalam pendapat Langgulung dapat
bangunan karakter yang berlandaskan dilihat dari framing atau pencitraan
idealitas-idealitas etikan islam. Mujibul
Hasan Siddiqul, “Objectives of Islamic yang melekat pada pendidikan.
Education in Muslim School Curriculum”,
Hasan menyatakan bahwa indicator
Global Research Analysis, Vol. 1, No.
2277. (Dec 2012): 44-45.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 153


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

melihat tujuan pendidikan Islam Islam memiliki peran besar


secara teoritis dan praksis adalah dalam pembangunan karakter
dengan mempertimbangkan manusia sebagai khalitatullah fil ardhi.
pandangan individual dan social Tujuan pendidikan Islam
(masyarakat). Dalam dimensi sebagaimana terkandung dalam
individual, pendidikan bertugas konsep manusia sbagai khalifatullah
mengembangkan potensi-potensi fil-ardhi, memiliki berbagai macam
individu (Langgulung, 1986: 3). Maka, ciri-ciri sebagai berikut:
tujuan pendidikan di atas adalah a. Mengarahkan manusia agar
pembentukan pribadi khalifah yang menjadi khalifah Tuhan di muka
memiliki fitrah, roh, kebebasan, dan bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu
api berbanding lurus dengan melaksanakan tugas-tugas
pendidikan dilihat dari perspektif memakmurkan dan mengolah bumi
individual. sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pendapat lain disampaikan b. Mengarahkan manusia agar
Muhaimin melalui pandangan seluruh pelaksanaan tugas
pengembangan potensi manusia. Dia kekhalifahanya di muka bumi
berpendapat bahwa tujuan pendidikan dilaksanakan dalam rangka
yang ada di dalam al-Quran adalah beribadah kepada Allah, sehingga
pengoptimalan pengembangan tugas tersebut terasa ringan
potensi manusia (Muhaimin, 1989: dilaksanakan.
242). Hal tersebut berfungsi sebagai c. Mengarahkan manusia agar
jawaban atas permasalahan- berakhlak mulia sehingga ia tidak
permasalahan hidup, perkembangan menyalahgunakan fungsi
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kekhalifahannya.
budaya manusia, juga d. Membina dan mengarahkan
pengembangan rasa dan sikap potensi akal, jiwa dan jasmaninya
beriman dan bertakwa kepada Allah. sehingga ia memiliki ilmu, akhlak
Tujuan lain pendidikan islam berupa dan keterampilan yang semua ini
pembentukan pribadi muslim dapat digunakan guna mendukung
seutuhnya (Daulay, 2004: 103). tugas pengabdian dan

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 154


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

kekhalifahannya. keduniaan saja, melainkan kedua-


e. Mengarahkan manusia agar dapat duanya harus berjalan secara
mencapai kebahagiaan hidup di proporsional.
dunia dan akhirat. (Al-Syaibany, Ketiga, persiapan untuk mencari
1979: 388-399) rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya, pendidikan Islam
Manusia yang dapat memiliki tidak hanya bersifat agama atau
ciri-ciri tersebut di atas secara umum akhlak atau spiritual semata tetapi
adalah manusia yang baik. Atas dasar juga memberikan perhatian pada segi
ini dapat dikatakan bahwa para ahli pemanfaatan pada tujuan-tujuan
pendidikan Islam pada hakikatnya kurikulum dan aktivitasnya.
sependapat bahwa tujuan umum Keempat, menumbuhkan
pendidikan Islam ialah terbentuknya semangat ilmiah di kalangan peserta
manusia yang baik, yaitu manusia didik, pendidikan Islam juga
yang beribadah kepada Allah dalam memperhatikan sains, sastra,
rangka pelaksanaan fungsi kesenian dalam berbagai jenisnya.
kekhalifahan di muka bumi. Secara Kelima, mempersiapkan tenaga
praktis Mohammad Athiyah Al-Abrasy, profesional yang terampil, pendidikan
(Al-Abrasy: 61) menyimpulkan bahwa Islam tidaklah lupa mempersiapkan
tujuan pendidikan Islam terdiri atas peserta didik untuk mencari rejeki
lima sasaran, yaitu: demi memenuhi kebutuhan hidupnya
Pertama, Membentuk akhlak yang berguna demi kelangsungan
mulia, pendidikan akhlak adalah jiwa hidupnya.
dari pendidikan Islam, dan bahwa M. Quraish Shihab
mencapai akhlak yang mulia adalah berpendapat, bahwa tujuan
tujuan pendidikan Islam. pendidikan Islam adalah membina
Kedua, mempersiapkan manusia secara pribadi dan kelompok
kehidupan dunia dan akhirat, sehingga mampu menjalankan
pendidikan Islam tidak hanya fungsinya sebagai hamba dan
memberikan perhatian pada segi khalifah-Nya, guna membangun dunia
keagamaan saja atau hanya segi ini sesuai dengan konsep yang

