ABSTRAK
1
2
berjalan hingga sekitar tahun 2004 ini isu-isu protes masih berisikan tentang
penolakan kehadiran dari Danone Aqua yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya para petani. Para petani bahkan sampai melakukan aksi long march
dari Alun-Alun Klaten hingga Gedung DPRD. Para petani ini juga bergabung
kedalam Koalisi Rakyat Klaten untuk Keadilan (KRAKED) guna meminta
ditutupnya pabrik Danone Aqua yang sudah beroperasi selama dua tahun itu.
Alasan para petani tersebut melakukan unjuk rasa adalah karena berkurangnya
debit air untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari. Disebutkan pada saat itu
bahwa berkurangnyaa banyak air tidak hanya terjadi saat musim kemarau saja,
bahkan saat musim penghujan pun air yang biasa melimpah juga berkurang atau
bahkan habis. (Tempo, home: bisnis, 2004)
Para petani yang melakukan aksi unjuk rasa tidak hanya berasal dari
Kecamatan Polanharjo saja tetapi juga ada dari Kecamatan Ceper, Pedan,
Wonosari, Juwiring, Karanganom, dan beberapa kecamatan lain. Para petani juga
mengatakan bahwa pajak yang dibayarkan oleh Danone Aqua kepada Pemerintah
Daerah saat itu hanya 3juta rupiah setiap tahunnya tetapi malah pemerintah
mengizinkan Danone Aqua mengambil air yang dimiliki oleh masyarakat Klaten
hingga para petani sering sekali mengalami gagal panen. Apalagi bila dilihat air
yang diambil oleh Danone Aqua setiap bulannya mencapai 30 m 3-40 m3 yang bisa
dikira-kira keuntungan yang didapat berkisar 3 milyar hingga 4 milyar rupiah. Hal
ini rupanya membuat para petani dari berbagai daerah di Klaten geram dan
meminta agar perusahaan atau pabrik Danone Aqua yang beroperasi di
Polanharjo, Klaten di tutup dan tidak menerima lagi masuknya perusahaan yang
bekerja di bidang Air Minum Dalam kemasan (AMDK). (Tempo, home: bisnis,
2004).
Setelah beberapa tahun Danone Aqua dapat hidup dengan tentram, pada
tahun 2012 ini kembali muncul masalah baru. Masalah ini terjadi antara
perusahaan Danone Aqua dengan masyarakat Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Permasalahan tersebut membuat semua Kepala Desa yang ada di Kecamatan
Polanharjo, Klaten dan juga masyarakat berbondong-bondong melakukan aksi
protes atau unjuk rasa di depan pabrik Danone Aqua yang ada di Desa Wangen,
Kecamatan Polanharjo, Klaten. masalah yang ditonjolkan adalah mengenai
ketidakmerataan pemberian CSR. Masyarakat merasa hanya desa-desa yang
terdekat dengan perusahaan lah yang mendapat manfaat dari CSR tersebut dan
desa-desa yang lain tidak merasakan apa-apa. Pada unjuk rasa kala itu, masyarakat
juga memberikan tuntutan mengenai penyerapan tenaga kerja yang tidak
menyentuh seluruh desa, dampak lingkungan akibat kendaraan transportasi,
dampak berkurangnya debit air guna irigasi pertanian yang dirasakan oleh
masyarakat Polanharjo dibagian selatan, kepedulian pabrik terhadap lingkungan
yang dirasa masyarakat masih minim dan keterbukaan dari Danone Aqua dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten mengenai retribusi yang seharusnya
dikembalikan untuk Kecamatan Polanharjo. (Iskandar, 2012).
Setelah permasalahan CSR pada tahun 2012, ternyata unjuk rasa yang
dilakukan kepada perusahaan atau pabrik Danone Aqua yang beroperasi di Klaten
masih terus berlanjut. Antara tahun 2013 dan tahun 2014 ada beberapa masalah
yang terjadi antara masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, dan juga
5
Perusahaan Danone Aqua. Masalah yang pertama adalah adanya aksi unjuk rasa
yang dilakukan oleh sekumpulan masyarakat yang berkumpul kemudian memberi
diri mereka nama AMGA (Aliansi Masyarakat Gugat Aqua). Unjuk rasa yang
terjadi kala itu bermaksud untuk melakukan protes terkait adanya kerusakan jalan
yang sangat membahayakan masyarakat yang diakibatkan oleh truk-truk
pengangkut hasil produksi yang kelebihan muatan yang dimiliki oleh Danone
Aqua. Kemudian, menanggapi aksi protes yang terus bermunculan, Dinas
Perhubungan (DisHub) Kabupaten Klaten mengancam akan melakukan
pemblokiran jalan kepada truk-truk yang dimiliki oleh Perusahaan Danone Aqua.
