Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

STUDI KASUS CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY (CSR) DANONE AQUA DI
POLANHARJO, KLATEN TAHUN 2012-2017

Dosen Pengampu : Zeshasina Rosha S.E., M.Si.


Kelas M.5.D

Disusun Oleh :
1. Muhamad Haikal 2110011211080
2. Meqry Asmara 1810011211042
3. Sakinah Wulandari 2110011211117
4. Herniya Wati 2110011211091

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
TA 2023/2024
PEMBAHASAN KASUS
Pada Bulan Oktober 2002, Danone Aqua menambah pabriknya yang ke tiga belas
dengan membangun pabrik di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa
Tengah. Pabrik Danone Aqua ini mengambil air yang ada di sumber mata air Sigedang
yang ada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Ketika pabrik
Danone Aqua itu dibuat di Polanharjo, Klaten, masyarakat sekitar menolak
keberadaannya dan meminta agar Danone Aqua menutup pabrik nya yang akan
mengambil air di sumber mata air Sigedang. Masyarakat berungkali melakukan unjuk
rasa kepada perusahaan. Unjuk rasa ini terjadi sejak awal Danone Aqua hadir di
Polanharjo, Klaten hingga sekitar tahun 2015. Tahun 2004 adalah tahun dimana pabrik
Danone Aqua baru dua tahun beraktivitas di Polanharjo, Klaten. pada kisaran waktu sejak
pabrik Danone Aqua berjalan hingga sekitar tahun 2004 ini isu-isu protes masih berisikan
tentang penolakan kehadiran dari Danone Aqua yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya para petani. Para petani bahkan sampai melakukan aksi long march dari Alun-
Alun Klaten hingga Gedung DPRD. Para petani ini juga bergabung kedalam Koalisi
Rakyat Klaten untuk Keadilan (KRAKED) guna meminta ditutupnya pabrik Danone
Aqua yang sudah beroperasi selama dua tahun itu. Alasan para petani tersebut melakukan
unjuk rasa adalah karena berkurangnya debit air untuk pertanian dan kehidupan sehari-
hari. Disebutkan pada saat itu bahwa berkurangnyaa banyak air tidak hanya terjadi saat
musim kemarau saja, bahkan saat musim penghujan pun air yang biasa melimpah juga
berkurang atau bahkan habis.
Setelah beberapa tahun Danone Aqua dapat hidup dengan tentram, pada tahun
2012 ini kembali muncul masalah baru. Masalah ini terjadi antara perusahaan Danone
Aqua dengan masyarakat Kecamatan Polanharjo, Klaten. Permasalahan tersebut membuat
semua Kepala Desa yang ada di Kecamatan Polanharjo, Klaten dan juga masyarakat
berbondong-bondong melakukan aksi protes atau unjuk rasa di depan pabrik Danone
Aqua yang ada di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten. masalah yang
ditonjolkan adalah mengenai ketidakmerataan pemberian CSR. Masyarakat merasa hanya
desa-desa yang terdekat dengan perusahaan lah yang mendapat manfaat dari CSR tersebut
dan desa-desa yang lain tidak merasakan apa-apa. Pada unjuk rasa kala itu, masyarakat
juga memberikan tuntutan mengenai penyerapan tenaga kerja yang tidak menyentuh
seluruh desa, dampak lingkungan akibat kendaraan transportasi, dampak berkurangnya
debit air guna irigasi pertanian yang dirasakan oleh masyarakat Polanharjo dibagian
selatan, kepedulian pabrik terhadap lingkungan yang dirasa masyarakat masih minim dan
keterbukaan dari Danone Aqua dan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten mengenai
retribusi yang seharusnya dikembalikan untuk Kecamatan Polanharjo.
Pada tahun 2015, kekeringan yang terjadi di Hilir sedang menuncak. Menurut
masyarakat pada saait itu, setelah Danone Aqua masuk ke Polanharjo, Klaten, air yang
biasanya melimpah malah terasa menjadi berkurang. Karena letak geografis Polanharjo,
Klaten sangat berdekatan dengan daerah Delanggu yang merupakan salah satu lumbung
padi nasional, masyarakat menjadi memiliki kebiasaan untuk selalu menanam padi
walaupun saat musim kemarau. Setelah masuknya Danone Aqua masyarakat sudah tidak
bisa menanam padi di musim kemarau karena kendala air. Pada daerah Hilir, air yang
digunakan oleh para petani guna keperluan irigasi hanya berasal dari satu sumber
sehingga hal ini sangat mengganggu pekerjaan para petani. Tidak hanya di daerah Hilir,
debit sumur masyarakat yang jaraknya dekat dengan perusahaan Aqua Danone