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 155


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

ditetapkan Allah (Shihab: 173). Dari peran itu diharapkan


Tujuan pendidikan Islam diharapkan manusia dapat menciptakan kondisi
lebih bersifat problematis, strategis, kehidupan yang harmonis di muka
antisipatif, serta menyentuh bumi. Tugas hidup berikutnya adalah
aspekaplikasi. Artinya, pendidikan manusia sebagai ‘abdullah. Ini dapat
Islam harus berupaya membangun dipahami bahwa segala aktivitas dan
manusia dan masyarakat secara utuh perilakunya ditujukan hanya untuk
dan menyeluruh (insan kamil) dalam Allah, manusia sebagai ‘abdullah
semua aspek kehidupan yang merupakan realisasi dari pemberian
berbudaya dan berperadaban yang amanah dalam arti memelihara tugas-
tercermin dalam kehidupan manusia tugas dari Allah yang harus dipatuhi.
yang bertakwa dan beriman,
berpengetahuan, berakhlak mulia, KESIMPULAN
berkemampuan kompetitif dan Sebagai makhluk yang
kooperatif dalam era global dan mendapatkan mandat dari Allah untuk
berpikir lokal dalam rangka memelihara dan memakmurkan bumi,
memperoleh kesejahteraan hidup di gelar khalifah, walaupun pada
dunia dan akhirat (Sanaky, 2003: mulanya hanya untuk Adam semata,
157). tetapi pada hakekatnya adalah untuk
Pada hakekatnya, tujuan manusia secara umum. Berdasarkan
pendidikan Islam pada hakikatnya tafsir-tafsir QS. al-Baqarah ayat 30-
sama dan sesuai dengan tujuan 35, khalifah di sini berarti wakil Allah
diturunkannya agama Islam itu dalam melaksanakan ketetapan-
sendiri, yaitu untuk membentuk ketetapan-Nya di bumi. Hal ini adalah
manusia muttaqin yang rentangannya sebuah penghormatan yang diberikan
berdimensi infinitum (tidak terbatas oleh Allah kepada manusia karena ia
menurut jangkauan manusia), baik adalah makhluk yang paling
secara linier atau secara algoritmik sempurna. Khalifah adalah manusia
(berurutan secara logis) berada dalam yang aktif dalam tatanan alam
garis mukmin, muslim dan muhsin semesta, seorang khalifah adalah
(Arief: 2002: 22). manusia yang menjunjung tinggi nilai-

