Anda di halaman 1dari 16

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MULTI

NASIONAL: STUDI KASUS CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY (CSR) DANONE AQUA DI POLANHARJO,
KLATEN TAHUN 2012-2017
Arsyta Dewi Mayasari Sindhutomo

ABSTRAK

Berkembangnya perusahaan multinasional di Indonesia semakin


menimbulkan pro dan kontra. Solusi yang dapat ditawarkan oleh pemerintah dari
keberadaan perusahaan multinasional ini adalah mewajibkan perusahaan
multinasional untuk menerapkan program corporate social responsibility (CSR).
Bisa kita lihat Danone Aqua ketika awal pembangunan pabrik di Klaten, Jawa
Tengah. Masyarakat sekitar banyak melakukan unjuk rasa bahkan sampai setelah
pabrik itu sudah beraktivitas. Namun, Danone Aqua tetap dapat berproduksi di
Klaten sampai tulisan ini dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Danone
Aqua dalam merespon protes masyarakat dan pandangan masyarakat tentng
Danone Aqua yang membuat Danone Aqua masih dapat beraktivitas. Dugaan
awal dari kasus ini adalah Danone Aqua memiliki suatu cara dalam menanggapi
protes masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR) berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: perusahaan multinasional, pertanggungjawaban social perusahaan,
penyelesaian masalah.
The development of multinational corporation in Indonesia increasingly
lead to several pros and cons. The solution that can be offered by the government
from the existence of multinational corporation is the obligation of multinational
corporation to implement corporate social responsibility (CSR) program. We can
see it from Danone Aqua at the beginning of the plant development in Klaten,
Central Java. The surrounding society did a lot of protesting even after the
factory has performed their activities. However, Danone Aqua is still producing
in Klaten until this research was made. This research aimed to observe the policy
of Danone Aqua in responding the protests from the society and the views of the
society about Danone Aqua, which still enables them to conduct their activities
until this paper was done. Initial suspicion from the case is that Danone Aqua has
a way of responding the protests from society through a society empowerment-
based corporate social responsibility (CSR) program.
Keywords: multinational corporation, corporate social responsibility
(CSR), problem solving.
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga
Indonesia juga memiliki banyak persebaran wilayah otonom. Saat ini, Indonesia
memiliki 35 provinsi yang tersebar di setiap pulaunya. Hal ini menjelaskan bahwa
ada 35 provinsi di Indonesia yang harus membangun wilayah mereka guna
tercapainya Indonesia yang terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan.

1
2

Setiap wilayah di Indonesia diberikan wewenang otonom yang berarti memiliki


hak untuk membuat kebijakan di wilayah tersebut. Salah satu kebijakan adalah
menerima masuknya perusahaan asing yang otomatis akan membawa banyak FDI
di wilayah tersebut guna pembangunan di Indonesia ataupun di wilayah yang
diberi modal atau investasi. Saat Indonesia sedang gencar melakukan
pembangunan, perusahaan multinasional dapat melakukan ekspansinya ke
Indonesia sebagai perantara dari pembangunan tersebut. Indonesia adalah salah
satu negara berkembang dengan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang melimpah. Selain itu, Indonesia adalah negara yang memiliki letak
yang sangat strategis. Hal tersebut menjadi daya tarik khusus bagi para
perusahaan multinasional untuk masuk ke Indonesia.
Pro dan kontra dengan keberadaan perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia semakin menjadi-jadi. Bermunculan permasalahan-permasalahan baru
yang berujung pada maraknya kemunculan ketimpangan-ketimpangan antara
masyarakat sekitar dengan perusahaan yang ada di wilayah tersebut. Solusi yang
mulai ditawarkan dengan masalah ini adalah setiap perusahaan yang beraktivitas
di Indonesia harus melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR)
atau banyak orang mengatakan pertanggungjawaban sosial yang diberikan oleh
perusahaan kepada masyarakat setempat yang terkena imbas dari aktivitas
perusahaan didaerah itu. Peraturan itu sendiri sudah ada di dalam Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai
suatu aktivitas perusahaan untuk ikut mengatasi permasalahan sosial dengan
peningkatan ekonomi, perbaikan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi
berbagai dampak operasionalnya terhadap lingkungan, mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang dalam jangka panjang mempunyai
keuntungan bagi perusahaan dan pembangunan masyarakat (Fajar, 2013)
Kegiatan-kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya
merupakan bagian penting dan tidak bisa dipisahkan dari aktivitas-aktivitas
korporasi guna keberlangsungan korporasi itu sendiri. Pemerintah disini harus
mewajibkan perusahaan dalam menjalankan CSR dengan komitmen tinggi untuk
pembangunan masyarakat dan melakukan transparansi pelaporan kegiatan secara
berkala kepada masyarakat.
Konsep CSR dalam buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line
in 21st Century Business (1998), karya John Elkington menyebutkan bahwa
Corporate Social Resposibility (CSR) memiliki 3 fokus penting. Ketiga fokus
tersebut disingkat John Elkington menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet
dan people. Penjelasan singkat dari 3 fokus tersebut adalah perusahaan yang baik
tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people) (Azheri, 2012).
Banyak dari kita akan berfikir bahwa bagi perusahaan besar ataupun
perusahaan multinasional (MNCs), program CSR yang penting tetap terlaksana
dengan tujuan pertanggungjawaban sosial terhadap masyarakat sekitar tetap
3

terjalankan. Namun, kenyataannya hampir semua perusahaan hanya


mengedepankan terciptanya citra image positive perusahaan di masyarakat agar
pabrik mereka dapat berkembang jauh lebih dalam di daerah tersebut. Memang
terkadang sulit dipahami, perusahaan besar yang pasti memiliki kepentingan-
kepentingan tertentu dan kepentingan utamanya adalah mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya harus membuat kegiatan-kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang tidak menghasilkan keuntungan secara ekonomis bagi
mereka. Terlebih lagi, perusahaan ini harus memiliki komitmen tinggi untuk
membantu pemerintah setempat guna melakukan pembangunan bagi masyarakat
sekitar.