Perwakilan dari Dinas Perhubungan juga mengatakan bahwa Danone Aqua
melakukan pelanggaran terus menerus yang padahal sudah diberi peringatan
berkali-kali dalm kurun waktu satu tahun. Pelanggaran kelas jalan yang dilakukan
oleh Danone Aqua dirasa memang sudah kelewatan, karena pada jalur kelas 3C
hanya truk yang bermuatan maksimal 8 ton saja yang dapat meelewatinya, tetapi
kenyatannya bisa sampai 27 ton muatan satu truk yang melewati jalur tersebut.
(Cara, 2014)
Tidak selesai sampai disitu, kemudian muncul pula sekelompok
masyarakat yang mengatasnamakan diri mereka AMPAQ (Aliansi Masyarakat
Pendukung Aqua). Sekelompok masyarakat yang bergabung dalam AMPAQ ini
mencoba untuk melawan AMGA, karena menurut mereka kehadiran perusahaan
Danone Aqua sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Mereka juga
beranggapan bahwa AMGA memiliki kepentingan-kepentingan pribadi yang
memiliki perbedaan visi dengan perusahaan Danone Aqua sehingga mereka
melakukan unjuk rasa untuk menggugat kehadiran Aqua. Hal ini dapat dilihat
menjadi perselisihan antar masyarakat Klaten sendiri. Kehadiran Danone Aqua di
Klaten pada saat itu sudah memasuki tahap menimbulkan pro dan kontra
mengenai keberadaannya. (SoloposTV, 2014)
Pada tahun 2015, kekeringan yang terjadi di Hilir sedang menuncak.
Menurut masyarakat pada saait itu, setelah Danone Aqua masuk ke Polanharjo,
Klaten, air yang biasanya melimpah malah terasa menjadi berkurang. Karena letak
geografis Polanharjo, Klaten sangat berdekatan dengan daerah Delanggu yang
merupakan salah satu lumbung padi nasional, masyarakat menjadi memiliki
kebiasaan untuk selalu menanam padi walaupun saat musim kemarau. Setelah
masuknya Danone Aqua masyarakat sudah tidak bisa menanam padi di musim
kemarau karena kendala air. Pada daerah Hilir, air yang digunakan oleh para
petani guna keperluan irigasi hanya berasal dari satu sumber sehingga hal ini
sangat mengganggu pekerjaan para petani. Tidak hanya di daerah Hilir, debit
sumur masyarakat yang jaraknya dekat dengan perusahaan Aqua Danone
mengalami kekeringan yang mengakibatkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari harus membeli air dari tangki dengan harga yang tidak
murah. Hal ini tentu saja mengakibatkan protes dari masyarakat. (Zain,
Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten, 2015).
6
program CSR inovasi yang dibuat ini nantinya harus diberitahukan dahulu ke
pusat dan apabila sudah di terima baru inovasi tersebut dapat di berikan kepada
masyarakat sekitar.
Dibawah naungan Danone Aqua, Aqua Lestari menyadari adanya
tantangan yang semakin besar mengenai penipisan sumber daya alam, rusaknya
lingkungan, dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Untuk itu, Aqua
Lestari membuat kebijakan baru yang diwujudkan dengan memperbarui fokus dan
target yang harus dicapai hingga tahun 2020.
sehingga akan membuat hubungan antara petani di Hilir dan perusahaan menjadi
baik dan akan mengurangi resiko untuk ada unjuk rasa lagi.
Selanjutnya, pada cara penyelesaian masalah yang diakibatkan oleh factor
yang ada dari dalam perusahaan yaitu kemampuan divisi bagian sustainable
development dalam pendekatan dari perusahaan yang kurang dapat diterima
masyarakat yaitu, membuat Paguyuban bagi Kepala Desa yang beranggotakan 18
Kepala Desa dari semua desa yang ada di Polanharjo, Klaten. Paguyuban ini
dibuat bertujuan untuk membuka diskusi sebesar-besarnya antara pihak
perusahaan dan masyarakat. Kepala Desa diyakini sebagai perwakilan opini
masyarakat yang kemudian akan disampaikan kepada perusahaan terkait dengan
masalah-masalah yang bermunculan atau apapun. Pertemuan yang dibuat dalam
Paguyuban Kepala Desa ini juga rutin dilakukan sehingga masalah komunikasi
dan pendekatan dapat terselesaikan dengan baik. Dari sinilah, wujud dari
keberhasilan penerapan social masyarakat yaitu dapat hidup berdampingan antara
masyarakat dan juga perusahaan.