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 156


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

nilai kesopanan, keimanan dan amal terhadap alam, menyangkut tugas


saleh serta khalifah adalah manusia mengkulturkan alam, menaturalkan
kreatif yang mampu membangun kultur dan mengislamkan kultur.
dunia ini sesuai dengan ketetapan- Untuk dapat melaksanakan
Nya. Pada hakikatnya manusia fungsi kekhalifahan dengan baik
sebagai khalifah harus sadar, bahwa manusia perlu diberikan pendidikan.
dia sebagai pemegang mandat dari Melalui proses pendidikan, manusia
Allah yang wajib mengikuti apa yang akan dapat mengembangkan
diinginkan oleh sang pemberi mandat segenap potensi yang ada dalam
(Allah) dan tidak boleh dirinya yang selanjutnya akan menjadi
mengabaikannya, karena amanat bekal bagi dirinya untuk dapat
yang dilimpahkan padanya akan menjalankan tugasnya. Karena pada
dipertanggungjawabkan kelak. Secara hakikatnya tujuan pendidikan Islam
operasional tugas kekhalifahan dapat adalah untuk mencapai pertumbuhan
dijabarkan melalui: pertama, tugas yang seimbang dalam kepribadian
kekhalifahan terhadap diri sendiri manusia secara total melalui
yakni menuntut ilmu dan menghiasi pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio,
diri dengan akhlak mulia. Kedua, perasaan dan panca indera. Dengan
tugas kekhalifahan terhadap keluarga, tercapainya kepribadian manusia
menyangkut tugas membentuk rumah yang seimbang, manusia akan dapat
tangga bahagia dan sejahtera melaksanakan fungsi
(keluarga sakinah mawaddah kekhalifahannya.
warahmah). Ketiga, tugas
kekhalifahan dalam masyarakat, DAFTAR PUSTAKA
meliputi tugas mewujudkan persatuan Abd al-Fattah Jalal, Min al-Ushul al-
dan kesatuan umat, tolong-menolong Tarbiyah (Mesir: Dar al-Kutub
al-Mishriyyah, 1977)
dalam kebaikan dan ketaqwaan,
menegakkan keadilan dalam Abdul Karim binIbrahim al-Jili. Insan
Kamil fi Ma’rifatil Awakhiri wa
masyarakat, bertanggung jawab Awail (Beirut: Dar al-Fikr, tt)
terhadap amar ma’ruf nahi munkar.
Abu al-A’la al-Maududi, Khilafah dan
Keempat, tugas kekhalifahan Kerajaan (Bandung: Mizan,

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 157


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

1996) Betteke V Ruler dkk, Public


Relationship Metrics Research
Abu Hasan Ali bin Muhammad bin and Evaluations (New York:
Habib al-Bashari al-Baghdadi al- Roadlage, 2008)
Mawardi, Kitab al-Ahkam ash-
Shulthaniyyah (Beirut: Dar al- Burhan Bungin, Metodologi Penelitian
Fikr, tt.) Kualitatif (Jakarta: Grafindo,
2003)
Abudin Nata, Islam Rahmatan Lil
Alamin sebagai Model Deddy Mulyana, Metodologi
Pendidikan Islam menuju Penelitian Kualitatif: Paradigma
ASEAN Community (Jakarta: Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sosial Lainnya (Bandung:
2016) Remaja Rosdakarya, 2004)

Ahmad D. Marimba, Filsafat Departemen Agama RI., Ensiklopedi


Pendidikan Islam (Bandung: Al- Islam di Indonesia (Jakarta: tp.,
Ma’arif, 1984) 1992/1992)

Ahmad Manzoor, Islamic Rationalism Fadlullah An-Nur Ali, “Dzahiratu At-


in the Subcontinent (Lahore: tp, Taqdim wa At-Ta’khir fi Allughati
1984) Al-Arabiyyati”, Al-Ulum wa Ats-
Tsaqofah, Vol. 12, No. 02
Ahmad Sudja’i, Konsep Khilafah (November 2012)
Dalam Tafsir Sayyid Quthb Dan
Tafsir Hamka Studi Felix E. Gbenola dan Fidels N.
Perbandingan (Jakarta: Okoroegbe, Literary Theory and
Program Pascasarjana Institut Criticism (Victoria: National
Agama Islam Negeri Syarif Open University of Nigeria,
Hidayatullah, 2000) 2014)

Al-Anshory, Jamaluddin Muhammad., H. Pope Shenouda III, Comparative


Lisan al-Arabiy, Vol. XI, Mesir: Theology (London: Coptic
al-Dar al-Mishriyyah, tt.) Orthodox Patriarchate, 1988)