Kasus Danone Aqua di Polanharjo, Klaten


Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah air.
Indonesia memiliki banyak sekali mata air alami yang sehat dan dapat diminum
oleh manusia. Salah satu mata air yang ada di Indonesia adalah mata air Sigedang
yang terletak di Kecamatan Polanharjo, Klaten. Melihat hal tersebut, jelas saja air
dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi sebuah perusahaan yang
beraktivitas pada bidang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK).
Danone adalah sebuah perusahaan multinasional yang menyadari adanya
peluang bisnis pada bidang air tersebut. Danone adalah perusahaan multinasional
asal Perancis yang bergerak dibidang air minum dalam kemasan (AMDK) yang
sejak tahun 1998 masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi perusahaan Aqua
milik Tirto Utomo dan kemudian mengubah sedikit merek dagang nya dari Aqua
menjadi Danone AQUA. Danone Aqua menguasai pangsa pasar terbesar yang ada
di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Siapa yang tidak tahu dengan AQUA, banyak
masyarakat yang selalu menyebut semua merek air mineral dalam kemasan
dengan nama AQUA padahal saat ini sudah banyak air minum dalam kemasan
selain AQUA. Semakin sukses usaha perusahaan ini, otomatis Danone Aqua akan
semakin memperbesar usaha yang mereka miliki.

Masalah-Masalah yang Terjadi Setelah Danone Aqua Masuk ke


Polanharjo, Klaten
Pada Bulan Oktober 2002, Danone Aqua menambah pabriknya yang ke
tiga belas dengan membangun pabrik di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo,
Klaten, Jawa Tengah. Pabrik ini diresmikan pada tahun 2003 dan masih
beroperasi sampai tulisan ini dibuat oleh penulis. Pabrik Danone Aqua ini
mengambil air yang ada di sumber mata air Sigedang yang ada di Desa Ponggok,
Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Ketika pabrik Danone Aqua itu
dibuat di Polanharjo, Klaten, masyarakat sekitar menolak keberadaannya dan
meminta agar Danone Aqua menutup pabrik nya yang akan mengambil air di
sumber mata air Sigedang. Masyarakat berungkali melakukan unjuk rasa kepada
perusahaan. Unjuk rasa ini terjadi sejak awal Danone Aqua hadir di Polanharjo,
Klaten hingga sekitar tahun 2015.
Tahun 2004 adalah tahun dimana pabrik Danone Aqua baru dua tahun
beraktivitas di Polanharjo, Klaten. pada kisaran waktu sejak pabrik Danone Aqua
4

berjalan hingga sekitar tahun 2004 ini isu-isu protes masih berisikan tentang
penolakan kehadiran dari Danone Aqua yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya para petani. Para petani bahkan sampai melakukan aksi long march
dari Alun-Alun Klaten hingga Gedung DPRD. Para petani ini juga bergabung
kedalam Koalisi Rakyat Klaten untuk Keadilan (KRAKED) guna meminta
ditutupnya pabrik Danone Aqua yang sudah beroperasi selama dua tahun itu.
Alasan para petani tersebut melakukan unjuk rasa adalah karena berkurangnya
debit air untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari. Disebutkan pada saat itu
bahwa berkurangnyaa banyak air tidak hanya terjadi saat musim kemarau saja,
bahkan saat musim penghujan pun air yang biasa melimpah juga berkurang atau
bahkan habis. (Tempo, home: bisnis, 2004)
Para petani yang melakukan aksi unjuk rasa tidak hanya berasal dari
Kecamatan Polanharjo saja tetapi juga ada dari Kecamatan Ceper, Pedan,
Wonosari, Juwiring, Karanganom, dan beberapa kecamatan lain. Para petani juga
mengatakan bahwa pajak yang dibayarkan oleh Danone Aqua kepada Pemerintah
Daerah saat itu hanya 3juta rupiah setiap tahunnya tetapi malah pemerintah
mengizinkan Danone Aqua mengambil air yang dimiliki oleh masyarakat Klaten
hingga para petani sering sekali mengalami gagal panen. Apalagi bila dilihat air
yang diambil oleh Danone Aqua setiap bulannya mencapai 30 m 3-40 m3 yang bisa
dikira-kira keuntungan yang didapat berkisar 3 milyar hingga 4 milyar rupiah. Hal
ini rupanya membuat para petani dari berbagai daerah di Klaten geram dan
meminta agar perusahaan atau pabrik Danone Aqua yang beroperasi di
Polanharjo, Klaten di tutup dan tidak menerima lagi masuknya perusahaan yang
bekerja di bidang Air Minum Dalam kemasan (AMDK). (Tempo, home: bisnis,
2004).
Setelah beberapa tahun Danone Aqua dapat hidup dengan tentram, pada
tahun 2012 ini kembali muncul masalah baru. Masalah ini terjadi antara
perusahaan Danone Aqua dengan masyarakat Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Permasalahan tersebut membuat semua Kepala Desa yang ada di Kecamatan
Polanharjo, Klaten dan juga masyarakat berbondong-bondong melakukan aksi
protes atau unjuk rasa di depan pabrik Danone Aqua yang ada di Desa Wangen,
Kecamatan Polanharjo, Klaten. masalah yang ditonjolkan adalah mengenai
ketidakmerataan pemberian CSR. Masyarakat merasa hanya desa-desa yang
terdekat dengan perusahaan lah yang mendapat manfaat dari CSR tersebut dan
desa-desa yang lain tidak merasakan apa-apa. Pada unjuk rasa kala itu, masyarakat
juga memberikan tuntutan mengenai penyerapan tenaga kerja yang tidak
menyentuh seluruh desa, dampak lingkungan akibat kendaraan transportasi,
dampak berkurangnya debit air guna irigasi pertanian yang dirasakan oleh
masyarakat Polanharjo dibagian selatan, kepedulian pabrik terhadap lingkungan
yang dirasa masyarakat masih minim dan keterbukaan dari Danone Aqua dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten mengenai retribusi yang seharusnya
dikembalikan untuk Kecamatan Polanharjo. (Iskandar, 2012).
Setelah permasalahan CSR pada tahun 2012, ternyata unjuk rasa yang
dilakukan kepada perusahaan atau pabrik Danone Aqua yang beroperasi di Klaten
masih terus berlanjut. Antara tahun 2013 dan tahun 2014 ada beberapa masalah
yang terjadi antara masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, dan juga
5