mengalami kekeringan yang mengakibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari harus membeli air dari tangki dengan harga yang tidak murah. Hal ini tentu
saja mengakibatkan protes dari masyarakat.
SOLUSI KASUS
Pada dasarnya, regulasi kebijakan mengenai penerapan program Corporate Social
Responsibility (CSR) oleh Danone Aqua dari pusat hingga ke regional adalah sama yaitu,
memiliki Dual Commitment: Economis Success and Social Innovations. Mandat dari
pusat adalah setiap pabrik Danone Aqua yang beraktivitas harus dapat mendukung dan
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan bentuk tanggungjawab sosial
perusahaan yang diawali dengan setiap pabrik harus terferifiksi sebagai Green Factory
atau pabrik yang ramah lingkungan. Tetapi jika dilihat 22 pabrik Danone Aqua yang ada
di Indonesia hampir semua berada pada remote area atau pedesaan yang tidak dapat
dipungkiri masyarakat ini pasti memiliki cara pandang yang terkadang akan menolak bila
daerahnya kedatangan perusahaan besar dengan berbagai alasan dari sudut pandang yang
negative.
Untuk mencegah adanya tekanan atau unjuk rasa dari pihak luar perusahaan maka
Danone Aqua mengkombinasikan dua metode program CSR yaitu pragmatic dan
strategic. Sebaran program-program tersebut diberikan di bagian Hulu, Tengah, dan Hilir.
Pada bagian hulu dipusatkan pada program-program konservasi seperti penanaman
pohon, pengurangan pestisida yang bertujuan untuk re-charge air yang higienis untuk
masyarakat sendiri dan juga untuk kebutuhan pabrik. Pada bagian tengah atau daerah-
daerah didekat pabrik mendapat program-program seperti pengolahan limbah sampah,
pembuatan handycraft yang bertujuan untuk menaikkan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat dari hal yang mudah dan tidak membutuhkan modal yang besar. Kemudian
membuat pelatihan pengomposan, septic tank komunal untuk masyarakat, dan
pendampingan petani dengan pembuatan beberapa sekolah lapang pertanian yang
membudidayakan burung hantu sebagai predator alami tikus sehingga mengurangi
pemakaian pestisida untuk membunuh tikus. Pada bagian hilir atau bagian bawah diberi
program-program seperti perawatan jaringan irigasi, perawatan guna memperkuat volume
air, penanaman bantaran sungai, penebaran benih ikan dan bersih sungai. Hal ini
bertujuan untuk menjaga air yang ada di hilir. Program-program inilah contoh dari
metode strategic. Kemudian untuk metode strategic, ada program yang bernama
Kontribusi Pengembangan Desa yaitu berupa pemberian dana kepada semua desa yang
ada di Polanharjo, Klaten setiap tahunya. Selanjutnya, Danone Aqua juga memantu
Pemerintah Daerah Klaten dalam hal pembuatan jalan. Dalam jangka waktu tiga tahun,
Danone Aqua setiap tahunnya memberikan bantuan pengecoran jalan raya sepanjang 500
meter setiap tahun dari daerah Cokro hingga Delanggu.
Pada awal masuknya Danone Aqua ke Polanharjo, Klaten yang dilakukan Danone
Aqua adalah melakukan pendekatan dengan mengedukasi mengenai program-program
CSR yang akan diberikan kepada masyarakat dan meyakinkan masyarakat bahwa
perusahaan dan masyarakat dapat hidup berdampingan. Kemudian, beberapa tahun sudah
beraktivitas muncul lagi beberapa kali unjuk rasa yang dilakukan masyarakat kepada
Danone Aqua mengenai implementasi program CSR yang dirasa tidak berdampak baik
bagi masyarakat. Pada kasus ini yang dilakukan oleh Danone Aqua adalah
mengidentifikasi terlebih 9 dahulu factor yang menyebabkan masyarakat marah sehingga
melakukan unjuk rasa. Factor tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga), yaitu: Pertama,
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar sehingga setiap ada
masalah yang muncul Danone Aqua mudah sekali menjadi kambing hitam; Kedua,
adanya free riders atau bisa dibilang penumpang bebas atau penumpang gelap yang
mencari-cari celah untuk membuat perkara antara masyarakat dan perusahaan. Free riders
ini cenderung berasal dari pihak luar perusahaan dan pihak luar masyarakat Polanharjo,
Klaten yang memiliki perbedaan visi dengan perusahaan sehingga membuat konflik. Free
Riders ini bisa berupa perorangan bahkan suatu kelompok seperti LSM yang tidak jelas
dan media yang tidak memiliki kredibilitas; Ketiga, factor dari dalam perusahaan, yang