As’aril Muhajir, “Tujuan Pendidikan Haidar Putra Daulay, Pendidikan


dalam Perspektif al-Quran”, Al- Islam dalam Sistem Pendidikan
Tahrir, Vol 11, No. 2 (November Nasiona, cet. 1 (Jakarta:
2011) Kencan, 2004)

Azyumardi Azra, Kajian terhadap Hasan Langgulung, Azas-azas


Kinerja Kurikulum 1994 dan Pendidikan Islam (Jakarta:
Faktor-faktor yang Pustaka al-Husna, 1986)
Mempengaruhi (Bandung:
Jurusan PPKN IKIP Bandung, Hasan Langgulung, Azas-azas
2006) Pendidikan Islam (Jakarta:

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 158


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

Pustaka al-Husna, 1986) Khalid Ibrahim Jindan, TEORI


POLITIK ISLAM Telaah Kritis
Hasan Langgulung, Manusia dan Ibnu Taimiyyah tentang
Pendidikan Suatu Analisa Pemerintahan Islam (Surabaya:
Psikologi dan Pendidikan Risalah Gusti, 1995)
(Jakarta: Pustaka al-Husna,
1992) Kuntowijoyo, Paradigma Islam:
Interpretasi untuk Aksi
Hasan Langgulung, Manusia dan (Bandung: Mizan, 1991)
Pendidikan Suatu Analisis
Psikologi dan Pendidikan Langgulung, Hasan., Teori-teori
(Jakarta: Pustaka al-Husna, Kesehatan Mental, Jakarta:
1992) Pustaka al-Husna, 1986.

Irma Suryani, Tujuan Pendidikan Langgulung, Hasan., Tujuan


Islam Menurut Hasan Pendidikan Islam menurut
Langgulung (Muba: tp. tt.) Hasan Langgulung, Tk: Tp., Tt.

Irwandar, Demitologisasi Adam dan M. Quraish Shihab, Membumikan Al-


Hawa (Jakarta: Ar-Ruzz Media, Quran Fungsi dan Peran Wahyu
2003) dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung: Mizan, 1994)
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat
Pendidikan Islam Konsep dan M.H. Abrams, Orientation of Critical
Perkembangannya (Jakarta: Theories (t.t.: t.p., t.t.)
Raja Grafindo Persada, 1999)
Mahmud Sualyman Yaqut, Manhaj al-
Jaroslav Peregin, Social Normativism Bahts al-Lughawiy (Alexandria:
(Academy of Science of the Dar al-MArifah al-Jami’iyah,
Czech Republic and University 2000), h. 105. Lihat juga,
of Hradec Kralove) Mahmud Fahmi Hijazi, Ilm al-
Lughah al-Arabiyyah: MAdkhal
Kathrin Gluer, “Meaning Normativism: Tarikh Muqarin (Tt.: Dar al-
Against the Simple Argument”, Qarib, tt).
Compilation, Vol. tv, No. tn (tb,
2015): Mawi Khusni Albar, Dinamika
Pendidikan Islam di Madrasah
Kathrin Gluer, “Meaning Normativism: Diniyah: Studi terhadap
Against the Simple Argument”, Madrasah Diniyah di
Compilation, Vol. tv, No. tn (tb, Kecamatan Cimanggu
2015) Kabupaten Cilacap (Yogyakarta:
Pendidikan Agama Islam UIN
Kathrin Gluer, Meaning Normativism: Sunan Kalijaga, 2006).
Against the Simple Argument
(Sweden: Stockholm University, Muh. Anis, “Manusia dalam Perspektif
2015) al-Quran: Kajian Kependidikan”,
Kependidikan Islam, Vol. 3, No.