Perusahaan Danone Aqua. Masalah yang pertama adalah adanya aksi unjuk rasa
yang dilakukan oleh sekumpulan masyarakat yang berkumpul kemudian memberi
diri mereka nama AMGA (Aliansi Masyarakat Gugat Aqua). Unjuk rasa yang
terjadi kala itu bermaksud untuk melakukan protes terkait adanya kerusakan jalan
yang sangat membahayakan masyarakat yang diakibatkan oleh truk-truk
pengangkut hasil produksi yang kelebihan muatan yang dimiliki oleh Danone
Aqua. Kemudian, menanggapi aksi protes yang terus bermunculan, Dinas
Perhubungan (DisHub) Kabupaten Klaten mengancam akan melakukan
pemblokiran jalan kepada truk-truk yang dimiliki oleh Perusahaan Danone Aqua.
Perwakilan dari Dinas Perhubungan juga mengatakan bahwa Danone Aqua
melakukan pelanggaran terus menerus yang padahal sudah diberi peringatan
berkali-kali dalm kurun waktu satu tahun. Pelanggaran kelas jalan yang dilakukan
oleh Danone Aqua dirasa memang sudah kelewatan, karena pada jalur kelas 3C
hanya truk yang bermuatan maksimal 8 ton saja yang dapat meelewatinya, tetapi
kenyatannya bisa sampai 27 ton muatan satu truk yang melewati jalur tersebut.
(Cara, 2014)
Tidak selesai sampai disitu, kemudian muncul pula sekelompok
masyarakat yang mengatasnamakan diri mereka AMPAQ (Aliansi Masyarakat
Pendukung Aqua). Sekelompok masyarakat yang bergabung dalam AMPAQ ini
mencoba untuk melawan AMGA, karena menurut mereka kehadiran perusahaan
Danone Aqua sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Mereka juga
beranggapan bahwa AMGA memiliki kepentingan-kepentingan pribadi yang
memiliki perbedaan visi dengan perusahaan Danone Aqua sehingga mereka
melakukan unjuk rasa untuk menggugat kehadiran Aqua. Hal ini dapat dilihat
menjadi perselisihan antar masyarakat Klaten sendiri. Kehadiran Danone Aqua di
Klaten pada saat itu sudah memasuki tahap menimbulkan pro dan kontra
mengenai keberadaannya. (SoloposTV, 2014)
Pada tahun 2015, kekeringan yang terjadi di Hilir sedang menuncak.
Menurut masyarakat pada saait itu, setelah Danone Aqua masuk ke Polanharjo,
Klaten, air yang biasanya melimpah malah terasa menjadi berkurang. Karena letak
geografis Polanharjo, Klaten sangat berdekatan dengan daerah Delanggu yang
merupakan salah satu lumbung padi nasional, masyarakat menjadi memiliki
kebiasaan untuk selalu menanam padi walaupun saat musim kemarau. Setelah
masuknya Danone Aqua masyarakat sudah tidak bisa menanam padi di musim
kemarau karena kendala air. Pada daerah Hilir, air yang digunakan oleh para
petani guna keperluan irigasi hanya berasal dari satu sumber sehingga hal ini
sangat mengganggu pekerjaan para petani. Tidak hanya di daerah Hilir, debit
sumur masyarakat yang jaraknya dekat dengan perusahaan Aqua Danone
mengalami kekeringan yang mengakibatkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari harus membeli air dari tangki dengan harga yang tidak
murah. Hal ini tentu saja mengakibatkan protes dari masyarakat. (Zain,
Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten, 2015).
6