dimaksud disini adalah karyawan dibidang Suistanable Development atau pengelola
khusus CSR dari dalam perusahaan kurang memiliki pengalaman didalam kemasyarakata
sehingga cara pendekatan yang dilakukan kurang diterima oleh masyarakat.
Jika masalah itu bersumber dari pengetahuan masyarakat yang kurang seperti
contoh mengenai sumber air yang diambil oleh Danone Aqua maka perusahaan
memberikan edukasi dan bukti berupa penelitian terkait dengan air yang diambil oleh
Danone Aqua dan air yang digunakan masyarakat untuk irigasi pertanian itu berbeda. Air
yang digunakan para petani adalah air permukaan sedangkan air yang diambil oleh
Danone Aqua adalah air yang berada dibawah lapisan Aquiver yang bernama air tanah
dalam tekanan dan untuk mengambil air tersebut harus menggunakan alat bor. Kemudian,
masyarakat didaerah Hilir masih merasa air yang mereka gunakan semakin berkurang
bahkan terkadang tidak ada air untuk irigasi pertanian. Hal ini tentu saja membuat
Danone Aqua seperti kambing hitam dalam masalah tersebut. Pihak perusahaan tentu saja
tidak tinggal diam. Mereka mengadakan beberapa kegiatan seperti, kegiatan mengedukasi
pola tanam tani yaitu pada Musim Kemarau seharusnya petani menanam tanaman
Palawija yang tidak membutuhkan banyak air. Tetapi, karena kultur masyarakat
Polanharjo, Klaten yang dekat dengan Delanggu dan terkenal dengan salah satu penghasil
beras terbesar maka sangat susah untuk menghilangkan keyakinan para petani yang
disebut “Pari Pari Pantun” yang pada semua musim hanya ingin menanam padi dan
menyerap banyak air bahkan di Musim Kemarau. Pada program pola tanam tani inilah
para petani mulai diedukasi dengan keuntungan menanam Palawija pada Musim
Kemarau. Kegiatan selanjutnya adalah transek edukasi kepada perwakilan petani yang
ada di Hilir. Kegiatan ini berupa mengajak para perwakilan petani tersebut untuk
mengitari wilayah Hulu hingga Hilir sembari mengedukasi. Pada kegiatan tersebut dapat
dibuktikan bahwa dibagian tengah mulai ada kecurangan yang dilakukan oleh para petani
itu sendiri yaitu membuat lubang kecil pada jalur irigasi air yang kemudian diberi corong
bagian bawahnya sehingga air akan mengalir kedalam corong tersebut dan tentu saja
mengakibatkan air yang mengalir ke Hilir berkurang. Disinilah Danone Aqua mulai
melakukan pendekatan berupa bantuan pengelolaan irigasi air dan jumlah volume air
sehingga akan membuat hubungan antara petani di Hilir dan perusahaan menjadi baik dan
akan mengurangi resiko untuk ada unjuk rasa lagi.
Danone Aqua juga melakukan kegiatan-kegiatan CSR yang berkolaborasi dengan
mitra lain seperti pemerintah, akademisi, LSM, dan juga media yang dilakukan sampai ke
tingkat Kabupaten Klaten. Kolaborasi ini juga bermaksud untuk menjaga hubungan
antara perusahaan dan pihak-pihak terkait yang dapat membuat keberlangsungan
perusahaan di Polanharjo, Klaten berjalan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan bersama
pemerintah adalah ketika Danone Aqua diminta Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten
untuk mengisi acara dalam pemberian edukasi dan sebagainya. Jadi pemberian edukasi
tidak tertutup untuk 11 masyarakat Polanharjo, Klaten saja namun juga meluas ditingkat
Kabupaten. Selanjutnya kerjasama dengan akademisi disini seperti, terbuka untuk
melakukan riset atau penelitian terkait. Kemudian LSM seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya kerjasama berupa pendampingan dalam mengimplementasi program CSR
yang diberikan agar lebih efektif. Kemudian kerjasama yang dilakukan dengan media
adalah memupuk hubugan baik dengan media seperti mengundang media untuk meliput
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Danone Aqua dan juga masyarakat. Hal ini tentu
saja agar masyarakat dapat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan melihat
bahwa Danone Aqua melakukan aksi nyata dalam memberikan CSR sehingga citra
perusahaan menjadi baik setelah adanya unjuk rasa yang terjadi. Kebijakan inilah yang
digunakan dalam menerapkan CSR kepada masyarakat Polanharjo, Klaten dan sekaligus
juga sebagai sebuah strategi Danone Aqua Klaten dalam mempertahankan bisnisnya di
Polanharjo, Klaten.