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 159


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

2., (Juli-Desember 2008) Reciprocal Evaluation (Arizone:


The University of Arizona, 1959)
Muhaimin Husain Haikal, Sejarah
Hidup Muhammad (terj.) Ali Salvatore Vincent Zagona,
Audah, judul asli Hayatu Dogmatism and Theory of
Muhammad (Jakarta: Litera Interdependence between
Antar Nusa, 1992), cet. XIII. Libertarian and Equaliterian
Processes: A Study in
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Reciprocal Evaluation (Arizone:
Isla: Upaya Mengefektifkan Arizone University, 1920)
Pendidikan Islam di Sekolah
(Beirut: Dar al-Fikr, 1989) Singaribuan, Metode Penelitian
Survei (Jakarta: LP3S, 1995)
Muhammad Munir Mursi, Al-Tarbiyah
al-Islamiyyah Ushuluha wa Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of
Tatawwuruha fi Bilad al- Education”, Humanities and
Arabiyyah (Kairo: Alam al- Social Science, Vol. 2, No. 19
Kutub, 1977) (Oktober 2012)

Mujibul Hasan Siddiqul, “Objectives of Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of


Islamic Education in Muslim Education”, Humanities and
School Curriculum”, Global Social Science, Vol. 2, No. 19
Research Analysis, Vol. 1, No. (October 2012)
2277. (Dec 2012)
Stanford E. Murel, Foundation for
Pawito, Penelitian Komunikasi Faith: an Introduction Study of
Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, Systematic Theology (Tt.: The
2007), h. 104. Matthew B. Miles Baptist Confession of Faith,
dan A. Michael Huberman, 1689)
Qualitative Data Analysis. 3rd
(Los Angeles: Sage, 2014), Sudja’i, Ahmad., Konsep Khilafah
XVII. Dalam Tafsir Sayyid Quthb Dan
Tafsir Hamka Studi
Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif Perbandingan, Jakarta:
dan Penelitian Kuantitatif untuk Program Pascasarjana Institut
Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Agama Islam Negeri Syarif
Departemen Ilmu Administrasi Hidayatullah, 2000,
FISIPOL UI 2007)
Sugiyono, Metode Penulisan
Rahim, Abd., “Khalifah dan Khilafah”, Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
Hunafa Studi Islamika, Vol. 9, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
No. 1, Juni 2012. 2006)

Salvatore V. Zagona, Dogmatism and Suharsini Ari Kunto, Prosedur


Theory of Interdependence Penelitian Suatu Pendekatan
between Libertarian and Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
Equalitarian Process: A Study in

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 160


Jurnal Ilmiah Multi Sience Vol. 1 No. 1 Tahun 2019

1992) Behavioral & Social Sciences


Research (2014)
Sunarso, “Dinamika Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia Whiting, Is Meaningful Fraught with
dari Resimke Rezim”, Ought? Pacific Philosophical
HUMANIKA, Vol. 9, No. 1 Quarterly (tk: tp, 1990)
(Maret 2009)
Ziad Munson, “ISLAMIC
Susana Verdinelli dan Norma I. MOBILIZATION Social
Scagnoli, “Data Display in Movement Theory and the
Qualitative Research,” Online Egyptian Muslim Brotherhood”,
International Journal of The Sociological Quarterly Vol.
Qualitative Methods, Vol. 12 42, No. 4 (tb. 2001)
(2013)

Syaikh Sayiyurrahman al-Mubarakfuri,


Al-Rahiq al-Mahtum, Sirah
Nabawiyah (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 1997),

Syauqi Dhaif, Al-Bahs al-Adaby


(Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972)

Teun A. Van Dijk, Ideology and


Discourse: A Multidisciplinary
Introduction (Barcelona:
Pompeu Fabra University, 2004)

Teun A. Van Dijk, Ideology and


Discourse: a Multidisciplinary
Introduction (Barcelona:
Pompeu Fabra University, 2000)

Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin


Syamsudin Makmun,
Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif
(Bandung: Rosdakarya, 2005)

Waheduddin Khan, Muhammad A


Prophet for All Humanities
(Jakarta: Grafindo Persada,
1989),

Weitzman, “Software and Qualitative


Analysis”, Online Journal of

eISSN : ____________ pISSN : _____________ 161

Anda mungkin juga menyukai