Kebijakan Danone pada Tingkat Multinasional Hingga Regional Mengenai


Implementasi CSR
Pada dasarnya, regulasi kebijakan mengenai penerapan program
Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Danone Aqua dari pusat hingga ke
regional adalah sama yaitu, memiliki Dual Commitment: Economis Success and
Social Innovations. Implementasi dari dua komitmen tersebut adalah berbentuk
CSR yang sedemikian rupa dibuat bertujuan untuk menjaga reputasi perusahaan
dengan mengurangi resiko munculnya berbagai masalah dengan menjaga dan
mengelola ekspektasi dari multi stakeholder seperti masyarakat, media, LSM dan
pemerintah. Bentuk dasar dari CSR yang dimiliki Danone Aqua adalah tanggung
jawab social dan lingkungan. Lingkungan dilihat lebih kepada sisi keberlanjutan
bisnis, dan social yang dilihat lebih kepada hidup berdampingan dengan dimulai
dengan cara mendapatkan ijin untuk mengelola sumber daya alam yang ada
didaerah tersebut agar tidak terjadi demo, unjuk rasa atau tekanan-tekanan dari
masyarakat sekitar pabrik/perusahaan. Kunci penting yang harus dipegang disini
adalah kesungguhan perusahaan dalam mengelola harapan-harapan dari
masyarakat itu sendiri.
Mandat dari pusat adalah setiap pabrik Danone Aqua yang beraktivitas
harus dapat mendukung dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
dengan bentuk tanggungjawab sosial perusahaan yang diawali dengan setiap
pabrik harus terferifiksi sebagai Green Factory atau pabrik yang ramah
lingkungan. Sebenarnya perusahaan yang wajib atau mendapat mandatory dalam
mengimplementasikan program CSR adalah perusahaan milik negara atau yang
sering disebut BUMN. Untuk perusahaan swasta seperti Danone, penerapaan CSR
itu bersifat volunteering atau sukarela. Tetapi jika dilihat 22 pabrik Danone Aqua
yang ada di Indonesia hampir semua berada pada remote area atau pedesaan yang
tidak dapat dipungkiri masyarakat ini pasti memiliki cara pandang yang terkadang
akan menolak bila daerahnya kedatangan perusahaan besar dengan berbagai
alasan dari sudut pandang yang negative. Selain memiliki visi besar dengan Dual
Commitment tersebut dapat dlihat kondisi masyarakat di pedesaan, tidak mungkin
Danone Aqua melakukan program CSR dengan cara yang hanya sukarela karena
untuk menjaga ekspektasi masyarakat yang baik maka Danone Aqua harus
membuat program CSR yang dimilikinya seperti mandatory layaknya perusahaan
milik negara.
Danone Aqua membagi daerah operasional mereka menjadi 3 regional
operasional dan satu Head Office Danone di Indonnesia. Head Office Danone di
Indonesia ada di Jakarta. Kemudian regional 1 dari Lampung sampai Aceh
(Sumatera). Kemudian, regional 2 dari Banten sampai Jawa Barat. Regional 3 itu
masuk ke Jawa tengah, Jawa Timur, Bali, dan Manado. Jika dilihat dari
pembagian tersebut, Polanharjo, Klaten ada pada regional 3.
Danone Aqua menerapkan regulasi dan kebijakan yang sama pada setiap
regional yang ada di Indonesia dalam mengimplementasikan program CSR
Danone Aqua yang diberi nama yaitu Aqua Lestari. Setiap perusahaan/pabrik
Danone Aqua wajib untuk mematuhi semua regulasi dan kebijakan yang sudah
diterapkan dan diberi otoritas untuk membuat inovasi baru dalam penerapan
7

program CSR inovasi yang dibuat ini nantinya harus diberitahukan dahulu ke
pusat dan apabila sudah di terima baru inovasi tersebut dapat di berikan kepada
masyarakat sekitar.
Dibawah naungan Danone Aqua, Aqua Lestari menyadari adanya
tantangan yang semakin besar mengenai penipisan sumber daya alam, rusaknya
lingkungan, dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Untuk itu, Aqua
Lestari membuat kebijakan baru yang diwujudkan dengan memperbarui fokus dan
target yang harus dicapai hingga tahun 2020.

Implementasi CSR Danone Aqua di Polanharjo, Klaten


Upaya pengaturan pemberian program-program CSR oleh Danone Aqua
agar efektif dan efisien adalah dengan membuat konsep Sub Das Pusur. Alasan
dibuat konsep Sub Das Pusur adalah letak wilayah, kesuburan tanah, sumber daya
air yang melimpah dan tata ruang desa itu sendiri sehingga program yang dirasa
efisien untuk diberikan adalah yang terkait dengan pengolahan limbah sampah
rumah tangga, handycraft, fasilitasi pasar, sekolah lapang petani, alternative
penerapan bioenergy atau biogas, dan juga pengembangan eco-tourism yang
dititikberatkan pada wisata air karena di wilayah Polanharjo, Klaten ini air sangat
melimpah. Bila program-program tersebut berjalan dengan lancar maka dapat
membuat para petani dan juga masyarakat Polanharjo, Klaten menjadi mandiri.
Untuk mencegah adanya tekanan atau unjuk rasa dari pihak luar
perusahaan maka Danone Aqua mengkombinasikan dua metode program CSR
yaitu pragmatic dan strategic.
Gambar 1.1 Persebaran program CSR di Hulu Tengah Hilir

Sumber: Harmonization in Business , Social and Environment through


Protection, Management and Collaboration (Report CSR Danone Aqua
Klaten 2017).
8

Sebaran program-program tersebut diberikan di bagian Hulu, Tengah, dan


Hilir. Pada bagian hulu dipusatkan pada program-program konservasi seperti
penanaman pohon, pengurangan pestisida yang bertujuan untuk re-charge air
yang higienis untuk masyarakat sendiri dan juga untuk kebutuhan pabrik. Pada
bagian tengah atau daerah-daerah didekat pabrik mendapat program-program
seperti pengolahan limbah sampah, pembuatan handycraft yang bertujuan untuk
menaikkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dari hal yang mudah dan tidak
membutuhkan modal yang besar. Kemudian membuat pelatihan pengomposan,
septic tank komunal untuk masyarakat, dan pendampingan petani dengan
pembuatan beberapa sekolah lapang pertanian yang membudidayakan burung
hantu sebagai predator alami tikus sehingga mengurangi pemakaian pestisida
untuk membunuh tikus. Pada bagian hilir atau bagian bawah diberi program-
program seperti perawatan jaringan irigasi, perawatan guna memperkuat volume
air, penanaman bantaran sungai, penebaran benih ikan dan bersih sungai. Hal ini
bertujuan untuk menjaga air yang ada di hilir. Program-program inilah contoh dari
metode strategic.

Kemudian untuk metode strategic, ada program yang bernama Kontribusi


Pengembangan Desa yaitu berupa pemberian dana kepada semua desa yang ada di
Polanharjo, Klaten setiap tahunya. Selanjutnya, Danone Aqua juga memantu
Pemerintah Daerah Klaten dalam hal pembuatan jalan. Dalam jangka waktu tiga
tahun, Danone Aqua setiap tahunnya memberikan bantuan pengecoran jalan raya
sepanjang 500 meter setiap tahun dari daerah Cokro hingga Delanggu.
Pada tahun 2017 ini mulai diterapkan program One Man One Hole untuk
para pegawai Danone Aqua. Jumlah pegawai Danone Aqua diluar yang
outsourcing kurang lebih sekitar 900 karyawan. Pada program ini setiap karyawan
wajib mengembalikan air yang sudah diambil untuk dikembalikan ke tanah sesuai
dengan regulasi yang sudah diterapkan. Pada kenyataannya, satu karyawan tidak
hanya membuat satu tetapi dua bahkan lebih. Cara pengembalian air ini ada
beberapa yaitu, pembuatan biopoli, penanaman tumbuhan dan pembuatan sumur
resapan.