Kemudian, mengenai masalah yang disebabkan oleh adanya Free Riders
penyelesaiannya adalah dengan kepercayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun
antara masyarakat dan juga perusahaan yang diwujudkan dengan program-
program CSR yang membantu masyarakat dalam kesejahteraan dan pekerjaan.
Hal ini merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Pabrik Danone
Aqua berada ditengah-tengah wilayah Polanharjo, Klaten tepatnya di Desa
Wangen. Polanharjo, Klaten memiliki 18 Desa dimana semua desa sudah diberi
kegiatan-kegiatan untuk menunjang kesejahteraan mereka. Bertahun-tahun
program-program CSR itu dibuat dengan inovasi kegiatas setiap tahunnya pasti
akan membuat masyarakat merasakan manfaat dari kedatangan Danone Aqua
tersebut. Dalam kasus ini, Danone Aqua di Polanharjo, Klaten mengelola “Pagar
Mangkok”. Yang dimaksud “Pagar Mangkok” itu adalah masyarakat-masyarakat
Polanharjo, Klaten itu sendiri. Jadi, setiap ada Free Riders yang ingin menimbulan
masalah baru dan masalah itu sampai dapat membuat unjuk rasa maka masyarakat
Polanharjo, Klaten sendiri yang akan melindungi perusahaan Danone Aqua yang
beroperasi disana karena kenyataannya yang melakukan unjuk rasa kebanyakan
adalah oknum tidak bertanggungjawab yang bahkan bukan berasal dari
Polanharjo, Klaten. Hal ini juga yang menjadi alasan program-program CSR
banyak ditaruh dibagian Tengah karena bagian Tengah ini adalah yang paling
dekat dengan perusahaan dan akan menjadi penjaga bagi perusahaan Danone
Aqua. (Zakaria, 2017)
untuk masyarakat yang dulunya putus sekolah. Bagi masyarakat yang memiliki
ijazah bagus makan akan dijadikan karyawan tetap dan untuk yang tidak memiliki
ijazah akan menjadi pekerja dibagian pengangkutan barang. (Umi, 2017)
Menurut Bapak Sukamto selaku Kepala Desa dari Desa Kebonharjo
(Sukamto, 2017), menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun belakangan sekitar
tahun 2015 setiap desa di Kecamatan Polanharjo mendapatkan bantuan bantuan
dari Danone Aqua berupa Kontribusi Pembangunan Desa setiap tahunnya. Setiap
desa diberi dana 50jt yang nantiny dapat digunakan untuk pembangunan sarana
dan prasarana Desa. Untuk Desa Kebonharjo sendiri, dana tersebut digunakan
untuk keperluan irigasi, pembuatan gedung untuk posyandu dan pembuatan tower
air. Danone Aqua juga memberikan bantuan berupa tempat sampah yang memadai
dan bantuan pembuatan jamban untuk keluarga.
Selanjutnya, menurut Bapak Amidi (Amidi, 2017), bantuan dana yang
didapat di Desa Turus beberapa tahun belakangannya ini digunakan untuk
pembuatan jalan pertanian. Kemudian, apabila jalan pertanian sudah selesai dibuat
maka dana yang diberikan oleh Danone Aqua akan dialokasikan untuk pembuatan
BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) seperti yang sudah dimiliki oleh Desa
Ponggok yang BUMDES nya dinobatkan sebagai salah satu BUMDES tersukses.
Selain itu, Danone Aqua juga kerap memberikan pelatihan-pelatihan tanggap
bencana yang juga bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Klaten yang menyasar
kepada siswa-siswi Sedokah Dasar.
Setelah melihat manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, tentu saja ada
dampak dari keberadaan Danone Aqua di Polanharjo, Klaten. menurut
masyarakat, manfaat yang dapar dirasakan setiap tahun semakin meningkat dan
dampak yang dirasakan setiap tahun dirasa semakin menurun. Dampak yang
sampai saat tulisan ini dibuat masih dirasakan oleh masyarakat sekitar adalah dari
sisi truk-truk pengangkut barang hasil produksi yang dimiliki oleh Danone Aqua.
Tidak dipungkiri truk-truk yang dimiliki oleh Danone Aqua ini cukup banyak
hingga sudah ada beberapa titik lokasi untuk tempat truk-truk ini parkir. Yang
menjadi masalah disini adalah, terkadang beberapa atau bahkan banyak truk yang
malah parkir di pinggir jalan dengan alasan pintu pabrik belum terbuka karena
masih jam istirahat atau sebagainya. Tentu saja hal seperti ini menganggu
keberlangsungan masyarakat yang juga menggunakan jalan tersebut.