KESIMPULAN
Pada awal masuknya Danone Aqua ke Polanharjo, Klaten masih banyak
masyarakat yanag tidak menyukainya. Dari situlah muncul berbagai unjuk rasa yang
menginginkan Danone Aqua menghentikan aktivitasnya di Pplanharjo, Klaten. Setelah
Danone Aqua menerapkan program CSR pun unjuk rasa masih banyak terjadi. Hal ini
membuat Danone Aqua mulai melakukn strategi agar tidak terjadi lagi tekanan dari
masyarakat demi keberlangsungan pabrik Danone Aqua di Polanharjo, Klaten. Dari sini
Danone Aqua melakukan pendekatan yang tepat dengan masyarakat melalui pemberian
program CSR yang tepat sasaran dengan mengkombinasikan dua metode pragmatic dan
strategic. Dalam mengimplementasi CSR, Danone Aqua juga bekerjasama dengan pihak
lain seperti LSM, Pemerintah Daerah, Akademisi, dan Media. Hal ini juga bermaksud
untuk menjaga hubungan yang baik dengan para stakeholder. Dengan berhasilnya
penerapan program CSR inilah yang membuat masyarakat merasakan manfaat dari
kehadiran Danone Aqua di Polanharjo, Klaten dan membuat masyarakat percaya sehingga
Danone Aqua sudah tidak lagi mendapat tekanan dari masyarakat sejak akhir tahun 2015
dan Danone Aqua masih dapat melakukan aktivitas produksinya sampai tulisan ini selesai
dibuat.

Anda mungkin juga menyukai