Strategi Danone Aqua dalam Menyikapi Protes Masyarakat


Pada awal masuknya Danone Aqua ke Polanharjo, Klaten terjadi beberapa
kali unjuk rasa untuk menolak kedatangan Danone ke wilayah tersebut. Unjuk
rasa ini terkait dengan ketakutan masyarakat mengenai dampak negative yang
akan diakibatkan oleh Danone Aqua di wilayah Polanharjo, Klaten. Pada saat itu
yang dilakukan Danone Aqua adalah melakukan pendekatan dengan mengedukasi
mengenai program-program CSR yang akan diberikan kepada masyarakat dan
meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan dan masyarakat dapat hidup
berdampingan.
Kemudian, beberapa tahun sudah beraktivitas muncul lagi beberapa kali
unjuk rasa yang dilakukan masyarakat kepada Danone Aqua mengenai
implementasi program CSR yang dirasa tidak berdampak baik bagi masyarakat.
Pada kasus ini yang dilakukan oleh Danone Aqua adalah mengidentifikasi terlebih
9

dahulu factor yang menyebabkan masyarakat marah sehingga melakukan unjuk


rasa. Factor tersebut dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga), yaitu: Pertama, kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar sehingga setiap ada masalah
yang muncul Danone Aqua mudah sekali menjadi kambing hitam; Kedua, adanya
free riders atau bisa dibilang penumpang bebas atau penumpang gelap yang
mencari-cari celah untuk membuat perkara antara masyarakat dan perusahaan.
Free riders ini cenderung berasal dari pihak luar perusahaan dan pihak luar
masyarakat Polanharjo, Klaten yang memiliki perbedaan visi dengan perusahaan
sehingga membuat konflik. Free Riders ini bisa berupa perorangan bahkan suatu
kelompok seperti LSM yang tidak jelas dan media yang tidak memiliki
kredibilitas; Ketiga, factor dari dalam perusahaan, yang dimaksud disini adalah
karyawan dibidang Suistanable Development atau pengelola khusus CSR dari
dalam perusahaan kurang memiliki pengalaman didalam kemasyarakata sehingga
cara pendekatan yang dilakukan kurang diterima oleh masyarakat.
Setelah menganalisis factor yang menyebabkan unjuk rasa tersebut,
Danone Aqua dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan factor yang
mengakibatkannya.
Jika masalah itu bersumber dari pengetahuan masyarakat yang kurang
seperti contoh mengenai sumber air yang diambil oleh Danone Aqua maka
perusahaan memberikan edukasi dan bukti erupa penelitian terkait dengan air
yang diambil oleh Danone Aqua dan air yang digunakan masyarakat untuk irigasi
pertanian itu berbeda. Air yang digunakan para petani adalah air permukaan
sedangkan air yang diambil oleh Danone Aqua adalah air yang berada dibawah
lapisan Aquiver yang bernama air tanah dalam tekanan dan untuk mengambil air
tersebut harus menggunakan alat bor.
Kemudian, masyarakat didaerah Hilir masih merasa air yang mereka
gunakan semakin berkurang bahkan terkadang tidak ada air untuk irigasi
pertanian. Hal ini tentu saja membuat Danone Aqua seperti kambing hitam dalam
masalah tersebut. Pihak perusahaan tentu saja tidak tinggal diam. Mereka
mengadakan beberapa kegiatan seperti, kegiatan mengedukasi pola tanam tani
yaitu pada Musim Kemarau seharusnya petani menanam tanaman Palawija yang
tidak membutuhkan banyak air. Tetapi, karena kultur masyarakat Polanharjo,
Klaten yang dekat dengan Delanggu dan terkenal dengan salah satu penghasil
beras terbesar maka sangat susah untuk menghilangkan keyakinan para petani
yang disebut “Pari Pari Pantun” yang pada semua musim hanya ingin menanam
padi dan menyerap banyak air bahkan di Musim Kemarau. Pada program pola
tanam tani inilah para petani mulai diedukasi dengan keuntungan menanam
Palawija pada Musim Kemarau. Kegiatan selanjutnya adalah transek edukasi
kepada perwakilan petani yang ada di Hilir. Kegiatan ini berupa mengajak para
perwakilan petani tersebut untuk mengitari wilayah Hulu hingga Hilir sembari
mengedukasi. Pada kegiatan tersebut dapat dibuktikan bahwa dibagian tengah
mulai ada kecurangan yang dilakukan oleh para petani itu sendiri yaitu membuat
lubang kecil pada jalur irigasi air yang kemudian diberi corong bagian bawahnya
sehingga air akan mengalir kedalam corong tersebut dan tentu saja mengakibatkan
air yang mengalir ke Hilir berkurang. Disinilah Danone Aqua mulai melakukan
pendekatan berupa bantuan pengelolaan irigasi air dan jumlah volume air
10