Kemudian mengenai program CSR. Sebenarnya wajar bila banyak
kegiatan yang lebih diberikan kepada Desa Wangen dan Desa Ponggok karena
tempat pabrik Danone Aqua berlokasi di Desa Wangen dan pengambilan air
berlokasi di Desa Ponggok. Meski begitu, Danone Aqua sudah berusaha untuk
memperhatikan semua desa yang ada di Polanharjo, Klaten. Tetapi, beberapa
masyarakat merasa ada ketidakadilan dari pemberian bantuan program-program
tersebut. Hal-hal seperti ini sangat lumrah terjadi apalagi cara pandang masyarakat
pedesaan terkadang masih banyak yang sempit. Banyak juga masyarakat yang
menanggapi hal tersebut dengan terbuka yaitu menganggap hal seperti ini
merupakan proses untuk mencapai keberhasilah. Tidak mungin dalam kurun
waktu yang singkat perusahaan dapat langsung sempurna dalam melakukan
kegiatan-kegiatan CSR tersebut. Dalam hal ini penulis juga melihat bahwa sudah
13
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Azheri, B. (2012). Corporate Social Responsibility, dari Voluntary menjadi
Mandatory. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fajar ND, M. (2013). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.
Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Marshall, E. M. (1995). Transforming The Way We Work: The Power of the
Collaborative Workplace. New York: American Management Assosiation.
Soetomo. (2006). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stiglitz, J. E. (2006). The Multinational Corporation. In J. E. Stiglitz, Making
Globalization Work (pp. 187-210). New York: W. W. Norton & Company,
Inc.
JURNAL
Arrow, K. J. (1969). The Organization of Economic Activity: Issues Pertinent to
the Choice of Market versus Non-market Allocation. 1-16.
Jain, S. C., & Puri, Y. (1981). Role of Multinational Corporations in Developing
Countries: Policy Makers Views. Jstor, 57-66.
Sheehy, B. (2014). CSR; Problems and Solutions. Springer, 111-20.
Snyder, A. M. (2007). Holding Multinational Corporations Accountable: Is Non-
Financial Disclosure The Answer? Columbia Business Law Review, 566-
567.
Stopford, J. (1999). Multinational Corporations. Jstor, 12-24.
Zain, Q. (2015). Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten. Journal
Hubungan Internasional, 1-18.
INTERNET SOURCES
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. (2017). Kecamatan Polanharjo Dalam
Angka. Klaten: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.
Boediono. (2007). CSR Tidak Hanya Filantropi: Tidak Mungkin Membangun
Negeri Tanpa Melibatkan Pebisnis. Kompas.
Cara, C. C. (2014, September 16). Solopos. Retrieved December 27, 2017, from
Solopos Digital Media: http://www.solopos.com/2014/09/16/konflik-aqua-
klaten-dishub-ancam-tutup-jalan-ke-pabrik-tirta-investama-536484
Iskandar. (2012, December 11). soloraya. Retrieved December 26, 2017, from
Solopos Digital Media: http://www.solopos.com/2012/12/11/ratusan-
warga-polanharjo-geruduk-pabrik-aqua-2-356655
Prasetyia, F. (2013). Retrieved October 23, 2017, from
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-V-Teori-
Eksternalitas.pdf
SoloposTV. (2014, November 2). SoloposTV. Retrieved December 27, 2017, from
Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Lnl6qBHVjEs
16
Tempo. (2004, December 15). home: bisnis. Retrieved 26 December, 2017, from
TEMPO.CO: https://bisnis.tempo.co/read/52980/petani-klaten-minta-
pabrik-aqua-ditutup
Tempo. (2005, April 8). bisnis. Retrieved December 26, 2017, from TEMPO.CO:
https://nasional.tempo.co/read/60706/pabrik-aqua-didenda-rp-100-juta
Tempo. (2005, May 8). bisnis. Retrieved December 26, 2017, from TEMPO.CO:
https://nasional.tempo.co/read/59335/aqua-janji-naikkan-setoran-ke-
pemerintah-klaten
Tentang Aqua: Komitmen Ganda. (2011). Retrieved October 17, 2017, from
Danone Aqua: http://aqua.com/tentang_aqua/komitmen-ganda
INTERVIEW
Amidi. (2017, January 9). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Danone Aqua Group. (2011-2012). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Danone Aqua Group. (2013-2014). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Danone Aqua Group. (2015-2016). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Harjono. (2017, January 10). Pandangan Masyarakat Tentang Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Sriyono. (2017, January 2). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Sukamto. (2017, January 2). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A.
D. Sindhutomo, Interviewer)
Umi. (2017, January 5). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Zakaria, R. (2017, January 13). Harmonization in Business , Social and
Environment through Protection, Management and Collaboration. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)