sehingga akan membuat hubungan antara petani di Hilir dan perusahaan menjadi
baik dan akan mengurangi resiko untuk ada unjuk rasa lagi.
Selanjutnya, pada cara penyelesaian masalah yang diakibatkan oleh factor
yang ada dari dalam perusahaan yaitu kemampuan divisi bagian sustainable
development dalam pendekatan dari perusahaan yang kurang dapat diterima
masyarakat yaitu, membuat Paguyuban bagi Kepala Desa yang beranggotakan 18
Kepala Desa dari semua desa yang ada di Polanharjo, Klaten. Paguyuban ini
dibuat bertujuan untuk membuka diskusi sebesar-besarnya antara pihak
perusahaan dan masyarakat. Kepala Desa diyakini sebagai perwakilan opini
masyarakat yang kemudian akan disampaikan kepada perusahaan terkait dengan
masalah-masalah yang bermunculan atau apapun. Pertemuan yang dibuat dalam
Paguyuban Kepala Desa ini juga rutin dilakukan sehingga masalah komunikasi
dan pendekatan dapat terselesaikan dengan baik. Dari sinilah, wujud dari
keberhasilan penerapan social masyarakat yaitu dapat hidup berdampingan antara
masyarakat dan juga perusahaan.
Kemudian, mengenai masalah yang disebabkan oleh adanya Free Riders
penyelesaiannya adalah dengan kepercayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun
antara masyarakat dan juga perusahaan yang diwujudkan dengan program-
program CSR yang membantu masyarakat dalam kesejahteraan dan pekerjaan.
Hal ini merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Pabrik Danone
Aqua berada ditengah-tengah wilayah Polanharjo, Klaten tepatnya di Desa
Wangen. Polanharjo, Klaten memiliki 18 Desa dimana semua desa sudah diberi
kegiatan-kegiatan untuk menunjang kesejahteraan mereka. Bertahun-tahun
program-program CSR itu dibuat dengan inovasi kegiatas setiap tahunnya pasti
akan membuat masyarakat merasakan manfaat dari kedatangan Danone Aqua
tersebut. Dalam kasus ini, Danone Aqua di Polanharjo, Klaten mengelola “Pagar
Mangkok”. Yang dimaksud “Pagar Mangkok” itu adalah masyarakat-masyarakat
Polanharjo, Klaten itu sendiri. Jadi, setiap ada Free Riders yang ingin menimbulan
masalah baru dan masalah itu sampai dapat membuat unjuk rasa maka masyarakat
Polanharjo, Klaten sendiri yang akan melindungi perusahaan Danone Aqua yang
beroperasi disana karena kenyataannya yang melakukan unjuk rasa kebanyakan
adalah oknum tidak bertanggungjawab yang bahkan bukan berasal dari
Polanharjo, Klaten. Hal ini juga yang menjadi alasan program-program CSR
banyak ditaruh dibagian Tengah karena bagian Tengah ini adalah yang paling
dekat dengan perusahaan dan akan menjadi penjaga bagi perusahaan Danone
Aqua. (Zakaria, 2017)

Danone Aqua juga melakukan kegiatan-kegiatan CSR yang berkolaborasi


dengan mitra lain seperti pemerintah, akademisi, LSM, dan juga media yang
dilakukan sampai ke tingkat Kabupaten Klaten. Kolaborasi ini juga bermaksud
untuk menjaga hubungan antara perusahaan dan pihak-pihak terkait yang dapat
membuat keberlangsungan perusahaan di Polanharjo, Klaten berjalan dengan
baik.

Kegiatan yang dilakukan bersama pemerintah adalah ketika Danone Aqua


diminta Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten untuk mengisi acara dalam
pemberian edukasi dan sebagainya. Jadi pemberian edukasi tidak tertutup untuk
11

masyarakat Polanharjo, Klaten saja namun juga meluas ditingkat Kabupaten.


Selanjutnya kerjasama dengan akademisi disini seperti, terbuka untuk melakukan
riset atau penelitian terkait. Kemudian LSM seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya kerjasama berupa pendampingan dalam mengimplementasi program
CSR yang diberikan agar lebih efektif. Kemudian kerjasama yang dilakukan
dengan media adalah memupuk hubugan baik dengan media seperti mengundang
media untuk meliput kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Danone Aqua dan
juga masyarakat. Hal ini tentu saja agar masyarakat dapat mengetahui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dan melihat bahwa Danone Aqua melakukan aksi nyata
dalam memberikan CSR sehingga citra perusahaan menjadi baik setelah adanya
unjuk rasa yang terjadi. Kebijakan inilah yang digunakan dalam menerapkan CSR
kepada masyarakat Polanharjo, Klaten dan sekaligus juga sebagai sebuah strategi
Danone Aqua Klaten dalam mempertahankan bisnisnya di Polanharjo, Klaten.

Pandangan Masyarakat Mengenai Danone Aqua


Menurut Bapak Sriyono (Sriyono, 2017), pada saat masuknya Danone
Aqua ke Polanharjo, Klaten, tidak semua masyarakat Polanharjo, Klaten
memandang dari sisi negative yang kebenarannya saja belum dapat dibuktikan.
Beberapa masyarakat sudah dapat berfikir mengenai manfaat bila wilayahnya
dimasuki oleh perusahaan besar apalagi perusahaan multinasional. Masyarakat
yang sudah dapat berfikir ke arah manfaat dari datangnya Danone Aqua ke
Polanharjo, Klaten percaya bahwa Danone Aqua masuk ke Polanharjo, Klaten
pasti tidak akan menutup mata terkait dengan kehidupan masyarakat sekitar
karena untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan di Polanharjo, Klaten
perusahaan juga harus dapat melakukan pendekatan dengan masyarakat agar
masyarkat mengizinkan perusahaan untuk mengolah sumber daya alam yang
dimiliki oleh Polanharjo, Klaten.
Masyarakat yang sudah dapat berfikir terbuka terkait masuknya
perusahaan besar ke wilayahnya tentu saja berfikir bahwa ini bisa menjadi suatu
simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan antara masyarakat dan juga
perusahaan Danone Aqua apabila mereka saling percaya dan terbuka terkait
permasalahan yang ada untuk diselesaikan bersama. Simbiosis mutualisme yang
dimaksud adlah masyarakat akan mendapat edukasi yang akan membuat mereka
menuju kesejahteraan dan perusahaan akan mendpatkan izin untuk mengolah
sumber daya air yang melimpah di Polanharjo, Klaten.
Selanjutnya, pandangan masyarakat terkait manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran Danone Aqua adalah terbukanya dan bertambahnya lapangan
pekerjaan. Dulu sebelum Danone Aqua masuk ke Polanharjo, Klaten, masyarakat
sekitar selain banyak yang menjadi petani, beberapa juga memilih untuk merantau
ke daerah lain seperti Semarang, Solo, bahkan Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Setelah masuknya Danone Aqua ke Polanharjo, Klaten, banyak masyarakat yang
awalnya merantau mencari pekerjaan di luar kota kemudian memilih untuk
kembali ke Polanharjo, Klaten dan bekerja disana. Setiap tahunnya, Danone Aqua
membuka lowongan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Lowongan ini tidak
hanya untuk masyarakat Polanharjo, Klaten yang memiliki ijazah saja tetapi juga
12

untuk masyarakat yang dulunya putus sekolah. Bagi masyarakat yang memiliki
ijazah bagus makan akan dijadikan karyawan tetap dan untuk yang tidak memiliki
ijazah akan menjadi pekerja dibagian pengangkutan barang. (Umi, 2017)
Menurut Bapak Sukamto selaku Kepala Desa dari Desa Kebonharjo
(Sukamto, 2017), menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun belakangan sekitar
tahun 2015 setiap desa di Kecamatan Polanharjo mendapatkan bantuan bantuan
dari Danone Aqua berupa Kontribusi Pembangunan Desa setiap tahunnya. Setiap
desa diberi dana 50jt yang nantiny dapat digunakan untuk pembangunan sarana
dan prasarana Desa. Untuk Desa Kebonharjo sendiri, dana tersebut digunakan
untuk keperluan irigasi, pembuatan gedung untuk posyandu dan pembuatan tower
air. Danone Aqua juga memberikan bantuan berupa tempat sampah yang memadai
dan bantuan pembuatan jamban untuk keluarga.
Selanjutnya, menurut Bapak Amidi (Amidi, 2017), bantuan dana yang
didapat di Desa Turus beberapa tahun belakangannya ini digunakan untuk
pembuatan jalan pertanian. Kemudian, apabila jalan pertanian sudah selesai dibuat
maka dana yang diberikan oleh Danone Aqua akan dialokasikan untuk pembuatan
BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) seperti yang sudah dimiliki oleh Desa
Ponggok yang BUMDES nya dinobatkan sebagai salah satu BUMDES tersukses.
Selain itu, Danone Aqua juga kerap memberikan pelatihan-pelatihan tanggap
bencana yang juga bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Klaten yang menyasar
kepada siswa-siswi Sedokah Dasar.
Setelah melihat manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, tentu saja ada
dampak dari keberadaan Danone Aqua di Polanharjo, Klaten. menurut
masyarakat, manfaat yang dapar dirasakan setiap tahun semakin meningkat dan
dampak yang dirasakan setiap tahun dirasa semakin menurun. Dampak yang
sampai saat tulisan ini dibuat masih dirasakan oleh masyarakat sekitar adalah dari
sisi truk-truk pengangkut barang hasil produksi yang dimiliki oleh Danone Aqua.
Tidak dipungkiri truk-truk yang dimiliki oleh Danone Aqua ini cukup banyak
hingga sudah ada beberapa titik lokasi untuk tempat truk-truk ini parkir. Yang
menjadi masalah disini adalah, terkadang beberapa atau bahkan banyak truk yang
malah parkir di pinggir jalan dengan alasan pintu pabrik belum terbuka karena
masih jam istirahat atau sebagainya. Tentu saja hal seperti ini menganggu
keberlangsungan masyarakat yang juga menggunakan jalan tersebut.
Kemudian mengenai program CSR. Sebenarnya wajar bila banyak
kegiatan yang lebih diberikan kepada Desa Wangen dan Desa Ponggok karena
tempat pabrik Danone Aqua berlokasi di Desa Wangen dan pengambilan air
berlokasi di Desa Ponggok. Meski begitu, Danone Aqua sudah berusaha untuk
memperhatikan semua desa yang ada di Polanharjo, Klaten. Tetapi, beberapa
masyarakat merasa ada ketidakadilan dari pemberian bantuan program-program
tersebut. Hal-hal seperti ini sangat lumrah terjadi apalagi cara pandang masyarakat
pedesaan terkadang masih banyak yang sempit. Banyak juga masyarakat yang
menanggapi hal tersebut dengan terbuka yaitu menganggap hal seperti ini
merupakan proses untuk mencapai keberhasilah. Tidak mungin dalam kurun
waktu yang singkat perusahaan dapat langsung sempurna dalam melakukan
kegiatan-kegiatan CSR tersebut. Dalam hal ini penulis juga melihat bahwa sudah
13

muncul kepercayaan dari masyarakat bahwa Danone Aqua memang sedang


berusaha sebaik mungkin untuk dapat menampung semua aspirasi masyarakat dan
hal tersebut sangat dihargai masyarakat Polanharjo, Klaten sehingga mereka
sudah tidak ada lagi keinginan untuk melakukan unjuk rasa atau sebagainya
kepada perusahaan.
Masyarakat juga berpendapat bahwa dengan kehadiran Danone Aqua di
wilayah Polanharjo, Klaten, banyak ilmu yang mereka dapatkan. Ilmu-ilmu ini
didapat dari implementasi kegiatan-kegiatan CSR oleh Danone Aqua kepada
masyarakat. Danone Aqua dianggap sudah menekankan kemandirian pada
masyarakat sehingga masyarakat kini sudah berfikir maju untuk memperoleh
kesejahteraan agar kehidupan mereka lebih baik lagi. Selanjutnya, masyarakat
juga beranggapan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara
hidup sehat sehari-hari. Sebelumnya, masih banyak masyarakat yang tidak peduli
dan tidak tahu mengenai hal tersebut. Masyarakat pun juga merasakan
kesejahteraan yang mulai dirasa setelah adanya ilmu yang mereka dapat. Banyak
dari mereka menjadi memiliki pekerjaan dari implementasi CSR yang
dititikberatkan pada pemberdayaan masyarakat (Harjono, 2017).

Memang benar belum 100% masyarakat Polanharjo, Klaten sudah menjadi


sejahtera saat ini, namun masyarakat percaya ini merupakan sebuah proses.
Program-program CSR yang masih berjalan untuk desa-desa yang masyarakatnya
sedang menuju sejahtera pada akhirnya akan membuat masyarakat menjadi
sejahtera secara berangsur-angsur. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa
masyarakat Polanharjo, Klaten menganggap perhatian yang diberikan oleh
perusahaan kepada masyarakat melalui implementasi program-program CSR
sudah dirasa efektif.
14

Kesimpulan

Pada awal masuknya Danone Aqua ke Polanharjo, Klaten masih banyak


masyarakat yanag tidak menyukainya. Dari situlah muncul berbagai unjuk rasa
yang menginginkan Danone Aqua menghentikan aktivitasnya di Pplanharjo,
Klaten. Setelah Danone Aqua menerapkan program CSR pun unjuk rasa masih
banyak terjadi. Hal ini membuat Danone Aqua mulai melakukn strategi agar tidak
terjadi lagi tekanan dari masyarakat demi keberlangsungan pabrik Danone Aqua
di Polanharjo, Klaten. Dari sini Danone Aqua melakukan pendekatan yang tepat
dengan masyarakat melalui pemberian program CSR yang tepat sasaran dengan
mengkombinasikan dua metode pragmatic dan strategic. Dalam
mengimplementasi CSR, Danone Aqua juga bekerjasama dengan pihak lain
seperti LSM, Pemerintah Daerah, Akademisi, dan Media. Hal ini juga bermaksud
untuk menjaga hubungan yang baik dengan para stakeholder. Dengan berhasilnya
penerapan program CSR inilah yang membuat masyarakat merasakan manfaat
dari kehadiran Danone Aqua di Polanharjo, Klaten dan membuat masyarakat
percaya sehingga Danone Aqua sudah tidak lagi mendapat tekanan dari
masyarakat sejak akhir tahun 2015 dan Danone Aqua masih dapat melakukan
aktivitas produksinya sampai tulisan ini selesai dibuat.
15

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Azheri, B. (2012). Corporate Social Responsibility, dari Voluntary menjadi
Mandatory. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fajar ND, M. (2013). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.
Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Marshall, E. M. (1995). Transforming The Way We Work: The Power of the
Collaborative Workplace. New York: American Management Assosiation.
Soetomo. (2006). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stiglitz, J. E. (2006). The Multinational Corporation. In J. E. Stiglitz, Making
Globalization Work (pp. 187-210). New York: W. W. Norton & Company,
Inc.

JURNAL
Arrow, K. J. (1969). The Organization of Economic Activity: Issues Pertinent to
the Choice of Market versus Non-market Allocation. 1-16.
Jain, S. C., & Puri, Y. (1981). Role of Multinational Corporations in Developing
Countries: Policy Makers Views. Jstor, 57-66.
Sheehy, B. (2014). CSR; Problems and Solutions. Springer, 111-20.
Snyder, A. M. (2007). Holding Multinational Corporations Accountable: Is Non-
Financial Disclosure The Answer? Columbia Business Law Review, 566-
567.
Stopford, J. (1999). Multinational Corporations. Jstor, 12-24.
Zain, Q. (2015). Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten. Journal
Hubungan Internasional, 1-18.

INTERNET SOURCES
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. (2017). Kecamatan Polanharjo Dalam
Angka. Klaten: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.
Boediono. (2007). CSR Tidak Hanya Filantropi: Tidak Mungkin Membangun
Negeri Tanpa Melibatkan Pebisnis. Kompas.
Cara, C. C. (2014, September 16). Solopos. Retrieved December 27, 2017, from
Solopos Digital Media: http://www.solopos.com/2014/09/16/konflik-aqua-
klaten-dishub-ancam-tutup-jalan-ke-pabrik-tirta-investama-536484
Iskandar. (2012, December 11). soloraya. Retrieved December 26, 2017, from
Solopos Digital Media: http://www.solopos.com/2012/12/11/ratusan-
warga-polanharjo-geruduk-pabrik-aqua-2-356655
Prasetyia, F. (2013). Retrieved October 23, 2017, from
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-V-Teori-
Eksternalitas.pdf
SoloposTV. (2014, November 2). SoloposTV. Retrieved December 27, 2017, from
Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Lnl6qBHVjEs
16

Tempo. (2004, December 15). home: bisnis. Retrieved 26 December, 2017, from
TEMPO.CO: https://bisnis.tempo.co/read/52980/petani-klaten-minta-
pabrik-aqua-ditutup
Tempo. (2005, April 8). bisnis. Retrieved December 26, 2017, from TEMPO.CO:
https://nasional.tempo.co/read/60706/pabrik-aqua-didenda-rp-100-juta
Tempo. (2005, May 8). bisnis. Retrieved December 26, 2017, from TEMPO.CO:
https://nasional.tempo.co/read/59335/aqua-janji-naikkan-setoran-ke-
pemerintah-klaten
Tentang Aqua: Komitmen Ganda. (2011). Retrieved October 17, 2017, from
Danone Aqua: http://aqua.com/tentang_aqua/komitmen-ganda

INTERVIEW
Amidi. (2017, January 9). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Danone Aqua Group. (2011-2012). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Danone Aqua Group. (2013-2014). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Danone Aqua Group. (2015-2016). Komitmen untuk Indonesia Laporan
Berkelanjutan. Jakarta: Danone Aqua.
Harjono. (2017, January 10). Pandangan Masyarakat Tentang Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Sriyono. (2017, January 2). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Sukamto. (2017, January 2). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A.
D. Sindhutomo, Interviewer)
Umi. (2017, January 5). Pandangan Masyarakat Tentang Danone Aqua. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)
Zakaria, R. (2017, January 13). Harmonization in Business , Social and
Environment through Protection, Management and Collaboration. (A. D.
Sindhutomo, Interviewer)

Anda mungkin juga menyukai